BAB IV PENUTUP. A. Kesimpulan. Berdasarkan hasil dan pembahasan tersebut diatas, dapat ditarik. kesimpulan sebagai berikut :

dokumen-dokumen yang mirip
BAB III HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. di dikeluarkan oleh Dinas Kesehatan Kabupaten OKU Timur dapat

WALIKOTA SINGKAWANG PROVINSI KALIMANTAN BARAT PERATURAN WALIKOTA SINGKAWANG NOMOR 35 TAHUN 2015 TENTANG PERSALINAN AMAN

BUPATI KOTAWARINGIN BARAT

BUPATI MAJENE PROVINSI SULAWESI BARAT

BAB IV VISI MISI, TUJUAN, SASARAN STRATEGI DAN KEBIJAKAN

WALIKOTA MATARAM PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT PERATURAN WALIKOTA MATARAM NOMOR : 9 TAHUN 2017 TENTANG

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN LOMBOK UTARA NOMOR 9 TAHUN 2013 SERI D NOMOR 9 TAHUN 2013 PERATURAN DAERAH KABUPATEN LOMBOK UTARA NOMOR 9 TAHUN 2013 TENTANG

PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 75 TAHUN 2014 TENTANG PUSAT KESEHATAN MASYARAKAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BERITA DAERAH KABUPATEN SUMEDANG NOMOR 3 TAHUN 2008 PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUMEDANG NOMOR 3 TAHUN 2008 TENTANG

WALIKOTA TANGERANG SELATAN. Menimbang : a. bahwa pembangunan di bidang kesehatan pada. dasarnya ditujukan untuk peningkatan

PROVINSI KALIMANTAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA SINGKAWANG,

BAB IV PENUTUP. wilayah kerjanya. Sejak didirikan tahun 1976, Puskesmas ini bernama. Kelurahan Kedungmundu Kecamatan Semarang Timur, berubah

PEMERINTAH KABUPATEN MURUNG RAYA

BAB II DESKRIPSI DINAS KESEHATAN KABUPATEN BANTUL. 1. Sejarah Perkembangan Dinas Kesehatan Kabupaten Bantul

PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 75 TAHUN 2014 TENTANG PUSAT KESEHATAN MASYARAKAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PEMERINTAH KOTA MAGELANG RENCANA STRATEGIS DINAS KESEHATAN KOTA MAGELANG

Walikota Tasikmalaya Provinsi Jawa Barat

PEMERINTAHAN KABUPATEN SINTANG PERATURAN DAERAH KABUPATEN SINTANG NOMOR 3 TAHUN 2008 TENTANG PELAYANAN KESEHATAN DASAR BERSUBSIDI DI KABUPATEN SINTANG

Standar Pelayanan Minimal Puskesmas. Indira Probo Handini

BUPATI SITUBONDO PERATURAN BUPATI SITUBONDO NOMOR 2 TAHUN 2010 TENTANG

BUPATI BELITUNG PERATURAN BUPATI BELITUNG NOMOR 36 TAHUN 2012 STANDAR PELAYANAN MINIMAL BIDANG KESEHATAN DI KABUPATEN BELITUNG

BAB IV PENUTUP. pelayanan kebidanan komprehensif di Puskesmas Kec.Lakudo. Kab.Buton Tengah dapat diambil kesimpulan sebagai berikut:

PERATURAN DAERAH KABUPATEN HULU SUNGAI SELATAN NOMOR 4 TAHUN 2012 TENTANG KESEHATAN IBU, BAYI BARU LAHIR, BAYI DAN ANAK BALITA

- 1 - PERATURAN BUPATI BERAU NOMOR 24 TAHUN 2012 TENTANG PETUNJUK TEKNIS PELAKSANAAN PROGRAM JAMINAN KESEHATAN DAERAH KABUPATEN BERAU

LEMBARAN DAERAH KOTA CIMAHI NOMOR : 99 TAHUN : 2009 SERI : D PERATURAN DAERAH KOTA CIMAHI NOMOR 4 TAHUN 2009

Dr. Hj. Y. Rini Kristiani, M. Kes. Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Kebumen. Disampaikan pada. Kebumen, 19 September 2013

