BAB I PENDAHULUAN. mempunyai pangsa pasar besar dari keseluruhan sistem keuangan yang ada.

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. stabilitas ekonomi. Bank untuk bisa menjaga kepercayaan masyarakat, maka harus

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Keberadaan sektor perbankan sebagai subsistem dalam perekonomian suatu

BAB I PENDAHULUAN. Perbankan adalah segala sesuatu yang berkaitan dengan bank, mencakup

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. manfaat diantaranya dividen dan capital gain. Dividend merupakan bagian

BAB I PENDAHULUAN. akuntansi. Pengukuran ini perlu diketahui pihak yang berkepentingan untuk

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. bagian yang tidak dapat dipisahkan dari pembangunan ekonomi. Bank adalah lembaga keuangan yang kegiatan utamanya adalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pembangunan nasional suatu bangsa mencakup di dalamnya

BAB I PENDAHULUAN. Industri perbankan memegang peranan penting bagi pembangunan ekonomi

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Perbankan memegang peranan penting dalam pertumbuhan dan stabilitas

BAB 1 PENDAHULUAN. (Nopirin, 2009:34). Kelangkaan dana yang dimiliki dunia perbankan memicu

BAB I PENDAHULUAN. terjadi perkembangan yang sangat pesat dari tahun-tahun sebelumnya. Hal

BAB I PENDAHULUAN. panjang diantara berbagai alternatif lainnya bagi perusahaan, termasuk di dalamnya

Bab I Pendahuluan BAB I PENDAHULUAN. yang ditetapkan dan struktur permodalan yang lemah dan sebagainya.

BAB I PENDAHULUAN. memiliki fungsi intermediasi yaitu menghimpun dana dari masyarakat yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Bank merupakan suatu lembaga yang berperan sebagai perantara keuangan

BAB 1 PENDAHULUAN. ekonomi sebagai financial intermediary atau perantara pihak yang kelebihan dana

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan pada umumnya, bank juga berorientasi untuk mendapatkan laba yang

BAB I PENDAHULUAN. besar atau paling tidak sama dengan return (imbalan) yang dikehendaki

BAB I PENDAHULUAN. dikenal dengan istilah di dunia perbankan adalah kegiatan funding (Kasmir, 2008:

BAB 1 PENDAHULUAN. potensi dapat bermanfaat untuk pertumbuhan ekonomi, perlu disalurkan. kegiatan yang produktif. (AnggrainiPutri,2011)

BAB I PENDAHULUAN. lembaga keuangan terbesar didunia asal Amerika Lehman Brother, kredit

BAB I PENDAHULUAN. lembaga perbankan sangat dibutuhkan dalam suatu perekonomian. Kestabilan ini

BAB I PENDAHULUAN. keemasan yang puncaknya ditandai dengan keberhasilan beberapa bank besar

BAB I PENDAHULUAN. Pasar modal merupakan salah satu alternatif pilihan sumber dana jangka panjang bagi

BAB I PENDAHULUAN. Krisis ekonomi tahun 1997 yang kemudian berkembang menjadi krisis multi

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian (Yuliani, 2007) (Dendawijaya,2006:120).

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Pasal 1 Undang- Undang Republik Indonesia Nomor 10 Tahun 1998 (Merkusiwati, 2007:100)

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. memiliki banyak kebutuhan, terutama yang berkaitan dengan dana. Dana

BAB I PENDAHULUAN. kegiatan operasionalnya dengan cara menghasilkan laba tinggi sehingga. profitabilitasnya terus mengalami peningkatan.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB 1 PENDAHULUAN. bisnis yang berkembang dengan pesat sehingga sangat diperlukan sumber-sumber

BAB I PENDAHULUAN. Industri perbankan memegang peranan penting dalam menunjang kegiatan

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN

BAB 1 PENDAHULUAN. aman dan percaya untuk menanamkan investasi atau dananya di bank.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Perekonomian di Indonesia pada dasarnya tidak dapat dipisahkan dari

BAB I PENDAHULUAN. baik secara langsung maupun tidak langsung. Banyaknya sektor yang tergantung

BAB I PENDAHULUAN. pihak yang kelebihan dana (surplus unit) dalam bentuk simpanan giro, tabungan,

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Undang-Undang Nomor 7 tahun 1992 tentang perbankan. sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 10 tahun 1998

