BAB I PENDAHULUAN MUSEUM WAYANG DI KOTA SURAKARTA,

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. baru, maka keberadaan seni dan budaya dari masa ke masa juga mengalami

BAB I PENDAHULUAN. ke jaman, seirama dengan perkembangan mode. Sekitar abad. berubah menjadi barang yang memiliki fungsi ekonomis di

BAB I PENDAHULUAN. maupun sekelompok bangunan yang memfasilitasi kegiatan penelitian dan

BAB I PENDAHULUAN. No. 12 Tahun 2012 tentang Pendidikan Tinggi pada pasal 1 ayat (1) disebutkan

BAB I PENDAHULUAN. I. Pendahuluan Latar Belakang Proyek. Batik sudah berabad abad tumbuh dan berkembang dari jaman ke

BAB I PENDAHULUAN. Bambu merupakan salah satu material lokal Indonesia yang sering. kita jumpai di lingkungan masyarakat. Namun dalam pemanfaatannya

BAB I PENDAHULUAN. a. Strategi/ Pendekatan Perancangan. Untuk pemilihan judul rest area tol Semarang-Solo

1. BAB I PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Projek Gagasan awal. Projek akhir arsitektur berjudul Pusat Rekreasi dan Interaksi

BAB I PENDAHULUAN. merupakan kota yang cukup padat dan banyak di datangi. Selain. terdapat di Yogyakarta. Keberadaan kampus-kampus di

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Proyek. Kudus dikenal sebagai kota penghasil rokok (kretek)

BAB I PENDAHULUAN. menjadi bebas tanpa hambatan tarif maupun non-tarif. Dari total. penduduk Indonesia. Indonesia dengan SDM dan SDA nya

GEDUNG WAYANG ORANG DI SOLO

BAB III METODE PERANCANGAN. kualitatif. Dimana dalam melakukan analisisnya, yaitu dengan menggunakan konteks

BAB I PENDAHULUAN. tahunnya, yang disebabkan oleh semakin beranekaragamnya produk

BAB I PENDAHULUAN Latar belakang Gagasan awal,strategi/pendekatan Perancangan. Skywalk merupakan akses pejalan kaki yang letaknya dua

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan suatu hal yang mempunyai prioritas penting saat ini.

CLUB HOUSE Di kawasan perumahan kompleks VI PKT Bontang BAB I PENDAHULUAN

darah tidak berfungsi dengan baik.

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG PROYEK Gagasan Awal. Dalam judul ini strategi perancangan yang di pilih adalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Projek Observatorium Astronomi. masyarakat umum. Hal ini tidak lepas dari keterbatasan fasilitas

BAB I PENDAHULUAN. memenuhi kebutuhan kehidupan manusia. Alangkah lebih baiknya. Terlebih lagi jika ingin mendalami segala sesuatu yang berkaitan

BAB III METODE PERANCANGAN

BAB III METODOLOGI PERANCANGAN

KATA PENGANTAR. rahmat, kasih dan mukjizatnya yang tak terbatas kepada penulis, dan orang tua yang

BAB III METODE PERANCANGAN. di Kota Malang dibutuhkan suatu metode yang merupakan penjelas tentang

BAB I PENDAHULUAN GEDUNG SENI PERTUNJUKAN DI SEMARANG LP3A TUGAS AKHIR 138

MUSEUM WAYANG NUSANTARA DI SURAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. Kabupaten Semarang dan sebagian masuk wilayah Kabupaten Kendal

BAB I PENDAHULUAN. I. 1. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang ><

KAWASAN WISATA BUNGA KOTA BANDUNG

BAB I PENDAHULUAN. Kemunculan berbagai komunitas otomotif khususnya komunitas mobil

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

Universitas Sumatera Utara

BAB III METODE PERANCANGAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. Auditorium Universitas Diponegoro 2016

BAB III METODE PERANCANGAN. perancang dalam mengembangkan ide rancangan. Metode yang digunakan dalam

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. tuntutan atau permintaan pihak pemberi tugas. Tahapan perencanaan yang. kebudayaan Indonesia serta pengaruh asing.

