BAB I PENDAHULUAN. yang dapat bersifat sementara atau persisten. remaja, tetapi bisa juga terjadi pada orang dewasa bahkan cenderung terjadi pada

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. psikologik, dan sosial-ekonomi, serta spiritual (Nugroho, 2000).

BAB I PENDAHULUAN. semakin meningkat, menyebabkan jumlah penduduk yang berusia lanjut meningkat. dan cenderung bertambah lebih cepat (Nugroho, 2000).

BAB I PENDAHULUAN. merupakan istilah bagi individu yang telah memasuki umur di atas 60 tahun (>60

BAB I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. ekonomi, perbaikan lingkungan hidup, kemajuan ilmu pengetahuan, dan teknologi

BAB I PENDAHULUAN. pelayanan promotif dan preventif baik sehat maupun sakit.

BAB I PENDAHULUAN. ini biasanya disebut lansia dan rata- rata berusia 50 tahun keatas. Di

BAB I PENDAHULUAN. Kehamilan merupakan sesuatu yang didambakan oleh setiap wanita.

BAB I PENDAHULUAN. telah mewujudkan hasil yang positif di berbagai bidang, yaitu adanya. dan bertambah cenderung lebih cepat (Nugroho, 2000).

EFEKTIFITAS TEKNIK RELAKSASI PROGRESIF TERHADAP BERKURANGNYA KELUHAN GANGGUAN TIDUR PADA REMAJA DI PANTI AL-MUDAKKIR DAN DI PANTI AL-AMIN BANJARMASIN

BAB I PENDAHULUAN. Perserikatan Bangsa-Bangsa tahun 2011, pada tahun UHH adalah 66,4

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. kesehatan seksual serta kesehatan sistem reproduksi. Kesehatan reproduksi

HUBUNGAN ANTARA TINGKAT KECEMASAN DENGAN KECENDERUNGAN INSOMNIA PADA LANSIA DI PANTI WREDHA DHARMA BAKTI SURAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. lansia meningkat secara konsisten dari waktu ke waktu. Jumlah penduduk pada

BAB 1 PENDAHULUAN. lansia di Indonesia yang berusia 60 tahun ke atas sekitar 7,56%. Gorontalo

BAB I PENDAHULUAN. tahun Data WHO juga memperkirakan 75% populasi lansia di dunia pada. tahun 2025 berada di negara berkembang.

BAB I PENDAHULUAN. Badan Kesehatan Dunia (WHO) menyatakan bahwa jumlah. jiwa dengan usia rata-rata 60 tahun (Bandiyah, 2009).

2013 GAMBARAN PENGETAHUAN TENTANG PENYAKIT REUMATIK PADA WANITA LANJUT USIA DI PANTI SOSIAL TRESNA WREDHA BUDI PERTIWI BANDUNG

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. (ageing population). Adanya ageing population merupakan cerminan dari

BAB 1 PENDAHULUAN. kemampuan jaringan untuk memperbaiki diri atau mengganti. diri dan mempertahankan struktur dan fungsi normalnya sehingga

BAB I PENDAHULUAN. dibandingkan dengan laki-laki, yaitu 10,67 juta orang (8,61 % dari seluruh penduduk

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan disegala bidang selama ini sudah dilaksanakan oleh

BAB I PENDAHULUAN. pengobatan farmakologis dan psikoterapeutik sudah sedemikian maju. Gejalagejala

BAB 1 PENDAHULUAN. Menurut WHO (World Health Organization) pada tahun 2010, dengan masalah kesehatan). Menurut Sumiati Ahmad Mohammad, masa

BAB I PENDAHULUAN. fungsi kehidupan dan memiliki kemampuan akal dan fisik yang. menurun. Menurut World Health Organization (WHO) lansia

BAB 1 PENDAHULUAN. organ tubuh. Hal ini juga diikuti dengan perubahan emosi secara

BAB I PENDAHULUAN. harapan hidup, sehingga jumlah populasi lansia juga meningkat. Saat ini

BAB I PENDAHULUAN. berumur 60 tahun atau lebih. Menurut Undang-Undang Nomor 13 Tahun usia adalah seseorang yang mencapai usia 60 tahun ke atas.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. dapat dihindari oleh setiap orang. Sekarang ini banyak orang yang bertahan dari

BAB I PENDAHULUAN survei rutin yang dilakukan rutin sejak tahun 1991 oleh National Sleep

BAB I PENDAHULUAN. tahun. Lanjut usia biasanya mengalami perubahan-perubahan fisik yang wajar,

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian. Lanjut usia (lansia) adalah perkembangan terakhir dari siklus kehidupan.