BAB I PENDAHULUAN. Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) merupakan salah satu program

RENCANA KERJA TAHUNAN ( RKT ) TAHUN 2017

2016, No Indonesia Nomor 4431); 2. Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 144,

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN CIREBON

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN SERDANG BEDAGAI NOMOR 27 TAHUN 2008

BUPATI TOLITOLI PERATURAN BUPATI TOLITOLI NOMOR 30 TAHUN 2015 TENTANG

BAB VII PENUTUP. primer di Kabupaten Padang Pariaman tahun 2016 mengacu kepada Permenkes

BAB VIII PENUTUP BAB VIII PENUTUP

BUPATI PURWOREJO PERATURAN BUPATI PURWOREJO NOMOR : 84 TAHUN 2013 TENTANG

BUPATI TOLITOLI PROVINSI SULAWESI TENGAH

PEMERINTAH KOTA KEDIRI

BUPATI MAGELANG PERATURAN BUPATI MAGELANG NOMOR 29 TAHUN 2011 TENTANG

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN KEBUMEN NOMOR : 31 TAHUN : 2004 SERI : D NOMOR : 4

BUPATI BINTAN PERATURAN BUPATI BINTAN NOMOR 13 TAHUN 2011 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH (RPJMD) KABUPATEN BINTAN TAHUN

Tugas, Fungsi dan Struktur Organisasi Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Timur

RANCANGAN BUPATI BANTUL PROVINSI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN BUPATI BANTUL NOMOR TAHUN 2014 TENTANG

PERATURAN BUPATI TRENGGALEK NOMOR 69 TAHUN 2011 TENTANG PEDOMAN PELAYANAN PROGRAM JAMINAN PERSALINAN DI PONDOK BERSALIN DESA DAN PONDOK KESEHATAN DESA

B A B I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN PURWAKARTA

BAB 1 PENDAHULUAN. Puskesmas merupakan Unit Pelaksana Teknis Dinas Kesehatan. Kabupaten/Kota yang bertanggung jawab menyelenggarakan pembangunan

BUPATI MUSI RAWAS PERATURAN BUPATI MUSI RAWAS NOMOR 19 TAHUN 2015 TENTANG

BUPATI TANAH BUMBU PROVINSI KALIMANTAN SELATAN PERATURAN BUPATI TANAH BUMBU NOMOR 22 TAHUN 2014 TENTANG

RENCANA KERJA (RENJA) PEMBANGUNAN DINAS PU. CIPTA KARYA KABUPATEN MUSI RAWAS

BUPATI SUKOHARJO PERATURAN BUPATI SUKOHARJO NOMOR 1 TAHUN 2013 TENTANG

PERATURAN WALIKOTA TASIKMALAYA

BUPATI HULU SUNGAI TENGAH PROVINSI KALIMANTAN SELATAN

PERATURAN MENTERI KESEHATAN RI NOMOR 741/MENKES/PER/VII/2008 TENTANG STANDAR PELAYANAN MINIMAL BIDANG KESEHATAN DI KABUPATEN/KOTA

BUPATI SITUBONDO PERATURAN BUPATI SITUBONDO NOMOR 38 TAHUN 2011 TENTANG

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KAPUAS,

BERITA DAERAH KABUPATEN PACITAN NOMOR 27 TAHUN 2007

BUPATI BARITO UTARAA PERATURAN BUPATI BARITO UTARA NOMOR 9 TAHUN 2013 TENTANG STANDAR PELAYANAN MINIMAL KESEHATAN DI KABUPATEN BARITO UTARA

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Kesehatan merupakan hal yang paling penting dalam setiap kehidupan

RENCANA STRATEGIS DEPARTEMEN KESEHATAN TAHUN

PEMERINTAH KABUPATEN SANGGAU DINAS KESEHATAN PUSKESMAS ENTIKONG KEPALA PUSKESMAS ENTIKONG,

BUPATI GROBOGAN PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI GROBOGAN NOMOR 52 TAHUN 2016 TENTANG

PEMERINTAH KABUPATEN MADIUN SALINAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN MADIUN NOMOR 14 TAHUN 2008 TENTANG