SOLO FINE ART SPACE BAB I PENDAHULUAN

PENGEMBANGAN BUMI PERKEMAHAN PENGGARON KABUPATEN SEMARANG

BAB III METODE PERANCANGAN. mewakili kompleksitas pemahaman Islam di Indonesia khususnya di Malang.

BAB 3 METODE PERANCANGAN. Metode perancangan yang digunakan dalam perancangan Convention and

BAB III METODE PERANCANGAN

BAB 3 METODA PERANCANGAN. Lingkup metoda penyusunan rencana Pembangunan Pusat Sains dan Teknologi di

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

2016 BANDUNG SPORTS CLUB

LANDASAN TEORI DAN PROGRAM

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

1BAB I PENDAHULUAN. KotaPontianak.Jurnal Lanskap Indonesia Vol 2 No

BAB III METODE PERANCANGAN

BAB I PENDAHULUAN. Tengah. 3 Neo Vernakular : suatu bentuk yang mengacu pada bahasa setempat dengan

BAB I PENDAHULUAN. Sumber : Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kota Semarang Tahun 2013

BAB III METODE PERANCANGAN

BAB III METODE PERANCANGAN

BAB 3 METODE PERANCANGAN. metode perancangan yang digunakan adalah metode deskriptif analisis. Metode

PENATAAN ULANG TAMAN REKREASI BUDAYA SRIWEDARI SURAKARTA Penekanan Desain Arsitektur Neo Vernakular

BAB 3 METODOLOGI PERANCANGAN. dari awal proses merancang, disertai dengan teori-teori dan data-data yang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG

BAB III METODE PERANCANGAN

TAMAN BUDAYA SURAKARTA Penekanan Desain Arsitektur Neo-Vernakular

HOTEL RESORT DI PARANGTRITIS

BAB III METODE PERANCANGAN. perancangan merupakan paparan deskriptif mengenai langkah-langkah di dalam

TAMAN REKREASI SERULINGMAS DI BANJARNEGARA Dengan Penekanan Desain Arsitektur Neo Vernakular

PENATAAN KAWASAN TAMAN WISATA JURUG SURAKARTA

BAB 3 METODE PERANCANGAN. data dari sumber literatur hingga survey langsung obyek-obyek komparasi untuk

BAB III METODE PERANCANGAN. Pada perancangan pusat seni tradisi Sunda ini banyak metode yang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN. LP3A Teater Universitas Diponegoro, Semarang. 1.1 Latar Belakang

BAB III METODE PERANCANGAN. Dalam proses perancangan Kepanjen Education Park ini dibutuhkan

BAB I PENDAHULUAN HOTEL INNA DIBYA PURI SEBAGAI CITY HOTEL DI SEMARANG

BAB III METODELOGI PERANCANGAN. Dalam Perancangan Hotel Resort Wisata Organik ini terdapat kerangka

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Latar Belakang Perancangan. adalah melalui jalur pariwisata.

BAB I PENDAHULUAN PENGEMBANGAN UNIVERSITAS DHYANA PURA DI BADUNG 1

BAB III METODE PERANCANGAN. Metode perancangan ini banyak penelitian yang dilakukan, baik

PENDAHULUAN BAB I. Latar belakang

BAB I PENDAHULUAN. RUMAH SAKIT UMUM TARUTUNG [Pick the date] 1.8. Latar Belakang. ARSITEKTUR FUNGSIONAL Page 11

BAB 3 METODE PERANCANGAN. Proses kajian yang digunakan dalam merancang Green Park Mall di

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB III METODE PERANCANGAN. Metode yang digunakan dalam perancangan Sentral Wisata Kerajinan

BAB I PENDAHULUAN PENGEMBANGAN FISIK BANGUNAN TPI JUWANA 1.1. LATAR BELAKANG

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

DAFTAR ISI. Halaman Judul. DAFTAR GAMBAR DAFTAR DIAGRAM DAFTAR TABEL Bagian 1 Penelusuran Persoalan Perancangan dan Pemecahannya...

