BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Di era globalisasi sekarang ini pendidikan sangat diperlukan untuk meningkatkan sumber daya manusia. Berdasarkan Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, pendidikan harus mampu menjamin pemerataan kesempatan pendidikan dan peningkatan mutu pendidikan. Pemerataan kesempatan pendidikan diwujudkan dalam program wajib belajar 9 tahun. Peningkatan mutu pendidikan diarahkan untuk meningkatkan kualitas manusia Indonesia seutuhnya melalui olah batin, olah pikir, olah rasa, dan olah kinerja agar memiliki daya saing dalam menghadapi tantangan global. Berbagai upaya telah dilakukan oleh pemerintah untuk meningkatkan mutu pendidikan. Antara lain dengan melengkapi sarana dan prasarana sekolah, penyempurnaan kurikulum, meningkatkan kualitas tenaga pendidik, serta kualitas pembelajaran. Uno (2011) berpendapat bahwa kualitas lebih mengarah pada suatu keadaan yang baik. Sedangkan pembelajaran adalah upaya membelajarkan siswa. Jadi kualitas pembelajaran artinya mempersoalkan bagaimana kegiatan pembelajaran yang dilakukan berjalan dengan baik serta menghasilkan luaran yang baik pula. Agar pelaksanaan pembelajaran berjalan dengan baik dan hasilnya dapat diandalkan maka perbaikan pengajaran diarahkan pada pengelolaan proses pembelajaran. Dalam hal ini bagaimana model pembelajaran yang akan diterapkan oleh guru dan strategi pembelajaran yang dikembangkan di sekolah menghasilkan luaran pendidikan sesuai dengan apa yang diharapkan. Menurut Arends dalam Trianto (2012) model pembelajaran merupakan suatu perencanaan atau pola yang digunakan sebagai pedoman dalam merencanakan pembelajaran di kelas untuk membantu siswa mencapai tujuan pembelajaran. Model pembelajaran mengacu pada pendekatan pembelajaran yang akan digunakan, termasuk di dalamnya tujuan-tujuan pembelajaran, tahap-tahap dalam kegiatan pembelajaran, dan pengelolaan kelas. Melalui model pembelajaran, guru dapat membantu siswa mendapatkan informasi, ide, keterampilan, cara berfikir, dan mengekspresikan ide. Model pembelajaran 1
2 berfungsi pula sebagai pedoman bagi para perancang pembelajaran dan para guru dalam melaksanakan aktivitas belajar mengajar. Dalam pembelajaran IPA pada hakikatnya siswa belajar dari pengalamannya sendiri dan memperoleh pengetahuan. Kemudian memberi makna pada pengetahuan itu melalui proses belajar dengan mengalami dan menemukan sendiri secara berkelompok serta saling tukar pendapat, maka siswa menjadi senang dan tumbuhlah minat untuk belajar pada siswa. Berdasarkan hasil observasi, pembelajaran IPA di kelas 4 SD Negeri Tlogo Kecamatan Tuntang Kabupaten Semarang yang dilakukan oleh guru, model pembelajarannya kurang cocok dengan keadaan siswa berdasarkan hasil observasi yang dapat dilihat dari lapangan siswanya aktif namun metode pembelajaran yang digunakan oleh guru belum sesuai, sehingga pembelajaran hanya berpusat pada gurunya dan siswa kurang aktif dalam pembelajaran tersebut. Guru berpendapat bahwa tugas utamanya adalah memberikan pengetahuan pada siswa, sehingga dalam pembelajaran guru lebih aktif dari siswanya dan proses pembelajaran yang berlangsung di kelas hanya diarahkan pada kemampuan siswa sedangkan dalam proses pembelajarannya sendiri guru kurang memperhatikannya sampai sejauh mana siswa dapat berhasil dengan materi yang dipelajarinya. Untuk memperbaiki proses pembelajaran tersebut kita harus mencoba model pembelajaran yang lebih cocok dan bervariatif untuk siswa-siswi kita, salah satunya menggunakan model group investigation, dengan model pembelajaran group investigation tujuan dari menggunakan model ini adalah untuk mengembangkan kemampuan siswa dalam rangka berpartisipasi dalam proses sosial demokratis dengan mengkombinasikan perhatian-perhatian pada kemampuan antar personal (kelompok) dan kemampuan rasa ingin tahu akademis. Dalam hal ini guru hanya menyampaikan materi kepada siswa, tanpa melihat proses pembelajaran yang terjadi dengan melihat sejauhmana siswa dapat memahami materi yang telah diberikan oleh guru. Proses pembelajaran yang berlangsung dengan metode yang kurang efektif terutama dalam pembelajaran IPA. Hal ini dapat dilihat setelah dilaksanakan ulangan tengah semester, hasil belajar siswa kurang memuaskan. Banyak siswa yang memperoleh nilai di bawah KKM, yaitu 65. Dari 39 siswa hanya 17 siswa