BAB I PENDAHULUAN. dan lainnya (Hanafi dan Halim, 2009). Sedangkan kinerja keuangan bank dapat

BAB I PENDAHULUAN. luar negeri. Sementara itu bagi investor, pasar modal merupakan wahana untuk

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Seiring dengan adanya krisis ekonomi yang menimpa Indonesia sejak

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang (Riyadi : 2006) (Kasmir : 2011)

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Perbankan merupakan lembaga keuangan yang berintensitas misal

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. Persaingan usaha di Indonesia yang semakin ketat saat ini mendorong banyak

BAB I PENADAHULUAN. satunya adalah agent of trust. Agent of trust berarti dalam kegiatan usahanya bank

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Sektor perbankan merupakan bagian yang tidak dapat dipisahkan dari

BAB I PENDAHULUAN. perekonomian dan berfungsi sebagai perantara (financial intermediary) antara

BAB I PENDAHULUAN. fungsinya sebagai lembaga intermediasi, penyelenggara transaksi

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. efek. Pasar modal menjadi sesuatu yang penting dan sangat berharga. Pernyataan

BAB I PENDAHULUAN. pemilik modal (fund supplier) dengan pengguna dana (fund user). Bank dengan

BAB I PENDAHULUAN. komunikasi maka akan semakin meningkat pula upaya berbagai perusahaan untuk

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Perkembangan bank syariah di Indonesia menunjukan arah

BAB I PENDAHULUAN. pengambilan keputusan. Laporan mengenai rugi laba suatu perusahaan

BAB 1 PENDAHULUAN. mengenai posisi keuangan, laporan laba rugi untuk menilai perkembangan

BAB I PENDAHULUAN. alternatif bagi perusahaan (Lubis, 2006). Dari sudut pandang ekonomi, pasar modal

BAB I PENDAHULUAN. bagi perusahaan. Termasuk didalamnya adalah perusahaan-perusahaan pada sektor

BAB I PENDAHULUAN. Asia. Langkah yang ditempuh dalam menghadapi krisis moneter salah satunya

BAB I PENDAHULUAN. didalamnya sektor usaha. Perbankan sebagai lembaga perantara (intermediate)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Jumingan (2006:239), kinerja keuangan bank merupakan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Krisis moneter pada tahun 1998 yang terjadi di indonesia memberikan

BAB I PENDAHULUAN. dan krisis moneter terjadi pada tahun yang memberikan dampak

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB 1 PENDAHULUAN. termasuk Indonesia. Sektor perbankan berfungsi sebagai perantara keuangan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Rasio keuangan adalah alat ukur yang paling sering igunakan dalam

BAB 1 PENDAHULUAN. merupakan sebuah lembaga yang mampu menjalankan fungsi pelantara (financial

BAB I PENDAHULUAN. modal dengan cara menawarkan sahamnya kepada masyarakat atau publik.

BAB I PENDAHULUAN. membutuhkan dana serta menawarkan surat berharga dengan cara listing

BAB I PENDAHULUAN. usahanya. Perbankan memiliki kedudukan yang strategis, yakni sebagai

BAB I PENDAHULUAN. perekonomian sebagai wujud peningkatan kualitas hidup. Peningkatan kualitas hidup

BAB I PENDAHULUAN. perekonomian yang berfungsi sebagai perantara (financial intermediary) antara

BAB I PENDAHULUAN. peranan yang penting dalam perekonomian di Indonesia. Aktifitas Bank adalah

BAB I PENDAHULUAN. berkembangnya pertumbuhan ekonomi suatu negara (Dietrich dkk, 2014). Dimana Bank

BAB I PENDAHULUAN. telah memiliki perubahan pola pikir tentang uang dan pengalokasiannya. Hal ini

BAB I PENDAHULUAN. ekonomi sebagai Financial Intermediary (perantara keuangan ) atau perantara

BAB I PENDAHULUAN. mengikutsertakan peran dan partisipasi masyarakat secara keseluruhan yang

BAB I PENDAHULUAN. Berkembanya perbankan Indonesia dapat dilihat dari jumlah bank yang

BAB 5 SIMPULAN DAN SARAN. Penelitian ini bertujuan untuk menguji pengaruh rasio keuangan Capital