BAB I PENDAHULUAN. sarana hiburan,dan merupakan salah satu yang sangat populer di hampir semua

LANDASAN TEORI DAN PROGRAM

LANDASAN TEORI DAN PROGRAM

BAB 1 PENDAHULUAN. Kondisi geografis kota Magelang berada pada jalur transportasi kota

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

Medan_Electronic_Mall

BAB III METODE PERANCANGAN. kualitatif, karena penelitian ini bertujuan membuat deskripsi, gambaran atau

BAB 1 PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG

MUSEUM GERABAH NUSANTARA Penerapan arsitektur bangunan berbahan gerabah pada bentuk bangunan

2.8 Kajian dan konsep figuratif rancangan (penemuan bentuk dan ruang). 59 bagian 3 hasil Rancangan dan pembuktiannya Narasi dan Ilustrasi

BAB III METODE PERANCANGAN

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN MUSEUM WAYANG DI KOTA SURAKARTA, 1.1 Latar Belakang Projek Wayang merupakan suatu budaya yang sudah lama ada di masyarakat jawa, yang merupakan seni dan budaya yang dimiliki Indonesia. Wayang pada umumnya merupakan sebuah kisah atau dongeng yang di mainkan dengan menggunakan alat boneka sebagai pemeran atau tokoh dalam cerita. Seni dan budaya wayang ini dapat sebagai sarana hiburan yang di pertunjukan ke masyarakat, selain sebagai hiburan pertunjukan ini menjelaskan atau memberikan sebuah pesan dan moral baik, dan mendidik. Di dalam perkembangan jaman dan kemajuan teknologi yang semakin maju, Begitu juga dengan perkembangan seni dan budaya wayang di wilayah Jawa Tengah kususnya kota solo dan sekitarnya, masih harus ditingkatkan agar dapat lebih berguna dan bermanfaat yang dapat mengikuti perkembangan jaman. Oleh sebab itu diperlukan suatu tempat yang memiliki banyak pengetahuan yang nanti didalamnya seseorang tersebut dapat menambah wawasan dan pengetahuan tentang seni budaya wayang. 1

Strategi / pendekatan Perancangan Pendekakan perancangan proyek lebih ke pendekatan perancangan proyek yang baru.karena pada bangunan museum yang sudah ada sebagian besar masih berdiri sendiri-sendiri dan hanya ada beberapa museum memiliki pengetahuan tentang seni dan pewayangan saja. Maka perlu fungsi lain untuk pembelajaran, melestarikan seni budaya wayang. 1.3 Kekhasan Projek Konsep perancangan proyek ini menggunakan konsep Neo vernakular yaitu Konsep perancangan kompleks bangunan museum wayang di semarang yang menggunakan konsep arsitektur jawa. Pengaplikasian arsitektur jawa dapat berupa pengadaptasian dari bentuk bangunan maupun dari pengunaan ornament-ornamen jawa yang berkaitan dengan fungsi bangunan museum wayang. 1.4 Alasan dan Motivasi Memilih Projek 1.4.1 Ketertarikan ( Interest ) Secara umum ingin menciptakan suatu karya arsitektur lingkungan yang dapat diterima masyarakat dan memiliki kekhasan pada desain yang berbeda dari bangunan museum pada umumnya, sehingga dapat menjadi pembelajaran bagi masyarakat untuk lebih memahami suatu karya arsitektur. 2

1.4.2 Kepentingan Mendesak ( Urgency ) Dengan adanya museum wayang yang terletak di Solo dapat membantu masyarakat luar untuk berlibur sekaligus mengenal tokoh tokoh pewayangan sebagai awal dari pelestarian kebudayaan ini. Salah satu tindakan untuk mengembangkan kebudayaan wayang jawa ini dengan cara memperlihatkan cara-cara ataupun diajarkan proses pembuatan wayang sehingga masyarakat mengerti dan paham dalam pembuatannya untuk dapat melestarikan budaya wayang dan di ajarkan secara turun menurun Selain itu supaya dapat menjadi wadah ilmu pengetahuan bagi generasi-generasi muda dan anak sehingga wawasan tentang seni budaya wayang dapat terus ada di dalam masyarakat di masa akan datang. Dan juga selain terdapat museum yang menampung banyak ilmu tentang seni budaya juga ada praktek secara langsung dalam menerapkan ilmu-ilmu yang ada seperti di dalam pembuatan wayang contoh wayang kulit. 1.4.3 Kebutuhan ( Need ) Untuk menunjang adanya pelestarian budaya di masyarakat yang mencakup diseluruh wilayah Jawa Tengah kususnya solo diperlukan wadah yang mampu mewadahi adanya kegiatan tersebut. Dan untuk menunjang adanya kegiatan kebudayaan tersebut diperlukan sebuah wadah yang tepat untuk menunjang kegiatan tersebut sehingga dapat mengetahui, mempelajari dan mempertunjukan. Dengan adanya 3 kegiatan yang berbeda maka dibutuhkan sebuah museum sebagai 3