BAB I PENDAHULUAN di prediksikan jumlah lansia akan mengalami peningkatan sebesar 28,8 juta

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Penduduk lansia pada umumnya banyak mengalami penurunan akibat

BAB I PENDAHULUAN. Seseorang mulai memasuki tahap lanjut usia dimulai saat memasuki usia 60

BAB I PENDAHULUAN. orang permasalahan sulit tidur (insomnia) sering terjadi bersamaan dengan terjaga

2016 GAMBARAN PENGETAHUAN WANITA LANJUT USIA TENTANG DIET HIPERTENSI DI PANTI SOSIAL TRESNA WREDHA BUDI PERTIWI BANDUNG.

HUBUNGAN ANTARA TINGKAT STRES DENGAN INSOMNIA PADA LANSIA DI DESA TAMBAK MERANG GIRIMARTO WONOGIRI

BAB I PENDAHULUAN. Kondisi global lansia saat ini yaitu setengah dari jumlah lansia di dunia yakni

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. semakin berkembangnya anggapan bahwa menjadi tua itu identik dengan semakin

BAB I PENDAHULUAN. Tidur adalah bagian dari ritme biologis tubuh untuk mengembalikan stamina.

BAB I PENDAHULUAN. keadaan sempurna baik fisik, mental dan sosial tidak hanya bebas dari. kesehatan dan Keadaan Sejahtera Badan, Jiwa dan Sosial yang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Lansia adalah seseorang yang telah mencapai usia 60 (enam puluh) tahun

BAB I PANDAHULUAN. A. Latar Belakang. Masa remaja merupakan suatu fase perkembangan yang dinamis dalam

BAB I PENDAHULUAN. Proses menua adalah proses alami yang dialami oleh mahluk hidup. Pada lanjut usia

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Insiden kecelakaan merupakan penyebab utama orang mengalami

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KECEMASAN PADA LANJUT USIA DI PANTI WREDHA DHARMA BHAKTI KOTA SURAKARTA SKRIPSI

I. PENDAHULUAN. hidupnya sehari-hari dan menerima nafkah dari orang lain. Indonesia menurut survey Badan Pusat Statistik (BPS) tahun 2006

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Di seluruh dunia saat ini terjadi transisi demografi dimana proporsi

BAB I PENDAHULUAN. terapi lingkungan untuk pasien dengan depresi yaitu Plant therapy di mana tujuan dari

BAB 1 PENDAHULUAN. 11% dari seluruh jumlah penduduk dunia (± 605 juta) (World Health. meningkat menjadi 11.4% dibandingkan tahun 2000 sebesar 7.4%.

BAB I PENDAHULUAN. kecemasan yang tidak terjamin atas prosedur perawatan. 2 Menurut penelitian, 1

BAB 1 PENDAHULUAN. Indonesia adalah salah satu negara berkembang yang memiliki umur

BAB 1 PENDAHULUAN. fungsi jaringan tubuh. Salah satu teori penuaan menyebutkan bahwa sel sel

BAB I PENDAHULUAN. apabila terjadi kerusakan. Salah satu keluhan yang sering dialami lansia akibat

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu indikator keberhasilan pembangunan adalah semakin. Pada tahun 2025 diperkirakan akan terdapat 1,2 milyar lansia yang

BAB I PENDAHULUAN. anak gadis terjadi antara umur 10 dan 16 tahun (Knight, 2009). Menstruasi

BAB I PENDAHULUAN. Data demografi menunjukkan bahwa populasi remaja mendominasi jumlah

BAB I PENDAHULUAN. menurut tingkatan usia lanjut yakni usia pertengahan (45-59), usia lanjut (60-

BAB I PENDAHULUAN. Lanjut usia sebagai tahap akhir dari siklus kehidupan manusia, sering

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG. Saat ini di seluruh dunia jumlah orang lanjut usia (lansia)

BAB I PENDAHULUAN. wajar akan dialami semua orang. Menua adalah suatu proses menghilangnya

