BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan memiliki peranan yang sangat penting untuk menjamin perkembangan dan kelangsungan suatu

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. pendidikan, manusia dapat mengembangkan diri untuk menghadapi tantangan

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan Nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan. membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. manusia, supaya anak didik menjadi manusia yang berkualitas, profesional,

BAB I PENDAHULUAN. sebagaimana yang tertuang dalam Undang Undang Nomor 20 tahun negara yang demokratis dan bertanggung jawab.

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana

BAB I PENDAHULUAN. seutuhnya. Hal ini dijelaskan dalam Undang-undang Republik Indonesia Nomor

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan bangsa. Pemerintah Indonesia merumuskan dalam Undang-

BAB I PENDAHULUAN. Undang No.20 tahun 2003). Pendidikan memegang peranan penting dalam

I. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pembentukan manusia sempurna melalui pendidikan, di dalam pendidikan berlaku

I. PENDAHULUAN. Pendidikan adalah salah satu faktor yang menentukan kemajuan bangsa Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. sampai kapanpun, sepanjang ada kehidupan manusia di dunia ini.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. tingkah laku yang baik. Pada dasarnya pendidikan merupakan proses untuk

1. PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan rekayasa mengendalikan belajar (learning) guna

BAB I PENDAHULUAN. Di zaman globalisasi saat ini pengetahuan dan teknologi mengalami

BAB I PENDAHULUAN. kemajuan dan perkembangan suatu negara. Pendidikan nasional berfungsi

BAB I PENDAHULUAN. mengembangkan kualitas sumber daya manusia. Penyelenggaraan. pendidikan diharapkan mampu mencetak manusia yang berkualitas yang

BAB I PENDAHULUAN. bahwa pendidikan mempunyai tujuan untuk membentuk manusia yang maju.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Sistem Pendidikan Nasional Bab II Pasal 3 yang menyatakan bahwa : Proses pembelajaran pada umumnya memiliki komponen-komponen

SKRIPSI. Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1 Program Studi Pendidikan Akuntansi. Disusun Oleh :

BAB I PENDAHULUAN. berfungsi sebagai pendorong usaha dan pencapaian prestasi. Seseorang melakukan

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. akan berusaha untuk mengaktualisasi pengetahuannya tersebut di dalam. latihan, bagi pemerannya dimasa yang akan datang.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan mempunyai posisi yang sangat penting dalam rangka

BAB I PENDAHULUAN. Cindy Noor Indah putri, 2014

BAB I PENDAHULUAN. tingkah laku pada diri pribadinya. Perubahan tingkah laku inilah yang

BAB I PENDAHULUAN. terencana untuk membekali peserta didik agar menjadi warga negara yang baik

BAB I PENDAHULUAN. inovatif oleh pihak-pihak terkait, mulai dari tingkat pusat, daerah, maupun

BAB I PENDAHULUAN. lebih besar, karena kedudukannya sebagai orang yang lebih dewasa, lebih

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan dikatakan berjalan baik apabila mampu berperan secara proporsif,

BAB I PENDAHULUAN. yang menyenangkan dan mudah dipahami oleh siswa. Pendidikan berfungsi

BAB I PENDAHULUAN. kompetensi yang diharapkan. Karena hal itu merupakan cerminan dari kemampuan

BAB I PENDAHULUAN. pembelajaran yang didalam kegiatannya dilakukan oleh guru dan siswa. Pendidikan juga merupakan elemen yang sangat penting untuk

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Kedudukan guru mempunyai arti penting dalam pendidikan. Arti penting itu bertolak

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH

BAB I PENDAHULUAN. bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap,

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Ivo Aulia Putri Yatni, 2013

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pendidikan memiliki fungsi yang sangat penting dalam pengembangan

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pendidikan berperan untuk membentuk manusia yang berkualitas, dan berguna untuk kemajuan hidup bangsa.

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan pada saat ini telah menjadi kebutuhan yang sangat penting dalam

BAB I PENDAHULUAN. kualitas pendidikan bangsa, mulai dari pembangunan gedung-gedung,

BAB I PENDAHULUAN. Republik Indonesia No. 20 Tahun 2003 pasal 3 berfungsi untuk

BAB I PENDAHULUAN. pembelajaran di sekolah dasar era globalisasi. menjadi agen pembaharuan. Pembelajaran di Sekolah Dasar diharapkan dapat

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Dengan adanya undang-undang tersebut, maka dari waktu ke waktu

SANTI BBERLIANA SIMATUPANG,

BAB I PENDAHULUAN. dipisahkan dari kehidupan seseorang, baik dalam keluarga, masyarakat dan

BAB I PENDAHULUAN. Dalam Al-Qur an Allah menjelaskan bahwa Allah akan mengangkat. martabat orang yang berilmu. Oleh karena itu Allah berfirman :

BAB I PENDAHULUAN. maka dari itu perlu dilakukan peningkatan mutu pendidikan. Negara Kesatuan

BAB I PENDAHULUAN. diharapkan dapat melahirkan sumber daya manusia yang berkualitas yaitu yang

BAB I PENDAHULUAN. kualitas pendidikan yang baik. Pendidikan memang bukanlah satu-satunya hal

BAB I PENDAHULUAN. menciptakan sumber daya manusia yang bermutu tinggi. Sisdiknas Nomor 20 Tahun 2003: bahwa pendidikan nasional berfungsi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan satu sektor yang paling penting dalam

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Dalam pelaksanaan proses belajar mengajar sangat dibutuhkan perhatian

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan usaha yang mempunyai tujuan, yang dengan. didik (Sardiman, 2008: 12). Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikian pada hakikatnya adalah usaha sadar yang dilakukuan oleh. manusia untuk mengembangkan pengetahuan dan kepribadiannya.

BAB I PENDAHULUAN. Dalam Undang-undang Sisdiknas Pasal 4 ayat 4 menyatakan bahwa Pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. kembangkan potensi-potensi siswa dalam kegiatan pengajaran. Pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. Bab I ketentuan umum pada pasal 1 dalam UU ini dinyatakan bahwa :

BAB 1 PENDAHULUAN. yang baik (Hamalik, 2009, h. 60). Dalam UU No. 20 Tahun 2003 pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan suatu aspek kehidupan yang sangat mendasar bagi pembangunan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Feni Maelani, 2013

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN. mempersiapkan kesuksesan masa depan masyarakat semuanya yang tidak

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1.Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. peserta didik. Pada hakikatnya pendidikan adalah sarana untuk mencerdaskan

1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN. Mata pelajaran pendidikan kewarganegaraan (PKn) merupakan salah satu

BAB I PENDAHULUAN. yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pengertian pendidikan menurut Undang-undang Sistem Pendidikan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan. mengemban fungsi tersebut pemerintah menyelenggarakan Sistem

memajukan ilmu pengetahuan dan teknologi.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah Tujuan Pendidikan Nasional menurut Undang-Undang No.20 tahun 2003

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. manusia, baik aspek kemampuan, kepribadian, maupun tanggung jawab.

BAB I PENDAHULUAN. yang dipermasalahkan di sini tingkat pendidikan Indonesia masih dianggap rendah.

BAB I PENDAHULUAN. berkualitas menentukan masa depan bangsa. Sekolah. sekolah itu sendiri sesuai dengan kerangka pendidikan nasional.

BAB I PENDAHULUAN. manusia untuk mengembangkan pengetahuan dan kepribadiannya. merupakan satu usaha yang sangat penting dan dianggap pokok dalam

BAB I PENDAHULUAN. kemampuan, kepribadian, maupun tanggung jawab sebagai warga. mendasar bagi peningkatan mutu pendidikan secara nasional.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Salah satu tujuan Negara Indonesia termuat dalam pembukaan UUD

SKRIPSI. Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Matematika. Oleh:

Skripsi Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1 Pendidikan Matematika

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan salah satu usaha yang bertujuan untuk mencerdaskan

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pada era globalisasi seperti sekarang ini, segala sesuatu berkembang secara pesat dan sangat cepat.

2015 PENGARUH PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN BERBASIS PROYEK TERHADAP AKTIVITAS BELAJAR SISWA PADA MATA PELAJARAN PENGANTAR AKUNTANSI DI SMK 45 LEMBANG

BAB I PENDAHULUAN. globalisasi seperti sekarang ini akan membawa dampak diberbagai bidang

BAB I PENDAHULUAN. jenjang SD sampai SMP. Pendidikan dasar merupakan jenjang pendidikan formal

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan memiliki peranan yang sangat penting untuk menjamin perkembangan dan kelangsungan suatu bangsa. Dengan landasan pemikiran tersebut, pendidikan nasional disusun sebagai usaha untuk memungkinkan bangsa Indonesia mempertahankan kelangsungan hidupnya dan mengembangkan diri secara terus menerus dari suatu generasi kegenerasi berikutnya sesuai dengan fungsi dan tujuan pendidikan Nasional pada Undang-undang Republik Indonesia nomor 20 tahun 2003 Bab II Pasal 3 tentang sistem pendidikan nasional : Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga Negara yang demokratis serta bertanggung jawab. Berdasarkan fungsi tersebut, pendidikan merupakan hal yang sangat penting dan tidak dapat terlepas dari kehidupan karena pendidikan dapat memajukan kebudayaan dan mengangkat derajat bangsa di mata dunia. Menurut Muslich (2007: 194) menyatakan, Ada dua konsep kependidikan yang berkaitan satu dengan yang lainnya, yaitu belajar (learning) dan pembelajaran (instruction). Konsep belajar berakar pada pihak peserta didik dan konsep pembelajaran berakar pada pihak pendidik. Belajar adalah suatu proses perubahan perilaku, baik perubahan yang menyangkut pengetahuan, keterampilan, maupun sikap. Fakhruddin (2010: 37) berpendapat bahwa: Belajar merupakan suatu proses perubahan tingkah laku yang terjadi pada diri seseorang karena interaksi antar individu maupun interaksi antara individu dengan lingkungan. Perubahan yang dimaksud adalah perubahan yang terjadi pada diri seseorang yang semula tidak tahu menjadi tahu, dari ragu-ragu menjadi yakin,dari tidak sopan menjadi sopan. Terkait pernyataan tersebut, belajar menjadi proses yang sangat penting untuk mencapai tujuan pendidikan nasional. Perubahan-perubahan yang terjadi dalam proses belajar menjadikan aspek penentu commit keberhasilan to user pada proses belajar itu sendiri. 1

2 SMA Negeri 1 Baturetno merupakan salah satu sekolah menengah atas yang memiliki prestasi yang baik di wliayah Kabupaten Wonogiri. Meskipun demikian, SMA Negeri 1 Baturetno memiliki masukan siswa dengan prestasi belajar yang bervariasi, sehingga peran serta siswa dalam kegiatan belajar mengajar di kelas beranekaragam. Berdasarkan hasil observasi peneliti di SMA Negeri 1 Baturetno secara langsung di kelas X IPA 3, terdapat siswa yang mengobrol dengan teman dan ada siswa yang mendengarkan penjelasan guru sambil tiduran di meja. Berdasarkan hasil wawancara dengan guru Fisika dan pengamatan secara langsung di kelas X IPA 3 SMA Negeri 1 Baturetno, dapat dikemukakan bahwa ternyata masih banyak siswa yang kurang aktif dalam kegiatan pembelajaran, masih ada siswa yang mengobrol di kelas. Selain itu, ketika guru mengajukan pertanyaan hanya beberapa siswa saja yang berusaha menjawab pertanyaan tersebut. Menurut guru yang bersangkutan, salah satu penyebab beberapa masalah tersebut adalah masih seringnya penggunaan metode ceramah dalam kegiatan pembelajaran. Hal ini dikarenakan keterbatasan waktu dan keterbatasan pengetahuan guru tentang model pembelajaran inovatif. Permasalahan inilah yang dapat berpengaruh pada pencapaian hasil belajar siswa. Hal yang dinampakkan peserta didik adalah kurangnya minat belajar fisika yang ditandai dengan masih ada peserta didik yang kurang berpartisipasi dalam pembelajaran fisika, tidak segera mengumpulkan PR fisika, dan kurang berinisiatif memahami materi fisika. Akibatnya seringkali timbul masalah pada saat proses pembelajaran fisika berlangsung. Gejala yang timbul menunjukkan bahwa sikap dan minat peserta didik memiliki masalah yang berkaitan dengan proses pembelajaran fisika, sehingga peserta didik kurang termotivasi dalam mengikuti pelajaran fisika. dapat menyebabkan hasil belajar fisika yang diharapkan sulit untuk dicapai. Hal yang cukup berpengaruh terhadap hasil belajar peserta didik di sekolah adalah sikap dan minat belajar peserta didik. Berdasarkan hasil penelitian I Dewa Putu Nyeneng (2008: 11) yang berjudul hubungan minat dan cara belajar dengan hasil belajar setelah dianalisis diperoleh hubungan antara minat dan hasil belajar yang sangat kuat dan signifikan, dapat dilihat dari koefisien korelasi (r = 0,61) dan thit (5,16) > ttab (2,42). Minat belajar yang tinggi berkorelasi commit dengan to user hasil belajar yang baik, sehingga

3 berbagai upaya dilakukan untuk meningkatkan minat belajar peserta didik di sekolah. Jika minat belajar peserta didik dapat ditingkatkan, maka dapat diharapkan bahwa hasil belajar peserta didik juga akan meningkat. Strategi meningkatkan minat belajar peserta didik sering menjadi masalah tersendiri bagi para guru karena terdapat banyak faktor baik internal maupun eksternal yang mempengaruhi minat belajar peserta didik. Guru menerapkan prinsip-prinsip minat belajar peserta didik dalam desain pembelajaran, yaitu ketika memilih metode pembelajaran dan strategi. Pemilihan metode dan strategi tertentu akan berpengaruh pada minat belajar peserta didik. Dari uraian beberapa permasalahan di atas, dapat diketahui bahwa penyebab rendahnya prestasi belajar siswa kelas X IPA 3 adalah peran strategi pembelajaran yang belum berjalan maksimal, sehingga siswa tidak ikut terlibat secara aktif dalam proses belajar mengajar. Berdasarkan hal tersebut, diperlukan peran guru untuk memberi motivasi dan memperkenalkan materi Fisika dengan lebih menarik, menyenangkan, bersahabat, dan bermakna sehingga siswa akan termotivasi dalam mempelajari Fisika. Salah satu upaya yang dapat digunakan sebagai solusi untuk mengubah anggapan siswa mengenai pelajaran fisika dan agar siswa tidak merasa bosan dalam pembelajaran yaitu dengan menggunakan strategi pembelajaran GASING (Gampang, Asyik, dan Menyenangkan) yang dikenalkan dan dikembangkan oleh Prof. Yohanes Surya, Ph.D. Dalam strategi pembelajaran Gasing siswa tidak diajarkan materi fisika dengan menghafal rumus-rumus seperti yang ada dalam buku, namun siswa hanya diajari bermain logika dan hitungan yang bermodalkan kemampuan dasar hitung siswa yaitu: tambah, kurang, kali, dan bagi dalam menyelesaikan soal-soal fisika. Jadi dengan kata lain pembelajaran Gasing menjembatani fisika yang dulunya merupakan suatu hal yang menyeramkan menjadi tidak menyeramkan, bahkan menyenangkan.strategi pembelajaran Gasing melatih bagaimana mengungkapkan atau memecahkan berbagai persoalan fisika dengan logika kata-kata, sementara rumus bisa menyesuaikan setelahnya. Ada beberapa kiat-kiat khusus yang dikembangkan oleh pendidik atau guru untuk menunjukkan bahwa pelajaran fisika adalah pelajaran yang asyik dan commit to user menyenangkan bagi peserta didik, diantaranya yaitu:

4 1. Kesan pertama yang menyenangkan, yakni guru pada saat mengawali pertemuan pertama kali dengan peserta didik memperkenalkan diri dengan baik dan menyenangkan. 2. Guru pandai membangun komunikasi dengan peserta didik, yakni guru mata pelajaran fisika harus pandai menyapa siswa saat memasuki ruang kelas untuk mengawali suatu kegiatan pembelajaran, agar siswa tidak merasa tegang atau takut sebelum pelajaran dimulai. 3. Skenario pembelajaran yang menarik, yakni guru fisika setidaknya harus pandai bercerita atau pandai humor, sehingga dalam mengajar pelajaran tidak terkesan monoton. Dan guru fisika harus pandai menciptakan model pembelajaran yang penuh dengan permainan dan suasana santai, sehingga peserta didik tidak mudah jenuh dan termotivasi dalam belajar. 4. Guru mau mendengar keluhan siswa, yakni antara guru dan siswa masing-masing harus ada keterbukaan, sehingga akan terjalin hubungan baik antara keduanya. 5. Penegasan konsep-konsep fisika yang berkesan, yaitu guru saat mengakhiri kegiatan pembelajaran memberi penegasan pada konsep-konsep yang sangat esensial dari pokok bahasan yang telah disampaikan sehingga peserta didik mendapatkan pengalaman yang berkesan dari pokok bahasan yang sedang dipelajari dan tidak mudah lupa. Berdasarkan latar belakang masalah yang ada dalam kegiatan belajar mengajar maka peneliti mengambil judul Pembelajaran Fisika GASING Menggunakan Metode Demonstrasi dan Diskusi pada Mata Pelajaran Fisika SMA Kelas X Materi Gerak Lurus Ditinjau dari Minat Belajar Siswa B. Identifikasi Masalah Dari uraian latar belakang di atas, dapat diidentifikasi masalah yang terjadi pada pembelajaran Fisika kelas X IPA 3 SMA Negeri 1 Baturetno Tahun Pelajaran 2015/2016 yaitu: Siswa tidak dibiasakan untuk berpikir secara aktif, mengeluarkan pendapat, bertanya, menanggapi ide-ide dari teman, dan aktif dalam diskusi sehingga pengetahuan yang dimiliki hanya berasal commit dari to guru. user