tempat untuk memberikan wawasan tentang seni budaya wayang dan tempat untuk workshop sebagai wadah untuk memberikan ilmu serta mengajarkan ada juga tempat pertunjukan untuk mempetunjukan seni wayang. 1.4.4 Keterkaitan (Relevancy ) Dengan adanya suatu museum sebagai pusat pengembangan ilmu atau wawasan tentang apa saja yang ada didalam seni dan budaya wayang di Solo. Selain itu dengan adanya work shop dan seni pertunjukan, maka perkembangan seni pewayangan diwilayah Jawa Tengah semakin maju dan berkembang dan dapat dipertahankan oleh masyarakat atau pengunjung serta budayawan untuk tetap mempertahankan di jaman yang semakin maju ini supaya tetap menjadi salah satu budaya Indonesia yang menarik. 1.5 Tujuan dan Saran Pembahasan 1.5.1 Tujuan Tujuan dari proyek kompleks bangunan Museum wayang di kota Solo Surakarta adalah sebagai wadah untuk meningkatkan ilmu pengetahuan serta menambah wawasan tentang seni wayang di Jawa Tengah. Selain sebagai tempat museum wayang, yang nantinya akan difungsikan sebagai tempat untuk menambah wawasan serta ilmu pengetahuan kepada masyarakat kota Solo dan sekitar juga dapat di 4

fungsikan sebagai tempat tradisi seperti pertujukan berbagai macam wayang yaitu sebagai tempat hiburan kota solo. 1.5.2 Sasaran Sasaran proyek kompleks bangunan wayang kota solo di Jawa Tengah dibangun dalam konteks International. Selain untuk warga Indonesia, juga di diperuntukan bagi pengunjung asing yang membutuhkan ilmu pengetahuan atau wawasan yang lebih luas tentang seni wayang dan bagi pengunjung yang memiliki rasa ingin tau. 1.5.3 Lingkup Pembahasan Projek perancangan kompleks Museum wayang di Surakarta menggabungkan antara museum, tempat pertunjukan dan tempat pelatihan yang akan menjadi satu lingkup kompleks yang dimana akan ada pembagian zona-zona yang akan terlihat dari pola kegiatan dan aktivitas, dan menciptakan fasilitas-fasilitas yang dibutuhkan kemudian akan menimbulkan ciri khas dari area Museum wayang. Sedangkan pembahasan non-arsitektural digunakan untuk mendukung pembahasan utama, yang diantaranya : Digunakan ebagai wadah untuk menambah ilmu dan wawasan masyarakat dan pengunjung tetang seni dan 5

budaya wayang. Serta berfungsi sebagai sarana rekreasi, hiburan dan edukasi. Fasilitas-fasilitas bangunan ditujukan sebagai fasilitas untuk edukasi, hiburan dan hiburan, meliputi musum, tempat workshop, dan tempat pertunjukan. Eksplorasi bentuk, fasad dan kualitas ruang menyesuaikan penekanaan desain pada bangunan lingkungan sekitar dan permasalahan dominan dari projek ini. 1.6 Metode Pembahasan 1.6.1 Metode Pengumpulan Data Data Primer Studi Lapangan Studi Banding Wawancara Metoda Pengumpulan Data Data Sekunder Literatur/ referensi buku Browsing internet Diagram 1.1 Skema Bagan Metoda pengumpulan data Sumber : Analisa Pribadi, 2017 Data yang digunakan Metode yang digunakan dalam pengumpulan data antara lain : 6

Metode Pengumpulan Data Primer Untuk mengetahui informasi dilakukan kegatan survey, observasi, dan wawancara. Studi Observasi Di dalam proses pengumpulan data dilakukan dengan melakukan studi observasi lapangan atau survey pada beberapa bangunan seperti bangunan museum-museum yang ada, serta pengumpulan data yang berkaitan dengan tapak yang akan dipilih dengan memperhatikan kesesuaian aspek yang berkaitan dengan proyek. Dari hasil studi observasi di atas akan didapatkan data-data yang berupa foto-foto dokumentasi dan informasi yang berkaitan.. Wawancara Pengumpulan data dengan wawancara yaitu dengan melakukan tanya jawab secara langsung dengan narasumber yang berada dilokasi survey. Metode Pengumpulan Data Sekunder Pengumpulan data sekunder diperoleh dari studi literatur/buku maupun jurnal-jurnal dan media internet mengenai teori yang berkaitan dengan obyek studi proyek. 7

1.6.2 Metode Penyusunan dan Analisa Metode yang digunakan di dalam penyusunan penulisan dan analisa ini di antaranya menggunakan: Metode Induktif, yaitu melalui pengumpulan data dilakukan dengan cara: studi banding/komparasi data dari instansi terkait, wawancara dengan nara sumber, observasi pada lapangan dan mendokumentasikan data proyek sejenis dalam bentuk foto maupun vidio. Metode Deduktif, dengan cara melakukan pengumpulan data dari studi literature dan browsing dari internet yang berkaitan dengan proyek. Setelah semua data-data terkumpul dilakukan analisa data agar dapat diolah menjadi landasan teori dan pemrograman arsitektur. Metode Pemrograman Metode yang diguanakan dalam pemrograman antara lain: Analisa Analisa yang dilakukan meliputi analisa data proyek sejenis serta kondisi eksiting lokasi tapak yang akan dipilih. Sehingga dapat diketahui apa saja kebutuhan ruang, fasilitas serta aspekaspek yang diperlukan untuk membuat proyek museum wayang di Surakarta Sintesa Setelah dilakukan analisa data, akan dapat diketahui aspekaspek sejenis apa saja yang dibutuhkan pada proyek mulai dari 8

kebutuhan ruang, fasilitas-fasilitas, aspek-aspek terkait baik dari segi keyamanan hingga keamanan sehingga setelah itu dapat dibuat suatu desain yang dapat memenuhi aspek-aspek yang dibutuhkan pad proyek Museum wayang di Surakarta. Museum wayang, dapat dilihat pada diagram 1.2: Inovasi Literatur Pemrograman Analisa Analisis Fungsi, Pelaku dan Aktivitas; Analisis Kebutuhan dan Besaran Bangunan dan Lahan; Analisis Citra Arsitektural; Analisis Struktur, Material, Utilitas serta Teknologi yag digunakan; Analisis Pemilihan Lokasi dan Data: 1.1 Hasil Wawancara 2.1 Hasil Pengamatan Langsung 3.1 Dokumentasi 4.1 Kebutuhan Tinjauan Umum dan Tinjauan Khusus Permasalahan Program Tapak, Program Ruang,Struktur yang digunakan, Citra Arsitektural, Program Sistem Bangunan, Program Tenologi Bangunan Diagram 1.2 Skema Skenario Metoda Pemrograman Sumber : Analisa Pribadi 9

1.6.4 Metode Perancangan Arsitektur Metode yang digunakan dalam perancangan arsitektur antara lain: Asistensi Melakukan asistensi dengan dosen pembimbing, dimana setelah mengumpulkan data-data yang berkaitan dengan kebutuhan ruang, fasilitas, dan bahan material, serta mengamatai projek sejenis, mencari literatur dan banya referensi, dan juga memperhatikan keadaan lingkungan pada site rojek sejenis baik eksterior,interior dan lingkungan di sekitar site tersebut, emudian menganalisanya. Konsep Konsep perancangan kompleks bangunan museum wayang di Surakarta yang menggunakan konsep arsitektur jawa dan modern. Pengaplikasian arsitektur jawa dan modern dapat berupa pengadaptasian dari bentuk bangunan maupun dari pengunaan ornament-ornamen jawa yang berkaitan dengan fungsi bangunan museum wayang. Rancangan Skematik Rancangan skematik desain pada perancangan Museum wayang, dapat dilakukan dengan melalui sketsa tangan maupun dengan bantuan teknologi computer dalam memvisualisasi konsep desain dari bentuk bangunan Museum wayang. Pengembangan ide-ide maupun gagasan yang dituangkan dalam sketsa-sketsa tangan disesuaikan dengan spesifikasi proyek 10

museum wayang di kota Surakarta ini agar sesuai dengan fungsinya. Pembuatan Detail Dalam pembuatan detail-detail yang diambil pada bagianbagian konstruksi bagunan yang menarik dan bagian konstruksi yang perlu di perjelas. Presentasi Presentasi dapat menggunakan media seperti - Gambar kerja 2D (dua dimensi) - Media power point - Media maket maupun gambar 3D ( tiga dimensi ) 11

1.6.5 Kerangka Pemikiran Dalam menyusun landasan teori untuk projek Museum Wayang di Surakarta. terdapat kerangka pemikran yang dapat dilihat pada diagram 1.3 : Dibutuhkan tempat pelatihan dan pengembangan seni budaya wayang Dibutuhkan Museum wayang Latar Belakang Permasalahan Utama Desain Pemecahan Masalah Mencari data melaui literatur dan Internet Spesifikasi Proyek Analisa Permasalahan Skematik Desain Pengumpulan Data Persortiran Data Design Development Studi Pengumpulan Data Primer & Data Seunder serta Pengumpulan Data Induktif dan dekduktif Diagram 1.3 Skema Skenario Kerangka Pemikiran 1 Sumber : Analisa Pribadi 12

Dibutuhkan tempat untuk edukasi, pengembangan pelatihan tentang seni dan budaya wayang. Latar Belakang Pengumpulan Data Studi Pengumpulan Data Primer & Data Seunder serta Pengumpulan Data Induktif dan dekduktif Spesifikasi Proyek Mencari data melaui literatur dan Internet Design Development Persortiran Data Skematik Desain Analisa Permasalahan Permasalahan Utama Desain Pemecahan Masalah Dibutuhkan wayang di Solo Museum Diagram 1. 4 Skema Skenario Kerangka Pemikiran 2 Sumber : Analisa Pribadi 13

1.7 Sisematika Pembahasan Sistematika Pembahasan dalam Landasan Teori dan Pemrograman adalah sebagai berikut: 1.7.1 BAB I PENDAHULUAN Pada BAB I pembahasan mengenai pendahuluan, pada pendahuluan tersebut terdapat beberapa inti yang akan dibahas seperti menjelaskan mengenai Latar Belakang Projek, kemudian terdapat Tujuan dan Sasaran Pembahasan, Lingkup Pembahasan, Metoda Pembahasan sebagai perkenalan dari projek, dan Sistematika Pembahasan. 1.7.2 BAB II TINJAUAN PUSTAKA Pada BAB II membahas tentang beberapa hal seperti Tinjauan Umum, Tinjauan Khusus mengenai museum wayang serta Kesimpulan Batasan dan juga Anggapan mengenai projek. 1.7.3 BAB III ANALISA PENDEKATAN PROGRAM ARSITEKTUR Pada BAB III membahas hal yang berkaitan dengan analisa pendekatan arsitektur seperti analisa pendekatan secara arsitektur yang berisi tentang studi aktifitas,studi fasilitas ( kebutuhan, pola, besaran, indoor/outdoor ) studi ruang khusus, studi khusus luas / besaran bangunan dan lahan, studi citra arsitektural, pendekatan pada sistem bangunan yang berisi tentang studi sistem struktur, studi sistem utilitas, 14

studi pemanfaatan teknologi yang akan digunakan pada bangunan, dan analisa pendekatan pada konteks lingkungan sekitar projek. 1.7.4 BAB IV PROGRAM ARSITEKTURAL Pada BAB IV membahas program arsitektur yang berisikan konsep program serta tujuan perancangan, faktor penentu perancangan, faktor persyaratan, dan faktor persyaratan perancangan. Selain itu juga membahas tentang konsep program aspek citra,aspek fungsi, serta aspek teknologi. 1.7.5 BAB V KAJIAN TEORI Pada BAB V membahas tentang beberapa hal, seperti kajian teori yang akan menekankan kepada penekanan atau tema desain dan juga akan mengaji mengenai teori yang membahas mengenai permasalahan dominan yang akan dikaitan dengan bentuk,teknologi,serta lingkungan budaya. 15