BAB I PENDAHULUAN. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (Depdiknas, 2007: 723), mendasari berbagai macam ilmu. Selain itu, Matematika merupakan salah

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Masalah Rini Apriliani, 2013

BAB I PENDAHULUAN. kepada semua jenjang pendidikan mulai tingkat SD, SMP, SMA/SMK, bahkan. menghadapi perkembangan jaman yang semakin maju.

48. Mata Pelajaran Matematika untuk Sekolah Menengah Atas Luar Biasa Tunalaras (SMALB E) A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Mata pelajaran matematika wajib diberikan kepada semua peserta didik mulai

BAB I PENDAHULUAN. cukup menjadi alasan, sebab matematika selalu diajarkan di setiap jenjang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. dan proses pembelajaran agar siswa secara aktif mengembangkan potensi dirinya

BAB I PENDAHULUAN. penting. Salah satu bukti yang menunjukkan pentingnya. memerlukan keterampilan matematika yang sesuai; (3) merupakan sarana

BAB I PENDAHULUAN. terutama dalam mata pelajaran matematika sejauh ini telah mengalami

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta

I. PENDAHULUAN. didiknya. Sekolah sebagai lembaga pendidikan berusaha secara terus menerus dan

BAB I PENDAHULUAN. logis, analitis, sistematis, kritis, dan kreatif, serta kemampuan bekerjasama. Lebih

, 2015 PENGARUH PENGGUNAAN MODEL GUIDED DISCOVERY LEARNING TERHADAP KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIS SISWA SMP

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan pada dasarnya merupakan suatu upaya untuk memberikan

BAB I PENDAHULUAN. matematika diantaranya: (1) Siswa dapat memahami konsep matematika,

BAB I PENDAHULUAN. keterkaitannya dengan perkembangan ilmu sosial sampai saat ini. Setiap

BAB I PENDAHULUAN. berkembang ke arah positif. Pendidikan nasional bertujuan untuk berkembangnya

BAB I PENDAHULUAN. Matematika mempunyai peran yang sangat besar baik dalam kehidupan

BAB I PENDAHULUAN. Tujuan umum pembelajaran matematika yang dirumuskan dalam. Permendiknas Nomor 22 Tahun 2006 tentang Standar Isi, adalah agar siswa

42. Mata Pelajaran Matematika untuk Sekolah Menengah Pertama Luar Biasa Tunanetra (SMPLB A)

44. Mata Pelajaran Matematika untuk Sekolah Menengah Atas (SMA)/ Madrasah Aliyah (MA)

BAB I PENDAHULUAN. diperlukan kemampuan untuk memperoleh informasi, memilih informasi dan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Matematika merupakan ilmu universal yang berguna bagi kehidupan

BAB I PENDAHULUAN. Matematika merupakan Queen and Servant of Science, maksudnya

BAB I PENDAHULUAN. teknologi modern, mempunyai peran penting dalam berbagai disiplin dan

BAB I PENDAHULUAN. matematika kurang disukai oleh kebanyakan siswa. Menurut Wahyudin (1999),

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN. depan yang lebih baik. Melalui pendidikan seseorang dapat dipandang terhormat,

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Ine Riani, 2013

43. Mata Pelajaran Matematika untuk Sekolah Menengah Pertama Luar Biasa Tunarungu (SMPLB B)

BAB I PENDAHULUAN. Matematika merupakan ilmu universal yang mempunyai peran penting

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana terhadap suasana belajar

BAB I PENDAHULUAN. digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

BAB I PENDAHULUAN. Matematika merupakan disiplin ilmu yang diaplikasikan di berbagai

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Pengetahuan manusia tentang matematika memiliki peran penting dalam

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan memegang peranan penting dalam perkembangan ilmu. pengetahuan dan teknologi. Pendidikan mampu menciptakan sumber daya

I. PENDAHULUAN. pendidikan. Pendidikan merupakan salah satu aspek kehidupan yang penting

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

2015 MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS DAN LOGIS MATEMATIS SERTA KEMANDIRIAN BELAJAR SISWA SMP MELALUI LEARNING CYCLE 5E DAN DISCOVERY LEARNING

Matematika merupakan salah satu cabang ilmu pengetahuan yang tidak pernah lepas dari segala bentuk aktivitas manusia dalam kehidupan sehari-hari,