UKDW BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Sistem keuangan merupakan salah satu hal yang krusial dalam masyarakat

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. merupakan instrumen investasi yang banyak dipilih para investor karena saham

BAB I PENDAHULUAN. ringan pada tahun Krisis keuangan di Amerika Serikat yang bermula dari

BAB I PENDAHULUAN. perekonomian suatu Negara. Aspek Rentabilitas turut andil didalam

BAB 1 PENDAHULUAN. peranan dunia perbankan semakin dibutuhkan oleh seluruh lapisan masyarakat

BAB I PENDAHULUAN. yang menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan dan

BAB I PENDAHULUAN. utama suatu bank adalah menghimpun dana dari masyarakat melalui simpanan

BAB I PENDAHULUAN. dalam sistem keuangan di Indonesia. Pengertian bank menurut Undang-Undang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Kegiatan perekonomian suatu negara tidak lepas dari transaksi keuangan.

Pengaruh Efisiensi Operasi, Kualitas Aktiva, Permodalan Dan Likuiditas Terhadap Profitabilitas Pada Bank Bumd Tahun

ANALIS PENGARUH VARIABEL-VARIABEL FUNDAMENTAL YANG MEMPENGARUHI HARGA SAHAM PADA PERUSAHAAN MANUFAKTUR DI BEI TAHUN

BAB I PENDAHULUAN. berarti juga memaksimalkan kemakmuran pemegang saham yang merupakan

BAB I PENDAHULUAN. untuk memiliki saham suatu perusahaan, jika harga saham suatu perusahaan selalu

PENDAHULUAN. memastikan stabilitas dan pertumbuhan ekonomi (Halling dan Hayden, 2006).

BAB I PENDAHULUAN. Kegiatan bank yang berupa penghimpunan dan penyaluran dana dapat

BAB I PENDAHULUAN. lain yang ditopang oleh bank tersebut. Fungsi bank sebagai perantara (financial

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Bank merupakan lembaga keuangan terpenting dan sangat mempengaruhi perekonomian baik secara mikro maupun secara makro. Kita ketahui, perbankan mempunyai pangsa pasar besar dari keseluruhan sistem keuangan yang ada. Mengingat begitu besarnya peranan perbankan di Indonesia, maka pengambil keputusan perlu melakukan evaluasi kinerja yang memadai. Lembaga perbankan merupakan salah satu tulang punggung perekonomian Indonesia, karena memiliki fungsi intermediasi atau sebagai perantara antara pemilik modal (fund supplier) dengan penguna dana (fund user). Penilaian harga saham merupakan langkah mendasar yang harus dilakukan oleh investor sebelum melakukan investasi, supaya investor tidak terjebak pada kondisi yang merugikan. Dimana harga saham di bursa efek ditentukan menurut hukum permintaan dan penawaran (kekuatan tawar menawar). Semakin banyak orang yang ingin membeli saham, maka harga saham akan cenderung bergerak naik, sebaliknya semakin banyak orang-orang yang akan menjual saham tersebut, maka harga saham cenderung akan bergerak turun. Pergerakan harga saham dalam kenyataannya akan dipengaruhi oleh faktor fundamental dan faktor teknikal. Dalam jangka pendek, maka faktor-faktor yang bersifat teknikal biasanya akan mempengaruhi fluktuasi harga saham. Sementara dalam jangka panjang maka biasanya faktor-faktor fundamental yang sesungguhnya akan menentukan harga saham.

