HUBUNGAN PENGETAHUAN KENAKALAN REMAJA DENGAN SIKAP MENGHADAPI SEKS REMAJA PADA MAHASISWI KEBIDANAN

dokumen-dokumen yang mirip
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

HUBUNGAN KEINTIMAN KELUARGA DENGAN PERILAKU SEKSUAL PRANIKAH PADA MAHASISWA PROGRAM STUDI D3 KEBIDANAN POLTEKKES BHAKTI MULIA

FAKTOR FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERILAKU SEKS PRANIKAH PADA SISWA KELAS XI SMK MUHAMMADIYAH 2 BANTUL YOGYAKARTA NASKAH PUBLIKASI

HUBUNGAN PENGETAHUAN REMAJA TENTANG KESEHATAN REPRODUKSI DENGAN PERILAKU SEKS PRANIKAH PADA SISWA KELAS XI DI SMA N COLOMADU

Rina Indah Agustina ABSTRAK

Dinamika Kebidanan vol. 2 no.2. Agustus 2012

60 Jurnal Penelitian Kesehatan Suara Forikes. Volume VII Nomor 1, Januari 2016 ISSN: PENDAHULUAN

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN REMAJA TENTANG KESEHATAN REPRODUKSI DENGAN PERILAKU SEKS BEBAS PADA SISWA KELAS XI SMA NEGERI 6 SURAKARTA

HUBUNGAN PENGETAHUAN DENGAN SIKAP MENGENAI PERILAKU SEKSUAL REMAJA DI SMK KESEHATAN DONOHUDAN BOYOLALI TAHUN 2016

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

HUBUNGAN ANTARA PENGETAHUAN DAN SIKAP TENTANG KESEHATAN REPRODUKSI REMAJA DENGAN PERILAKU SEKS BEBAS REMAJA DI SMK FARMASI HARAPAN BERSAMA KOTA TEGAL

BAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang. Masa remaja adalah masa transisi dari masa kanakkanak. menjadi masa dewasa. Masa transisi ini kadang

RELATION BETWEEN KNOWLEDGE AND ADOLESCENT POSITION ABOUT HIV-AIDS WITH BEHAVIOR OF SEX BEFORE MARRIEDINDIUM SMA PGRI 1 SEMARANG ABSTRAK

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Masa remaja merupakan masa perubahan atau peralihan dari masa kanak-kanak

Riska Megayanti 1, Sukmawati 2*, Leli Susanti 3 Universitas Respati Yogyakarta *Penulis korespondensi

BAB I PENDAHULUAN. atau peralihan dari masa kanak-kanak ke masa dewasa yang meliputi

BAB 1 PENDAHULUAN. Y, 2009). Pada dasarnya pendidikan seksual merupakan suatu informasi

BAB III METODE PENELITIAN. metode deskriptif analitik, dengan pendekatan cross sectional yang dilakukan

BAB 1 PENDAHULUAN. Remaja merupakan tahapan seseorang dimana ia berada di antara fase anak

BAB I PENDAHULUAN. belahan dunia, tidak terkecuali Indonesia. Tahun 2000 jumlah penduduk

BAB I PENDAHULUAN. dapat diabaikan dalam kehidupan manusia. Namun demikian, orang tua masih

BAB I PENDAHULUAN. melalui perubahan fisik dan psikologis, dari masa kanak-kanak ke masa

BAB III METODA PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. Perilaku seksual khususnya kalangan remaja Indonesia sungguh

BAB 1 PENDAHULUAN. remaja-remaja di Indonesia yaitu dengan berkembang pesatnya teknologi internet

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. perilaku remaja dalam pergaulan saat ini. Berbagai informasi mampu di

BAB III METODE PENELITIAN. correlative (hubungan) dengan menggunakan pendekatan cross sectional.

