BAB 1 PENDAHULUAN. layanan kesehatan dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu persepsi, sikap,

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. karena itu pemerintah telah merumuskan berbagai kebijakan pelayanan

BAB I PENDAHULUAN. manusia, dimulai sejak dari awal kehidupan. Usia lanjut adalah sekelompok

BAB I PENDAHULUAN. juta jiwa dan diperkirakan pada tahun 2025, jumlahnya akan mencapai 36 juta

BAB I PENDAHULUAN. jumlah lanjut usia (lansia). Kecenderungan peningkatan jumlah lansia. hidup mereka agar dapat mempertahankan kesehatannya.

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan memberikan dampak peningkatan pada angka Umur Harapan Hidup

BAB 1 PENDAHULUAN. terhadap masalah kesehatan, khususnya terhadap kemungkinan jatuhnya

BAB 1 PENDAHULUAN. hidup penduduk, menyebabkan jumlah penduduk lanjut usia terus meningkat

BAB 1 PENDAHULUAN. meningkatnya angka harapan hidup (life expectancy). Akibatnya jumlah penduduk

BAB I PENDAHULUAN. dunia. Dengan jumlah penduduk yang lebih dari 200 juta jiwa pada tahun 2000,

BAB I PENDAHULUAN. oleh lanjut usia dalam proses penyesuaian diri tersebut yaitu permasalahan dalam

BAB I PENDAHULUAN. dari jumlah penduduk atau sekitar 19 juta jiwa. Menurut ramalan World

BAB I PENDAHULUAN. kesejahteraan lanjut usia Bab 1 Pasal 1, yang dimaksud dengan Lanjut Usia adalah

BAB I PENDAHULUAN. atas yang mempunyai hak yang sama dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa,

tanda keberhasilan pembangunan di Indonesia. Semakin terjadinya peningkatan usia harapan hidup penduduk, dapat mengakibatkan jumlah

BAB I PENDAHULUAN. lansia meningkat secara konsisten dari waktu ke waktu (Dinkes, 2011).

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Lansia (lanjut usia) bukan suatu penyakit, namun merupakan tahap

PERSETUJUAN PEMBIMBING ARTIKEL FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN MINAT KUNJUNGAN LANSIA KE POSYANDU DI WILAYAH PUSEKSMAS MONGOLATO TAHUN 2014

LEMBAR PENGESAHAN JURNAL

BAB 1 PENDAHULUAN. mereka tidak lagi merasa terabaikan di dalam masyarakat. Berbagai kegiatan

BAB I PENDAHULUAN. Menurut laporan World Health Organitation tahun 2014, kasus penularan

BAB 1 PENDAHULUAN. mengakibatkan jumlah usia lanjut meningkat (Mulyani, 2009). banyak penduduk lanjut usia (Kompas, Edisi 17 April 2012).

BAB I PENDAHULUAN. pemberdayaan masyarakat, akan berjalan baik dan optimal apabila proses kepemimpinan

BAB I PENDAHULUAN. yang terkadang menimbulkan masalah sosial, tetapi bukanlah suatu penyakit

BAB I PENDAHULUAN. psikososial (Nugroho, 2008). Berdasarkan Undang-undang Nomor 13 tahun

SIKAP LANSIA DAN PELAYANAN PETUGAS KESEHATAN TERHADAP KUNJUNGAN DI POSYANDU WILAYAH PKM PATIHAN

BAB I PENDAHULUAN. fungsi normalnya sehingga tidak dapat bertahan terhadap. lahir dan umumnya dialami pada semua mahluk hidup (Nugroho, 2008).

BAB I PENDAHULUAN. Ayat 1 dan UU NO.36 Tahun 2009) dan sekaligus sebagai investasi, kesehatan yang optimal (Komnas Lansia, 2010).