BUPATI TANAH BUMBU PROVINSI KALIMANTAN SELATAN PERATURAN BUPATI TANAH BUMBU NOMOR 21 TAHUN 2015 TENTANG

PERATURAN DAERAH KABUPATEN OGAN ILIR NOMOR : 7 TAHUN 2009 TENTANG

PEMERINTAH KOTA BUKITTINGGI

SALINAN PERATURAN BUPATI PEKALONGAN NOMOR 32 TAHUN 2012 BERITA DAERAH KABUPATEN PEKALONGAN TAHUN 2012 NOMOR 32 TENTANG

suplemen Informasi Jampersal

VI. KESIMPULAN DAN SARAN. Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan, maka ditarik kesimpulan sebagai

EVALUASI PERSIAPAN PUSKESMAS PELAYANAN OBSTETRI NEONATAL EMERGENSI DASAR (PONED) DI KABUPATEN BREBES TAHUN 2012

=========================================================== PERATURAN WALIKOTA TANGERANG

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BINTAN TAHUN 2012 NOMOR 7 SERI D NOMOR 3 PERATURAN DAERAH KABUPATEN BINTAN NOMOR : 7 TAHUN 2012 TENTANG

KEPUTUSAN BUPATI POLEWALI MANDAR Nomor : 108 TAHUN 2009

LAMPIRAN II. Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Karangasem mempunyai tugas :

PP No 38/2007 TENTANG PEMBAGIAN URUSAN PEMERINTAHAN ANTARA PEMERINTAH, PEMDA PROVINSI DAN KAB/KOTA PP 65/2005 TENTANG PEDOMAN PENYUSUNAN DAN

WALIKOTA TASIKMALAYA

BUPATI TANGERANG PROVINSI BANTEN PERATURAN BUPATI TANGERANG NOMOR 39 TAHUN 2017

BAB I PENDAHULUAN. Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kab. Soppeng

PEMERINTAH KABUPATEN TRENGGALEK SALINAN PERATURAN BUPATI TRENGGALEK NOMOR 45 TAHUN 2012 TENTANG

PEMERINTAH KABUPATEN BOJONEGORO

BAB I PENDAHULUAN. menurunkan angka kematian anak dan meningkatkan kesehatan ibu. Upaya

WALIKOTA BATU PERATURAN WALIKOTA BATU NOMOR 9 TAHUN 2012

PERATURAN BUPATI KARO NOMOR 177 TAHUN 2008 T E N T A N G

BUPATI KARANGASEM PERATURAN BUPATI KARANGASEM NOMOR 28 TAHUN 2012 TENTANG PENGGUNAAN DANA JAMINAN PERSALINAN DI KABUPATEN KARANGASEM

PEMERINTAH KABUPATEN JEMBER

BERITA DAERAH KABUPATEN BANTUL

PENDAYAGUNAAN TENAGA KESEHATAN DI PUSKESMAS. Direktur Pelayanan Kesehatan Primer dr. Gita Maya Koemara Sakti, MHA

PEMERINTAH KABUPATEN TULUNGAGUNG PERATURAN DAERAH KABUPATEN TULUNGAGUNG NOMOR 15 TAHUN 2012 TENTANG PEMBENTUKAN PRODUK HUKUM DAERAH

QANUN KOTA BANDA ACEH NOMOR 17 TAHUN 2011 TENTANG KESEHATAN IBU, BAYI BARU LAHIR DAN ANAK BALITA

Chriswardani S. Anneke Suparwati & L.Ratna Kartikawulan Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Diponegoro

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. berhak hidup sejahtera lahir dan batin, bertempat tinggal, dan mendapatkan

WALIKOTA BENGKULU PROVINSI BENGKULU

WALIKOTA PROBOLINGGO PROVINSI JAWA TIMUR

BUPATI TEMANGGUNG PERATURAN BUPATI TEMANGGUNG NOMOR 12 TAHUN 2012 TENTANG

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BANDUNG BARAT,

TENTANG PEDOMAN PENYUSUNAN PERENCANAAN TINGKAT PUSKESMAS (PTP) DINAS KESEHATAN KABUPATEN BANTUL KEPALA DINAS KESEHATAN KABUPATEN BANTUL

PEMERINTAH KABUPATEN LOMBOK TIMUR D I N A S K E S E H A T A N PUSKESMAS SAKRA. Jln. Sukarno-Hatta Desa Sakra, Kec. Sakra, Kab. Lombok Timur KP.

