3. METODOLOGI. Gambar 5. Peta Lokasi Penelitian KKP Kecamatan Labuan (2011)

dokumen-dokumen yang mirip
3 METODE PENELITIAN. Gambar 4 Peta lokasi penelitian.

Gambar 5 Peta daerah penangkapan ikan kurisi (Sumber: Dikutip dari Dinas Hidro Oseanografi 2004).

3.3 Pengumpulan Data Primer

3. METODE PENELITIAN

3. METODE PENELITIAN

3. METODE PENELITIAN

3. METODE PENELITIAN

Gambar 2. Peta Lokasi Penelitian

4. HASIL DAN PEMBAHASAN

3. METODE PENELITIAN

4. HASIL DAN PEMBAHASAN

3 HASIL DAN PEMBAHASAN

4. HASIL DAN PEMBAHASAN

KAJIAN STOK IKAN SWANGGI Priacanthus tayenus (Richardson, 1846) DI PERAIRAN SELAT SUNDA YANG DIDARATKAN DI PPP LABUAN, PANDEGLANG BANTEN

3. METODE PENELITIAN

2. METODOLOGI PENELITIAN

spesies yaitu ikan kembung lelaki atau banyar (Rastrelliger kanagurta) dan kembung perempuan (Rastrelliger brachysoma)(sujastani 1974).

4. HASIL DAN PEMBAHASAN

2. TINJAUAN PUSTAKA Rajungan (Portunus pelagicus)

3. METODOLOGI 3.1 Waktu dan Lokasi Penelitian 3.2 Alat dan Bahan 3.3 Pengumpulan Data

Gambar 3. Peta Lokasi Penelitian Sumber Dinas Hidro-Oseanografi (2004)

4. HASIL DAN PEMBAHASAN

KAJIAN STOK SUMBER DAYA IKAN TONGKOL (Euthynnus affinis) DI PERAIRAN SELAT SUNDA NUR LAILY HIDAYAT

BAB III METODE PENELITIAN. Peta lokasi penelitian dapat dilihat pada Gambar 5 berikut:

Lampiran 1. Sebaran frekuensi panjang ikan kuniran (Upeneus sulphureus) betina yang dianalisis dengan menggunakan metode NORMSEP (Normal Separation)

3. METODE PENELITIAN

3. METODE PENELITIAN

STRUKTUR UKURAN DAN PARAMETER PERTUMBUHAN HIU MACAN (Galeocerdo cuvier Peron & Lesuer, 1822) DI PERAIRAN SELATAN NUSA TENGGARA BARAT

3. METODOLOGI 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian 3.2 Peralatan 3.3 Metode Penelitian

PENDAHULUAN. Common property & open acces. Ekonomis & Ekologis Penting. Dieksploitasi tanpa batas

STATUS STOK SUMBERDAYA IKAN LEMURU (Sardinella lemuru) DI PERAIRAN SELAT SUNDA GAMA SATRIA NUGRAHA

3 METODOLOGI 3.1 Lokasi dan Waktu 3.2 Teknik Pengambilan Data Pengumpulan Data Vegetasi Mangrove Kepiting Bakau

4. HASIL DAN PEMBAHASAN

KAJIAN STOK IKAN KEMBUNG LELAKI (Rastrelliger kanagurta Cuvier 1817) DI PERAIRAN TELUK BANTEN YANG DIDARATKAN DI PPN KARANGANTU, BANTEN

Length-Weight based Stock Assesment Of Round Scad ( Decapterus russelli ) From Mapur Fishing Ground and Landed at Pelantar KUD Tanjungpinang

3. METODE PENELITIAN

3. METODOLOGI PENELITIAN

STATUS STOK SUMBERDAYA IKAN KEMBUNG LELAKI (Rastrelliger kanagurta Cuvier, 1817) DI PERAIRAN SELAT SUNDA

LEMBAR PENGESAHAN ARTIKEL JURNAL

Gambar 4. Peta lokasi pengambilan ikan contoh

PERTUMBUHAN DAN LAJU EKSPLOITASI IKAN TERI PEKTO (Stolephorus Waitei) DI PERAIRAN BELAWAN KOTA MEDAN SUMATERA UTARA

4. HASIL DAN PEMBAHASAN

3. METODE PENELITIAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

3. METODOLOGI. Gambar 2. Peta lokasi penangkapan ikan tembang (Sardinella fimbriata) Sumber : Dinas Hidro-Oseanografi (2004)

KAJIAN STOK IKAN SWANGGI (Priacanthus tayenus Richardson, 1846) DI PERAIRAN SELAT SUNDA YANG DIDARATKAN DI PPP LABUAN, BANTEN

Gambar 6 Sebaran daerah penangkapan ikan kuniran secara partisipatif.

Abstrak. Kata Kunci : Ikan ekor Kuning, pertumbuhan, laju mortalitas, eksploitasi. Abstract

3 METODE PENELITIAN. 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian

3. METODE PENELITIAN

Length-Weight based Stock Assessment Of Eastern Little Tuna (Euthynnus affinis ) Landed at Tarempa Fish Market Kepulauan Anambas

4 HASIL DAN PEMBAHASAN

The study of Sardinella fimbriata stock based on weight length in Karas fishing ground landed at Pelantar KUD in Tanjungpinang

PARAMETER POPULASI DAN ASPEK REPRODUKSI IKAN KUNIRAN (Upeneus sulphureus) DI PERAIRAN REMBANG, JAWA TENGAH

3. METODE PENELITIAN

KAJIAN STOK IKAN KEMBUNG LELAKI (Rastrelliger kanagurta Cuvier 1817) DI PERAIRAN TELUK JAKARTA, PROVINSI DKI JAKARTA

PERTUMBUHAN DAN MORTALITAS IKAN TAWES (Barbonymus gonionotus) DI DANAU SIDENRENG KABUPATEN SIDRAP Nuraeni L. Rapi 1) dan Mesalina Tri Hidayani 2)

bio.unsoed.ac.id METODE PENELITIAN A. Spesifikasi Alat dan Bahan

ANALISIS BIOEKONOMI UNTUK PEMANFAATAN SUMBER DAYA IKAN KUNIRAN (Upeneus spp.) YANG DIDARATKAN DI PPP LABUAN, KABUPATEN PANDEGLANG, BANTEN

PENDUGAAN STOK IKAN LAYUR

3 METODOLOGI. Gambar 2 Peta Selat Bali dan daerah penangkapan ikan lemuru.

4. HASIL DAN PEMBAHASAN

3 METODE PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian 3.2 Bahan dan Alat 3.3 Pengumpulan Data

KAJIAN STOK IKAN LAYANG (Decaterus ruselli) BERBASIS PANJANG BERAT YANG DIDARATKAN DI PASAR IKAN TAREMPA KABUPATEN KEPULAUAN ANAMBAS

1.PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

Growth Analysis and Exploitation rate of Tuna Fish (Auxis thazard) landed on Belawan Ocean Fishing Port Sumatera Utara

4. HASIL DAN PEMBAHASAN

3. METODE PENELITIAN. Gambar 3. Peta daerah penangkapan ikan kuniran di perairan Selat Sunda Sumber: Peta Hidro Oseanografi (2004)

PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Pola Rekrutmen, Mortalitas, dan Laju Eksploitasi Ikan Lemuru (Amblygaster sirm, Walbaum 1792) di Perairan Selat Sunda

4. HASIL DAN PEMBAHASAN

4. HASIL DAN PEMBAHASAN

STUDI DINAMIKA STOK IKAN BIJI NANGKA

STATUS STOK DAN ANALISIS POPULASI VIRTUAL IKAN KEMBUNG LELAKI (Rastrelliger kanagurta) DI PERAIRAN SELAT SUNDA NERI SRIBENITA SIHOMBING

DINAMIKA POPULASI IKAN KEMBUNG PEREMPUAN (Rastrelliger brachysoma Bleeker, 1851) DI PERAIRAN SELAT SUNDA DESI KOMALASARI

PERTUMBUHAN DAN LAJU EKSPLOITASI IKAN KEMBUNG (Rastrelliger spp.) DI PERAIRAN SELAT MALAKA PROVINSI SUMATERA UTARA

KAJIAN STOK DAN ANALISIS KETIDAKPASTIAN IKAN KUNIRAN

PEMANTAUN PARAMETER DINAMIKA POPULASI IKAN KEMBUNG (Rastrelliger sp) DI PERAIRAN PESISIR PULAU TERNATE PROVINSI MALUKU UTARA

Study Programme of Management Aquatic Resources Faculty of Marine Science and Fisheries, University Maritime Raja Ali Haji

Hardiyansyah Mahasiswa Manajemen Sumberdaya Perairan, FIKP, UMRAH,

BAB III METODE PENELITIAN

VII. POTENSI LESTARI SUMBERDAYA PERIKANAN TANGKAP. Fokus utama estimasi potensi sumberdaya perikanan tangkap di perairan

3 METODOLOGI PENELITIAN

Study Programme of Management Aquatic Resource Faculty of Marine Science and Fisheries, University Maritime Raja Ali Haji

PENDUGAAN BEBERAPA PARAMETER DINAMIKA POPULASI IKAN LAYANG (Decapterus macrosoma, BLEEKER 1841) DI PERAIRAN TELUK BONE, SULAWESI SELATAN

5 POTENSI DAN TINGKAT PEMANFAATAN SUMBER DAYA PERIKANAN DEMERSAL

2 TINJAUAN PUSTAKA. Gambar 2 Ikan kuniran (Upeneus moluccensis).

3. METODE PENELITIAN

3. BAHAN DAN METODE. Gambar 6. Peta Lokasi Penelitian (Dinas Hidro-Oseanografi 2004)

3 METODE PENELITIAN. Gambar 2 Peta lokasi penelitian PETA LOKASI PENELITIAN

4. HASIL DAN PEMBAHASAN

KAJIAN STOK IKAN PARI (Neotrygon kuhlii) DI PERAIRAN SELAT SUNDA YANG DIDARATKAN DI PELABUHAN PERIKANAN PANTAI LABUAN, BANTEN RAISHA BUNGA SURYA

FAKTOR KONDISI DAN HUBUNGAN PANJANG BERAT IKAN SELIKUR (Scomber australasicus) DI LAUT NATUNA YANG DIDARATKAN DI PELANTAR KUD KOTA TANJUNGPINANG

3. METODE PENELITIAN

The Growth and Exploitation of Tamban (Sardinella albella Valenciennes, 1847) in Malacca Strait Tanjung Beringin Serdang Bedagai North Sumatra

ANALISIS HASIL TANGKAPAN SUMBERDAYA IKAN EKOR KUNING (Caesio cuning) YANG DIDARATKAN DI PPI PULAU PRAMUKA, KEPULAUAN SERIBU

Stock assesment of portunus crab (Portunus pelagicus). Landed on Pengudang village of Bintan Diskiet

Gambar 3 Peta Lokasi Penelitian

structure Population of Indian Mackerel, Rastrelliger kanagurta Catch in Pancana Waters, Barru District

Gambar 7. Peta kawasan perairan Teluk Banten dan letak fishing ground rajungan oleh nelayan Pelabuhan Perikanan Nusantara Karangantu

Transkripsi:

4 3. METODOLOGI 3.. Waktu dan Lokasi Penelitian Penelitian ini dilaksanakan selama bulan Maret 20 hingga Oktober 20 dengan interval waktu pengambilan contoh bulan. Penelitian dilakukan di Pelabuhan Perikanan Pantai (PPP) Labuan, Kabupaten Pandeglang, Provinsi Banten. Peta lokasi penelitian dapat dilihat pada Gambar 5. Gambar 5. Peta Lokasi Penelitian KKP Kecamatan Labuan (20) Gambar 5 menunjukan lokasi penelitian dan daerah pnangkapan ikan swanggi. Daerah penangkapan ikan swanggi di Selat Sunda yaitu Pulau Rakata, Pulau Liwungan, Pulau Sumur, Pulau Carita, Pulau Panaitan, Pulau Tanjung Lesung, Pulau Tanjung Alang-alang, dan sekitar Pulau Sebesi. 3.2. Alat dan Bahan Peralatan yang digunakan dalam penelitian ini antara lain penggaris dengan ketelitian mm, timbangan digital dengan ketelitian gram, alat bedah, alat tulis, dan alat dokumentasi serta laptop. Bahan yang digunakan adalah ikan swanggi dari hasil tangkapan nelayan di perairan Selat Sunda yang didaratkan di Pelabuhan Perikanan Pantai (PPP) Labuan, Banten.

5 3.3. Pengumpulan Data 3.3.. Data primer Pengumpulan data primer diperoleh dari pengambilan contoh secara acak pada ikan swanggi yang tertangkap di Selat Sunda dan didaratkan di PPP Labuan, Banten, berupa data panjang, berat, dan jenis kelamin. Ikan contoh yang diambil diidentifikasi melalui pengamatan morfologi ikan. Metode yang digunakan dalam pengambilan contoh ikan adalah metode penarikan contoh acak sederhana (PCAS). Ikan contoh diperoleh dari kapal dengan alat tangkap cantrang yang memiliki fishing ground di sekitar Selat Sunda dan didaratkan di PPP Labuan. Contoh diamati sebanyak 50-00 ekor ikan swanggi. Pengukuran panjang total mulai dari ujung mulut terdepan hingga ujung ekor terakhir menggunakan penggaris dengan ketelitian mm, sedangkan bobot yang ditimbang adalah bobot basah total yang meliputi bobot total jaringan ikan serta air yang terkandung dalam tubuh ikan menggunakan timbangan dengan ketelitian gram. 3.3.2. Data sekunder Data diperoleh dari KKP Labuan Banten yang meliputi data hasil tangkapan dan trip setiap hari yang dikumpulkan menjadi data tahun. Data yang digunakan yaitu data selama 8 tahun (200, 2002, 2004, 2005, 2007, 2009, 200, dan 20). Informasi lain yang diperoleh yaitu data hasil tangkapan ikan yang didaratkan di PPI Labuan, data unit operasi penangkapan ikan swanggi berupa kegiatan operasi penangkapan, daerah penangkapan, dan biaya operasi penangkapan serta pendapatan dari penangkapan tersebut. Data tersebut diperoleh dengan cara observasi langsung di lapang serta melakukan wawancara baik kepada nelayan sekitar maupun kepada pengelola PPI Labuan. 3.4. Analisis Data 3.4.. Hubungan panjang bobot Panjang berkaitan erat dengan bobot yang mengikuti hukum kubik. Namun tiap ikan memiliki pola pertumbuhan yang berbeda-beda sehingga analisis hubungan panjang dan bobot ikan dapat menggunakan rumus (Effendie 2002):

6 () W adalah bobot, L adalah panjang, a adalah intersep (perpotongan kurva hubungan panjang bobot dengn sumbu y), dan b adalah penduga pola pertumbuhan panjang-bobot. Pendugaan pola pertumbuhan (b) dilakukan dengan pendekatan regresi linear dari persamaan () yang diturunkan, sebagai berikut : (2) Bentuk hubungan panjang dan berat dievaluasi dari pola pertumbuhan (b), untuk mencapai pola pertumbuhan maka selanjutnya dilakukan uji hipotesis sebagai berikut : H 0 : b = 3, hubungan panjang dan bobot adalah isometrik H : b 3, hubungan panjang dan bobot adalah alometrik positif/negatif Jika pertumbuhan tidak isometrik, maka selanjutnya dilakukan uji lanjut (t) dari koefisien pertumbuhan yang ada : t hitung b b sb 0 (3) s 2 b n i x 2 i 2 s ( n n i x ) i 2 (4) b adalah nilai b (dari hubungan panjang berat), b 0 sama dengan tiga, dan Sb adalah simpangan koefisien b. untuk menentukan sebaran dari koefisien b dievaluasi dari selang kepercayaan 95% dengan formula sebagai berikut : t hitung > t tabel : tolak hipotesis nol (H 0 ) t hitung < t tabel : gagal tolak hipotesis nol (H 0 ) 3.4.2. Sebaran frekuensi panjang Menurut Walpole (995) analisis sebaran frekuensi panjang berdasarkan ukuran panjang dapat diketahui dengan melakukan analisa data sebagai berikut:

7. Menentukan lebar kelas, r = pb-pk (r = lebar kelas, pb = panjang tertinggi, pk = panjang terpendek) 2. Menentukan jumlah kelas + 3,32 log N (N = jumlah data) 3. Menghitung lebar kelas, L = r / jumlah kelas (L = lebar kelas, r = wilayah kelas) 4. Memilih ujung bawah kelas interval 5. Menentukan frekuensi jumlah masing-masing selang kelas yaitu jumlah frekuensi dibagi jumlah total dikalikan 00. Frekuensi dari setiap kelas ukuran diplotkan dalam bentuk grafik. Grafik tersebut menunjukan pergeseran sebaran kelas panjang setiap pengambilan contoh, yang menggambarkan jumlah kelompok umur (kohort) yang ada dan perubahan posisi ukuran panjang kelompok umur yang sama. 3.4.3. Identifikasi kelompok ukuran Pendugaan kelompok ukuran dilakukan dengan data frekuensi panjang Ikan swanggi yang dianalisis dengan menggunakan salah satu metode yang terdapat di dalam program FISAT II (FAO-ICLARM Stok Assesment Tool) yaitu metode NORMSEP (Normal Separation). Sebaran frekuensi panjang dikelompokkan ke dalam beberapa kelompok umur yang diasumsikan menyebar normal, masing-masing dicirikan oleh rata-rata panjang dan simpangan baku. Boer & Aziz (995) menyatakan jika f i adalah frekuensi ikan dalam kelas panjang ke-i (i =, 2,, N), µ j adalah rata-rata panjang kelompok umur ke-j, σ j adalah simpangan baku panjang kelompok umur ke-j dan p j adalah proporsi ikan dalam kelompok umur ke-j (j=, 2,, G) maka fungsi objektif yang digunakan untuk menduga {µ j, σ j,p j ) adalah fungsi kemungkinan maksimum (maximum Likelihood function) dengan persamaan sebagai berikut : L N i i G f log p q (5) j j ij

8 dengan ketentuan q ij j exp 2 x i j 2 ( ) 2 j yang merupakan fungsi kepekatan peluang sebaran normal dengan nilai tengah µ j dan simpangan baku σ j. x i merupakan titik tengah dari kelas panjang ke-i. Fungsi objektif L ditentukan dengan cara mencari turunan pertama L masing-masing terhadap µ j, σ j,p j sehingga diperoleh dugaan µ j, σ j,p j yang akan digunakan untuk menduga parameter pertumbuhan. 3.4.4. Parameter pertumbuhan ( L, K, dan t 0 ) Pendugaan pertumbuhan dapat diketahui dari hasil analisis parameter pertumbuhan. Pendugaan Koefisien pertumbuhan (K) dan L dapat diduga dengan menggunakan model pertumbuhan Von Bartalanffy (Sparre & Venema 999) : L t L ( e [ 0 k( tt )] ) (6) Penurunan plot Ford-Walford didasarkan pada persamaan pertumbuhan von Bertalanffy, maka persamaannya menjadi sebagai berikut. (7) (8) Setelah L t+ disubtitusikan ke dalam persamaan (8) maka diperoleh ) = ) (9) Persamaan (8) disubtitusikan ke dalam persamaan (9 sehingga diperoleh persamaan sebagai berikut : (0)

9 Persamaan (0) merupakan bentuk persamaan linier yang merupakan L (t+) sebagai peubah tak bebas (y) dan L t sebagai peubah bebas (x) sehingga diperoleh formula sebagai berikut : b = a = ( ) Umur teoritis ikan pada saat panjang sama dengan nol dapat diduga secara terpisah dengan menggunakan persamaan empiris Pauly (984) sebagai berikut : () Keterangan : L = Panjang ikan asimtotik (mm) k = Koefisien pertumbuhan Lt = Panjang ikan saat mencapai umur t (mm) t 0 = umur ikan saat panjangnya 0 mm t = umur ikan pada panjang tertentu 3.4.5. Mortalitas dan laju eksploitasi Laju mortalitas total (Z) diduga dengan kurva tangkapan yang dilinearkan berdasarkan data komposisi panjang (Sparre & Venema 999) menggunakan langkah-langkah sebagai berikut. Langkah :Mengkonversikan data panjang ke data umur dengan menggunakan inverse persamaan von Bertalanffy. ( L ) (2) Langkah 2 :Menghitung waktu rata-rata yang diperlukan oleh ikan untuk tumbuh dari panjang L ke L 2 (t) ( L ) (3)

20 Langkah 3 : Menghitung (t+t/2) yang diasumsikan sama dengan t(l )+ t/2 sama dengan ( ) ( L ) (4) Langkah 4 : Menurunkan kurva hasil tangkapan (C) yang dilinearkan yang dikonversikan ke panjang (5) Persamaan di atas adalah bentuk persamaan linear dengan kemiringan (b) sama dengan -Z. Untuk laju mortalitas alami (M) diduga dengan menggunakan rumus empiris Pauly (980) in Sparre & Venema (999) sebagai berikut : M (6) ( 0,052 0,279* LnL 0,6543* LnK0,463* LnT) exp (7) Keterangan : T = rata-rata suhu permukaan air ( 0 C). Laju mortalitas penangkapan (F) ditentukan dengan : (8) Laju eksploitasi (E) ditentukan dengan membandingkan mortalitas penangkapan (F) terhadap mortaliatas total (Z) (Pauly 984) : (9) Laju mortalitas penangkapan (F) atau laju eksploitasi optimum menurut Gulland (97) in Pauly (984) adalah: F optimum M E 0, 5 (20) optimum

2 3.4.6. Model Surplus Produksi Pendugaan model produksi surplus dianalisi menggunakan model Gulland. Model Gulland (96) mengasumsikan bahwa terdapat suatu hubungan antara kelimpahan stok dan upaya masa lalu. Bila rekruitmen tetap stabil dengan berkembangnya penangkapan besar-besaran, ukuran rata-rata individu yang ditangkap akan menurun. Sebaliknya bila ukuran rata-rata ikan ditangkap tetap tidak berubah sedangkan kelimpahan atau CPUE t menurun, terdapat beberapa indikasi bahwa rekruitmen berpengaruh (Gulland 96 in Pasisingi 20). Sparre & Venema (999) menyatakan bahwa metode ini hanya cocok digunakan untuk mendunga populasi yang belum dieksploitasi atau virgin biomass, model ini juga digunakan pada penelitian jarang dilaksanakan dan pada stok yang tingkat eksploitasinya masih rendah. Hubungan yang diperoleh antara CPUE t dan upaya rata-rata berbentuk melengkung. Hubungan linear model Gulland dapat dinyatakan sebagai berikut: (2) Sehingga : Keterangan : : upaya rata-rata tahun sebelumnya ke t - dengan tahun ke-t yang merupakan rentang hidup rata-rata individu dalam stok yang dieksploitasi (trip). CPUE t : Tangkapan (kg) per upaya tangkap (trip) a : perkiraan rentang hidup untuk q, parameter daya dukung lingkungan (K) dan pertumbuhan alami (r), serta nilai koefisien regresi. b : perkiraan untuk hasil ekuilibrium maksimum. Jumlah tangkapan yang diperbolehkan atau Total Allowable Catch (TAC) dan tingkat pemanfaatan sumberdaya ikan dapat ditentukan dengan analisis produksi surplus dan berdasarkan prinsip kehati-hatian, sehingga :

22 (22) Jumlah tangkapan yang diperbolehkan (TAC) adalah 80% dari potensi maksimum lestarinya (FAO 20). Agar kegiatan perikanan dapat dilakukan secara berkelanjutan maka jumlah hasil tangkap sebaiknya tidak melebihi TAC.