BAB I PENDAHULUAN. Tenggara sekitar dari jumlah penduduk setiap tahunnya.gastritis

BAB I PENDAHULUAN. prevalensinya paling tinggi di dunia. Berdasarkan laporan World Health

BAB I PENDAHULUAN. gerakan gerakan shalat yang meliputi berdiri, ruku, sujud, dan duduk adalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Angka kematian ibu (AKI) merupakan salah satu indikator untuk

Jurnal Keperawatan, Volume XII, No. 2, Oktober 2016 ISSN

FIFI AZISYAH NIM : S

BAB III KERANGKA PENELITIAN. Dalam penelitian ini mencoba menjelaskan persepsi lansia tentang pelayanan

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEAKTIFAN LANSIA DALAM MENGIKUTI KEGIATAN POSYANDU LANSIA DI DESA KAUMAN KECAMATAN POLANHARJO KABUPATEN KLATEN

BAB I PENDAHULUAN. Tenggara. Terdapat empat jenis virus dengue, masing-masing dapat. DBD, baik ringan maupun fatal ( Depkes, 2013).

BAB 1 PENDAHULUAN. orang-orang yang lebih tua melainkan berada dalam tingkatan yang sama

BAB I PENDAHULUAN. 60 tahun dan diperkirakan pada tahun 2025 akan mencapai 1,2 milyar.

BAB I PENDAHULUAN. yaitu faktor genetik dan non genetik, seperti lingkungan, nutrisi, dan penyakit.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pemanfaatan pelayanan kesehatan secara umum bisa dikaitkan baik. di beberapa daerah yang mengalami kendala dalam

BAB 1 PENDAHULUAN. penurunan sekresi insulin yang progresif dilatar belakangi oleh resistensi insulin.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. masyarakat yang setinggi tingginya (Depkes, 2009). Adanya kemajuan ilmu

BAB I PENDAHULUAN. World Health Organization (WHO), lanjut usia (lansia) adalah orang berusia

BAB I PENDAHULUAN. meningkatnya tekanan darah arteri lebih dari normal. Tekanan darah sistolik

BAB I PENDAHULUAN. Pada tahun 2007, jumlah penduduk lanjut usia sebesar 18,96 juta

BAB I PENDAHULUAN. ketidaktahuan keluarga maupun masyarakat terhadap jenis gangguan jiwa

BAB 1 PENDAHULUAN. umur harapan hidup (life expectancy). Pembangunan kesehatan di Indonesia sudah

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan pada umumnya bertujuan untuk merubah kualitas kehidupan

BAB I PENDAHULUAN. Meningkatnya angka harapan hidup (life ecpectancy) merupakan salah

BAB I PENDAHULUAN. keadaan sempurna baik fisik, mental dan sosial tidak hanya bebas dari. kesehatan dan Keadaan Sejahtera Badan, Jiwa dan Sosial yang

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu indikator keberhasilan pembangunan adalah semakin meningkatnya

BAB I PENDAHULUAN. Tujuan pembangunan nasional bidang kesehatan di Indonesia tingkat

BAB 1 PENDAHULUAN. tekanan darah diatas normal yang mengakibatkan peningkatan angka morbiditas

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Hipertensi merupakan suatu keadaan terjadinya peningkatan tekanan

BAB I PENDAHULUAN. terjadi pertumbuhan dan perkembangan secara keseluruhan. Guna. mendukung pertumbuhan dan perkembangan balita, orang tua perlu

BAB I PENDAHULUAN UKDW. kesehatan masyarakat yang penting di dunia ini. Pada tahun 1992 World Health

BAB I PENDAHULUAN. Kader merupakan tenaga non kesehatan yang menjadi. penggerak dan pelaksana kegiatan Posyandu. Kader merupakan titik sentral dalam

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Menurut WHO, jumlah perokok di dunia pada tahun 2009 mencapai 1,1

BAB 1 PENDAHULUAN. diantaranya berkurangnya massa otot, bertambahnya massa lemak, penurunan

HUBUNGAN KONDISI FISIK RUMAH DAN SOSIAL EKONOMI KELUARGA DENGAN KEJADIAN PENYAKIT ISPA PADA BALITA

BAB I PENDAHULUAN. merupakan strategi pemerintah yang ditetapkan pada kementrian kesehatan untuk. segera dapat diambil tindakan tepat (Mubarak, 2012).