BAB I PENDAHULUAN. mulus sehingga tidak menimbulkan ketidakmampuan atau dapat terjadi sangat nyata

HUBUNGAN ANTARA STATUS INTERAKSI SOSIAL DAN TIPE KEPRIBADIAN DENGAN TINGKAT DEPRESI PADA LANJUT USIA DI PANTI WERDHA DARMA BHAKTI SURAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. psikologis, sosial, dan ekonomi Menurut (BKKBN 2006). WHO dan Undang-

BAB I PENDAHULUAN. panjang dibandingkan dengan negara berkembang. Perbandingan tersebut

BAB I PENDAHULUAN. mempengaruhi kesehatan fisik manusia tersebut. 1 Stres normal merupakan. sehingga timbul perubahan patologis bagi penderitanya.

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. dilakukan di Puskesmas Wonosari pada bulan September-Oktober 2016.

BAB I PENDAHULUAN. peningkatan kesejahteraan masyarakat (Darmodjo, 2000) Hal ini juga diikuti dengan perubahan emosi secara psikologis dan

BAB I PENDAHULUAN. Lanjut usia (Lansia) adalah seseorang yang berusia di atas 60 tahun (UU 13

BAB I PENDAHULUAN. dan kapan saja, yang dapat menimbulkan kerugian materiel dan imateriel bagi

BAB I PENDAHULUAN. perubahan kondisi fisik, psikologis maupun sosial yang saling berinteraksi satu

BAB I PENDAHULUAN. proses alami yang sudah ditentukan oleh Tuhan Yang Maha Esa (Nugroho,

BAB I PENDAHULUAN. terlupakan, padahal kasusnya cukup banyak ditemukan, hal ini terjadi karena

BAB 1 PENDAHULUAN. Menurut World Health Organization (WHO) [2], usia lanjut dibagi

BAB I PENDAHULUAN. Usia lanjut dikatakan sebagai tahap akhir perkembangan pada daur

BAB I PENDAHULUAN. yang sangat penting bagi penduduk dunia. Hasil pembangunan tersebut

BAB III METODE PENELITIAN. deskriptif analitik dengan pendekatan cross sectional, dimana data yang menyangkut

BAB I PENDAHULUAN. diperlukan untuk menjaga homeostatis dan kehidupan itu sendiri. Kebutuhan

BAB 1 PENDAHULUAN. dipungkiri bahwa dengan adanya perkembangan ini, masalah yang. manusia. Menurut National Institute of Mental Health, 20% populasi

BAB I PENDAHULUAN. periode dewasa akhir atau usia tua. Lansia merupakan bagian dari anggota

PERBEDAAN EFEKTIFITAS MANDI AIR HANGAT DAN AROMATERAPI LAVENDER TERHADAP PENURUNAN INSOMNIA PADA LANSIA. Istiana Nurhidayati* ABSTRACT

BAB I PENDAHULUAN. mempertahankan homeostasis tubuh yang seimbang. Hal tersebut sesuai

BAB I PENDAHULUAN. yang membutuhkan perhatian lebih dalam setiap pendekatannya. Berdasarkan

BAB I PENDAHULUAN. Padahal deteksi dini dan penanganan yang tepat terhadap depresi dapat

ANGKA KEJADIAN GANGGUAN CEMAS DAN INSOMNIA PADA LANSIA DI PANTI SOSIAL TRESNA WERDHA WANA SERAYA DENPASAR BALI TAHUN 2013

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Gangguan jiwa atau mental menurut DSM-IV-TR (Diagnostic and Stastistical

BAB I PENDAHULUAN. Menurut laporan Perserikatan Bangsa-Bangsa (2011), pada tahun

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Filariasis merupakan penyakit zoonosis menular yang banyak

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Dampak kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi adalah

PENGARUH AROMATERAPI TERHADAP INSOMNIA PADA LANSIA DI PSTW UNIT BUDI LUHUR KASONGAN BANTUL YOGYAKARTA

HUBUNGAN ANTARA FAKTOR JENIS KELAMIN DAN DUKUNGAN SOSIAL DENGAN TINGKAT KECEMASAN PADA LANSIA DI DESA LUWANG, GATAK, SUKOHARJO SKRIPSI