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat, khususnya remaja. Berdasarkan laporan dari World Health

HUBUNGAN PENGETAHUAN DENGAN PERSEPSI REMAJA TENTANG SEKS PRANIKAH KELAS XI DI SMA I SEWON BANTUL

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini adalah penelitian kuantitatif non-eksperimental yang

Dewi Puspitaningrum 1), Siti Istiana 2)

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Remaja merupakan salah satu tahap dalam kehidupan manusia. Tahap ini

KARYA TULIS ILMIAH HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN REMAJA TENTANG KESEHATAN REPRODUKSI DENGAN SIKAP REMAJA TENTANG

HUBUNGAN PENGETAHUAN DENGAN SIKAP REMAJA PUTRI TENTANG SEKS PRANIKAH

Kesehatan Reproduksi Remaja Putri di SMA Negeri 2 Takengon

BAB 1 PENDAHULUAN. berbagai pengenalan akan hal-hal baru sebagai bekal untuk mengisi kehidupan

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN UNINTENDED PREGNANCY PADA REMAJA DI PUSKESMAS GAMPING I SLEMAN NASKAH PUBLIKASI

SKRIPSI. Proposal skripsi. Skripsi ini Disusun untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Ijazah S-1 Kesehatan Masyarakat

PERILAKU SEKSUAL PRANIKAH PADA SISWA SMA NEGERI 1 PALU Oleh: Rizal Haryanto 18, Ketut Suarayasa 29,

Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Alma Ata Yogyakarta Jalan Ringroad Barat Daya No 1 Tamantirto, Kasihan, Bantul, Yogyakarta 2

Jurnal Obstretika Scientia ISSN HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN SEKSUAL PRANIKAH DENGAN PERILAKU SEKSUAL

BAB I PENDAHULUAN. ketergantungan sosial-ekonomi secara total ke arah ketergantungan yang

BAB I PENDAHULUAN. Remaja merupakan masa transisi dari anak-anak menuju dewasa yang

BAB I PENDAHULUAN. yang belum menikah cenderung meningkat. Hal ini terbukti dari beberapa

Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Perilaku Seks Pranikah Remaja Kelas X Di SMK PGRI 1 Kota Sukabumi

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian ini adalah correlation study yaitu penelitian yang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Pada perkembangan zaman saat ini, perilaku berciuman ikut dalam

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian yang gunakan adalah dengan menggunakan metode analitik,

HUBUNGAN ANTARA PERILAKU ASERTIF DENGAN PERILAKU SEKSUAL PRANIKAH PADA REMAJA PUTRI. Skripsi

Dinamika Kebidanan vol. 2 no. 1. Januari 2012 STUDI DISKRIPTIF TENTANG GAYA PACARAN SISWA SMA KOTA SEMARANG. Asih Nurul Aini.

BAB 1 PENDAHULUAN. Remaja merupakan masa peralihan dari kanak-kanak ke dewasa yang

BAB III METODE PENELITIAN

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN TENTANG KEHAMILAN TIDAK DIINGINKAN (KTD) DENGAN PERILAKU SEKSUAL REMAJA DI SMA NEGERI 1 DEPOK SLEMAN YOGYAKARTA

GAMBARAN PENGETAHUAN DAN SIKAP REMAJA TENTANG BAHAYA SEKS BEBAS DI SMK KESEHATAN JURUSAN FARMASI KABUPATEN KONAWE TAHUN 2017

BAB 1 : PENDAHULUAN. produktif. Apabila seseorang jatuh sakit, seseorang tersebut akan mengalami

BAB III METODE PENELITIAN. bebas dengan variabel terikat (Notoatmodjo, 2002). Sedangkan pendekatan

BAB 1 PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan suatu masa dalam perkembangan hidup manusia. WHO

HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP IBU DENGAN PRAKTIK IMUNISASI CAMPAK PADA BAYI USIA 9-12 BULAN DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS BOJONG II KABUPATEN PEKALONGAN

Jurnal Kesehatan Masyarakat dan Lingkungan Hidup, 21/11 (2016), 69-78

BAB III METODE PENELITIAN. metode survei dengan pendekatan Cross Sectional. Cross Sectional adalah data

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan masa peralihan dari masa kanak-kanak ke masa dewasa

BAB I PENDAHULUAN. berbagai tantangan dan masalah karena sifatnya yang sensitif dan rawan

BAB III METODE PENELITIAN

PENGALAMAN REMAJA DALAM MENERIMA PENDIDIKAN SEKS

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja adalah masa peralihan diantara masa kanak-kanak dan dewasa.