5 1. Model pembelajaran yang dilakukan guru yang bersangkutan belum merangsang minat belajar siswa di dalam pembelajaran yang dapat dilihat dari kurangnya keingintahuan siswa terhadap materi yang disampaikan guru 2. Siswa kurang memperhatikan materi yang disampaikan guru diakibatkan oleh penggunaan metode pembelajaran yang kurang tepat. Hal ini akan berpengaruh pada hasil belajar siswa. C. Pembatasan Masalah Berdasarkan latar belakang masalah dan identifikasi masalah, maka dalam penelitian ini penulis membatasi masalah agar penelitian ini mempunyai arah yang jelas dan pasti. Adapun batasan-batasan tersebut meliputi: 1. Penggunaan Strategi pembelajaran Fisika GASING menggunakan metode demonstrasi pada kelas eksperimen dan metode diskusi pada kelas kontrol. 2. Minat belajar siswa dikelompokkan menjadi minat tinggi, minat sedang, dan minat rendah. 3. Penelitian pada materi Gerak Lurus kelas X bertempat di SMA Negeri 1 Baturetno Tahun Pelajaran 2015/2016 D. Perumusan Masalah Berdasarkan identifikasi dan pembatasan masalah yang telah diuraikan di atas maka dituliskan perumusan masalah sebagai berikut : 1. Adakah perbedaan pengaruh antara strategi pembelajaran Fisika GASING menggunakan metode demonstrasi dan diskusi terhadap kemampuan kognitif siswa pada materi gerak lurus? 2. Adakah perbedaan pengaruh antara minat belajar kategori tinggi, sedang, dan rendah terhadap kemampuan kognitif siswa pada materi gerak lurus? 3. Adakah interaksi antara strategi pembelajaran dan minat belajar terhadap kemampuan kognitif siswa pada materi gerak lurus? E. Tujuan Penelitian Berdasarkan perumusan masalah, tujuan yang ingin dicapai adalah : 1. Untuk mengetahui ada tidaknya perbedaan pengaruh antara strategi pembelajaran Fisika GASING menggunakan metode demonstrasi dan diskusi terhadap kemampuan kognitif siswa commit pada to user materi gerak lurus.

6 2. Untuk mengetahui ada tidaknya perbedaan pengaruh antara minat belajar kategori tinggi, sedang, dan rendah terhadap kemampuan kognitif siswa pada materi gerak lurus. 3. Untuk mengetahui ada tidaknya interaksi antara penggunaan pembelajaran Fisika GASING menggunakan metode demonstrasi dan diskusi dengan minat belajar terhadap kemampuan kognitif siswa pada materi gerak lurus. F. Manfaat Penelitian Manfaat dari penelitian adalah: 1. Bagi siswa a) Memberikan suasana baru dalam pembelajaran sehingga siswa lebih minat belajar dan dapat mengembangkan pemikirannya dalam proses pembelajaran. b) Siswa lebih mudah dalam menerima atau menyerap materi pelajaran sehingga diharapkan agar tujuan pembelajaran Fisika dapat tercapai secara optimal. 2. Bagi guru a) Sebagai masukan bagi guru untuk lebih terampil dalam penggunaan strategi pembelajaran yang tepat sehingga dapat meningkatkan kemampuan kognitif dan minat belajar siswa dalam proses pembelajaran. b) Memberikan kesempatan guru untuk lebih menarik perhatian siswa dalam proses belajar mengajar. 3. Bagi sekolah Sebagai bahan pertimbangan dalam menyusun strategi pembelajaran dan evaluasi belajar pada bidang studi Fisika di Sekolah Menengah Atas ( SMA). 4. Bagi peneliti a) Meningkatkan kemampuan dalam hal penggunaan media pembelajaran sebagai perangkat pendukung proses pembelajaran di dalam kelas. b) Sebagai bahan referensi yang dapat digunakan untuk penelitian lebih lanjut. commit to user