BAB 1V HASIL DAN PEMBAHASAN. Panti Sosial Tresna Werdha ILOMATA Kota Gorontalo adalah Unit

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. riskan pada perkembangan kepribadian yang menyangkut moral,

BAB I PENDAHULUAN. nomor 13 tahun 1998 tentang Kesejahteraan Lanjut Usia, yang. telah mencapai usia 60 tahun ke atas. Menurut World Health

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Pada pertemuan International Conference on Population

2015 GAMBARAN PENGETAHUAN LANSIA MENGENAI SENAM LANSIA DI PANTI SOSIAL TRESNA WERDHA BUDI PERTIWI KOTA BANDUNG

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Insomnia adalah kesukaran dalam memulai atau mempertahankan tidur yang bisa bersifat sementara atau persisten (Siregar, 2011:73). Insomnia merupakan suatu keadaan seseorang yang mengalami sulit untuk tidur atau sering terbangun di malam hari atau bangun terlalu pagi (Hariana, 2004:46). Berdasarkan penjelasan di atas, peneliti menyimpulkan bahwa insomnia merupakan suatu keadaan dimana seseorang mengalami gangguan tidur berupa kesulitan untuk memulai tidur, sering terbangun dimalam hari atau sering bangun terlalu pagi yang dapat bersifat sementara atau persisten. Insomnia merupakan masalah kesehatan yang sering dijumpai di semua lingkungan, baik di negara maju maupun negara berkembang (Susilo dan Wulandari, 2011:24). Insomnia adalah salah satu fenomena umum dalam gangguan pola tidur. Jangka panjang dapat menyebabkan gejala somatik dan perkembangan penyakit (Siregar, 2011:73). Sekarang ini insomnia tidak hanya menjadi masalah pada anak-anak dan remaja, tetapi bisa juga terjadi pada orang dewasa bahkan cenderung terjadi pada usia lanjut. Dari semua kelompok usia yang ada, masalah insomnia sering terjadi pada usia lanjut. Makin lanjut usia seseorang, makin banyak terjadi insomnia. Pada usia lebih dari 50 tahun, angka kejadian insomnia sekitar 30% (Siregar, 2011:75).

Sebagian besar lansia mempunyai resiko tinggi mengalami gangguan tidur akibat berbagai faktor. Orang lanjut usia yang sehat sering mengalami perubahan pada pola tidurnya yaitu memerlukan waktu yang lama untuk dapat tidur. Proses patologis terkait usia dapat menyebabkan perubahan pola tidur. Menurut teori penuaan biologi, lansia mengalami penurunan fungsi dan struktur atau mengalami proses degeneratif. Hal ini mengakibatkan perubahan sistem saraf pusat, antara lain sistem gelombang otak dan siklus sirkadian. Perubahan tersebut menyebabkan terganggunya pusat pengaturan tidur yang ditandai dengan menurunnya aktivitas gelombang alfa sehingga mempengaruhi proses tidur (Kurnia, 2009:84). Menurut data dari WHO (World Health Organization) kurang lebih 18% penduduk dunia pernah mengalami gangguan sulit tidur dan meningkat setiap tahunnya dengan keluhan yang sedemikian hebat sehingga menyebabkan tekanan jiwa bagi penderitanya. Pada saat ini diperkirakan 1 dari 3 orang mengalami insomnia. Nilai ini cukup tinggi jika dibandingkan dengan penyakit lainnya (Siregar, 2011:74). Prevalensi insomnia di Indonesia sekitar 10%. Artinya kurang lebih 28 juta dari total 238 juta penduduk Indonesia menderita insomnia. Jumlah ini hanya mereka yang terdata dalam data statistik. Selain itu, masih banyak jumlah penderita insomnia yang belum terdeteksi (Siregar, 2011:12). Panti Tresna Werdha Ilomata Kota Gorontalo merupakan salah satu panti werdha terbesar di Gorontalo. Jumlah penghuni yang ada 35 orang, dengan karakteristik yang berbeda yakni laki-laki berjumlah 4 orang dan perempuan

