BAB III KARAKTER POLITIK MASYARAKAT KABUPATEN PATI. Pati memiliki kondisi alam mulai dari laut hingga pegunungan, hal ini

dokumen-dokumen yang mirip
BAB IV GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. Bab I Berisi: 1.1 Pemerintahan 1.2 Kepegawaian 1.3 Kondisi Geografis Daerah 1.4 Gambaran Umum Demografi 1.

BADAN PUSAT STATISTIK Kabupaten Pati

GAMBARAN WILAYAH PEGUNUNGAN KENDENG

BAB II KONFIGURASI POLITIK DI KABUPATEN PATI

BAB II GAMBARAN UMUM KABUPATEN PATI DAN BADAN PENGELOLAAN KEUANGAN DAN ASET DAERAH KABUPATEN PATI

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

BAB 5 PENUTUP Kesimpulan. Berdasarkan hasil analisis pada bab sebelumnya, dapat diambil beberapa kesimpulan, yaitu sebagai berikut:

BUPATI PATI PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN PATI NOMOR 13 TAHUN 2016 TENTANG PEMBENTUKAN DAN SUSUNAN PERANGKAT DAERAH

BAB II GAMBARAN UMUM KABUPATEN PATI. oleh jalan nasional yang menghubungkan kota-kota besar di pantai utara

BAB III MATERI DAN METODE. Aliran Sungai Jratunseluna dilaksanakan pada bulan November - Desember 2015.

Sekretariat Daerah Bappeda A. LEGALISASI RAPERDA RTRW B. PERWUJUDAN STRUKTUR RUANG. program :

Geo Image 5 (2) (2016) Geo Image.

BAB 3 GAMBARAN UMUM Gambaran Umum Kabupaten Pati

BAB 4 ANALISIS HASIL PERHITUNGAN EFISIENSI RELATIF PUSKESMAS- PUSKESMAS DI KABUPATEN PATI

BAB II GAMBARAN UMUM DESA BATUREJO KECAMATAN SUKOLILO KABUPATEN PATI DAN SUKU SAMIN. 2.1 Gambaran Umum Wilayah Desa Baturejo Kec. Sukolilo Kab.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. untuk meningkatkan kemandirian lokal dalam rangka membangun daya saing

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang

PERATURAN DAERAH KABUPATEN PATI NOMOR 5 TAHUN 2011 TENTANG RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN PATI TAHUN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Jumlah rumah tangga usaha pertanian di Pati Tahun 2013 sebanyak rumah tangga

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

ALOKASI TAMBAHAN FORMASI PENGADAAN CPNS DARI PELAMAR UMUM PEMERINTAH KABUPATEN PATI TAHUN 2008

BAB II GAMBARAN UMUM. Grobogan dan Kabupaten Blora di sebelah selatan, Kabupaten Kudus dan Kabupaten

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB II GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH

Laporan Penelitian Faktor-faktor Suara Tidak Sah dalam Pemilihan Anggota Legislatif DPR RI Pemilu 2014

KAJIAN KONVERSI SAWAH MENJADI NON SAWAH DI KABUPATEN PATI TAHUN

ANALISIS KETERSEDIAAN SARANA PENDIDIKAN SEKOLAH MENENGAH PERTAMA (SMP) KABUPATEN PATI TAHUN2007 dan 2012

KOMISI PEMILIHAN UMUM KABUPATEN PEKALONGAN. KEPUTUSAN KOMISI PEMILIHAN UMUM KABUPATEN PEKALONGAN NOMOR: 19/Kpts/KPU-Kab-012.

BAB III. Setting Penelitian

Geo Image 1 (1) (2012) Geo Image.

Techno.COM, Vol. 14, No. 4, November 2015:

BAB V PENUTUP. A. Kesimpulan

BAB V KESIMPULAN. Pada akhir abad XVII hampir seluruh Pulau Jawa secara. resmi beragama Islam, tetapi dengan intensitas yang berdeda.