BAB I PENDAHULUAN. Remaja adalah masa peralihan dari masa kanak-kanak menuju masa. reproduksi sehingga mempengaruhi terjadinya perubahan perubahan

BAB 1 PENDAHULUAN. sampai 19 tahun. Istilah pubertas juga selalu menunjukan bahwa seseorang sedang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Masa remaja dikenal sebagai masa peralihan dari anak-anak menuju

HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP REMAJA DENGAN PERILAKU SEKS BEBAS DI SMK SWASTA MEDAN AREA 1 MEDAN TAHUN

BAB I PENDAHULUAN. (Soetjiningsih, 2004). Masa remaja merupakan suatu masa yang menjadi

BAB I PENDAHULUAN. dari 33 menjadi 29 aborsi per wanita berusia tahun. Di Asia

BAB 1 PENDAHULUAN. menuju masyarakat modern, yang mengubah norma-norma, nilai-nilai dan gaya

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN dan berada di jl Purwodadi-Semarang KM 32 desa Pilang Wetan

BAB I PENDAHULUAN. dewasa. Dalam masa ini remaja mengalami pubertas, yaitu suatu periode

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja adalah masa transisi dari masa kanak-kanak ke masa dewasa.

BAB I PENDAHULUAN. dengan orang lain, perubahan nilai dan kebanyakan remaja memiliki dua

BAB I PENDAHULUAN. yang lebih dikenal dengan International Conference on Population and

BAB I PENDAHULUAN. A.Latar Belakang. Remaja adalah mereka yang berusia diantara tahun dan merupakan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. dimasyarakat pada saat ini melalui media-media seperti televisi, koran, radio dan

Program Studi Diploma IV Bidan Pendidik Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Aisyiyah Yogyakarta

BAB III METODE PENELITIAN

HUBUNGAN PENGETAHUAN REMAJA TENTANG HIV/AIDS DENGAN PENCEGAHAN HIV/AIDS DI SMA NEGERI 10 PURWOREJO KABUPATEN PURWOREJO

Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Perilaku Seksual Remaja Di SMK PGRI 1 Kota Sukabumi Dengan Pendekatan Regresi Logistik

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. dalam tubuh yang mengiringi rangkaian pendewasaan. Pertumbuhan organ-organ

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang masalah. peka adalah permasalahan yang berkaitan dengan tingkat kematangan seksual

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Masalah seksualitas merupakan salah satu topik yang menarik untuk

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN IBU TENTANG KESEHATAN REPRODUKSI REMAJA DENGAN KESIAPAN ANAK MENGHADAPI MASA PUBERTAS

Hubungan Karakteristik Remaja dengan Pengetahuan Remaja Mengenai Kesehatan Reproduksi di Kota Cimahi

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian ini merupakan penelitian non-eksperimental yaitu descriptive

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Menurut Imran (1998) masa remaja diawali dengan masa pubertas,

BAB I PENDAHULUAN. seorang individu. Masa ini merupakan masa transisi dari kanak-kanak ke masa

PERAN TEMAN SEBAYA TERHADAP PERILAKU SEKSUAL PRA NIKAH PADA REMAJA DI SMA MUHAMMADIYAH 3 SURAKARTA

BAB 4 METODE PENELITIAN

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Remaja merupakan masa peralihan dari anak-anak ke masa dewasa yang

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. karena kehidupan manusia sendiri tidak terlepas dari masalah ini. Remaja bisa dengan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Masa remaja awal merupakan masa transisi, dimana usianya berkisar

Transkripsi:

HUBUNGAN PENGETAHUAN KENAKALAN REMAJA DENGAN SIKAP MENGHADAPI SEKS REMAJA PADA MAHASISWI KEBIDANAN Lia Dwi Prafitri 1), Nina Zuhana 2) Prodi D III Kebidanan STIKES Muhammadiyah Pekajangan ABSTRAK Remaja adalah peralihan antara masa anak-anak dan masa dewasa, yaitu antara 12-21 tahun. Pada masa terjadi perubahan fisik,mental, dan sosial yang rentan terhadap perilaku menyimpang seperti kenakalan. Perilaku merupakan tanggapan atau reaksi individu yang terwujud pada gerakan atau sikap dan ucapan. Pengetahuan mengenai seksual dan dampak dari seks bebas masih sangat rendah. Penelitian ini bersifat deskriptif korelaatif dengan menggunakan pendekatan cross sectional. Populasi yang digunakan yaitu mahasiswi kebidanan tingkat I dan II. Tehnik pengambilan sampel yaitu total populasi sebanyak 106 responden. Analisis data menggunakan uji chi square. Sebanyak 76 responden (71,7%) mempunyai pengetahuan cukup tentang kenakalan, sebanyak 55 responden (51,9%) mempunyai sikap mendukung dalam menghadapi seks, dan hasil analisa uji chi square p value = 0,536 (> 0,05) yang berarti tidak ada hubungan yang signifikan antara pengetahuan tentang kenakalan dengan sikap menghadapi seks. Tidak ada hubungan yang bermakna antara pengetahuan kenakalan dengan sikap menghadapi seks sehingga diharapkan mahasiswi mengupayakan peningkatan pengetahuan tentang kenakalan dan seks, pemahaman agama dengan mencari informasi yang baik serta dapat memilih teman yang baik agar mempunyai sikap negatif untuk menghindari seks. Kata Kunci: Pengetahuan, Sikap, Kenakalan Remaja, Seks Remaja PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah. Masa Remaja adalah masa transisi yaitu antara masa anak anak ke masa dewasa. Remaja adalah peralihan antara masa anak-anak dan masa dewasa, yaitu antara 12-21 tahun. Pada masa ini dia beralih dari masa yang penuh dengan ketergantungan kepada orang lain, dimana dia harus melepaskan diri dari ketergantungan itu dan ikut memikul tanggung jawab sendiri yaitu masa peralihan dari masa anak-anak menuju masa dewasa. Pada masa terjadi perubahan yang sangat pesat dalam dimensi fisik, mental dan sosial yang rentan terhadap perilaku menyimpang seperti kenakalan. Berkembangnya kenakalan tersebut saat ini sudah menjadi bencana sosial yang sangat mengkhawatirkan. Selain menimbulkan keresahan dan merugikan masyarakat, kenakalan juga memiliki dampak psikis yang sangat negatif bagi yang melakukan tindakan tersebut 1. Seks Pada Mahasiswi Kebidanan (Lia Dwi Prafitri, Nina Zuhana) 37