berjumlah 31 orang. Berdasarkan studi awal yang didapatkan peneliti langsung dengan cara wawancara, dari total keseluruhan 35 orang penghuni di Panti Tresna Werdha Ilomata Kota Gorontalo, ada 24 orang lansia yang mengeluh insomnia dan hampir seluruhnya mengatakan tidak melakukan apapun untuk mengatasi hal tersebut. Masalah insomnia pada lansia ini seharusnya dapat menjadi perhatian yang lebih karena jika dibiarkan dapat menyebabkan berbagai macam hal yang dapat merugikan baik untuk kesehatan tubuh sendiri ataupun menurunkan angka harapan hidup. Insomnia dapat menyebabkan seseorang menjadi tidak produktif, tidak fokus, tidak dapat membuat keputusan dengan baik, pelupa, pemarah, depresi, menyebabkan tubuh rentan terhadap penyakit, menyebabkan kecelakaan bahkan dapat meningkatkan resiko kematian (Siregar, 2011:124). Masalah insomnia yang terjadi pada lansia dapat diatasi dengan salah satu terapi komplementer yaitu dengan menggunakan aromaterapi. Aromaterapi didasari teori bahwa wewangian yang dilepas oleh minyak esensial mempengaruhi hypothalamus, bagian otak yang mengendalikan sistem kelenjar dan hormon, sehingga mempengaruhi mood dan menurunkan level stres (Green, 2009:91). Menghirup minyak aromaterapi sendiri dianggap sebagai cara penyembuhan yang langsung dan cepat. Hal ini terjadi karena molekul-molekul dari minyak esensial yang mudah menguap bereaksi langsung pada organ penciuman dan langsung dipersepsikan oleh otak (Mangoenprasodjo dan hidayati, 2005:106).

Penelitian-penelitian sebelumnya telah menggunakan aromaterapi untuk memperbaiki kualitas tidur, menurunkan kecemasan serta meningkatkan memori jangka pendek. Penelitian Kurnia (2009:84) mendapatkan hasil sebagai berikut: dari 18 responden yang memenuhi kriteria inklusi, 50% responden yang kualitas tidur buruk yaitu berusia antara 60-69 tahun, Setelah satu minggu perlakuan, keseluruhan subyek pada kelompok kontrol tetap mengalami kualitas tidur buruk. Sedangkan subyek pada kelompok perlakuan sebanyak 4 orang (44%) mengalami kualitas tidur baik dan sisanya tetap. Penelitian selanjutnya yaitu penelitian oleh Ariani (2012:3), didapatkan hasil sebagai berikut: kualitas tidur remaja sebelum diberikan aromaterapi sebagian besar memiliki kualitas tidur sedang sebanyak 19 orang remaja atau 86,4% dan 3 orang remaja (13,6%) memiliki kualitas tidur baik. Kualitas tidur remaja setelah diberikan aromaterapi selama 2 minggu perlakuan sebanyak 10 orang (45%) memiliki kualitas tidur baik dan 12 orang (54,5%) kualitas tidur sedang. Kemudian penelitian oleh Kristanti (2010:99), didapatkan hasil seperti berikut: sebelum diberikan aromaterapi lavender terdapat 4 lansia (40%) dengan tingkat kecemasan ringan, 4 lansia (40%) dengan kecemasan sedang, 2 lansia (20%) dengan kecemasan berat. Setelah diberikan aromaterapi lavender, kecemasan lansia di panti wredha st.yoseph Kediri mengalami penurunan sebanyak 9 orang (90%). Selanjutnya penelitian oleh Adiyati (2010:26), Hasil penelitian menunjukkan terjadi penurunan derajat insomnia pada kelompok perlakuan dan