PEMERINTAH KABUPATEN PATI INSPEKTORAT Jalan setyabudi No. 34 A Telp. (029s) pati - Kode pos 59115

BAB I PENDAHULUAN. "Perancangan Rumah Sakit Ibu dan Anak di Kota Pati dengan Konsep Sustainable building

BAB VII KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. 7.1 Kesimpulan. mobilisasi tidak mutlak, mobilisasi lebih dalam hal kampanye dan ideologi dalam

BAB IV HASIL PENELITIAN. A. Pelaksaan Pendaftaran Tanah untuk Perumahan di Kabupaten Pati. a. Keadaan Monografi Kabupaten Pati

BAB I PENDAHULUAN. dan musim hujan. Tata kota yang kurang menunjang mengakibatkan sering

BAB IV MEMAKNAI HASIL PENELITIAN BUDAYA POLITIK SANTRI

IV. ANALISIS KONDISI UMUM WILAYAH SEKITAR LOKASI PLTN UJUNG LEMAH ABANG

KEPUTUSAN KOMISI PEMILIHAN UMUM KABUPATEN PEKALONGAN NOMOR : 270/06 Tahun 2010 TENTANG

PUTUSAN NOMOR 41/PHP.BUP-XV/2017 DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA

S - 12 PENGELOMPOKKAN STASIUN POS HUJAN KABUPATEN PATI BERBASIS METODE WARD DALAM PETA ANALISIS KERAWANAN BANJIR

BAB II GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN

TIM ADVOKASI GERAKAN MASYARAKAT PATI (GERAM PATI)

KOMISI PEMILIHAN UMUM KABUPATEN NGANJUK. KEPUTUSAN KOMISI PEMILIHAN UMUM KABUPATEN NGANJUK NOMOR : 07/Kpts/KPU-Kab /2012 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. Oleh karena itu pariwisata perlu dikelola dan dikembangkan agar. itu sendiri maupun bagi peningkatan kesejahteraan masyarakat 1.

Tersedia online di: Jurnal Teknik Lingkungan, Vol. 6, No. 3 (2017)

I. PENDAHULUAN. Pemilu merupakan proses pemilihan orang-orang untuk mengisi jabatan-jabatan

BAB I PENDAHULUAN. secara langsung. Oleh karena itu, dalam pengertian modern, demokrasi dapat

BAB I PENDAHULUAN. Bali dikenal sebagai daerah dengan ragam budaya masyarakatnya yang

BAB V PENUTUP. ekonomi, kultural, sosial, dan modal simbolik. mampu untuk mengamankan kursi Sumenep-1 kembali.

KEPUTUSAN KOMISI PEMILIHAN UMUM PROVINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA. NOMOR: 31/Kpts/KPU-Prov-010/2012

LAYANAN KURIR DAN LEAD TIME CABANG SEMARANG

sebelumnya bahwa Haryadi Suyuti dan Zuhrif Hudaya juga memiliki kedekatan dengan Muhammadiyah. Sebenarnya tim sukses dari Haryadi

PERATURAN KPU TENTANG SOSIALISASI DAN PARTISIPASI MASYARAKAT DALAM PEMILIHAN GUBERNUR DAN WAKIL GUBERNUR, BUPATI DAN WAKIL BUPATI, DAN/ATAU WALIKOTA

BAB I PENDAHULUAN. Ibid hlm. 43

HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. teknologi baru untuk memuaskan kebutuhan. Untuk dapat beradaptasi dengan perubahan yang

SIKAP MASYARAKAT KABUPATEN PATI DALAM POLITIK UANG DAN IMPLIKASINYA TERHADAP KEPUTUSAN UNTUK BERPARTISIPASI DAN MENENTUKAN PREFERENSI POLITIK

BAB IV ANALISIS DATA. Analisis data merupakan proses mengatur aturan data, mengorganisasikannya ke dalam suatu pola, kategori dan satu uraian dasar.

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. Responden penelitian ini adalah masyarakat adat Lampung Abung Siwo Mego

BAB IV PENUTUP. melalui tiga hal, yaitu satu identitas beragama Islam, dau identitas. bentuk, yaitu slametan dan nyadran.