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Nobonnizar, 2013

09. Mata Pelajaran Matematika

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. menyampaikan informasi atau mengkomunikasikan ide-ide melalui lisan, tulisan,

BAB I PENDAHULUAN. dan prinsip-prinsip yang saling berkaitan satu sama lain. Guru tidak hanya

BAB 1 PENDAHULUAN. tujuan pembelajaran matematika yang harus dicapai. 1. dahulu agar dapat menyelesaikan soal-soal dan mampu mengaplikasikan

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia membutuhkan Sumber Daya Manusia (SDM) berkualitas atau

KTSP Perangkat Pembelajaran SMP/MTs, KURIKULUM TINGKAT SATUAN PENDIDIKAN (KTSP) Mapel Matematika kls VII s/d IX. 1-2

BAB I PENDAHULUAN. Rosdakarya, 2010), Anas Sudijono, Pengantar Evaluasi Pendidikan (Jakarta: Rajawali Pers, 2009), 2.

BAB I PENDAHULUAN. Mata pelajaran Matematika perlu diberikan kepada semua peserta didik mulai

Kemampuan yang harus dimiliki siswa adalah sebagai berikut :

09. Mata Pelajaran Matematika

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan matematika sangat berperan penting dalam upaya menciptakan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. membangun peradaban manusia di era modern seperti saat ini. Pada hakikatnya. mengalami perubahan (Wayan Somayasa, 2013: 2).

BAB I PENDAHULUAN. memberikan konstribusi dalam penyelesaian masalah sehari-hari. Mengingat

BAB I PENDAHULUAN. di sekolah. Mata pelajaran matematika memiliki tujuan umum yaitu memberikan

BAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan standar kompetensi dan kompetensi dasar tingkat SD/MI

BAB I PENDAHULUAN. Perubahan dunia hampir di semua aspek kehidupan manusia, berkembang

PENERAPAN MODEL ADVANCE ORGANIZER UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN PEMAHAMAN DAN ANALOGI MATEMATIS SISWA SMP

BAB I PENDAHULUAN. Matematika merupakan ilmu yang universal, berada di semua penjuru

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi memungkinkan semua pihak

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. dalam pembelajaran, hal ini menuntut guru dalam perubahan cara dan strategi

P. S. PENGARUH PEMBELAJARAN PENEMUAN TERBIMBING TERHADAP KEMAMPUAN KONEKSI MATEMATIS DAN KECEMASAN MATEMATIS SISWA KELAS VII

I. PENDAHULUAN. dengan pendidikan. Oleh karena itu, pendidikan merupakan salah satu sasaran

2015 PERBANDINGAN KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIS ANTARA SISWA YANG MENDAPATKAN MODEL DISCOVERY LEARNING DENGAN MODEL PROBLEM BASED LEARNING

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. jenjang pendidikan di Indonesia mengindikasikan bahwa matematika sangatlah

37. Mata Pelajaran Matematika untuk Sekolah Dasar (SD)/Madrasah Ibtidaiyah (MI)

BAB I PENDAHULUAN. berkembang menjadi manusia yang berkualitas sehingga mampu dan proaktif

BAB I PENDAHULUAN. Dalam era globalisasi sekarang ini, semua hal dapat berubah dengan cepat

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dalam setiap kurikulum pendidikan nasional, mata pelajaran

1. PENDAHULUAN. perkembangan ilmu dan teknologi suatu negara. Ketika suatu negara memiliki

a. Kemampuan komunikasi matematika siswa dikatakan meningkat jika >60% siswa mengalami peningkatan dari pertemuan I dan pertemuan II.

BAB I PENDAHULUAN. Politeknik sebagai perguruan tinggi yang menyelenggarakan pendidikan

Contoh Penalaran Induktif dan Deduktif Menggunakan Kegiatan Bermain-main dengan Bilangan

41. Mata Pelajaran Matematika untuk Sekolah Dasar Luar Biasa Tunalaras (SDLB-E)

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Matematika merupakan ilmu yang menunjang berbagai macam

BAB I PENDAHULUAN. siswa, pengajar, sarana prasarana, dan juga karena faktor lingkungan. Salah satu

BAB I PENDAHULUAN. Matematika merupakan salah satu mata pelajaran di sekolah yang dinilai

BAB I PENDAHULUAN. dilaksanakan dalam kegiatan pembelajaran.