WALIKOTA BATU PERATURAN WALIKOTA BATU NOMOR 35 TAHUN 2013 TENTANG PENJABARAN TUGAS DAN BADAN PENANAMAN MODAL KOTA BATU

Perda No. 28 / 2004 tentang Pembentukan, Kedudukan, Tupoksi Dinas Kesehatan dan UPT Dinas Kesehatan

GAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR KALIMANTAN TENGAH,

Transkripsi:

BAB IV PENUTUP A. Kesimpulan Berdasarkan hasil dan pembahasan tersebut diatas, dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut : 1. Kebijakan Pemerintah Daerah Kabupaten OKU Timur dalam Mendukung Peran Puskesmas untuk Pelaksanaan Skrinning Hipotiroid Kongenital (SHK) di Puskesmas Kabupaten OKU Timur. Dalam hal Kebijakan pemerintah Kabupaten OKU Timur mengenai program Skrinning Hipotiroid Kongenital SHK ini pemerintah memiliki Kebijakan untuk mendukung program tersebut dengan menerbitkan Peraturan daerah yang diatur dalam Peraturan Daerah OKU Timur No. 6 tahun 2016 tentang pembentukan dan susunan perangkat daerah Kabupaten OKU Timur. Dalm Kebijakan pemerintah daerah dalam hal menyelenggarakan tugas yang bersifat urusan wajib yaitu salah satunya Kesehatan, ha tersebut diperjelas dalam Pasal 7 Peraturan Daerah Kabupaten OKU Timur No. 6 tahun 2016 yang menyebutkan jika tugas pokok Dinas kesehatan ialah : Dinas Kesehatan mempunyai tugas pokok melaksanakan kewenangan dan tugas pembantuan dalam rangka pelaksanaan tugas dibidang kesehatan. Dalam menjalankan teknisnya kepada struktur organisasi pemerintah daerah Kabupaten OKU Timur dirumuskan dalam Pasal 6 (ayat 1 dan 2) Perda No.6 tahun 2016 yang menyatakan jika : (1) Pada Dinas Daerah dan Badan Daerah dapat dibentuk Unit Pelaksana Teknis (UPT). (2) UPT dibentuk untuk melaksanakan sebagian kegiatan teknisoperasional dan/atau kegiatan teknis 110

penunjang tertentu perangkat daerah induknya yang dibentuk dengan Peraturan Bupati. Kemudain dalam pembentukannya di perjelas pada Pasal 8 yang intinya menyatakan jika : Dalam UPT dibidang kesehatan berupa Rumah Sakit Daerah Kabupaten dan pusat kesehatan masyarakat (Puskesmas) sebagai unit organisasi yang bersifat fungsional dan unit layanan yang bekerja secara profesional. Dalam dalam Kebijakan nya daerah OKU Timur membagi kedudukan dan tugas oraganisasi daerah baik tugas dan fungsinya dalam Peraturan Bupati Kabupaten OKU Timur No. 33 tahun 2016 tentang kedudukan, susunan organisasi, tugas dan fungsi, serta tata kerja dinas-dinas daerah. Dalam menyusun Kebijakan untuk urusan wajib kesehatan terdapat aturan untuk fungsi Dinas Kesehatan tercantum dalam Peraturan Daerah Kabupaten OKU Timur yang terdapat dalam Pasal 8 yang berisikan : Untuk melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud pada Pasal 7 Dinas Kesehatan mempunyai fungsi : a. pelaksanaan kegiatan tata usaha, urusan umum, perencanaan, kepegawaian dan keuangan; b. perumusan Kebijakan teknis di bidang kesehatan; c. pemberian perizinan dan pelaksanaan pelayanan umum di bidang kesehatan; d. pelaksanaan pembinaan teknis dibidang pelayanan kesehatan, rujukan, pemberantasan penyakit dan penyehatan lingkungan, pengamanan obat, makanan ringan dan minuman serta alat kesehatan, promosi kesehatan dan pemberdayaan masyarakat, perencanaan sistim kesehatan daerah, akreditasi dan sertifikasi kesehatan serta peningkatan SDM kesehatan berdasarkan Kebijakan teknis; e. pelaksanaan pembinaan terhadap Unit Pelaksanaan Teknis Dinas dalam lingkup tugasnya ; f. pelaksanaan tugas lain yang diberikan Bupati sesuai dengan tugas dan fungsinya. 111