3 yang memperoleh nilai tuntas dengan persentase 44%, sedangkan 22 siswa lainnya memperoleh nilai di bawah KKM dengan persentase 56%. Setelah mengetahui masalah yang dihadapi siswa dalam kegiatan pembelajaran tersebut, maka diperlukan model pembelajaran yang sesuai, menuntut siswa lebih aktif mulai dari tahap pertama sampai tahap akhir pembelajaran serta melatih siswa untuk menumbuhkan kemampuan berfikir mandiri, sehingga siswa dapat memahami materi secara optimal dan guru hanya sebagai fasilitator.untuk mengatasi masalah tersebut, peneliti melakukan pembelajaran IPA dengan menggunakan model pembelajaran group investigation karena dapat meningkatkan hasil belajar siswa sesuai dengan pendapat dari Isjoni (2013). Dimana dalam model pembelajaran group investigation ini siswa diberi pilihan penuh untuk merencanakan apa yang ingin dipelajari bersama kelompok dan memilih sub materi sesuai dengan pilihan masing-masing kelompok. Dalam pembelajaran group investigation ini juga siswa berpartisipasi dan aktif untuk mencari sendiri materi yang ingin dipelajari bersama-sama dan memiliki kemampuan yang baik dalam berkomunikasi maupun dalam keterampilam proses kelompok. Dengan demikian siswa akan tertarik dalam belajar IPA dan tidak merasa bosan selama proses pembelajaran berlangsung. Dalam hal ini peneliti memilih model pembelajaran group investigation karena dengan model pembelajaran ini siswa dapat saling bekerjasama dan berinteraksi antar siswa dalam kelompok tanpa memandang latar belakang, melatih siswa dalam berkomunikasi dengan baik dan mengemukakan pendapat siswa. 1.2 Identifikasi Masalah Berdasarkan fakta-fakta di lapangan dapat disimpulkan masalah-masalah sebagai berikut: 1. Dalam proses pembelajaran IPA di kelas 4 SD Negeri Tlogo Kecamatan Tuntang, Semarang, proses pembelajaran yang dilakukan oleh guru kurang menarik minat belajar bagi siswa. 2. Dalam pembelajaran guru hanya menggunakan metode yang menitikberatkan dan proses pembelajaran yang berlangsung di kelas hanya diarahkan pada
4 kemampuan siswa untuk menghafal informasi tanpa dituntut untuk memahami informasi yang diperoleh. 3. Guru mendominasi kegiatan pembelajaran tanpa mengetahui sejauh mana siswa telah memahami materi yang sudah diberikan, sedangkan siswanya tidak diberikan kebebasan untuk berfikir kritis memecahkan masalah yang ada dalam pembelajaran. 4. Model pembelajaran yang digunakan oleh guru kurang bervariasi sehingga minat siswa untuk mengikuti pelajaran kurang tumbuh dan siswa merasa jenuh dengan pembelajaran yang seperti itu. 5. Pembelajaran yang hanya mengunakan metode ceramah dan guru masih mendominasi kegiatan pembelajaran menyebabkan tingkat pemahaman yang kurang dan hasil belajar siswa rendah. 6. Tingkat pemahaman yang kurang dan hasil belajar siswa rendah bisa dilihat dari ketuntasan belajar siswa. Dari jumlah keseluruhan siswa yaitu 39 siswa, hanya 17 siswa yang memperoleh nilai tuntas dengan persentase 44%, sedangkan 22 siswa lainnya memperoleh nilai di bawah KKM yaitu 65 dengan persentase 56%. 1.3 Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang dan identifikasi masalah yang telah dikemukakan, maka rumusanan masalah dalam penelitian ini adalah : Apakah penggunaan model pembelajaran group investigation dapat meningkatkan hasil belajar siswa dalam pembelajaran IPA kelas 4 SD Negeri Tlogo Semester I Tahun Pelajaran 2016/2017?. 1.4 Tujuan Penelitian Berdasarkan rumusan masalah tersebut, tujuan yang akan dicapai dalam penelitian ini adalah untuk meningkatkan hasil belajar siswa dalam pembelajaran IPA dengan menggunakan model pembelajaran group investigation pada siswa kelas 4 SD Negeri Tlogo Kecamatan Tuntang Kabupaten Semarang Semester I Tahun Pelajaran 2016/2017.
5 1.5 Manfaat Penelitian Dalam penelitian ini diharapkan dapat membawa manfaat bagi dunia pendidikan. Adapun beberapa manfaat dari penelitiaan ini yaitu sebagai berikut: 1. Manfaat Teoritis Penelitian ini secara umum memberikan sumbangan dalam pembelajaran untuk meningkatkan hasil belajar siswa dengan menggunakan model pembelajaran group investigation pada pembelajaran IPA kelas 4 SD Negeri Tlogo Kecamatan Tuntang Kabupaten Semarang Semester I Tahun Pelajaran 2014/2015. 2. Manfaat Praktis a. Bagi siswa 1) Kemampuan siswa untuk pelajaran IPA bisa meningkat. 2) Siswa dapat memahami materi dengan mudah. 3) Hasil belajar yang diperoleh siswa dalam pelajaran IPA dapat meningkat. b. Bagi guru 1) Dapat menambah pengalaman guru dalam memecahkan masalah pembelajaran IPA di SD. 2) Memperoleh cara yang tepat dalam mengatasi permasalahan pembelajaran IPA di SD. 3) Meningkatkan kemampuan guru dalam mengelola proses pembelajaran IPA agar hasil yang diperoleh siswa lebih baik. c. Bagi sekolah 1) Menumbuhkan kerja sama antar guru yang berdampak positif pada kualitas pembelajaran di sekolah. 2) Memberikan sumbangan positif terhadap kemajuan sekolah yang tercermin dalam peningkatan kemampuan kinerja guru dan proses pembelajaran yang berlangsung di sekolah menjadi lebih baik. 3) Meningkatkan mutu sekolah.