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1 Universitas Indonesia

KOMISI PEMILIHAN UMUM KABUPATEN PEKALONGAN KEPUTUSAN KOMISI PEMILIHAN UMUM KABUPATEN PEKALONGAN. NOMOR : 22/Kpts/KPU-Kab /V/2015 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. dimana adanya pemberian kebebasan seluas-luasnya. untuk berpendapat dan membuat kelompok. Pesatnya

4 GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

BAB IV ANALISIS HASIL PENELITIAN. A. Analisis Kondisi Kecerdasan Interpersonal Santri Di Pondok. Pesantren Al- Utsmani Winong Gejlig Kajen

BAB lll PROFIL SANITASI KABUPATEN PATI

KONDISI TERKINI BUDIDAYA IKAN BANDENG DI KABUPATEN PATI, JAWA TENGAH

KOMISI PEMILIHAN UMUM KABUPATEN KENDAL. SALINAN KEPUTUSAN KOMISI PEMILIHAN UMUM KABUPATEN KENDAL NOMOR: 11/Kpts/KPU-Kab-012.

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. Responden dalam penelitian ini adalah masyarakat Kabupaten Way Kanan

KOMISI PEMILIHAN UMUM KABUPATEN PEKALONGAN

BAB I PENDAHULUAN. Simbol manifestasi negara demokrasi adalah gagasan demokrasi dari

SALINAN KOMISI PEMILIHAN UMUM KABUPATEN TUBAN KEPUTUSAN KOMISI PEMILIHAN UMUM KABUPATEN TUBAN. NOMOR : 59 /Kpts/KPU Kab /2010 TENTANG

KOMISI PEMILIHAN UMUM PROVINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA KEPUTUSAN KOMISI PEMILIHAN UMUM PROVINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kudus merupakan kabupaten terkecil di Jawa Tengah dengan luas wilayah

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. dalam data pemilih pada pemilihan Peratin Pekon Rawas Kecamatan Pesisir

BAB V PEMBAHASAN DAN DISKUSI HASIL PENELITIAN

PERATURAN DAERAH KABUPATEN SEMARANG NOMOR 1 TAHUN 2013 TENTANG HARI JADI KABUPATEN SEMARANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SEMARANG,

BAB 3 PROFIL SANITASI KABUPATEN PATI

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pemerintah memiliki peran vital untuk memajukan sumberdaya

KOMISI PEMILIHAN UMUM KABUPATEN PEKALONGAN KEPUTUSAN KOMISI PEMILIHAN UMUM KABUPATEN PEKALONGAN. NOMOR : 20/Kpts/KPU-Kab /V/2015 TENTANG

ANALISIS DINAMIKA POLITIK PENCALONAN KEPALA DAERAH DAN WAKIL KEPALA DAERAH PADA PILKADA SERENTAK

I. PENDAHULUAN , , ,99. Total PDRB , , ,92

Economics Development Analysis Journal

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

REKAPITULASI SURAT KEPUTUSAN KPU KABUPATEN LINGGA NO NO. SK JUDUL SK DASAR SK TGL DISAHKAN. tahun 2014

KOMISI PEMILIHAN UMUM KABUPATEN KLUNGKUNG KEPUTUSAN KOMISI PEMILIHAN UMUM KABUPATEN KLUNGKUNG NOMOR:

SALINAN KEPUTUSAN KOMISI PEMILIHAN UMUM KABUPATEN KENDAL. NOMOR : 18/Kpts-KPU-Kab /TAHUN 2015 TENTANG

BUPATI PATI PROVINSI JAWA TENGAH

BAB II DESKRIPSI LOKASI PENELITIAN

KOMISI PEMILIHAN UMUM KABUPATEN KENDAL. SALINAN KEPUTUSAN KOMISI PEMILIHAN UMUM KABUPATEN KENDAL NOMOR : 10/Kpts/KPU-Kab /TAHUN 2015 TENTANG

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

KOMISI PEMILIHAN UMUM KABUPATEN PATI

PEDOMAN PENYUSUNAN JAWABAN TERMOHON TERHADAP PERMOHONAN PEMOHON (PERSEORANGAN CALON ANGGOTA DPD)

BAB VI PENUTUP 1. Kesimpulan

Transkripsi:

BAB III KARAKTER POLITIK MASYARAKAT KABUPATEN PATI 3.1. Etnografi Politik Masyarakat Kabupaten Pati merupakan salah satu kabupaten di Jawa Tengah yang memiliki topografi wilayah yang cukup lengkap. Wilayah Kabupaten Pati memiliki kondisi alam mulai dari laut hingga pegunungan, hal ini membuat perilaku masyarakat dapat dikatakan juga berbeda-beda menyesuaikan kondisi alam masing-masing wilayah. Secara administrasi Kabupaten Pati terbagi menjadi dari 21 Kecamatan. Pada setiap kecamatan memiliki karakteristik masyarakat yang berbeda-beda. Hal ini membuat etnografi politik masyarakat Kabupaten Pati sangat beragam karena dipengaruhi oleh kondisi baik lingkungan maupun sosial dan juga isu-isu yang sedang hangat disuatu wilayah tertentu. Seperti yang diungkapakan Gaffar (1988, hlm 7) terdapat dua model pendekatan dalam memnjelaskan etnografi politik masyarakat. Pendekaan tersebut adalah Pendekatan Sosiologis dan Pendekatan Psikologis. Pendekatan Sosiologis berasumsi bahwa perilaku memilih seseorang ditentukan oleh karakteristik sosiologis, terutama kelas sosial, agama, kelompok etnik, dan kedaerahan. Pendekatan Psikologis berasumsi bahwa faktor-faktor kesamaan sosiologis tersebut dipengaruhi oleh persepsi dan sikap, baik terhadap faktor-faktor sosiologis maupun terhadap partai politik ataupun kandidat. Salah satu variabel utama dari pendekatan psikologis

adalah identifikasi (perasaan keterlibatan dan rasa memiliki yang ada dalam diri) seseorang atau individu terhadap partai politik. Sesuai dengan apa yang diungkapkan oleh Gaffar (1988, hlm 7) masyarakat Kabupaten Pati memiliki karakteristik beragam dikarenakan latar belakang yang berbeda-beda disetiap wilayah. Secara umum, karakteristik masyarakat pada tulisan ini dikelompokkan menjadi 3 karakterisitik utama yaitu kelompok masyarakat santri, kelompok masyarakat abangan, dan masyarakat urban. Pembagian kelompok masyarakat ini sesuai dengan klasifikasi sosial yang diungkapkan oleh Geertz (1960) yang membagi masyarakat kedalam tiga kelompok, yaitu santri, abangan, dan priyayi. Tetapi dalam kasus ini masyarakat Kabupaten Pati golongan priyayi dapat digeser dengan klasifikasi jenis masyarakat urban atau masyarakat perkotaan yang sesuai dengan pandangan Soekanto (1998) (dalam Hidayah, 2011, hlm. 94) penduduk kota lebih padat dan tingkat heterogenitasnya tinggi, tingkat religiusitas rendah jika dibandingkan pedesaan, lebih individualis, jalan pikiran rasional, dan lebih terbuka menerima pengaruh dari luar. Karakteristik tersebut lebih sesuai dijadikan acuan masyarakat Kabupaten Pati daripada digolongkan kepada kelompok priyayi. Kelompok masyarakat santri dan pesantren menurut Turmudi (2006, hlm 21) merupakan sistem yang terbentuk di lingkungan yang religius atau lingkungan ulama. Dalam kelompok ini terdapat hubungan antara murid dan guru. Murid dalam hal inilah yang disebut dengan nama santri, sedangakan pesantren merupakan lingkungan sekitar tempat belajar antara santri dan kiai