BAB I PENDAHULUAN. pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. Melalui pendidikan diharapkan

BAB I PENDAHULUAN. Dua dimensi yang harus dipahami oleh guru yaitu: (1) guru harus menetapkan

BAB I PENDAHULUAN. Pembelajaran matematika adalah suatu kegiatan untuk memperoleh. matematika sebaiknya dimulai dari masalah-masalah kontekstual atau

BAB I PENDAHULUAN. Sementara Cockroft (dalam Abdurrahman, 2009:253) mengemukakan. bahwa:

51. Mata Pelajaran Matematika Kelompok Teknologi, Kesehatan dan Pertanian untuk Sekolah Menengah Kejuruan (SMK)/Madrasah Aliyah Kejuruan (MAK) A.

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. Matematika merupakan ilmu universal yang mendasari perkembangan

BAB I PENDAHULUAN. memperbaiki dan meningkatkan kualitas pendidikan di Indonesia.

I. PENDAHULUAN. berperan penting dalam upaya meningkatkan kualitas sumber daya manusia.

BAB I PENDAHULUAN. menyelesaikan masalah jika mereka menemui masalah dalam kehidupan. adalah pada mata pelajaran matematika.

Transkripsi:

A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN Matematika merupakan salah satu ilmu yang mempunyai peranan penting dalam kehidupan manusia. Selain itu matematika juga digunakan oleh disiplin ilmu lain sebagai penunjang, seperti Ilmu Pengetahuan Alam dan Ilmu Pengetahuan Sosial. Menurut Soedjadi (1999: 138) matematika adalah salah satu ilmu dasar, baik aspek terapannya maupun aspek penalarannya mempunyai peranan yang penting dalam upaya penguasaan ilmu dan teknologi. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (Depdiknas, 2007: 723), matematika didefinisikan sebagai sebuah ilmu tentang bilangan, yang didalamnya mempelajari tentang hubungan antara bilangan dan prosedur operasional yang digunakan dalam menyelesaikan masalah mengenai bilangan. Matematika merupakan salah satu mata pelajaran yang wajib dipelajari di setiap jenjang pendidikan di Indonesia, mulai dari tingkat SD, SMP, SMA/SMK, bahkan perguruan tinggi. Seiring dengan perkembangan zaman, matematika tidak hanya dipandang sebagai mata pelajaran wajib di sekolah saja, melainkan matematika dipandang sebagai sebuah ilmu yang mendasari berbagai macam ilmu. Selain itu, Matematika merupakan salah satu sarana yang dapat membekali seseorang dalam berbagai macam kemampuan seperti berpikir logis, analitis, sistematis, kritis, kreatif, dan kemampuan dalam bekerja sama untuk memperoleh, mengolah, dan memanfaatkan informasi untuk bertahan hidup pada keadaan yang selalu 1

berubah, tidak pasti, dan kompetitif (BSNP, 2006: 125). Itulah alasan penting mengapa matematika perlu diajarkan disetiap jenjang sekolah. Kemampuan berpikir logis, analitis, sistematis, kritis, dan kreatif serta mampu bekerja sama akan terwujud ketika pembelajaran dalam kelas sudah bermakna. Belajar bermakna adalah belajar memahami apa yang sudah diperolehnya, dan dikaitkan dengan keadaan lain sehingga apa yang ia pelajari akan lebih dimengerti (Heruman, 2008: 5). Berdasarkan Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 22 Tahun 2006 disebutkan bahwa pembelajaran matematika sekolah bertujuan agar siswa memiliki kemampuan: 1. Memahami konsep matematika, menjelaskan keterkaitan antarkonsep dan mengaplikasikan konsep atau logaritma secara luwes, akurat, efisien, dan tepat dalam pemecahan masalah. 2. Menggunakan penalaran pada pola dan sifat, melakukan manipulasi matematika dalam membuat generalisasi, menyusun bukti, atau menjelaskan gagasan dan pernyataan matematika. 3. Memecahkan masalah yang meliputi kemampuan memahami masalah, merancang model matematika, menyelesaikan model, dan menafsirkan solusi yang diperoleh. 4. Mengomunikasikan gagasan dengan simbol, tabel, diagram, atau media lain untuk memperjelas keadaan atau masalah. 5. Memiliki sikap menghargai kegunaan matematika dalam kehidupan, yaitu memiliki rasa ingin tahu, perhatian, dan minat 2

