BADAN METEOROLOGI KLIMATOLOGI DAN GEOFISIKA BMKG Jl. Sisingamangaraja BADAN METEOROLOGI No. 1 Nabire Telp. (0984) DAN GEOFISIKA 22559,26169 Fax (0984) 22559 IDENTIFIKASI CUACA STASIUN TERKAIT METEOROLOGI HUJAN LEBAT NABIRE (65.6 mm) DI NABIRE TANGGAL 13 SEPTEMBER 2017 I. INFORMASI KEJADIAN KEJADIAN LOKASI TANGGAL 13 September 2017 DAMPAK Telah terjadi hujan lebat sekitar pukul 19.00 s/d 08.00 WIT di wilayah Kota Nabire dan sekitarnya. Kota Nabire dan sekitarnya Hujan lebat yang terjadi (± 13 jam) tersebut menyebabkan beberapa genangan air di sekitar ruas jalan di Kota Nabire II. DATA CURAH HUJAN Data Curah Hujan Curah Hujan Terukur (mm) Keterangan Stasiun Meteorologi Nabire 65.6 mm Hujan Lebat III. ANALISA METEOROLOGI INDIKATOR 1. Matahari 2. ENSO (El Nino South Osciilation) 3. MJO (Madden Julian Oscillation) 4. SST (Sea Surface Temperature) 5. OLR (Outgoing Longwave Radiation) KETERANGAN Berdasarkan gambar gerak semu matahari, tanggal 13 September 2017 terlihat posisi matahari berada di Belahan Bumi Utara (BBU). Hal ini berarti radiasi matahari akan lebih banyak diterima di daerah BBU dibandingkan dengan di deaerah BBS. Hal ini dapat menimbulkan pemanasan yang lebih banyak di daerah BBU yang dapat berakibatkan pada penurunan tekanan dan peningkatan awan awan konvektif di daerah BBU. Berdasarkan data indeks Nino 3.4 tanggal 13 September 2017 yang bernilai - 0.34 dan data SOI tanggal 13 September 2017 yang bernilai + 6.7, maka dapat dikatakan bahwa pada tanggal 13 September 2017, menunjukkan potensi penguapan dan perawanan di wilayah Benua Maritim Indonesia cukup rendah dan adanya potensi hujan di wilayah Benua Maritim Indonesia, terutama di bagian timur. Berdasarkan data diagram fase MJO pada tanggal 13 September 2017 yang berada tengah lingkaran, sehingga tidak mempengaruhi kondisi curah hujan di sekitar wilayah Indonesia. Data model analisis SST tanggal 13 September 2017 menunjukkan bahwa suhu muka laut di wilayah perairan Indonesia cukup hangat berkisar 28 31 C. Analisis anomali SST bernilai positif (+0.0) (+2.0) C di sekitar perairan Nabire. Kondisi ini menunjukkan potensi penguapan yang cukup tinggi sehingga kadar uap air tersedia cukup banyak di sekitar wilayah tersebut. Berdasarkan hasil analisis Outgoing Longwave Radiation (OLR) tanggal 13 September 2017 nilai anomali OLR disekitar wilayah Nabire : -10 W/m2 s/d -30 W/m2. Anomali OLR bernilai negatif menandakan tutupan awan cenderung lebih dari rata-rata klimatologisnya..
6. Pola Arus Angin (Streamline) Berdasarkan peta gradient wind analysis tanggal 13 September 2017 pukul 12.00 UTC menunjukkan terlihat adanya pergerakan angin BADAN METEOROLOGI yang membawa massa DAN GEOFISIKA udara dingin dari samudera Pasifik, yang BALAI BESAR METEOROLOGI menyebabkan DAN GEOFISIKA terjadi pola WILAYAH daerah bertekanan V rendah (L) 1007 hpa serta adanya Siklon Tropis TALIM & terjadinya pola konvergensi serta pola shearline (belokan angin) diatas wilayah Nabire, yang dapat berperan untuk pembentukan awan awan konvektif penghasil hujan sedang hingga lebat. 7. Kelembaban Relatif Berdasarkan data kelembaban relatif tanggal 13 September 2017 pada lapisan 850, 700, 500 & 200 mb pukul 12.00 & 18.00 UTC wilayah Nabire yaitu 8. Indeks Labilitas Udara 9. Citra Satelit Lapisan RH Pukul 12.00 UTC Pukul 18.00 UTC 850 mb 80 % 80 % 700 mb 80 % 70 % 500 mb 90 % 80 % 200 mb 50 % 90 % Kelembaban relatif berkisar 50 90%. Dapat disimpulkan bahwa pada saat kejadian hujan lebat, kondisi udara basah hingga lapisan 500 mb, sangat berpotensi untuk perbentukan awan-awan konvektif di sekitar wilayah Nabire, Berdasarkan analisis labilitas udara tanggal 13 September 2017 pukul 12.00 & 18.00 UTC di wilayah Nabire yaitu : Nilai K.Indeks yaitu 40, yang mengindikasikan potensi pembentukan awan konvektif kuat. Nilai Showalter Indeks yaitu -1 yang mengindikasikan kemungkinan terjadi badai guntur. Berdasarkan gambar satelit Himawari 8 EH pada tanggal 13 September 2017 yang diambil mulai 11.00 s/d 23.00 UTC (20.00 s/d 08.00 WIT) memperlihatkan terdapatnya awan-awan konvektif (awan hujan) meluas tepat diatas wilayah Nabire. Terlihat kumpulan awan konvektif tersebut bergerak masuk ke wilayah Nabire berasal dari arah timur yang merupakan area pergunungan perbukitan di Nabire. Dari klasifikasi jenis awan diketahui awan yang terbentuk adalah awan Cumulonimbus (Cb) yang dapat diketahui berdasarkan suhu puncak awan pada counter line satelit Himawari 8 EH yaitu (- 80) s/d (-100) 0 C yang berpotensi menimbulkan hujan dengan intensitas sedang hingga lebat. Kumpulan awan Cumulunimbus tersebut bergerak menuju wilayah Nabire pada jam 11.00 UTC. IV. KESIMPULAN Berdasarkan analisis diatas dapat disimpulkan bahwa : Secara analisis global, hujan lebat yang terjadi di wilayah kota Nabire dan sekitarnya dipengaruhi OLR, Indeks SOI serta kondisi SST yang cukup hangat. Adanya pola Low (daerah tekanan rendah), pola konvergensi & pola shearline (belokan angin) di sekitar wilayah Nabire yang menyebabkan terjadinya pembentukan awan awan konvektif penghasil hujan lebat. Kelembaban relatif (RH) pada lapisan 850, 700, 500 & 200 mb bernilai 50-90%. Hal ini menunjukkan bahwa pada saat kejadian hujan lebat kondisi udara basah hingga lapisan 500 mb, sangat berpotensi untuk perbentukan awan-awan konvektif diatas wilayah Nabire Dari klasifikasi jenis awan diketahui awan yang terbentuk adalah awan Cumulonimbus (Cb) yang dapat diketahui berdasarkan suhu puncak awan pada counter line satelit Himawari 8 EH yaitu (-80) s/d (-100) 0 C yang berpotensi menimbulkan hujan dengan intensitas sedang hingga lebat. Dari indeks labilitas udara diketahui bahwa adanya potensi pembentukan awan konvektif kuat dan kemungkinan terjadi badai guntur.
V. PROSPEK KEDEPAN Untuk 3 (tiga) hari ke depan, wilayah Nabire masih berpotensi terjadinya hujan dengan intensitas ringan hingga sedang terutama pada malam hari dan pagi hari BADAN METEOROLOGI DAN GEOFISIKA VII. PERINGATAN DINI NIHIL LAMPIRAN Gambar 1. Track MJO & OLR tanggal 13 September 2017 (Sumber : www.bom.gov.au) Gambar 2. Grafik Indeks Nino 3.4 dan SOI tanggal 13 September 2017 (Sumber : www.bom.gov.au) Gambar 3. Analisa streamline pukul 12.00 UTC & peredaran matahari tanggal 13 September 2017 (Sumber : www.bom.gov.au)
Gambar 4. Citra Satelit Himawari 8 EH pukul 11.00 s/d 23.00 UTC tanggal 13 September 2017
Gambar 5. RH Lapisan 850, 700, 500 & 200 mb pukul 12.00 & 18.00 UTC tanggal 13 September 2017 (Sumber : bom.gov.au/) Gambar 6. Analisa SST & Anomali SST tanggal 13 September 2017 (Sumber : http://www.bmkg.go.id/)