tidak terjadi penurunan derajat insomnia pada kelompok kontrol. Terakhir, untuk penelitian yang dilakukan Wijaya (2013:52) memperoleh hasil: memori jangka pendek sebelum diberikan aromaterapi pada lansia, tidak ada yang termasuk dalam tingkat baik. Gangguan ringan sebanyak 10 orang (38,5%), gangguan sedang sebanyak 14 orang (53,8%), dan gangguan berat sebanyak 2 orang (7,7%). Memori jangka pendek sesudah diberikan aromaterapi mengalami peningkatan, lansia yang memorinya baik sejumlah 7 orang (26,9%), gangguan ringan sebanyak 7 orang (26,9%), gangguan sedang sejumlah 11 orang (42,3%), dan gangguan berat sebanyak 1 orang (3,8%). Dari semua jenis essensial aromaterapi, peneliti memilih lavender karena minyak essensial aromaterapi lavender dianggap baik untuk mengatasi gangguan tidur. Lavender beraroma ringan bunga-bungaan dan merupakan essensial aromaterapi yang dikenal memiliki efek sedatif dan anti-neurodepresive (Dewi, 2013:9). Aromaterapi lavender juga memiliki kandungan utama yaitu linalool asetat yang mampu mengendorkan dan melemaskan sistem kerja urat-urat saraf dan otot-otot yang tegang (Dewi, 2013:2). Berdasarkan survey awal peneliti dilapangan, minyak esensial aromaterapi lavender juga ternyata sudah cukup mudah didapatkan di daerah Kota Gorontalo. Berdasarkan uraian di atas, maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul Pengaruh Aromaterapi Lavender Terhadap Insomnia pada Lansia di Panti Tresna Werdha Ilomata Kota Gorontalo.

1.2 Identifikasi Masalah 1. Insomnia merupakan masalah yang sering dijumpai pada usia lanjut. 2. Menurut data dari WHO (World Health Organization) kurang lebih 18% penduduk dunia pernah mengalami gangguan sulit tidur dan meningkat setiap tahunnya. 3. Prevalensi insomnia di Indonesia sekitar 10%. Artinya kurang lebih 28 juta dari total 238 juta penduduk Indonesia menderita insomnia. 4. Hasil studi awal yang didapatkan peneliti langsung dari 35 orang penghuni di Panti Tresna Werdha Ilomata Kota Gorontalo, ada 24 orang lansia yang mengeluh insomnia dan hampir seluruhnya mengatakan tidak melakukan apapun untuk mengatasi hal tersebut. 1.3 Rumusan Masalah Berdasarkan uraian dalam latar belakang masalah di atas, maka dapat dirumuskan masalah penelitian sebagai berikut: Apakah ada pengaruh aromaterapi lavender terhadap insomnia pada lansia di Panti Tresna Werdha Ilomata Kota Gorontalo?. 1.4 Tujuan Penelitian 1.4.1 Tujuan umum Mengetahui pengaruh aromaterapi lavender terhadap insomnia pada lansia dipanti Tresna Werdha Ilomata Kota Gorontalo.

1.4.2 Tujuan khusus 1. Mengidentifikasi karakteristik responden meliputi usia dan jenis kelamin pada lansia di Panti Tresna Werdha Ilomata Kota Gorontalo. 2. Mengidentifikasi insomnia pada lansia di Panti Tresna Werdha Ilomata Kota Gorontalo sebelum diberikan aromaterapi lavender. 3. Mengidentifikasi insomnia pada lansia di Panti Tresna Werdha Ilomata Kota Gorontalo setelah diberikan aromaterapi lavender. 4. Menganalisis pengaruh aromaterapi lavender terhadap insomnia pada lansia di Panti Tresna Werdha Ilomata Kota Gorontalo sebelum dan setelah diberikan aromaterapi lavender. 1.5 Manfaat Penelitian Hasil dari penelitian ini mempunyai dua aspek manfaat yaitu manfaat teoritis dan manfaat praktis sebagai berikut: 1.5.1 Manfaat teoritis Secara teoritis hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah pengetahuan, pengalaman dan wawasan ilmiah, serta bahan penerapan ilmu metode penelitian, khususnya mengenai pengaruh aromaterapi lavender dan dapat digunakan sebagai bahan acuan untuk penelitian selanjutnya. 1.5.2 Manfaat praktis 1. Untuk lansia Lansia dapat melakukan terapi ini sendiri atau dengan bantuan petugas dan keluarga sehingga dapat membantu masalah insomnia.

2. Untuk masyarakat Hasil penelitian ini diharapkan bisa menjadi sumber informasi, menambah wawasan dan pengetahuan tentang pengaruh aromaterapi lavender terhadap insomnia pada lansia. 3. Untuk profesi keperawatan Penelitian ini dapat digunakan sebagai informasi ilmiah untuk menambah intervensi dalam penanganan insomnia lansia, baik dalam perkuliahan maupun dalam praktek dilapangan. 4. Untuk peneliti selanjutnya Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi sumber informasi dan pedoman untuk penelitian-penelitian selanjutnya yang berhubungan.