Calon investor sebelum mengambil keputusan untuk berinvestasi selalu mempertimbangkan harga saham. Hal ini disebabkan karena harga saham sebuah perusahaan menunjukkan kepercayaan para pelaku pasar terhadap perusahaan di pasar modal. Jadi sebelum memutuskan berinvestasi calon investor biasanya melakukan analisis terhadap faktor-faktor yang mempengaruhi harga saham. Menurut Pujiono (2009) mengatakan bahwa harga saham (common stock) suatu perusahaan akan turun sebesar dividen yang dibagikan di sekitar ex dividend date. Harga saham dapat dipengaruhi beberapa rasio keuangan seperti: Rasio Likuidatas (Loan to Deposite Ratio), Rasio aktiva produktif (Non Performing Loan), Rasio Rentabilitas (Return on Asset, Return On Equity, Beban Operasional/Pendapatan Operasional dan Net Interest Margin) dan Rasio Solvabilitas (Capital Adequacy Ratio dan Debt Equity Ratio). Rasio keuangan pada tahun 2007 sampai dengan periode 2010 mengalami kenaikan sehingga harga saham mengalami kenaikan juga hal ini sejalan dengan pendapat Syamsudin (2004), yakni para pemegang saham menaruh perhatian pada tingkat keuntungan masa yang akan datang. Menurut Tandelilin (2001) menyatakan bahwa besarnya tingkat pengembalian perusahan dapat dilihat melalui besar kecilnya laba perusahaan tersebut. Jika laba perusahaan tinggi maka tingkat pengembalian investasi perusahaan akan tinggi sehingga para investor akan tertarik untuk membeli saham tersebut, sehingga harga saham tersebut akan mengalami kenaikan. Investasi dalam saham terbagi menjadi investasi jangka pendek dan investasi jangka panjang. Investasi saham dalam jangka pendek biasanya dimaksudkan untuk dijual kembali dengan segera. Investasi saham dalam jangka panjang biasanya dimaksudkan untuk memiliki hak suara di perusahaan lain atau

untuk menguasai perusahaan lain. Untuk memperkirakan harga saham, dapat digunakan analisa fundamental yang menganalisa kondisi keuangan dan ekonomi perusahaan yang menerbitkan saham. Analisa fundamental berhubungan dengan penilaian kinerja perusahaan tentang efektivitas dan efisiensi perusahaan mencapai tujuannya. Untuk menganalisa kinerja perusahaan dapat digunakan analisis rasio keuangan. Penjualan dan pembelian saham pada umumnya dapat dilakukan di pasar modal, yaitu tempat bertemunya pihak-pihak yang kelebihan dana dengan pihakpihak yang kekurangan dana. Pihak-pihak yang membutuhkan dana dapat menerbitkan sahamnya ke pasar modal dengan tujuan untuk mendapatkan dana yang akan dapat digunakan untuk membiayai kegiatan operasional perusahaan atau untuk memperluas usaha. Pihak yang kelebihan dana dapat menginvestasikan dananya dalam bentuk saham yang diterbitkan perusahaan penerbit dengan harapan bahwa dana yang diinvestasikan tersebut dapat menghasilkan pengembalian yang diharapkan. Gambaran risiko dan harga dari suatu saham perbankan dapat dinilai berdasarkan informasi kinerja keuangan perbankan tersebut. Untuk mengukur kinerja keuangan perbankan dibutuhkan suatu alat ukur dalam bentuk rasio. Beberapa rasio perbankan yang dapat digunakan untuk melihat kinerja keuangannya dapat disebutkan dalam uraian-uraian berikut ini. Rasio likuiditas adalah rasio-rasio yang dimaksudkan untuk mengukur likuiditas bank yaitu loan to deposit ratio. Rasio profitabilitas yaitu rasio yang bertujuan untuk mengetahui kemampuan bank dalam menghasilkan laba selama periode tertentu, beberapa rasio yang termasuk adalah return on assets, return on equity, net interest margin

dan Operasional/Pendapatan Operasional. Rasio permodalan yaitu rasio yang mengukur besarnya kemampuan bank dalam menopang resiko kerugian yang mungkin timbul dari penanaman dana dalam aktiva produktif yang mengandung resiko. Rasio ini terdiri dari capital adequacy ratio dan Debt to Equity (Mawardi,2005). Fenomena suku bunga perbankan yang sangat tinggi mencapai 77,63% pada tahun 1998. Akibat tingginya suku bunga dan tidak didukung oleh sektor rill, banyak kredit-kredit pinjaman di perbankan mengalami penundaan pembayaran sehingga masuk kategori macet. Bahkan pada tahun 1999 total kredit macet mencapai Rp 28,5 Triliun atau setara dengan 3,9% dari keseluruhan kredit perbankan (Zufrizal dan Hasrul, 2006). Akibat ditutupnya beberapa bank, terutama bank-bank swasta nasional, kepercayaan masyarakat terhadap bank mengalami penurunan. Ini ditandai dengan penarikan dana masyarakat secara besar-besaran (bank rush). Impilikasi yang muncul adalah menurunnya minat calon investor terhadap saham perbankan. Saat itu utang dari banyak emiten sektor perbankan melampaui asetnya sehingga ekuitas menjadi negatif. Ini berarti investor tak akan kebagian apa-apa. Belajar dari pengalaman krisis perbankan akhirnya para investor harus jeli di dalam menganalisis dan memperhatikan aspek fundamental untuk menilai ekspektasi imbal hasil (return) yang akan diperolehnya. Saat ini banyak orang maupun perusahaan yang menginvestasikan dana mereka dalam bentuk sekuritas. Investasi dalam bentuk sekuritas umumnya dilakukan dalam bentuk saham dan obligasi, namun yang lebih populer adalah dalam bentuk saham.