BAB I PENDAHULUAN. tergantung pada partisipasi masyarakat yang bersangkutan (Kemenkes RI,

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG. Secara teori perkembangan manusia dimulai dari masa bayi, anak,

BAB 1 PENDAHULUAN. berkembang menjadi insan yang berkualitas. sebanyak 20 juta anak balita yang mengalami kegemukan. Masalah gizi

GAMBARAN PENGETAHUAN IBU TENTANG ISPA DI PUSKESMAS DESA DAYEUH KOLOT KABUPATEN BANDUNG

PROFIL TINGKAT PENGETAHUAN PENDERITA KUSTA TENTANG PENYAKIT KUSTA DI PUSKESMAS KEMUNINGSARI KIDUL KABUPATEN JEMBER

BAB 1 PENDAHULUAN. mengalami kemunduran (Padila, 2013). Penuaan biasanya diikuti dengan

BAB I PENDAHULUAN. ekonomi, perbaikan lingkungan hidup, kemajuan ilmu pengetahuan, dan teknologi

BAB 5 : PEMBAHASAN. yang peneliti tanyakan sehingga pertanyaan tersebut dibacakan berulang kali.

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Summary HUBUNGAN SANITASI RUMAH DENGAN KEJADIAN ISPA PADA BALITA DIWILAYAH KERJA PUSKESMAS MARISA KECAMATAN MARISA KABUPATEN POHUWATO TAHUN 2012

BAB I PENDAHULUAN. ini diakibatkan oleh peningkatan populasi lanjut usia (lansia) dengan

BAB I PENDAHULUAN. seseorang dalam suatu sistem sosial (Friedman, 2010). Setiap individu

BAB I PENDAHULUAN. mewujudkan sumber daya manusia yang berkualitas di masa yang akan datang.

BAB I PENDAHULUAN. terjadi penyakit degeneratif yang meliputi atritis gout, Hipertensi, gangguan

BAB I PENDAHULUAN. Hal ini menyebabkan masalah kesehatan yang buruk di antara jutaan orang setiap

BAB I PENDAHULUAN. di negara berkembang. Badan kesehatan dunia, World Health Organitation

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang. Menurut Profil Kesehatan Indonesia tahun 2012 mengatakan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. mendapatkan pendidikan dan pelatihan. Kader posyandu mempunyai peranan

BAB I PENDAHULUAN. usia (lansia) di dunia. Lansia adalah seseorang yang berumur 60 tahun atau lebih

BAB 1 : PENDAHULUAN. penduduk yang telah mencapai usia 60 tahun ke atas. Salah satu indikator

BAB 1 : PENDAHULUAN. Fenomena ini dikenal sebagai penuaan penduduk yang terjadi di seluruh dunia. Pada Tahun

BAB I PENDAHULUAN. Infeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA) merupakan salah satu penyakit yang

HUBUNGAN DUKUNGAN KELUARGA DENGAN KEMANDIRIAN LANSIA DALAM PEMENUHAN AKTUVITAS SEHARI-HARI DI DESA TUALANGO KECAMATAN TILANGO KABUPATEN GORONTALO

BAB I PENDAHULUAN. oleh infeksi Mycobacterium tuberculosis dan dapat disembuhkan. Tuberkulosis

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kesehatan merupakan hak dasar manusia dan merupakan salah satu

BAB 1 PENDAHULUAN. Immunodeficiency Virus (HIV) semakin mengkhawatirkan secara kuantitatif dan

BAB 1 PENDAHULUAN. kehilangan cairan tubuh sehingga menyebabkan dehidrasi tubuh, hal ini

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Kristen Maranatha

BAB 1 PENDAHULUAN. melakukan olahraga senam aerobic. Namun masih banyak penderita DM. WHO (World Health Organization) kasus penyakit DM meningkat

BAB 1 PENDAHULUAN. Pembangunan kesehatan adalah upaya yang dilaksanakan oleh semua