atau ulama. Hal tersebut juga tidak jauh berbeda dengan apa yang diungkapkan oleh Dirdjosanjoto (1999, hlm. 145) yang menyatakan bahwa santri merupakan orang-orang yang belajar agama di lingkungan pesatren yang mendapat ilmu dari kiai. Dirdjosanjoyo mendefinisikan satri menjadi dua tipe yaitu santri mukim dan santri kalong, satri mukim merupakan mereka yang berasal dari daerah yang jauh dari pesantren sehingga mereka harus bermukim atau menginap untuk belajar di pesantren. Santri yang telah lama bermukim, dipandang senior berperan membantu kiai atau dalam mengelola pesantren dan mengajar santri yang masih baru. Sedangkan satri kalong adalah istilah bagi santri yang melaju dari rumah masing-masing karena rumahnya sendiri tidak terlalu jauh, sehingga santri tersebut tidak menetap di pondok pesantren, santri tersebut hanya hadir belajar dan mengaji sesuai dengan jadwal yang ditentukan. Kelompok masyarakat abangan menurut Vleke (2008, hlm xiii) adalah kelompok muslim yang menerapkan Islam berdampingan dengan tradisi yang ada di budaya lokal. Kelompok abangan sering memadukan budaya tradisional dengan agama Islam. Menurut Geerzt (1960) (dalam Sukamto, 2013, hlm 26) menyatakan bahwa kaum abangan dan satri memiliki perbedaan pada pandangan mereka dalam memandang dan menerapkan Islam. Kaum abangan lebih acuh tak acuh terhadap doktrin, namun sangat menyukai ritual, sementara santri hampir selalu memperhatikan doktrin atau acara agama Islam secara keseluruhan. Kaum abangan tahu kapan harus membuat acara slametan baik itu saat ada kelahiran atau kematian. Jadi pada

intinya kaum abangan adalah kelompok yang lebih mengutamakan tradisi dalam mengamalkan Islam. Sedangkan, kaum urban sendiri menurut Muwarni (2015, hlm. 303) adalah masyarakat perkotaan yang konsumtif, lebih suka membeli daripada membuat, seperti contoh sederhana fenomena sekarang yang terjadi adalah banyak orang lebih memilih membeli makanan daripada memasak sendiri. Sedangkan menurut Aryanti,dkk (2013, hml. 112) wilayah urban adalah wilayah yang memiliki tingkat kepadatan penduduk dan aktivitas manusia yang tinggi dibandingkan daerah-daerah sekitarnya. Kota menurut Suparlan (1995) (dalam Hidayah, 2012, hlm. 94) merupakan pusat kegiatan kebudayaan yang meliputi satuan-satuan administrasi, politik, ekonomi dan komunikasi. Kota dikenal juga sebagai pusat pemerintahan, kebudayaan, perdagangan dan juga pusat perindustrian. Menurut Soekanto (1998) (dalam Hidayah, 2012, hlm. 94) penduduk kota padat dan tingkat heterogenitasnya tinggi. Beberapa ciri masyarakat perkotaan diantaranya tingkat religiusitasnya rendah jika dibandingkan dengan masyarakat pedesaan, lebih mengutamakan kepentingan individu, pembagian kerja antar warga lebih tegas dan memiliki batas-batas tegas, jalan pikiran rasional, dan perubahan-perubahan sosial tampak nyata karena masyarakat kota lebih terbuka menerima pengaruh luar. Dari berbagai konsep mengenai kaum santri, abangan, dan masyarakat urban dapat dijadikan acuan untuk menggolongkan ataupun mengelompokkan karakterisitik masyarakat Kabupaten Pati pada setiap wilayah baik itu dilihat dari setiap Kecamatan atau bahkan secara umum di