dalam mempelajari matematika, serta sikap ulet dan percaya diri dalam pemecahan masalah. Sesuai dengan tujuan pembelajaran di atas, pemahaman konsep merupakan salah satu kecakapan yang diharapkan dapat dicapai dalam pembelajaran matematika. Pemahaman matematika merupakan aspek yang sangat penting dalam prinsip pembelajaran matematika. (Widjajanti, 2009: 404) menyatakan bahwa mengajarkan penyelesaian masalah kepada siswa memungkinkan siswa lebih analitis di dalam mengambil keputusan. Sementara itu, NCTM (2000: 4) menyebutkan bahwa memecahkan masalah bukan saja suatu sasaran belajar matematika, melainkan alat utama untuk melakukan belajar. Oleh karena itu, kemampuan siswa dalam memecahkan masalah menjadi fokus pembelajaran matematika disemua jenjang. Sehingga kemampuan pemecahan masalah matematika penting dimiliki oleh siswa, agar sesuai dengan tujuan dari pembelajaran matematika sekolah. Dalam pembelajaran matematika di sekolah khususnya di SMA, untuk mencapai tujuan pembelajaran yang diharapkan bukanlah perkara yang mudah, banyak sekali kendala yang ditemui, misalnya seperti masih digunakannya sistem menghafal rumus dalam menyelesaikan permasalahan matematika. Hal ini menyebabkan siswa hanya bisa menggunakan rumus tanpa memahami konsep, sehingga pembelajaran yang dilakukan kurang bermakna dan hasil belajar siswa yang dicapai belum sesuai dengan yang diharapkan. Ini juga dikarenakan pembelajaran 3

masih banyak terpusat pada guru dan cenderung mengutamakan matematika sebagai sebuah alat yang siap pakai dan mengabaikan matematika sebagai kegiatan manusia (R. Soedjadi, 2007: 7). Hal ini mengakibatkan siswa terlihat kurang aktif dan kurang antusias dalam mengikuti kegiatan pembelajaran di kelas. Dari hasil penelitian Tim Pusat Pengembangan Penataran Guru Matematika juga mengungkapkan bahwa sebagian besar siswa kesulitan dalam menyelesaikan soal-soal pemecahan masalah dan menerjemahkan soal kehidupan sehari-hari ke dalam model matematika. Fakta-fakta itu menunjukkan bahwa tujuan pembelajaran matematika di sekolah belum terwujud sempurna. Salah satu faktor kesulitan siswa dalam menyelesaikan soal-soal pemecahan masalah karena rendahnya kemampuan siswa dalam memahami konsep serta pemecahan masalahnya dipengaruhi oleh proses pembelajaran yang dilakukan. Sehingga salah satu kompetensi yang harus dimiliki guru adalah menguasai landasan kependidikan yaitu seorang guru harus mampu memilih, mengembangkan, dan memanfaatkan sumber belajar (Rusman, 2012: 72). Hasil analisis kurikulum yang dilakukan oleh peneliti di SMA Negeri 1 Ngemplak, menunjukkan kurikulum yang digunakan adalah KTSP (Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan), Dimana materi trigonometri menjadi salah satu pokok bahasan yang harus dipelajari siswa di kelas X semester genap. Standar kompetensinya adalah menggunakan perbandingan, fungsi, persamaan, dan identitas trigonometri dalam 4