Kenakalan-kenakalan yang dilakukan oleh di bawah usia 21 tahun sangat beragam mulai dari perbuatan yang amoral dan anti sosial tidak dapat dikategorikan sebagai pelanggaran hukum. Bentuk kenakalan tersebut seperti: kabur dari rumah, membawa senjata tajam, dan kebut-kebutan di jalan, sampai pada perbuatan yang sudah menjurus pada perbuatan kriminal atau perbuatan yang melanggar hukum seperti; pembunuhan, perampokan, pemerkosaan, seks bebas, pemakaian obat-obatan terlarang, dan tindak kekerasan lainnya yang sering diberitakan media-media masa 2. Perilaku merupakan tanggapan atau reaksi individu yang terwujud di gerakan atau sikap dan ucapan. Perilaku seksual merupakan bentuk tingkah laku yang ditunjukan dengan dorongan hasrat seksual, baik dilakukan dengan lawan jenis maupun sesama jenis. Bentuk-bentuk tingkah laku ini bermacam-macam, mulai dari perasaan tertarik, berkencan, bercumbu, hingga bersenggama. Selain itu, perilaku seksual juga mencakup berdandan, merayu, mengoda, bersiul yang terkait dengan aktivitas dan hubungan seksual. Terdapat beberapa perilaku seksual ketika berpacaran yang telah menjurus pada hubungan seks bebas, yaitu berpegangan tangan, berpelukan, mencium pipi. Perilaku yang sudah menjurus pada hubungan seks awal (foreplay) meliputi cium pipi, necking (mencium leher), meraba organ seksual, petting, dan hubungan seksual 3. Pengetahuan mengenai seksual dan dampak dari seks bebas masih sangat rendah. Sumber informasi utama diperoleh dari teman sebaya (65%), film porno (35%), sekolah (19%) dan orang tua (5%). Selain itu, tersebut mengakui lebih nyaman berbicara mengenai seksualitas dengan teman (Irianto, 2010). Remaja sering tidak mendapatkan informasi yang transparan tentang masalah seksual dan kesehatan reproduksi, sehingga mereka seringkali kurang siap dalam melakukan hubungan seksual atau kurang mampu mencegah diri mereka dari kehamilan yang tidak diinginkan (KTD) dan penyakit menular seksual (PMS) 4. Berdasarkan uraian di atas penulis tertarik untuk meneliti tentang Hubungan pengetahuan tentang kenakalan dengan sikap menghadapi seks di STIKES Muhammadiyah Pekajangan Pekalongan Tahun 2016. B. Identifikasi Masalah Berdasarkan latar belakang diatas maka identifikasi masalah dalam penelitian ini adalah Adakah hubungan pengetahuan tentang kenakalan dengan sikap menghadapi seks di STIKES Muhammadiyah Pekajangan Pekalongan Tahun 2016? C. Tujuan Penelitian Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan pengetahuan tentang kenakalan dengan sikap menghadapi seks di STIKES Muhammadiyah Pekajangan Pekalongan Tahun 2016. Seks Pada Mahasiswi Kebidanan (Lia Dwi Prafitri, Nina Zuhana) 38

METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Penelitian ini bersifat deskriptif korelatif untuk melihat hubungan antara gejala satu dengan gejala yang lain, atau variabel yang satu dengan variabel yang lain 5. Penelitian ini untuk mengetahui hubungan antara pengetahuan tentang kenakalan dengan sikap menghadapi seks di STIKES Muhammadiyah Pekajangan Pekalongan tahun 2016. Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah cross sectional yaitu suatu penelitian yang untuk mempelajari dinamika korelasi antara faktor-faktor resiko dengan efek, dengan cara pendekatan atau pengumpulan data sekaligus pada suatu saat pada waktu yang sama 5. B. Variabel Penelitian Variabel bebas dalam penelitian ini adalah pengetahuan tentang kenakalan. Variabel terikat dalam penelitian ini adalah sikap menghadapi seks. C. Definisi Operasional Tabel 1. Definisi Operasional No Variabel Defini Operasional Parameter dan Kategori Alat Ukur Skala Pengukuran 1. Variabel bebas pengetahuan tentang kenakalan Kemampuan untuk menjawab pertanyaan tentang kenakalan, meliputi: a. Pengertian kenakalan b. Karakteristik kenakalan c. Bentuk-bentuk kenakalan d. Aspek-aspek kenakalan e. Faktor-faktor yang mempengaruhi kenakalan f. Akibat perilaku kenakalan g. Pencegahan kenakalan h. Penanganan terhadap perilaku kenakalan a. Pengetahuan Baik diberi kode 3, jika nilai 76% - 100%. b. Pengetahuan Cukup diberi kode 2, jika nilai 56% - 75%. c. Pengetahuan Kurang diberi kode 1, jika nilai < 56%. Kuesioner Ordinal 2. Variabel Terikat : Sikap menghadapi seks Suatu reaksi atau respon terhadap pernyataan tentang seks a. Sikap mendukung diberi kode 2. b. Sikap kurang mendukung diberi kode 1. