HUBUNGAN ANTARA DUKUNGAN SOSIAL KELUARGA DENGAN MOTIVASI BELAJAR SISWA SMA N 1 BATANGAN KABUPATEN PATI. Nova Dwiyanti, Annastasia Ediati

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. jenjang pendidikan, di dalam suatu pembelajaran harus ada motivasi belajar, agar

BAB I PENDAHULUAN. adalah kualitas guru dan siswa yang mesing-masing memberi peran serta

BAB 1 PENDAHULUAN. Nasional yang tercantum dalam Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan sehari-hari melalui sekolah, baik dalam lingkungan, di rumah maupun

BAB I PENDAHULUAN. formal maupun lembaga non-formal, karena lembaga-lembaga tersebut memegang

HUBUNGAN ANTARA DUKUNGAN KELUARGA DENGAN MOTIVASI BELAJAR PADA SISWA SMA NASKAH PUBLIKASI

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Pendidikan menurut udang-undang No 20 tahun 2003 pasal 1 tentang sistem

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pendidikan tidak dapat dipisahkan dari kehidupan karena pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. proses belajar yang dialami oleh siswa sebagai anak didik. Proses belajar

BAB I PENDAHULUAN. hidup yang baik, yang sesuai dengan martabat manusia. Pendidikan akan

I. PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan suatu proses yang sangat penting untuk meningkatkan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian

HUBUNGAN ANTARA PENYESUAIAN DIRI DENGAN MOTIVASI BELAJAR PADA SISWA KELAS X DI SMA NEGERI 8 PURWOREJO

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pendidikan tidak dapat dipisahkan dari kehidupan karena pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. sekolah serta sarana dan prasarana sekolah. mencapai tujuan pembelajaran. Motivasi dalam kegiatan belajar memegang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. sepanjang hayatnya, baik sebagai individu, kelompok sosial, maupun sebagai

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN. Peningkatan sumber daya manusia yang berkualitas, pendidikan memegang

BAB I PENDAHULUAN. mengembangkan perilaku maupun sikap yang diinginkan. Pendidikan dapat

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang masalah. Pendidikan merupakan sesuatu yang tidak terlepas dan bersifat sangat

BAB I PENDAHULUAN. memiliki peran penting dalam menghasilkan generasi muda yang berkualitas

BAB I PENDAHULUAN. tercapainya manusia dan masyarakat berkualitas yang memiliki kecerdasan

BAB 1 PENDAHULUAN. dinamis dalam diri (inner drive) yang mendorong seseorang. arti tidak memerlukan rangsangan (stimulus) dari luar dirinya,

BAB I PENDAHULUAN. suatu bangsa, karena dengan pendidikan suatu bangsa dapat mempersiapkan masa

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. sehingga menjadi mandiri. Secara umum dapat dikatakan bahwa pendidikan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG. Berdasarkan UU No.20 Tahun 2003 pasal 1 ayat 1 tentang Pendidikan

I. PENDAHULUAN. Sekolah sebagai lembaga formal yang dapat meningkatkan kualitas belajar

BAB I PENDAHULUAN. dirinya, masyarakat, bangsa dan negara (Undang-Undang Sistem Pendidikan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. bangsa. Kemajuan suatu bangsa ditentukan oleh tingkat keberhasilan pendidikan.

BAB I PENDAHULUAN. antara sekianbanyak ciptaan-nya, makhluk ciptaan yang menarik, yang

HUBUNGAN ANTARA MOTIVASI BELAJAR DENGAN HASIL BELAJAR MATA KULIAH ASUHAN KEBIDANAN II MAHASISWA SEMESTER III

BAB I PENDAHULUAN. Dalam rangka memasuki era globalisasi, remaja sebagai generasi penerus

BAB II LANDASAN TEORITIK

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi di Indonesia terus

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan elemen penting bagi pembangunan bangsa. Pendidikan menurut UU No. 20 tahun 2003, merupakan usaha sadar dan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Keberhasilan suatu proses pendidikan dapat dilihat dari prestasi belajar.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. serta akhlak mulia dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa.

BAB I PENDAHULUAN. Guru memegang peranan penting dalam membentuk watak bangsa dan

PERAN KELUARGA INTI DALAM MENUMBUHKAN MOTIVASI BELAJAR REMAJA

I. PENDAHULUAN. Sekolah merupakan salah satu lembaga pendidikan formal, yang masih

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB II KAJIAN TEORETIS

BAB I PENDAHULUAN. tanggung jawab keluarga, masyarakat dan pemerintah. dapat tercapai sesuai yang diinginkan (Hamalik, 2007).

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan proses pembentukan kepribadian manusia. Pendidikan pada umumya bertujuan untuk

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan negara di segala bidang. Agar mendapatkan manusia yang

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan suatu hal yang penting dalam pembangunan, karena

BAB I PENDAHULUAN. membimbing, dan memberikan fasilitas belajar yang optimal. Namun demikian

I. PENDAHULUAN. Pendidikan dan ilmu pengetahuan berperan penting dan meningkatkan mutu

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan mempunyai peranan yang sangat penting dalam. Indonesia. Di samping itu, pendidikan dapat mewujudkan sumber daya

I. PENDAHULUAN. untuk mencapai tujuan yang diinginkan dalam kehidupannya. Pendidikan

I. PENDAHULUAN. intelektual, spiritual, dan mandiri sehingga pada akhirnya diharapkan masyarakat kita

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pada awal abad 21 ini, dunia pendidikan di indonesia menghadapi

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB II KAJIAN TEORETIS. Motivasi berasal dari kata motif yang artinya daya upaya yang mendorong seseorang

STUDI TENTANG FAKTOR- FAKTOR PENYEBAB RENDAHNYA PRESTASI BELAJAR SISWA KELAS XI IPS DI SMA NEGERI I TAPA KABUPATEN BONE BOLANGO

BAB I PENDAHULUAN. penting dan menjadi salah satu tolok ukur keberhasilan pembelajaran. Prestasi

BAB I PENDAHULUAN. sengaja, teratur dan berencana dengan maksud mengubah atau. perubahan-perubahan dalam diri seseorang. Untuk mengetahui sampai

TINJAUAN PUSTAKA. sesuatu yang menarik minatnya. Minat akan semakin bertambah jika

BAB I PENDAHULUAN. mampu mencapai kualifikasi dan kompetensi yang ditetapkan. Namun, salah satu

BAB I PENDAHULUAN. menuntut perhatian serius bagi orang tua yang tidak menginginkan anak-anaknya. tumbuh dan berkembang dengan pola asuh yang salah.

PENGARUH MOTIVASI BELAJAR DAN DISIPLIN TERHADAP HASIL BELAJAR IPS SISWA DI SMP KARYA INDAH KECAMATAN TAPUNG FITRIANI

Hubungan Antara Motivasi Belajar Dengan Prestasi Mata Pelajaran Ekonomi

I. PENDAHULUAN. dirinya untuk memiliki kekuatan spritual keagamaan, pengendalian diri,

HUBUNGAN INTERAKSI TEMAN SEBAYA DAN MOTIVASI BELAJAR DENGAN PRESTASI BELAJAR SISWA SMP

BAB I PENDAHULUAN. Memasuki era globalisasi yang terjadi saat ini ditandai dengan adanya

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. budaya, tetapi juga aspek ilmu pengetahuan termasuk di dalamnya pendidikan. Dalam

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. manusia (SDM) yang berkualitas. Manusia harus dapat menyesuaikan dengan

I. PENDAHULUAN. masalah, tujuan penelitian, kegunaan penelitian dan ruang lingkup dari penelitian.

SKRIPSI. Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1 Program Studi Pendidikan Ekonomi Akuntansi.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. unsur lapisan masyarakat merupakan potensi yang besar artinya bagi

BAB 1 PENDAHULUAN. penyaluran dan penempatan siswa pada program peminatan. Program peminatan

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan bermaksud membantu manusia untuk menumbuh kembangkan potensipotensi

BAB I PENDAHULUAN. dan teknologi yang semakin maju ini. Pendidikan dalam. perkembangannya memperhatikan aspek afektif, kognitif, dan

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Prestasi belajar mata pelajaran Teknologi Informasi dan Komunikasi

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. Sugihartono dkk, 2007:3-4), Pendidikan merupakan usaha sadar dan terencana

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. mendorong dan memfasilitasi kegiatan belajar peserta didik (Syah, 2005).

BAB II TINJUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

kepercayaan pada siswa. Dengan kata lain, motivasi belajar adalah proses untuk mendorong siswa supaya dapat belajar untuk meraih prestasi yang lebih

BAB I PENDAHULUAN. didik terdapat kekuatan mental penggerak belajar. Kekuatan mental yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dalam kehidupan suatu negara, pendidikan memiliki peran strategis dalam

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

Amanda Luthfi Arumsari Fakultas Psikologi Universitas Diponegoro Semarang ABSTRAK

BAB I PENDAHULUAN. Dewasa ini setiap orang berusaha untuk dapat bersekolah. Menurut W. S

BAB I PENDAHULUAN. di bidang tekhnologi, ilmu pengetahuan, ekonomi, dan pendidikan. Perubahan

BAB II LANDASAN TEORI

DINAMIKA MOTIVASI BELAJAR PADA SISWA MANDIRI DI SMPN 10 BANDA ACEH

BAB V PEMBAHASAN PENELITIAN. Ibtidaiyah (MI) Sekecamatan Gandusari Kabupaten Trenggalek

BAB I PENDAHULUAN. potensi yang dimiliki peserta didik melalui proses pembelajaran (Undang-Undang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pendidikan bagi anak usia sekolah tidak hanya dalam rangka pengembangan individu, namun juga untuk

persaingan yang terjadi dalam dunia industri, teknologi transportasi dan telekomunikasi bahkan dalam dunia pendidikan. Khususnya Indonesia

1. PENDAHULUAN. sistem pendidikan nasional No.20 tahun 2003 yang menyatakan tegas

BAB I PENDAHULUAN. yang membatasi antar negara terasa hilang. Kemajuan ilmu pengetahuan dan

Transkripsi:

HUBUNGAN ANTARA DUKUNGAN SOSIAL KELUARGA DENGAN MOTIVASI BELAJAR SISWA SMA N 1 BATANGAN KABUPATEN PATI Nova Dwiyanti, Annastasia Ediati Fakultas Psikologi, Universitas Diponegoro Jl. Prof. Soedarto SH Tembalang Semarang 50275 Novadwiyanti34@gmail.com ABSTRAK Motivasi belajar merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi keberhasilan dalam proses belajar. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara dukungan sosial keluarga dengan motivasi belajar pada siswa SMA N 1 Batangan kabupaten Pati. Dukungan sosial adalah dukungan atau bantuan yang diterima individu dari keluarga yang dapat berupa bantuan emosional, informasi, rasa aman, dihargai, serta diterima di dalam keluarga. Motivasi belajar adalah dorongan pada diri individu yang dapat membangkitkan, menggerakkan dan mengarahkan perilaku individu untuk belajar yang ditandai dengan rasa tanggung jawab ketika belajardan selalu memiliki tujuan yang dingin dicapai saat belajar. Populasi penelitian ini adalah siswa SMA N 1 Batangan sejumlah 177 siswa, sampel yang digunakan sebanyak 119 siswa yang diambil menggunakan teknik cluster random sampling. Pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan Skala Motivasi Belajar (35 Item, α = 0,902) dan Skala Dukungan Sosial Keluarga (35 Item, α = 929). Berdasarkan hasil analisis data dengan metode statistik non-parametrik Spearman Brown yang dapat disimpulkan bahwa adanya hubungan positif yang signifikan antara Dukungan Sosial Keluarga dengan Motivasi Belajar pada subjek penelitian dengan nilai rs = 0,560 dengan p = 0,000; p<0,05. Artinya, semakin tinggi dukungan sosial keluarga, maka motivasi belajar siswa semakin tinggi pula, dan sebaliknya, semakin rendah dukungan sosial keluarga, maka motivasi belajar siswa juga akan semakin rendah pula. Kata kunci: dukungan sosial keluarga, motivasi belajar, siswa 1

2 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan merupakan salah satu faktor yang tidak dapat dipisahkan dari kehidupan manusia. Pendidikan itu sendiri bertujuan untuk mencerdaskan kehidupan bangsa dan sekaligus meningkatkan harkat dan martabat manusia dengan harapan dapat memberikan kehidupan yang lebih layak. Motivasi yang besar diperlukan dalam menempuh pendidikan untuk dapat mengatasi segala hambatan dan permasalahan. mptivasi memiliki peran yang penting sebagai faktor pengarah, penggeraak dan pendorong aktivitas belajar siswa, motivasi dapat mendorong siswa untuk mengembangkan kreatifitasnya yang secara langsung atau tidak langsung berpengaruh pada peningkatan prestasi siswa (Sukmadinata, 2007). Kegiatan belajar merupakan suatu hal penting yang wajib dilakukan oleh siswa sebagai seorang pelajar. Pada dasarnya memerlukan adanya kemauan serta motivasi supaya belajar dianggap sebagai aktivitas yang menyenangkan dan memperoleh manfaatnya. Maka dengan adanya motivasi pada diri individu akan dapat mendorongan siswa untuk melakukan aktivitas belajar dengan baik. Belajar juga dapat memberi perubahan yang positif jika dilakukan dengan efektif dan maksimal, sehingga dapat menghasilkan sebuah hasil yang berupa prestasi yang berguna untuk masa depan. Pada dasarnya dalam pendidikan memerlukan 2

3 motivasi belajar dimana individu akan bersungguh-sungguh untuk mencapai suatu keinginan yang berorientasi untuk tujuan sukses atau gagal (Siregar, 2006). Winkel (2009) motivasi belajar merupakan daya penggerak psikis yang ada pada diri siswa yang dapat memunculkan kegiatan belajar, yang akan menjamin kelangsungan kegiatan belajar, dan memberi arah pada kegiatan belajar. Adapun belajar yang dimaksudkan adalah aktivitas mental atau psikis yang berupa interaksi aktif antara individu dengan lingkungan sekitar yang akan menghasilkan perubahan-perubahan dalam kemampuan kognitif seperti pengetahuan dan pemahaman, kemampuan sensorik-motorik seperti melakukan serangkaian gerakan badan dengan urutan tertentu dan kemampuan dinamik-afektif yang meliputi nilai dan sikap. Aktivitas belajar yang dilakukan bisa berupa aktivitas mental yang tanpa disertai pergerakan jasmani atau bisa juga kegiatan jasmani yang melibatkan mental seseorang. Sardiman (2011) mengungkapkan bahwa ciri-ciri motivasi belajar yang tinggi adalah dapat menumbuhkan gairah, merasa senang dan merasa sangat bersemangat dalam melakukan kegiatan belajar, mempunyai banyak energi untuk belajar, meluangkan waktu lebih banyak untuk belajar, serta lebih tekun dalam belajar dibandingkan siswa yang kurang memiliki atau tidak mempunyai motivasi belajar. Motivasi belajar memiliki peran yang sangat besar dalam keberhasilan siswa. Siswa yang memiliki motivasi belajar yang tinggi maka siswa akan lebih aktif berpartisipasi dalam kegiatan belajar mengajar, misalnya siswa rajin mencatat, rajin membaca, dan mengerjakan tugas dengan tepat waktu. Siswa dengan motivasi belajar yang rendah, maka siswa cenderung tidak memiliki partisipasi dalam kegiatan belajar mengajar, siswa kurang tertarik dalam mengikuti materi pelajaran yang disampaikan oleh guru, siswa tidak mau mencatat selama pelajaran berlangsung, dan tidak menyelesaikan tugas yang telah diberikan. Uno (2008) menyatakan bahwa motivasi belajar merupakan suatu dorongan internal maupun eksternal pada diri siswa yang sedang belajar 3

4 untuk mengadakan perubahan tingkah laku. Hal tersebut memiliki peran yang sangat penting dalam keberhasilan seorang siswa dalam belajar. Motivasi merupakan salah satu hal yang paling penting dalam meningkatkan prestasi belajar siswa, karena dapat dikembangkan maupun diarahkan untuk mewujudkan hasil belajar yang diharapkan. Kuat lemahnya aktivitas dalam belajar akan menentukan giat tidaknya dalam kegiatan pembelajaran. Adanya aktivitas yang kuat maka akan menimbulkan sikap yang positif terhadap suatu objek, motivasi belajar yang tinggi juga akan memberikan perasaan senang, tidak cepat bosan dan bersungguh-sungguh dalam melakukan kegiatan belajar (Sulistyo, 2016). Motivasi belajar sangatlah penting bagi siswa dalam belajar, karena dengan adanya motivasi pada diri siswa yang sedang belajar maka siswa akan terdorong untuk mencapai apa yang diinginkannya. Siswa yang memiliki motivasi belajar tinggi maka siswa akan memiliki semangat yang tinggi pula dalam belajar. Sebaliknya, siswa yang motivasi belajarnya rendah maka siswa akan cenderung tidak bersemangat dalam belajar. Jadi, tinggi rendahnya motivasi belajar yang dimiliki setiap siswa akan sangat mempengaruhi kegiatan belajar yang sedang dilakukannya. Rendahnya motivasi atau tidak adanya motivasi belajar akan melemahkan kegiatan, sehingga prestasi belajar akan menjadi rendah. Oleh karena itu, prestasi belajar pada siswa perlu ditingkatkan dengan tujuan supaya siswa memiliki motivasi belajar yang kuat, sehingga dapat meraih prestasi secara optimal (Biggs & Tefler dalam Hamdu & Agustina, 2011). Rendahnya motivasi siswa akan sangat berpengaruh pada hasil belajar siswa. Rendahnya hasil belajar pada umumnya dipengaruhi oleh dua faktor, yaitu berasal dari luar diri siswa (faktor eksternal) yang meliputi, suasana rumah, orang tua. Selanjutnya ada faktor yang berasal dari dalam diri siswa (faktor internal) yang meliputi, kesehatan, intelegensi, bakat, motivasi, minat dan kreatifitas. 4

5 Motivasi belajar siswa juga dapat dipengaruhi oleh beberapa hal seperti materi belajar, teman sebaya, lingkungan, khususnya lingkungan keluarga terutama orang tua Suryabrata (dalam Febriany, 2013). Hal ini dikarenakan keluarga terutama orang tua dapat memberikan motivasi yang baik pada anaknya sehingga dapat menumbuhkan motivasi dalam diri anak dan anak dapat terdorong dan memiliki hasrat untuk belajar dengan lebih baik. Berdasarkan beberapa faktor di atas, faktor kondisi lingkungan atau suasana rumah sangat berpengaruh terhadap motivasi yang dimiliki oleh siswa. Hal tersebut dikarenakan kondisi lingkungan yang tenang dan nyaman akan menjadikan siswa lebih fokus dan semangat dalam belajar. Sebaliknya, ketika kondisi lingkungan kurang mendukung, maka siswa menjadi kurang bersemangat dalam belajar. Rendahnya motivasi belajar tidak hanya dipengaruhi oleh faktor lingkungan keluarga. Selain itu motivasi belajar juga dapat dipengaruhi oleh faktor lingkungan sekolah. Faktor lingkungan tersebut meliputi adanya tambahan jam pelajaran sepulang sekolah, hal tersebut yang membuat siswa menambah waktu untuk mengulang materi dan mengerjakan soal-soal. Sehingga siswa lebih mampu untuk memahami materi pelajaran. Hal tersebut dapat meningkatkan motivasi belajar pada diri siswa untuk mencapai tujuan atau cita-citanya. Motivasi belajar yang rendah dapat dilihat pada kehidupan sehari-hari, salah satunya yaitu, permasalahan siswa yang tinggal kelas. Permasalahan tersebut dapat disebabkan oleh beberapa hal seperti, tidak terpenuhinya KKM (Kriteria Ketuntasan Minimal) mata pelajaran, prosentase kehadiran yang tidak mencukupi, sikap dan tingkah laku (www.matrapendidikan.com). Tidak terpenuhinya KKM (Kriteria Ketuntasan Minimal) bisa disebabkan karena siswa kurang atau bahkan tidak memiloki motivasi atau dorongan dalam melakukan kegiatan belajar. Selain itu kurangnya perhatian dan dukungan dari orang tua juga dapat mempengaruhi hal tersebut. 5

6 Selanjutnya, prosentase kehadiran yang tidak mencukupi juga merupakan gambaran dari motivasi belajar yang rendah. Hal tersebut dikarenakan siswa yang memiliki motivasi belajar yang rendah cenderung tidak bersemangat untuk berangkat dan belajar di sekolah. Karena mereka berfikir bahwa menduduki bangku sekolah tidak menjamin kesuksesan dirinya. Misalnya, orang tua siswa memiliki usaha yang maju, sehingga kehidupan keluarganya dapat terpenuhi. Hal tersebut yang menjadikan siswa memiliki anggapan bahwa siswa tidak memerlukan pendidikan yang tinggi untuk dapat mempertahankan kesuksesan usaha keluarganya. Selain itu, sikap dan tingkah laku juga dapat menggambarkan rendahnya motivasi belajar siswa. Hal tersebut disebabkan oleh pemikiran siswa mengenai pentingnya pendidikan diusia mereka. Siswa yang memiliki motivasi belajar rendah akan memiliki sikap yang semaunya sendiri ketika berada di lingkungan sekolah. Misalnya, siswa akan meninggalkan kelas ketika pelajaran sedang berlangsung, sering datang terlambat, sering tidak mengerjakan PR (pekerjaan rumah) dan lebih memilih untuk tidak belajar sebelum diadakan ulangan, baik ulangan harian, ulangan tengah semester (UTS), maupun ulangan akhir semester (UAS). Berdasarkan beberapa kasus di atas dapat diketahui bahwa dalam meningkatkan motivasi belajar siswa tidak hanya ditentukan oleh diri sendiri, melainkan siswa juga membutuhkan dukungan dari orang-orang yang berada di sekitarnya seperti, keluarga guru BK (bimbingan konseling), dan guru mata pelajaran lainnya. Siswa memerlukan dukungan dari keluarga, karena anggota keluargalah yang paling dekat dan lebih mengerti diri siswa. Selain itu dukungan dari guru BK (bimbingan konseling) dan guru mata pelajaran lainnya juga sangat dibutuhkan oleh siswa dalam menentukan tujuan siswa dan rencana siswa selanjutnya, baik itu akan melanjutkan ke jenjang yang lebih tinggi atau ingin langsung bekerja. 6

7 Pengertian dukungan sosial itu sendiri ialah sebagai informasi yang bersumber dari orang lain bahwa individu dicintai dan dipedulikan, dihormati dan dihargai, dan bagian dari komunikasi dan kewajiban bersama (Taylor, 2009). Dukungan sosial dapat diperoleh dari orang-orang memiliki hubungan dekat dengan individu seperti sanak keluarga, teman-teman, anggota organisasi Myers (dalam Putri, 2014). Menurut Greller & Richtermeyer (2006), dukungan sosial yang paling tinggi efeknya terhadap perkembangan dan pertumbuhan individu adalah berasal dari keluarga. Dukungan sosial itu sendiri merupakan konsep yang luas, menurut Sarafino & Smith (2011), sumbersumber dukungan sosial adalah berasal dari pasangan, keluarga, teman, tenaga kesehatan dan organisasi. Keluarga berperan sebagai tokoh yang paling penting dengan sikap anak yang menjalin hubungan dan merupakan suatu sistem hubungan ketika anak menjajaki lingkungan sosial yang lebih luas Santrock (dalam Hafid & Muhid, 2014). Kegiatan belajar adalah hal yang utama bagi siswa, namun sering terdengar keluhan dan pertanyaan orangtua maupun guru tentang bagaimana harus memotivasi anak untuk belajar, karena anak lebih suka bermain keluar rumah bersama teman, bermain Handphone(HP) ataupun game online. Berdasarkan penggalian informasi kepada 5 guru SMA N 1 Batangan Kab.Pati, didapatkan keterangan bahwa masih ada siswa yang tidak aktif dalam kegiatan belajar di dalam kelas. Seperti saat diskusi berlangsung ada siswa yang tidur, berbicara dengan teman sebangkunya, atau siswa sibuk sendiri dengan aktivitasnya seperti, memotong kuku, menggambar, dan bermain kertas. Bahkan ada beberapa siswa yang sering datang terlambat. SMA N 1 Batangan ini mulai aktif pada tahun pelajaran 2003/2004. Pada saat itu ruang sekolah masih memakai ruangan di SMP N 1 Batangan, hal itu dikarenakan pembangunan ruang sekolah yang belum bisa digunakan untuk belajar mengajar. SMA N 1 Batangan ini merupakan sekolah yang berada cukup jauh dari perkotaan dan merupakan 7

8 salah satu Sekolah Menengah Atas(SMA) yang berada di kawasan timur Kabupaten Pati, yang bertepatan di Desa Jembangan, Kecamatan Batangan yang berada di perbatasan Kabupaten Pati dengan Kabupaten Rembang, tepatnya di Jalan Raya Juwana-Rembang Km. 8. Dengan mayoritas penduduknya bekerja sebagai nelayan dan petani garam. Kebanyakan dari mereka hanya bersekolah sampai jenjang Sekolah Menengah Pertama(SMP), bahkan ada yang hanya sampai jenjang sekolah dasar. Di SMA N 1 Batangan ini mayoritas siswanya bukan warga asli Batangan sendiri, melainkan berasal dari desa maupun kecamatan lain. Berdasarkan penelitian yang dilakukan sebelumnya terdapat hubungan yang positif dan signifikan antara hubungan dukungan sosial dengan motivasi belajar. Dari penelitian sebelumnya menunjukkan bahwa dukungan yang memiliki pengaruh yang signifikan adalah dukungan dari dosen sedangkan dukungan dari orang tua atau keluarga tidak memiliki pengaruh yang signifikan (Suciani & Rozali, 2014). Pada penelitian lain yang dilkukan oleh Adicondro & Purnamasari (2011) yang menyatakan tentang dukungan dari keluarga yang berupa penerimaan, perhatian, dan rasa percaya akan meningkatkan kebahagiaan dalam diri remaja. Kebahagiaan yang diperoleh akan menjadikan remaja termotivasi untuk terus berusaha untuk mencapai tujuannya, sehingga remaja mempunyai rasa percaya diri dalam menyelesaikan tugas-tugas yang dihadapinya. Dukungan sosial keluarga juga berperan penting untuk individu dalam mengatur proses belajarmya. Hal ini berarti dukungan sosial keluarga akan membantu individu dalam menyelesaikan suatu permasalahan. Alasan peneliti memilih variabel motivasi belajar sebagai variabel tergantung dengan dukungan sosial keluarga sebagai variabel bebasnya, karena motivasi belajar sangatlah diperlukan setiap siswa-siswi untuk memumculkan semangat dalam belajar di sekolah maupun di rumah. Hal ini juga dapat menunjukkan bahwa setiap siswa-siswi yang memiliki motivasi belajar tinggi maka mereka akan berusaha untuk mencapai keinginan yang ingin mereka capai. Begitupun sebaliknya siswa-siswi yang memiliki motivasi belajar rendah 8

9 maka mereka tidak bersemangat dalam mencapai keinginan untuk mencapai tujuan mereka. Sedangkan dukungan sosial keluarga sangatlah dibutuhkan oleh para siswa-siswi dalam hal memotivasi siswa-siswi untuk selalu bersemangat dalam belajar. Keluarga adalah lingkungan atau kelompok yang paling dekat dengan mereka. Maka dari itu dukungan yang berasal dari keluarga akan sangat mempengaruhi motivasi mereka dalam belajar. B. Rumusan Masalah Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah adakah hubungan antara dukungan sosial keluarga dengan motivasi belajar siswa SMA N 1 Batangan? 9

10 C. Tujuan Penelitian Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui apakah ada hubungan antara dukungan sosial keluarga dengan motivasi belajar siswa SMA N 1 Batangan. D. Manfaat Penelitian 1. Manfaat teoritis Manfaat dari penelitian ini dapat memperkaya ilmu dalam bidang psikologi, khususnya psikologi perkembangan, psikologi sosial dan psikologi pendidikan mengenai motivasi belajar. 2. Manfaat praktis Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi bagi orang tua untuk selalu memperhatikan, mendukung dan memotivasi siswa baik di sekolah maupun di rumah. Hal ini dikarenakan dukungan yang diberikan oleh orang tua kepada siswa akan sangat mempengaruhi motivasi belajar siswa itu sendiri. 10