SKRIPSI. DiajukanSebagai Salah Satu Syarat Untuk Meraih Gelar sarjana Keperawatan. Oleh: JOKO PURNOMO J

BAB I PENDAHULUAN. Bayi adalah anak usia 0-2 bulan (Nursalam, 2013). Masa bayi ditandai dengan

BAB 1 PENDAHULUAN. penyakit arteri koroner (CAD = coronary arteridesease) masih merupakan

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

PERSETUJUAN PEMBIMBING JURNAL FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEMANDIRIAN LANSIA DI PANTI SOSIAL TRESNA WERDHA PROVINSI GORONTALO

BAB I PENDAHULUAN. kesakitan dan kamatian ibu dan bayi. menurut World Health Organization

BAB I PENDAHULUAN. terhadap pelayanan kesehatan lansia meningkat. Peningkatan jenis dan

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan, temasuk penemuan obat-obatan seperti antibiotik yang mampu

Transkripsi:

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Seiring dengan semakin meningkatnya penduduk lansia, pemerintah telah merumuskan berbagai kebijakan pelayanan kesehatan usia lanjut meningkatkan derajat kesehatan dan mutu kehidupan lansia untuk mencapai masa tua bahagia dan berdaya guna dalam kehidupan keluarga dan masyarakat sesuai dengan keberadaannya. Sebagai wujud nyata pelayanan sosial usia lanjut, pemerintah telah mencanangkan pelayanan pada lansia melalui beberapa jenjang. Pelayanan kesehatan di tingkat masyarakat adalah posyandu lansia. Dalam melaksanakan kegiatan posyandu sering terdapat kendala yang sering dihadapi lansia dalam mengikuti kegiatan posyandu antara lain keaktifan lansia. Keaktifan lansia dalam pemanfaatan layanan kesehatan dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu persepsi, sikap, ketersediaan sarana dan prasarana, letak geografis menurut Depkes (2010). World Health Organization (WHO) mencatat bahwa terdapat 600 juta jiwa lansia pada tahun 2012 di seluruh dunia. WHO juga mencatat terdapat 142 juta jiwa lansia di wilayah regional Asia Tenggara. (Kemenkes 2012). Menurut Buletin Jendela Data dan Informasi Kesehatan (2013) berdasarkan persentase estimasi penduduk lansia di Indonesia 28.822.879 perkembangan penduduk lanjut usia tahun 2010-2020. Pada Pusat Data dan Informasi, Kemenkes RI (2015) Beban Tanggungan Indonesia sebesar 48,63% artinya setiap 100 orang penduduk yang masih produkf akan menanggung 48 orang yang tidak produkf di Indonesia. Persentase lansia 1

2 tertinggi adalah DI Yogyakarta (13,4%), Jawa Tengah (11,8%), Jawa Timur (11,5%). Data dari Dinas Kesehatan Kabupaten Ponorogo jumlah penduduk yang berada di Ponorogo sebanyak 868.814 jiwa, jumlah Pra-Usila 194.181 jiwa, jumlah Usila 148.726 (Dinas Kesehatan Ponorogo, 2016). Jumlah pra lansia baru yang dilayani sebanyak 45.027 jiwa, jumlah kunjungan lansia 70.474 jiwa. Jumlah kelompok lansia yang aktif berjumah 4168 orang (9,2%) dengan 3093 laki-laki (6,8%) dengan 1075 perempuan (2,3%). Berdasarkan studi pendahuluan di Puskesmas Utara yang dikemukakan oleh salah satu petugas puskesmas memiliki Posyandu Lansia binaan berjumlah 12 Posyandu dengan jumlah total lansia > 60 tahun sebanyak 5051 lansia, 2263 lansia perempuan dan 2788 lansia laki-laki. Dari data Puskesmas menunjukkan angka keakifan kunjungan ke Posyandu lansia setiap bulan pada tahun 2016 tidak konsisten. Diantaranya Posyandu Keniten angka keakifan kunjungan ke Posyandu 6,17% dari 1043 lansia, Posyandu Mangkujayan angka keakifan kunjungan ke Posyandu 4,8% dari 956 Lansia dan Posyandu Nologaten angka keakifan kunjungan ke Posyandu 3,6% dari 598, Posyandu Nologaten memiliki angka keaktifan kunjungan terendah. Jumlah keaktifan tersebut sangat sedikit dari yang kita harapkan, keaktifan lansia sebagai upaya pencegahan penyakit yang sering diderita lansia diantaranya gangguan sistem otot dan jaringan, infeksi akut pada saluran pernafasan, penyakit kulit, hipertensi, gastritis, diare, DM, asma. Faktor-faktor yang berhubungan dengan penurunan keakifan kunjungan lansia ke posyandu lansia antara lain: usia, jenis kelamin, tinggal bersama (dukungan kluarga), pendidikan pengetahuan lansia, pekerjaan,

3 ekonomi jarak rumah dengan lokasi posyandu. dan adanya fasilitas lain yang diberikan pemerintah. Persepsi kesehatan bahwa sehat merupakan suatu keadaan dan proses dalam upaya menjadikan dirinya terintegrasi secara keseluruhan, yaitu fisik, mental, dan sosial. Kepercayaan seseorang tentang mereka rentan atau tidak rentan terhadap penyakit, dan persepsi mereka tentang manfaat dari pencegahan penyakit yang dipengaruhi oleh kesiapan seseorang untuk bertindak. Keputusan seseorang mengenai seseorang akan memutuskan mengambil tindakan untuk mencegah, persepsi melindungi dan mengendalikan penyakit dipengaruhi oleh enam konsep. Enam konsep tersebut juga dipengaruhi oleh faktor perubah, seperti demografi (umur dan jenis kelamin), sosiopsikologika (individu, kelas sosial, teman sebaya, keluarga, ekonomi), dan struktural (pendidikan, pengetahuan tentang penyakit dan kontak sebelumnya dengan penyakit). Kegiatan Posyandu Lansia yang berjalan dengan baik akan memberikan kemudahan bagi lansia dalam mendapatkan pelayanan kesehatan dasar, sehingga kualitas hidup masyarakat di usia lanjut tetap terjaga dengan baik dan optimal. Berbagai kegiatan dan program Posyandu Lansia tersebut sangat baik dan banyak memberikan manfaat bagi para orang tua di wilayahnya. Seharusnya para lansia berupaya memanfaatkan adanya Posyandu Lansia tersebut sebaik mungkin, agar kesehatan para lansia dapat terpelihara dan terpantau secara optimal (Noviana 2014). Akan tetapi berdasarkan survei awal, study pendahuluan yang peneliti lakukan, menurut petugas kesehatan di Puskesmas Ponorogo Utara bahwa fenomena dilapangan menunjukkan kurangnya keaktifan seorang lansia disebabkan oleh bermacam macam faktor diantaranya lansia memilih

4 berobat ke dokter/klinik atau RS yang mereka percaya untuk kalangan menengah ke atas, berbagai kondisi fisik seperti sedang sakit, tidak adanya anggota yang mengantarkan ke posyandu, persepsi faktor internal dan faktor eksternal, pengalaman, wawasan, pemikiran, keinginan, motivasi dan tujuan sedangkan faktor eksternalnya meliputi lingkungan, keluarga, fisik, yang mengakibatkan ketidakstabilan kunjungan lansia. Sehingga dengan adanya permasalahan ketidakaktifan kunjungan lansia dikarenakan berbagai macam persepsi yang menyebabkan lansia tidak mau berkunjung ke posyandu lansia. Menurut data dan arahan petugas kesehatan Pusksmas Ponorogo Utara prosentase terkecil dan keaktifan yang tidak stabil terdapat di Posyandu Nologaten. Oleh sebab itu peneliti ingin meneliti mengenai Hubungan Persepsi Kesehatan Dengan Keaktifan Lansia Dalam Mengikuti Posyandu Lansia pada Puskismas Ponorogo Utara di Desa Nologaten Tahun 2017. 1.2. Rumusan Masalah Bagaimana Hubungan Persepsi Kesehatan Dengan Keaktifan Lansia di Puskesmas Ponorogo Utara? 1.3. Tujuan Penelitian 1.3.1. Tujuan Umum Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui Hubungan Persepsi Kesehatan Dengan Keaktifan Lansia Dalam Mengikuti Posyandu Lansia Di Posyandu Lansia Kelurahan Nologaten Kecamatan Ponorogo. 1.3.2. Tujuan Khusus Secara khusus penelitian ini bertujuan untuk

5 1. Mengidentifikasi persepsi kesehatan lansia dalam mengikuti posyandu lansia di Posyandu Lansia Kelurahan Nologaten Kecamatan Ponorogo. 2. Mengidentifikasi keaktifan lansia dalam mengikuti kegiatan posyandu lansia di Posyandu Lansia Kelurahan Nologaten Kecamatan Ponorogo. 3. Menganalisis hubungan persepsi kesehatan lansia dengan keaktifan lansia dalam mengikuti posyandu lansia di Posyandu Lansia Kelurahan Nologaten Kecamatan Ponorogo. 1.4. Manfaat penelitian 1.4.1. Manfaat Teoritis 1.4.1.1. IPTEKS Memberikan pengembangan penelitian berisi manfaatsecara teoritis untuk ilmu pengetahuan keperawatan gerontik. 1.4.2. Manfaat Praktis 1. Peneliti Memberikan pengetahuan dan pengetahuan baru dalam melakukan penelitian serta dapat mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi keaktifan lansia dalam mengikuti kegiatan posyandu lansia 2. Masyarakat Penelitian ini diharapkan dapat memberikan pemahaman lebih kepada masyarakat tentang faktor-faktor yang berpengaruh terhadap menanfaatan posyandu lansia sehingga masyarakat dapat berperan dalam mendudung kegiatan posyandu lansia.

6 Hasil penelitian ini dapat menambah kesadaran akan pentingnya kesehatan, dimana posyandu merupakan salah satu tempat pemeriksaan kesehatan yang sangat penting di lingkungan masyarakat. 3. Posyandu Lansia Hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai masukan bagi posyandu lansia sehingga lebih mengefektifkan faktor-faktor yang dapat meningkatkan keaktifan lansia untuk berkunjung dan memanfaatkan posyandu lansia dalam mengikuti kegiatan posyandu lansia. 4. Lansia Penelitian ini diharapkan dapat mendorong para lansia untuk memeriksakan kesehatannya serta aktif mengikuti program yang dilakukan Posyandu Lansia untuk lansia seperti senam lansia dan pemeriksaan kesehatan lainnya. 1.5. Keaslian Penelitian Keaslian dari penelitian ini dapat diketahui dari penelitian serupa dengan penelitian yang dilakukan oleh peneliti diantaranya: 1. Handayani (2012) Hubungan dukungan keluarga dengan kepatuhan lansia dalam mengikuti posyandu lansia di posyandu lansia Jetis Desa Krajan Kecamatan Weru Kabupaten Sukoharjo. Tujuan penelitian ini adalah mengetahui hubungan dukungan keluarga dengan kepatuhan lansia dalam mengikuti posyandu lansia di posyandu lansia Jetis Desa Krajan Kecamatan Weru Kabupaten Sukoharjo. Penelitian ini merupakan cross sectional dengan teknik pengambilan sampel dilakukan

7 secara Simple Random Sampling (sampel acak sederhana). Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh lansia yang berjumlah 100 orang. Perbedaan dengan penelitian ini terletak pada metode penelitian, variabel judul, waktu, tempat, penelitian. Sedangkan persamaan dengan penelitian ini adalah pada penelitian menggunakan metode deskriptif dengan teknik pengambilan sapel menggunakan sampling insidential. Metode pengumpulan data melalui pengukuran kuesioner. 2. Dian Maharani (2012) Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Keaktifan Lansia Dalam Mengikuti Kegiatan Posyandu Lansia Di Desa Kauman Kecamatan Polanharjo Kabupaten Klaten. Tujuan Posyandu lanjut usia adalah meningkatkan pengetahuan, sikap, perilaku positif, serta meningkatkan mutu dan derajat kesehatan lansia. Sehingga diperlukan kemauan yang kuat bagi lansia dalam mengikuti kegiatan Posyandu yang diadakan rutin oleh kader Posyandu. Berdasarkan hasil studi pendahuluan di Posyandu lansia Desa Kauman, Kecamatan Polanharjo, diperoleh informasi dari kader Posyandu pada periode Januari Desember 2011, dari 132 anggota Posyandu lansia, rata-rata ketidak hadiran lansia mencapai 60%. Tujuan penelitian adalah mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi keaktifan lansia dalam mengikuti kegiatan Posyandu lansia di Desa Kauman Kecamatan Polanharjo Kabupaten Klaten. Metode penelitian adalah diskriptif analitik dengan pendekatan crossectional. Populasi penelitian adalah seluruh anggota Posyandu desa Kauman sebanyak 132 orang. Teknik pengambilan sampel proportional random sampling diperoleh 100 responden. Data penelitian diperoleh dari kuesioner pengetahuan, dukungan keluarga,

8 motivasi dan check list keluhan fisik. Keaktifan responden diperoleh dari data kehadiran di Posyandu lansia. Data penelitian dilakukan uji regresi berganda. Perbedaan dengan penelitian ini terletak pada metode penelitian, variabel judul, waktu, tempat, penelitian. Sedangkan persamaan dengan penelitian ini adalah pada penelitian menggunakan metode deskriptif dengan teknik pengambilan sapel menggunakan sampling insidential. Metode pengumpulan data melalui pengukuran kuesioner. 3. Ficky Fadli Abas, 2015. Faktor yang Mempengaruhi Minat Lansia Dalam Mengikuti Posyandu Lansia di Wilayah Puskesmas Buko Kabupaten Bolaang Mongondow Utara. Skripsi, Program Studi Ilmu Keperawatan, Fakultas Ilmu-Ilmu Kesehatan dan Keolahragaan, Universitas Negeri Gorontalo. Pembimbing I Dr. Rama P. Hiola. Dra, M.Kes dan Pembimbing II Dr. Hj. Rosmin Ilham, S.Kep, Ns. MM. Posyandu Lansia merupakan perwujudan pelaksanaan program pengembangan diri kebijakan pemerintah melalui pelayanan kesehatan bagi lansia, sebagai suatu forum komunikasi dalam bentuk peran serta masyarakat usia lanjut, keluarga, tokoh masyarakat dan organisasi social dalam penyelenggaraannya, dalam upaya peningkatan tingkat kesehatan secara optimal. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui Faktor yang Mempengaruhi Minat Lansia Dalam Mengikuti Posyandu Lansia di Wilayah Puskesmas Buko Kabupaten Bolaang Mongondow Utara. Perbedaan dengan penelitian ini terletak pada metode penelitian, variabel judul, waktu, tempat, penelitian. Sedangkan persamaan dengan penelitian ini adalah pada penelitian menggunakan metode deskriptif

9 dengan teknik pengambilan sapel menggunakan sampling insidential. Metode pengumpulan data melalui pengukuran kuesioner. 4. Hasil analisis angka kunjungan pada hubungan persepsi kesehatan dan dukungan sosial dengan keaktifan lansia dalam mengikuti posyandu lansia di desa Pucangan Kecamatan Kartasura Kabupaten Sukoharjo, tentang persepsi terhadap responden menunjukkan bahwa mayoritas memiliki persepsi yang baik sebanyak 62 responden (72,9%). Sedangkan persepsi kesehatan kurang baik sebanyak 23 responden (27,1%). Hal ini dikarenakan persepsi dipengaruhi oleh beberapa faktor salah satunya yaitu pengalaman, Menurut (Notoadmodjo 2010) pengalaman merupakan faktor yang sangat berperan dalam menginterpretasikan stimulus yang diperoleh, pengalaman masa lalu atau apa yang telah kita pelajari akan menyebabkan terjadinya perbedaan intepretasi (Pradipta 2014)