tingkat Kabupaten. Untuk kepentingan membahas mengenai karakteristik politik masyarakat secara lebih mendalam, penting untuk terlebih dahulu melihat Rekapitulasi Suara Hasil Pilkada Kabupaten Pati 2017. Data tersebut diambil dari Keputusan KPU Kabupaten Pati No: 16/Kpts/KPU- Kab.012.329311/2017 tentang Penetapan Rekapitulasi hasil Pernghitungan Perolehan Suara dan Hasil Pemilihan Bupati dan Wakil Bupati Pati Tahun 2017. Lebih jelasnya akan dipaparkan pada tabel berikut ini: Tabel 3.1 Perolehan Jumlah Suara Pada Pilkada Kabupaten Pati Tahun 2017 No. Kecamatan DPT Hadir Haryanto-Arifin Kotak Kosong Golput Jumlah % Jumlah % Jumlah % 1. 2. 3. 4. Pati Margorejo Gembong Tlogowungu 83.823 46.350 37.222 42.502 60.150 34.047 26.079 30.802 35.067 23.308 20.326 23.775 58,29 68,45 77,94 77,18 23.818 9.964 5.238 6.423 39,59 29,26 20,08 20,85 23.673 12.303 11.143 11.700 28,24 26,54 29,93 27,52 5. 6. 7. 8. 9. Margoyoso Tayu Cluwak Gn.wungkal Dukuhseti 57.089 54.586 38.161 30.293 47.871 39.887 37.295 26.981 21.072 32.756 22.639 25.861 24.016 16.189 26.321 56,75 69,34 89,01 76,82 80,35 16.340 10.664 2.554 4.462 5.933 10. Juwana 71.085 54.421 39.919 73,35 13.471 11. Batangan 33.998 26.750 24.449 91,39 1.846 12. Wedarijaksa 48.660 35.202 22.785 64,72 11.644 13. Trangkil 48.058 34.809 21.709 62,36 12.394 14. Jaken 37.778 26.959 25.029 92,84 1.510 15. Jakenan 39.398 25.150 19.916 79,18 4.746 16. Winong 52.101 32.446 27.288 84,10 4.559 17. Pucakwangi 39.652 27.367 23.939 87,47 2.894 18. Gabus 51.137 32.909 23.503 71,75 8.692 19. Tambakromo 44.949 26.529 15.358 57,89 10.160 20. Kayen 62.892 36.621 24.157 65,96 11.414 21. Sukolilo 70.248 44.189 34.121 77,21 9.036 JUMLAH 1.037.850 712.421 519.675 74,51 177.762 40,96 28,59 9,46 21,17 18,11 24,75 6,91 33,07 35,60 5,60 18,87 14,05 10,57 26,53 38,29 31,16 20,44 25,49 17.202 17.291 11.180 9.221 15.115 30,13 31,67 29,29 30,43 31,57 16.664 23,44 7.248 21,31 13.458 27.65 13.249 27,56 10.819 28,62 14.248 36,16 19.655 37,72 12.285 30,98 18.381 35,94 18.420 40,97 26.271 41,77 26.059 37,09 325.429 31,35

Sumber: Keputusan KPU Kabupaten Pati No: 16/Kpts/KPU-Kab.012.329311/2017 Keterangan Simbol dan Warna: = Perolehan Suara Haryanto-Arifin 70 % = Perolehan Suara Haryanto-Arifin 71% hingga 79% = Perolehan Suara Haryanto Arifin 80% = Urban = Santri = Abangan Dari data tersebut dapat dilihat bahwa wilayah dapil 1 yang terdiri dari Kecamatan Pati, Kecamatan Gembong, Kecamtan Tlogowungu, dan Kecamatan Margorejo. Wilayah ini merupakan area perkotaan dan daerahdaerah penglaju perkotaan. Masyarakan di wilayah ini seperti kebanyakan masyarakat perkotaan yang memiliki tingkat pendidikan lebih baik dibandingkan wilayah lain sehingga membuat pemilih di daerah perkotaan lebih rasional dalam memilih. Wilayah ini terletak di Kabupaten Pati bagian barat yang berbatasan dengan wilayah Kabupaten Kudus dan lebih berupa dataran rendah, hanya wilayah Kecamatan Gembong dan Kecamtan Tlogowungu yang sedikit berbukit dan dapat dianggap sedikit tertiggal dibanding dua Kecamatan lain di wilayah ini. Masyarakat Pati pada wilayah ini tergolong sebagai masyarakat urban, karena mayoritas tinggal di perkotaan dan jarang ada kegiatan pertanian khususnya di wilayah Kecamatan Pati. Pada Kecamatan Margorejo dan Tlogowungu cenderung memiliki karakteristik sebagai kelompok abangan, sedangan Kecamatan Gembong karakteristiknya cenderung religius atau santri karena lokasinya yang tepat di lereng Gunung Muria dan relatif dekat dengan makam Sunan Muria.