pemecahan masalah. Kompetensi dasarnya adalah (1) melakukan manipulasi aljabar dalam perhitungan teknis yang berkaitan dengan perbandingan fungsi, persamaan, dan identitas trigonometri (2) merancang model matematika dari masalah yang berkaitan dengan perbandingan, fungsi, persamaan, dan identitas (3) menyelesaikan model matematika dari masalah yang berkaitan dengan perbandingan, fungsi, persamaan, dan identitas trigonometri, dan penafsirannya. Trigonometri sangat berguna bagi siswa untuk mengembangkan pengetahuan mereka ketika akan memasuki jenjang perguruan tinggi sesuai dengan minat mereka, karena tidak hanya digunakan di cabang ilmu lain seperti fisika, kimia, geografi, dan teknik. Berdasarkan hasil observasi yang dilakukan peneliti di SMA Negeri 1 Ngemplak. Perangkat pembelajaran yang digunakan kurang dapat memfasilitasi siswa dalam memahami konsep materi trigonometri secara mandiri. Meskipun guru sudah menjalankan tugasnya dengan baik, namun ditemukan beberapa permasalahan yaitu siswa belum mampu memahami secara matang konsep materi trigonometri dengan baik dan kurangnya sarana yang berupa perangkat pembelajaran yang dapat membantu siswa dalam memahami konsep materi trigonometri dengan baik. Perangkat pembelajaran adalah sekumpulan media atau sarana yang digunakan oleh guru dan siswa dalam proses pembelajaran di kelas. Untuk mendukung pembelajaran matematika berjalan dengan baik, guru perlu memberikan kesempatan kepada siswa untuk berpartisipasi aktif membangun 5

pengetahuannya, salah satunya dengan penggunaan Lembar Kegiatan Siswa (LKS) dengan pendekatan penemuan terbimbing. Tujuan dari penggunaan LKS ini membantu siswa secara aktif dalam kegiatan penemuan untuk menemukan maupun memahami konsep materi yang diajarkan. Salah satu materi yang harus dikuasai siswa kelas X Sekolah Menengah Atas adalah trigonometri. Di SMA Negeri 1 Ngemplak belum ada LKS trigonometri yang mendukung proses pembelajaran matematika pada materi trigonometri. Hal ini didukung oleh pernyataan menurut Al. Krismanto (2008: 2), yang menyatakan bahwa kenyataan dilapangan menunjukkan bahwa dalam kegiatan pembelajaran sering dijumpai adanya kesulitan dalam membelajarkan trigonometri. Hal ini karena guru lebih terbiasa dengan menyajikan rumus-rumus yang banyak dijumpai dalam trigonometri secara instan, sehingga pembelajaran trigonometri menjadi kurang bermakna. Hal ini menjadikan adanya anggapan di lapangan bahwa materi trigonometri cenderung kurang menarik dan sukar bagi siswa. Salah satu kesulitan siswa dalam mempelajari trigonometri misalnya dalam mengubah nilai trigonometri sudut istimewa di setiap kuadran. Oleh karena itu dibutuhkan perangkat pembelajaran berupa RPP dan LKS yang dapat mengkonstruksi pengetahuan siswa dalam memahami konsep trigonometri yang ditinjau dari aspek valid, praktis, dan efektif. Memperhatikan uraian di atas, maka peneliti perlu melakukan penelitian yang berfokus pada tema Pengembangan Perangkat Pembelajaran Trigonometri Dengan Pendekatan Penemuan Terbimbing 6

Untuk Siswa SMA kelas X Semester II. Lembar Kegiatan Siswa (LKS) dan RPP yang dikembangkan harus memiliki dasar pendekatan. Pendekatan pembelajaran yang digunakan disini adalah pendekatan yang dapat memfasilitasi siswa untuk aktif mengkontruksi pengetahuannya sendiri. Salah satu pendekatan yang relevan adalah pembelajaran dengan pendekatan penemuan terbimbing, dalam hal ini guru bertugas sebagai fasilitator dan pembimbing siswa. Metode penemuan terbimbing merupakan metode dimana siswa memperoleh pengetahuan dan keterampilan melalui penemuannya sendiri, dengan prinsip tersebut guru sebagai fasilitator membimbing siswa untuk menemukan suatu konsep tertentu. Menurut Elliot, Kratochwill, Cook, et al. (2000: 337) penemuan terbimbing tidak hanya menyebabkan siswa mengatur materi untuk menentukan keteraturan dan hubungan tetapi juga untuk menghindari kegiatan yang pasif. Hal ini diperkuat dengan penelitian Effendi (2012: 8) bahwa kemampuan pemecahan masalah siswa yang belajar menggunakan metode penemuan terbimbing lebih baik dari pada siswa yang menggunakan metode konvesional. Langkah-langkah metode penemuan terbimbing dalam pembelajaran matematika agar pelaksanaan dapat berjalan dengan efektif adalah sebagai berikut. 1. Merumuskan masalah yang akan diberikan kepada siswa dengan jelas. 7