Triwulan pertama kondisi perbankan nasional tahun 2009 sudah menunjukkan tanda-tanda perbaikan, seperti terlihat pada meningkatnya rasio kecukupan modal (CAR) diatas 17 persen. Kondisi seperti ini diharapkan tidak membuat industri perbankan mengendurkan tali ikat pinggang kreditnya, karena bagaimanapun secara nasional, lembaga keuangan tetap mengantisipasi kemungkinan gejolak lanjutan krisis keuangan global. CAR digunakan untuk mengukur kecukupan modal yang dimiliki bank untuk menunjang aktiva yang mengandung atau menghasilkan risiko, misalnya kredit yang diberikan. Semakin tinggi CAR maka semakin kuat kemampuan bank tersebut untuk menanggung risiko dari setiap kredit atau aktiva produktif yang berisiko. Jika nilai CAR tinggi (sesuai dengan ketentuan Bank Indonesia sebesar 8%) berarti bahwa bank tersebut mampu membiayai operasi bank, dan keadaan yang menguntungkan tersebut dapat memberikan kontribusi yang cukup besar bagi profitabilitas bank (ROA) yang bersangkutan (Dendawijaya, 2003). Adanya prediksi dari berbagai pihak, bahwa kedit macet perbankan pada triwulan kedua tahun 2009 diperkirakan naik dari 4,3 persen manjadi 5 persen. Oleh karena itu, diperkirakan akan muncul lagi permasalahan baru untuk para pengelola perbankan yang akan dihadapkan pada dua pilihan, yaitu: (1) Menyelamatkan kredit macet dengan menurunkan bunga kredit otomatis laba bersih juga menurun. (2) Bertahan dengan tingkat suku bunga yang tinggi, namun potensi kredit macet yang terus meningkat. Adanya terobosan dari kebijakan Bank Indonesia yang tetap ditunggu pihak perbankan, diharapakan pihak perbankan nasional dapat mengantisipasi kemungkinan terjadinya prediksi tersebut, terkait dengan belum stabilnya krisis keuangan walaupun Indonesia dinilai saat ini

memiliki fundamental yang cukup kuat dalam menghadapi krisis keuangan global dibandingkan banyak Negara (Almilia,2005). Debt Equity Ratio (DER) adalah rasio yang digunakan untuk mengukur kemampuan bank dalam menutup sebagian atau seluruh utang-utangnya kepada pemerintah maupun investor yang menanamkan modalnya, baik jangka panjang maupun jangka pendek dengan dana yang berasal dari modal sendiri (Margaretha, 2007). Semakin besar rasio ini mencerminkan solvabilitas bank semakin rendah, sehingga kemampuan bank untuk membayar hutangnya akan rendah, hal ini berarti bahwa risiko bank (bank risk) relatif tinggi. Adanya risiko yang tinggi menyebabkan investasi pada suatu saham akan kurang menarik terutama bagi investor yang bukan risk taker, akibatnya harga saham akan turun. Rasio Net Interest Margin (NIM) mencerminkan risiko pasar yang timbul akibat berubahnya kondisi pasar, di mana hal tersebut dapat merugikan bank. Rasio NIM juga digunakan untuk mengukur kemampuan manajemen bank dalam menghasilkan pendapatan dari bunga dengan melihat kinerja bank dalam menyalurkan kredit, mengingat pendapatan operasional bank sangat tergantung dari selisih bunga dari kredit yang disalurkan. Semakin besar NIM yang dicapai oleh suatu bank, maka akan meningkatkan pendapatan bunga atas aktiva produktif yang dikelola oleh bank yang bersangkutan, sehingga laba bank (ROA) akan meningkat (Hasibuan, 2007). Rasio Likuiditas tercermin dalam Loan to Deposit Ratio (LDR) yang merupakan rasio yang menggambarkan kesehatan bank terutama dalam posisi jangka pendek. Bahkan bagi dunia perbankan likuiditas merupakan jantungnya bank. Sebesar apa pun aset suatu bank jika kondisi likuiditasnya terancam, maka

saat itu juga bank akan mengalami kesulitan dalam penarikan dana yang dilakukan oleh pihak deposan. Terlebih dalam menghadapi rush (penarikan secara serentak dari pada deposan), bank harus selalu tersedia dana likuiditas (Mahardian,2008). Liquiditas bank sangat penting karena besar Liquiditas Wajib Minimum (LWM) bank telah ditetapkan Bank Indonesia. Dalam pemberian kredit yang dikeluarkan harus berdasarkan jumlah dana terhimpun dari pihak ketiga dan modal sendiri. Likuiditas bank sebagai kemampuan bank untuk membayar semua utang jangka pendeknya dengan alat-alat likuid yang dikuasai. Kemampuan menyediakan dana yang cukup untuk memenuhi semua kewajibannya maupun komitmen yang telah dikeluarkan kepada nasabahnya setiap saat. Dalam mengukur likuiditas bank merupakan kemampuan bank untuk memenuhi kewajiban-kewajiban dengan segera, peneliti mempergunakan Loan to Deposit Ratio (LDR) sebagai perbandingan antara kredit yang dikeluarkan dengan dana yang terhimpun (giro, tabungan, deposito) dan modal sendiri. Rasio keuangan bank yang diduga mempengaruhi harga saham adalah Biaya Operasi Pendapatan Operasi (BOPO) yang menunjukkan semakin kecil BOPO menunjukkan semakin efisien bank dalam menjalankan aktifitas usahanya. BOPO merupakan rasio antara biaya operasi terhadap pendapatan operasi. Biaya operasi merupakan biaya yang dikeluarkan oleh bank dalam rangka menjalankan aktivitas usaha utamanya seperti biaya bunga, biaya pemasaran, biaya tenaga kerja dan biaya operasi lainnya. Pendapatan operasi merupakan pendapatan utama bank yaitu pendapatan yang diperoleh dari penempatan dana dalam bentuk kredit dan pendapatan operasi lainnya (Almilia, 2005).

Fenomena fungsi rasio perbankan di Indonesia saat ini menurut Retnadi (2006) kinerja perbankan nasional sampai dengan tahun 2006 dianggap belum memuaskan karena masih rendahnya tingkat fungsi rasio perbankan yang dicerminkan oleh rasio jumlah kredit yang disalurkan terhadap jumlah simpanan masyarakat yang berhasil dikumpulkan (LDR/Loan to Deposit Ratio). Jika dilihat dari rasio LDR atas dasar posisi, maka LDR September 2006 yang sebesar 61,92% sebenarnya telah membaik dibandingkan dengan LDR Desember 2005 yang hanya sebesar 61,62%. Namun LDR dilihat dari delta kredit terhadap delta simpanan, maka rasionya sejak tahun 2005 berada di bawah 100%, yaitu 82,62% (2005) dan 65,45% (September 2006). Ini berarti bahwa sejak tahun 2005, jumlah dana masyarakat yang berhasil dikumpulkan oleh perbankan tidak seluruhnya dapat disalurkan ke bentuk kredit (Retnadi, 2006). Sebagai konsekuensi atas rendahnya penyaluran kredit bank tersebut, maka kelebihan likuiditas perbankan akhirnya tertanam di SBI (Surat Berharga Bank Indonesia), di mana tahun 2005 masih sebesar Rp 54 triliun, meningkat tiga kali lipat menjadi Rp 150,6 triliun di bulan September 2006. Semakin rendah Loan to Deposit Ratio (LDR) sebuah bank maka bank tersebut diwajibkan untuk meningkatkan rasio Giro Wajib Minimum (GWM) di Bank Indonesia, sehingga praktis likuiditas perbankan akan semakin tersedot oleh Bank Indonesia (Mahardian, 2008). Jika pihak bank dapat menjaga kinerjanya dengan baik, terutama tingkat profitabilitas yang tinggi serta dapat memenuhi ketentuan prudential banking dengan baik, maka kemungkinan nilai saham dari bank yang bersangkutan di pasar sekunder dan jumlah dana dari pihak ketiga yang berhasil dikumpulkan akan

ikut naik. Kenaikan tersebut merupakan salah satu indikator naiknya kepercayaan masyarakat kepada bank yang bersangkutan. Tingkat kepercayaan masyarakat adalah fundamental bagi tumbuh atau hancurnya perbankan (Kamco, 2008). Profitabilitas merupakan indikator yang paling tepat untuk mengukur kinerja suatu bank (Syofyan, 2002). Ukuran profitabilitas pada industri perbankan yang digunakan pada umumnya adalah Return On Equity (ROE) dan Return On Asset (ROA). Return On Asset (ROA) memfokuskan kemampuan perusahaan untuk memperoleh earning dalam operasinya, sedangkan Return On Equity (ROE) hanya mengukur return yang diperoleh dari investasi pemilik perusahaan dalam bisnis tersebut (Siamat, 2002). Untuk selanjutnya dalam penelitian ini menggunakan ROA sebagai ukuran kinerja perbankan. Return On Asset (ROA) digunakan untuk mengukur efisiensi dan efektifitas perusahaan didalam menghasilkan keuntungan dengan memanfaatkan aktiva yang dimilikinya. Return On Asset (ROA) merupakan rasio antara laba sebelum pajak terhadap total asset. Semakin besar Return On Asset (ROA) menunjukkan kinerja yang semakin baik, karena tingkat kembalian (return) semakin besar. Apabila Return On Asset (ROA) meningkat, berarti profitabilitas perusahaan meningkat, sehingga dampak akhirnya adalah profitabilitas yang dinikmati oleh pemegang saham (Husnan, 1998). Pekembangan Return on Assets (ROA) bank-bank dalam industri perbankan yang tercatat di Bursa Efek Indonesia (BEI), dalam kurun waktu tahun 2004-2008 mengalami fluktuasi yang cukup berarti. Permasalahan dalam penelitian ini adanya temuan yang berbeda dari beberapa faktor yang mempengaruhi Return on Asset (ROA), serta dari data empiris adalah terjadi

beberapa penurunan ROA, sehinggga standar ROA sebesar 1,5 % tidak dapat dicapai oleh sebagian bank pada periode 2004-2008. Penelitian mengenai harga saham telah dilakukan oleh beberapa peneliti diantaranya dilakukan oleh Silitonga (2009) melakukan penelitian dengan judul Analisis Pengaruh Price Earning Ratio, Return on Asset, Net Interest Margin Terhadap Harga Saham Pada Industri Rokok Di Bursa Efek Indonesia. Hasil penelitian menunjukkan bahwa secara serempak bahwa Price Earning Ratio, Return on Asset, Net Interest Margin berpengaruh terhadap harga saham pada Industri Rokok Di Bursa Efek Indonesia, sedangkan secara parsial bahwa price earning ratio, dan net interest margin berpengaruh terhadap harga saham. Anggiat (2011) yang berjudul Pengaruh faktor fundamental terhadap harga saham emiten perbankan di bursa efek Indonesia dengan return on assets Sebagai variabel moderating. Penelitian ini menemukan bahwa Capital Adequacy Ratio (CAR), Loan to Deposit Ratio (LDR), Non Performing Loan (NPL), Net Interest Margin (NIM), Biaya Operasional terhadap Pendapatan Operasional (BOPO), Efficiency Ratio (EFF) dan Cost of Income Ratio (CIR) berpengaruh terhadap harga saham emiten perbankan di Bursa Efek Indonesia dengan Return On Assets (ROA) sebagai moderating dapat diterima. Dengan mengacu pada hasil-hasil penelitian terdahulu dan temuan-temuan fakta baru diatas, pada penelitian ini akan dilakukan kajian ulang mengenai faktor faktor yang mempengaruhi harga saham pada perusahaan perbankan swasta di Bursa Efek Indonesia.

1.2 Perumusan Masalah Berdasarkan uraian latar belakang sebelumnya, peneliti mengemukakan masalah penelitian sebagai berikut: 1. Apakah Rasio Likuiditas (Loan to Deposite Ratio), Rasio aktiva produktif (Non Performing Loan), Rasio Rentabilitas (Return on Asset, Return On Equity, Beban Operasional/Pendapatan Operasional dan Net Interest Margin) dan Rasio Solvabilitas (Capital Adequacy Ratio dan Debt Equity Ratio) berpengaruh secara simultan dan parsial terhadap Harga Saham pada perusahaan perbankan swasta di Bursa Efek Indonesia? 2. Apakah faktor-faktor yang telah lolos diuji dengan uji faktor berpengaruh terhadap harga saham pada perusahaan perbankan swasta di Bursa Efek Indonesia? 1.3 Tujuan Penelitian Tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Menguji dan menganalisis pengaruh Rasio Likuiditas (Loan to Deposite Ratio), Rasio aktiva produktif (Non Performing Loan), Rasio Rentabilitas (Return on Asset, Return On Equity, Beban Operasional/Pendapatan Operasional dan Net Interest Margin) dan Rasio Solvabilitas (Capital Adequacy Ratio dan Debt Equity Ratio) berpengaruh secara simultan dan parsial terhadap terhadap Harga Saham pada perusahaan perbankan swasta di Bursa Efek Indonesia. 2. Menguji dan menganalisis faktor-faktor yang telah lolos diuji dengan uji faktor berpengaruh terhadap harga saham pada perusahaan perbankan swasta di Bursa Efek Indonesia.

1.4 Manfaat Penelitian 1. Bagi peneliti untuk menambah wawasan dan pengetahuan mengenai pengaruh informasi rasio keuangan terhadap harga saham pada perusahaan perbankan swasta di Bursa Efek Indonesia. 2. Bagi Emiten diharapkan memberikan informasi terutama manajer keuangan untuk dijadikan sebagai bahan pertimbangan dalam menganalisis pengaruh rasio keuangan terhadap Harga Saham pada perusahaan perbankan swasta di Bursa Efek Indonesia. 3. Bagi peneliti selanjutnya diharapkan melengkapi temuan empiris yang sudah ada dibidang akuntansi untuk kemajuan dan pengembangan ilmiah pada masa akan datang dan memperkaya khasanah keilmuan pada umumnya. 4. Bagi Calon Investor diharapkan untuk memberikan informasi bagi calon investor sebelum melakukan investasi pada perusahan perbankan swasta. 1.5 Originalitas Penelitian ini merupakan replikasi dari beberapa penelitian terdahulu, salah satunya penelitian dari Wijayanti (2010) yang berjudul Analisis Kinerja Keuangan Dan Harga Saham Perbankan Di Bursa Efek Indonesia (BEI). Penelitian ini menemukan bahwa Variabel kinerja keuangan yang diwakili oleh CAR, ROA, NIM, NPL, LDR, EPS, PER dan faktor teknikal yaitu harga saham masa lalu menunjukkan bahwa secara simultan (serentak) mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap harga saham pada perusahaan perbankan pada tahun 2005. hal ini berarti perubahan CAR, ROA, NIM, NPL, LDR, EPS, PER, secara bersama-sama dapat digunakan sebagai variabel untuk memprediksi

perubahan harga saham. Dengan demikian dengan menganalisis 7 variabel tersebut investor atau masyarakat dapat menentukan pilihan yang tepat untuk berinvestasi pada saham perusahaan yang menguntungkan. Variabel kinerja keuangan yang secara parsial mempunyai pengaruh signifikan adalah EPS dan PER terhadap harga saham. Beda penelitian ini dengan penelitian terdahulu adalah : 1. Variabel independen penelitian Wijayanti adalah CAR, ROA, NIM, NPL, LDR, EPS, PER dan faktor teknikal yaitu harga saham masa lalu sedangkan variabel independen penelitian ini menambah variabel selain dari penelitian terdahulu yaitu Rasio Likuiditas (Loan to Deposite Ratio), Rasio aktiva produktif (Non Performing Loan), Rasio Rentabilitas (Return on Asset, Return On Equity, Beban Operasional/Pendapatan Operasional dan Net Interest Margin) dan Rasio Solvabilitas (Capital Adequacy Ratio dan Debt Equity Ratio) 2. Periode penelitian Wijayanti memiliki batasan pengambilan data dalam kurun waktu 1 tahun yaitu tahun 2005, sedangkan periode penelitian ini dalam kurun waktu 4 tahun yaitu tahun 2008-2011.