Berdasarkan data dari KPU mengenai Hasil Pilkada 2017 pada Kecamatan Pati jumlah perolehan suara pasangan Haryanto-Arifin tidak teralalu telak unggul dari kotak kosong, yaitu 35.067 berbanding dengan 23.818. Hasil di Kecamatan Margorejo 23.308 untuk Haryanto-Arifin dan 9.964 untuk kotak kosong. Kecamatan Gembong 20.326 untuk Haryanto- Arifin dan 5.238 untuk kotak kosong. Sedangkan Kecamatan Tlogowungu Pasangan Nomor urut 1 juga mendominasi dengan 23.775 berbanding dengan 6.423 suara. Pada Wilayah dapil 1 ini relatif unggul telak untuk pasangan Haryanto-Arifin, hanya wilayah Kecamatan Pati yang perolehan suaranya tidak terlalu telak. Wilayah Dapil 2 terdiri dari Kecamatan Margoyoso, Kecamatan Tayu, Kecamatan Cluwak, Kecamatan Gunungwungkal, dan Kecamatan Dukuhseti. Wilayah ini identik dengan masyarakat yang agamis dan religius. Hal ini dikarenakan wilayah Margoyoso dan sekitarnya merupakan basis ulama di Kabupaten Pati. Banyak tokoh agama khususnya Nahdatul Ulama (NU) yang berasal dari wilayah ini. Wilayah ini terletak di Kabupaten Pati bagian utara yang berbatasan dengan Kabupaten Jepara. Karakterisitik mayoritas masyarakat wilayah dapil 2 adalah kaum santri, di wilayah ini terdapat salah satu desa yang bernana Kajen, Kecamtan Margoyoso, di desa tersebut terdapat pondok pesantren yang paling terkenal yaitu Pondok Pesantren Mathaliul Falah Pati, dengan banyak kiayi yang menjadi panutan, salah satunya adalah Almarhum KH Sahal Mahfudz yang pernah menjabat sebagai ketua Majelis Ulama Indonesia (MUI) periode 2000-20014. Beliau juga merupakan ulama besar yang aktif dalam organisasi Nahdatul Ulama.

Perolehan suara Pilkada 2017 Kecamatan Margoyoso adalah 22.639 berbanding 16.340. Kecamatan Tayu 25.861 berbanding 10.664. Kecamatan Cluwak selisihnya sangat telak yaitu 24.016 berbanding 2.554. Kecamtan Gunungwungkal 16.189 berbanding 4.462. Serta Kecamatan Dukuhseti 26.321 berbanding dengan 5.933. Perolehan suara Haryanto di wilayah ini cukup unggul khususnya di Kecamtan Cluwak yang perolehannnya sangat signifkan. Wilayah dapil 3 terdiri dari Kecamatan Juwana, Kecamatan Batangan, Kecamatan Wedarijaksa, dan Kecamatan Trangkil. Wilayah ini memiliki karakteristik masyarakat pesisir yang menggantungkan hidupnya dari laut. Dapil ini merupakan basis utama calon Bupati Haryanto karena beliau berasal dari daerah ini yaitu dari Kecamatan Batangan. Wilayah ini berada disisi timur Kabupaten Pati yang berbatasan dengan wilayah Kabupaten Rembang. Masyarakat di wilayah ini memiliki karakterisitik sebagai masyarakat Abangan karena disana kerap diadakan sedekah laut yang merupakan pencampuran antara budaya Islam dan budaya tradisional masyarakat pesisir. Selain bertipikal abangan namun di wilayah ininjuga terdapat kaum santri, seperti di Kecamatan Juwana juga teradapat makam tokoh penyebar agama Islam yaitu Sunan Ngerang. Meskipun Wilayah ini adalah daerah asal Haryanto, namun ternyata perolehan suaranya justu tidak terlalu unggul telak. Haryanto-Arifin hanya unggul telak di Kecamatan Batangan yang merupakan Kecataman asal Haryanto yaitu memperoleh suara 24.449 berbanding 1.846. Pada Kecamatan