2. Siswa menyusun, memproses, mengorganisir dan menganalisis data dari guru. Sedangkan guru hanya membimbing sejauh yang diperlukan saja. 3. Siswa membuat prakiraan dari hasil analisis. 4. Untuk meyakinkan kebenaran hasil prakiraan siswa, guru dan siswa bersama-sama memeriksanya. 5. Siswa menyusun kesimpulan dari hasil prakiraan tersebut. 6. Setelah selesai guru memberikan latihan soal, untuk memeriksa hasil kesimpulan siswa (Depdiknas, 2006: 16). Sehingga melalui metode penemuan terbimbing mampu memfasilitasi kemampuan siswa dalam memahami konsep serta memecahkan masalah matematika. Dalam hal ini terdapat model pengembangan sistem pembelajaran yang akan dijadikan sebagai acuan dalam pengembangan perangkat pembelajaran, yaitu model Define, Design, Develop, Disseminate (4D) dan model Analysis, Design, Development, Implementation, Evaluation (ADDIE). Namun, model pengembangan yang dipilih oleh peneliti adalah ADDIE. B. Identifikasi Masalah Berdasarkan uraian latar belakang di atas, dapat dikemukakan beberapa permasalahan sebagai berikut: 1. Siswa belum mampu memahami konsep pada materi trigonometri dengan baik. 8

2. Diperlukan sarana untuk membantu siswa dalam proses pembelajaran dengan pendekatan penemuan terbimbing (guided discovery). 3. Diperlukan perangkat pembelajaran yang dapat digunakan siswa dalam mengkontruksi pengetahuannya materi trigonometri yang memenuhi kriteria valid, praktis, dan efektif. C. Batasan Masalah Berdasarkan latar belakang dan identifikasi masalah, maka penelitian ini dibatasi pada pengembangan perangkat pembelajaran matematika berupa Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP), dan Lembar Kerja Siswa (LKS), dari beberapa Kompetensi Dasar dengan pendekatan penemuan terbimbing. Materi yang dipilih dalam penelitian ini hanya dibatasi pada materi trigonometri untuk siswa SMA kelas X. D. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang, identifikasi masalah dan batasan masalah, maka didapat rumusan masalah, yaitu bagaimana kualitas perangkat pembelajaran yang dikembangkan yang ditinjau dari aspek kevalidan, kepraktisan, dan keefektifan dalam penggunaannya pada pembelajaran materi Trigonometri dengan pendekatan penemuan terbimbing untuk siswa SMA kelas X Semester II? E. Tujuan Penelitian Tujuan yang ingin dicapai pada penelitian ini, yaitu menghasilkan perangkat pembelajaran (RPP dan LKS) pada materi trigonometri menggunakan pendekatan penemuan terbimbing untuk siswa SMA kelas 9

X Semester II yang ditinjau dari aspek kevalidan, kepraktisan, dan keefektifan. F. Manfaat Penelitian Penelitian ini berupa pengembangan perangkat pembelajaran pada materi trigonometri dengan pendekatan penemuan terbimbing untuk siswa SMA kelas X semester II ini diharapkan dapat memberi manfaat sebagai berikut: 1. Bagi guru Guru dapat menggunakan perangkat pembelajaran ini dalam proses pembelajaran. 2. Bagi siswa a. Meningkatkan pemahaman siswa pada pokok bahasan Trigonometri melalui pendekatan penemuan terbimbing. b. Siswa dapat lebih banyak melakukan kegiatan belajar, seperti mengajukan pertanyaan, mengamati, menyelidiki, melakukan demonstrasi, dan diskusi. c. Dapat memanfaatkan LKS yang dihasilkan sebagai salah satu perangkat pembelajaran pendamping buku pokok matematika yang dapat digunakan baik dikelas maupun dirumah. 3. Bagi sekolah Diharapkan hasil penelitian ini memberikan sumbangan yang bermanfaat bagi sekolah dengan adanya informasi yang 10

diperoleh. Sehingga dapat dijadikan sebagai bahan kajian bersama untuk meningkatkan kualitas sekolah agar lebih baik. 4. Bagi peneliti Menambah wawasan peneliti mengenai pengembangan perangkat pembelajaran berdasarkan aspek kevalidan, kepraktisan, dan keefektifan. 11