Dalam hal urusan anggaran di ataur dalam Peraturan daerah Kabupaten OKU timur No. 31 tahun 2008 tentang Rencana Pembangunan Jangka Pangjang dan Peraturan daerah Kabupaten OKU Timur No. 2 tahun 2016 tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah (RPJM). Dalam anggaran untuk kegiatan yang dilaksnakan di badan Pemerintah Daerah bersumber dari APBD yang mana di rumuskan dalam dalam pada Pasal 2 (ayat 2) butir a jika RPJM yang menyatakan bahwa : satu acuan resmi yang untuk digunakan kepada seluruh jajaran pemerintah Kabupaten dan DPRD yang merupakan mitra pemerintah dalam urusan pembentukan program yang menjadi prioritas dan kegiatan tahunan yang dibiayai dari APBD Daerah, APBD Provinsi dan sumber pembiayaan APBN. Bentuk dukungan Pemerintah Kabupaten OKU Timur dalam program SHK ini dengan terbentuknya Peraturan-Peraturan tersebut Namun untuk Peraturan secara khusus pada program SHK ini Pemerintah Kabupaten OKU Timur belum memiliki Peraturan tersebut yang mengatur tentang SHK, baik itu Peraturan daerah ataupun Peraturan bupati. Dikarenakan data tingkat kejadian SHK belum ada, dan menurut wawancara kepada informan anggaran pun terbatas. Kewenangan pemerintahan Kabupaten OKU Timur secara deletaif menjalankan sesuai dengan Peraturan yang ada diatasnya. Dengan begitu pemerintah Kabupaten dapat leluasa serta dapat bertaggung jawab penuh dalam mengemban dan melaksanakan tugasnya sesuai dengan Kebijakan yang telah dibuat berupa prodak hukum daerah. Sejauh program SHK ini 112

berjalan dalam pelaksanaannya Unit Pelaksana Tingkat Darah (UPTD) Dinas Kesehatan Kabupaten OKU Timur menggunakan aturan langsung dari Permenkes 78 tahun 2014 tentang Skrinning Hipotiroid Kongenital sebagai payung dalam pelaksanaannya dan dengan ditambah SOP yang dibuatkan Oleh Dinas Kesehatan Provinsi. Dalam melakukan tugas nya Dinas Kesehatan di atur dalam Peraturan Bupati OKU Timur No. 39 tahun 2017 tentang Uraian Tugas Pokok Dan Fungsi Pada Dinas Kesehatan Kabupaten OKU Timur. Adapun kewenangan daerah dalam pelaksanaan SHK tersebut ialah daerah berhak menentukan waktu untuk pelaksanaan program tersebut, melihat dengan kesiapan dari mulai tenaga yang terlatih SHK dan ketersediaan alat (kertas saring). Tenaga yang terlatih dalam melakukan SHK ini masih sedikit terhalang oleh anggaran daerah yang bisa saja tidak mecukupi apalagi dilakukan dalam waktu yang bersamaan, oleh sebab itu kewenangan daerah memberikan anggaran untuk mengirimkan tenaha kesehatan khususnya Bidan dikirim untuk mengikuti pelatihan/diklat SHK di tahunn 2018. Mengenai tentang penganggedaan anggaran mengenai program SHK pasti hal tersebut sudah ada di dalam didalam Renstra SKPD yang dimana aturan tersebut tercantum dalam Peraturan Daerah Kabupaten OKU Timur No. 2 tahun 2016 tentang RPJM Daerah OKU Timur tahun 2016-2021. Program SHK yang dilaksanakan sekarang ini tentunya tidak melebihi waktu yang telah ditentukan didalam Permenkes No. 78 Tahun 2014 tersebut dan menyesuaikan dengan arahan dari Dinas Kesehatan Provinsi. 113

Dinas Kesehatan dalam program SHK tersebut sasaran utama nya ialah Puskesmas. Puskesmas dalam menjalankan peran nya yang merupakan sebagai unit teknis dari Dinas Kesehatan dalam menjalankan program SHK sesuai dengan SOP yang diberikan UPTD dinas kesehatan yang di dapatkan dari Dinas Kesehatan Provinsi, dalam pelaksnaannya Puskesmas melakukan pencatatan dan pelaporan yang diserahkan kepada Dinas Kesehatan. Dalam pelaksanaan SHK di Kabupaten OKU Timur baru di tunjuk 5 Puskesmas yang fokus untuk SHK tersebut yang nanti nya dengan berjalannya waktu akan dilakukan di seluruh Puskesmas yang ada di Kabupaten OKU Timur. 2. Faktor faktor yang mempengaruhi pelaksanaan Skrinning Hipotiroid Kongenital (SHK). Kemudian untuk faktor-faktor yang mempengaruhi antara lain a. Faktor Yuridis Pemeritah Kabupaten OKU Timur memiliki beberapa Peraturan yang menjadi pendukung dalam pelaksanaan SHK diantaranya terdapat Peraturan daerah Kabupaten OKU timur No. 06 tahun 2016 tentang Pembentukan dan Susunan Perangkat Daerah Kabupaten OKU Timur, Peraturan Daerah Kabupate OKU Timur No. 31 tahun 2008 tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang (RPJP) Daerah Kabupaten OKU Timur, kemudian Peraturan daerah OKU Timur No. 2 tahun 2017 tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah (RPJM) Daerah Kabupaten OKU Timur, Peraturan Bupati No 33 Tahun 114

Uraian Tugas Pokok dan Fungsi pada Dinas Kesehatan Kabupaten OKU Timur, Peraturan Bupati No 39 tahun 2016 tentang Kedudukan, Susunan Organisasi Tugas dan Fungsi serta Tata Kerja dinas-dinas daerah. Selain dari Peraturan yang mengatur struktur organisasi daerah tersebut, terdapat Peraturan khusus yang dikeluarkan oleh Kementrian Kesehatan yang dimana program Skrinning Hipotiroid Kongenital ini diatur dalam Peraturan Menteri Kesehatan No.78 tahun 2014 tentang Skrinning Hipotiroid Kongenital, yang isi dari Peraturan tersebut sudah dilengkapi dengan lampiran lengkap yang berisikan pembagian tuags dan tanggung jawab pemerintah dan petunjuk pelaksanaan SHK. Sehingga Peraturan yang dikeluarkan oleh Kementrian Kesehatan tersebut dapat mempengaruhi keberhasilan SHK menjadi sebuah faktor pendukung dalam penyelenggaraanya untuk keberhasilan SHK. b. Faktor internal Dilihat dari faktor internal dimana sampai saat ini baru 2 orang yang dikirim untuk mengikuti pelatihan SHK di Dinas Kesehatan Provinsi, masih sedikitnya tenaga kesehatan khususnya bidan yang terlatih SHK tersebut. Sehingga dalam pelaksanaannya dilapangan belum dapat berjalan efektif, untuk bidan koordinator masing-masing Puskesmas pelatihan dianggarkan di tahun 2018. 115

c. Faktor Eksternal Dimana jarak tempuh yang jauh dengan kondisi jalan yang buruk ini dapat menjadi kendala yang dapat mempengaruhi pelaksanaan SHK, dapat menurunkan motivasi seseorang untuk datang ke Puskesmas dan juga kepada petugas kesehatannya untuk terjun langsung kelapangan. Ditambahkan pula dari masyarakat bahwa yang berupa pendidikan dimana pendidikan mempengaruhi seseorang dalam menerima informasi dan menetukan sebuah perilaku. Media masa/informasi dimana ini merupakan wadah pembentukan opini individu khususnya dalam SHK tersebut sarana media masa/informasi baru hanya sebatas KIE dari Bidan belum ada brosur, famflet ataupun baliho-baliho tentang pentingnya pemeriksaan SHK pada bayi. Sosial budaya dan ekonomi juga mempengaruhi dalam pelaksanaan SHK, yang dimana masyarakat masih percaya dengan kepercayaan bayi umur 40 hari belum boleh untuk dibawa keluar dan masih terdapat persalinan yang dilakukan di dukun bayi. Kemudian ada lingkungan yang juga dapat mempengaruhi SHK, karena Puskesmas belum melakukan Sosialisasi/ kepada masyarakat sehingga dapat disimpulkan jika lingkungan belum memberikan dukungan untuk keberhasilan dalam SHK tersebut. Dan terakhir ialah pengalaman, Dengan begitu adapat sebuah pengalaman individu yang dapat dibagi ke individu yang lain sehingga dapat dirasakan kemanfaatanya dari SHK tersebut. Pengalaman ini menjadikan motivasi untuk individu yang lain. 116

B. Saran Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan tersebut diatas maka dapat disarankan beberapa hal sebagai berikut : 1. Bagi Pemerintah Kabupaten OKU Timur Pemerintahan Kabupaten OKU Timur yang belum memiliki Peraturan daerah atau Peraturan bupati mengenai SHK ini diharapkan ditindak lanjuti, artinya segera dibuat aturan yang berupa Peraturan daerah atau Peraturan Bupati dan Pmerintah Kabupaten OKU Timur membentuk produk hukum tentang pembentukan dan penjabaran tentang Puseksmas. Hal ini sebagai bukti dari sistem daerah otonom agar sesuai dengan yuridis, sebagai bentuk memperkuat daerah dalam melakukan suatu program dalam daerahnya. Sebagaimana pula yang diketahui SHK ini adalah salah satu penyakit yang sangat merugikan negara khususnya menjadikan generasi penerus bangsa yang cacat dalam hal sempitnya dapat membuat generasi putra dan putri daerah OKU Timur tidak memiliki kualitas yang baik. Kita semua berharap bahwa penyakit ini tidak ditemukan namun karena ini sifatnya program Nasional maka perlunya untuk pemerintah daerah ikut serta dalam memantau dari sektor kesehatan khususnya ini sebagai pemenuhan hak anak dalam menjamin kesehatan anak di Kabupaten OKU Timur. Dengan terbitnya Peraturan Daerah atau Peraturan Bupati yang dapat memperkuat dalam pelaksanaan teknisnya serta kemanfaatan 117

lainnya dapat menjadi contoh bagi Kabupaten yang belum membuat Peraturan tentang SHK tersebut. Dinas kesehatan juga diharapkan dapat merancang anggaran untuk mengirimkan setiap tahunnya bidan yang ada Puskesmas untuk mengikuti pelatihan/diklat mengenai SHK. Dinas kesehatan harus gencar atau lebih aktif dalam menyebarkan informasi yang dapat berupa sosialisasi kepada masyarakat dengan bekerjasama dengan sektor perangkat daerah seperti libatkan RT/RW sehingga promosi SHK ini dapat menjadi kegiatan yang dilakukan di masingmasing dusun, lalu dapat juga melibatkan ibu-ibu PKK setempat dalam menyebarkan infromasi tentang SHK tersebut, kemudian bekerja sama dengan IBI (Ikatan Bidan Indonesia) setempat untuk mensukseskan program SHK ini di wilayah Kabupaten OKU Timur yang dimana IBI ini merupakan Organisasi bidan yang salah satu lingkupnya mengurus kesehatan ibu dan anak. kemudian juga melakukan kerja sama dengan berbagai Rumah Sakit baik itu Rumah sakit Pemerintah maupun Swasta, kemudian bekerja sama dengan Universitas yang ada didaerah, sehingga sarana penyebaran informasi menjadi lebih banyak kemudian cakupan anak yang melakukan Skrinning semakin bertambah dan meyebarnya informasi juga menjadi lebih luas. Pemerintah Kabupaten OKU Timur melakukan perbaikan jalan yang rusak sehingga jarak tempuh yang jauh dapat dijangkau dengan lebih cepat apabila kondisi jalan yang buruk ini menjadi baik. Sebab jika dalam kondisi yang masih seperti ini pihak Puskesmas dan dinas 118

kesehatan Kabupaten OKU Timur mengeluhkan akan hal tersebut karena dapat mempengaruhi keberhasilan pelaksanaan SHK. 2. Bagi Puskesmas Kabupaten OKU Timur Puskesmas dalam menjalankan perannya tenaga kesehatan khusunya bidan, untuk melakukan kunjungan rumah pasien (Home Care) berkaitan dengan program SHK tersebut sehingga semua anak yang lahir mendapatkan pemeriksaan SHK tersebut. Tentunya hal tesebut dibuatkan jadwal dan dapat terorganisir dengan baik, hal ini sesuai ketentuan yang tercantum di dalam Pasal 37 Peraturan Menteri Kesehatan No. 75 tahun 2014 tentang Puskesmas yang menyatakan : Upaya kesehatan perseorangan tingkat pertama sebagaimana dimaksud dalam Pasal 35 dilaksanakan dalam bentuk: a. rawat jalan; b. pelayanan gawat darurat; c. pelayanan satu hari (one day care); d. home care; dan/atau e. rawat inap berdasarkan pertimbangan kebutuhan pelayanan kesehatan. Dengan begitu upaya kesehatan yang ada difasilitas kesehatan dan yang dilakukan di lapangan mampu berjalan dengan optimal. Kemudian lebih menambah sarana informasi dalam memberikan sosialisasi kepada masyarakat mengenai SHK, tidak hanya dengan pemberitahuan saat konsultasi kehamilan namun dapat dibuatkan seperti dibuatkan leaftlet, brosur, poster, tentang apa itu SHK dan dampaknya jika tidak dilakukan. Sehingga harapan untuk seluruh generasi Indonesia yang bebas dari kecacatan yang sebabkan oleh SHK dapat terwujud. 119

3. Bagi Petugas Pelaksana Program (Bidan) Kemudian tenaga kesehatan yang ada di Puskesmas khususnya Bidan harus bersedia mengikuti pelatihan/diklat mengenai SHK. karena didalam Permenkes No. 78 tahun 2014 Pasal 5 (ayat 3) intinya menyetakan jika SHK ini harus dilakukan oleh tenaga kesehatan, Karena ini berhubungan dengan kesehatan ibu dan anak yang merupakan kompetensi bidan maka ketersediaan bidan yang terlatih harus mencukupi untuk melakukan pemeriksaan SHK tersebut. Sehingga dalam pelaksanaan SHK dapat mengoptimalkan pelayanan kesehatan anak dan meminimalisir kesalahan dalam pengambilan sampel. 4. Bagi Ibu yang memiliki bayi Bagi ibu yang memiliki bayi yang sudah mendapatkan sosialisasi di Puskesmas, harus membantu dalam membagikan informasi dengan melalui cara menyebarkan leaflet yang disediakan oleh Puskesmas kepada keluarganya dan ibu/masyarakat lainnya. Karena partisipasi masyarakat disini sangat dibutuhkan guna untuk meningkatkan kesadaran bahwa kesehatan itu penting terutama untuk kesehatan anaknya, Alangkah baiknya mencegah dari pada mengobati. Ini merupakan slogan yang bagus artinya dengan mengikuti pencegahan dapat meminimalisir dari biaya yang akan dikeluarkan nantinya untuk pengobatan, dengan masyarakat tidak menutup dan membatasi informasi dari manapun yang masuk sehingga akan dapat mengubah kesadaran individu bahwa setiap anak yang lahir berhak untuk hidup sehat dan bebas dari kecacatan. 120