lainnya meskipun Haryanto tetap unggul, namun perolehan suara kotak kosong juga lumayan tinggi seperti pada Kecamatan Juwana dengan hasil 39.919 berbanding 13.471. Kecamatan Wedarijaksa 22.785 berbanding 11.644. Terakhir yaitu Kecamatan Trangkil dengan 21.709 berbanding 12.394. Selanjutnya adalah wilayah dapil 4 terdiri dari Kecamatan Jaken, Kecamatan Jakenan, Kecamatan Winong, dan Kecamatan Pucakwangi. Wilayah ini terletak disisi tenggara Kabupaten Pati. Kondisi dapil 4 masyarkatnya tidak terlalu melek politik karena tingkat pendidikan yang relatif rendah. Masyarakat di wilayah ini lebih cenderung sebagai masyarakat Abangan, karena adanya tradisi sedekah bumi, yaitu acara perayaan atas hasil panen para petani, kegiatan sedekah bumi dilakukan dengan memadukan Islam dengan budaya lokal masyarakat. Hasil Pilkada 2017 untuk pasangan Haryanto-Arifin di wilayah ini relatif signifikan, Kecamtan Jaken perolehan suaranya 25.029 berbanding 1.510. Kecamatan Jakenan 19.916 berbanding 4.746. Kecamatan Winong 27.288 berbanding 4.559. Kecamatan Pucakwangi 23.939 berbanding 2.894. Pada wilayah ini karena termasuk wilayah yang tertinggal membuat akses informasi dan pemahaman masyarakat terhadap isu politik masih rendah sehingga Haryanto-Arifin mampu unggul telak. Terakhir adalah wilayah dapil 5 yang terdiri dari Kecamatan Gabus, Kecamatan Tambakromo, Kecamatan Kayen, dan Kecamatan Sukolilo. Wilayah dapil 5 merupakan wilayah yang cukup menjadi perhatian utama

dalam Pilkada Pati 2017 karena memiliki angka golput paling tinggi di banding wilayah lainnya. Hal ini didasari isu mengenai pembangunan pabrik semen yang banyak ditentang masyarakat, selain itu pergerakan relawan kotak kosong di wilayah ini juga cukup optimal sehingga hasil Pilkada juga menunjukan eksistensi pemilih kotak kosong yang cukup banyak. Wilayah ini terletak pada bagian sebelah selatan Kabupaten Pati yang berbatasan dengan Kabupaten Grobogan maupun Kabupaten Blora. Tingkat pendidikan masyarakat di wilayah ini juga masih relatif rendah. Masyarakat pada wilayah ini meskipun cenderung Abangan, namun pada wilayah ini juga ditemukan ciri-ciri adanya kaum santri yang kuat khususnya di wilayah Kecamatan Kayen, karena terdapat mama tokoh penyebar agama Islam yaitu Syekh Jangkung, begitu juga di Kecamtan Tambakromo terdapat makam Nyai Ageng Ngerang yang merupakan istri dari Ki Ageng Ngerang. Rekapitulasi suara Pilkada 2017 di Kecamatan Gabus perolehan suaranya adalah 23.503 berbanding dengan 8.692. Kecamatan Tambakromo 15.358 berbanding 10.160. Kecamatan Kayen perolehan suaranya 24.157 berbanding 11.414. Sedangkan pada Kecamatan Sukolilo perolehan suaranya adalah 34.121 berbanding 9.036. Secara umum, karakterisitik masyarakat Kabupaten Pati berimbang antara kaum Santri dan kaum Abangan, sedangkan masyarkat urban hanya terdapat di pusat kota. Hal ini seperti halnya yang sering terjadi di wilayah provinsi Jawa tengah pada umumnya, dimana antara kaum santri dan abangan hidup bersama dalam satu wilayah.

Hasil Pilkada Pati 2017 apabila dilihat secara keseluruhan Haryanto- Arifin unggul dengan 74,51% atau sejumlah 519.627 suara, sedangkan kotak kosong memperoleh 25,49 % atau sejumlah 697.398 suara. Hal ini menunjukkan bahwa masyarakat Pati mampu bersinergi menjadi satu dan dapat dikatakan mampu menjadi pemilih yang rasional dengan memepertimbangkan kualitas calon serta kondisi di sekitar masyarakat yang menjadi dasar masyarakat menentukan pilihan, meskipun demikian, banyak pula konstituen yang lebih memilih untuk tidak berpartisipasi dalam Pilkada (golput). Angka golput pada Pilkada Pati 2017 sangatlah besar yaitu mencapai 325.429 orang dari total DPT sejumlah 1.037.850 atau sekitar mencapai 31,35 % dari jumlah pemilih tetap.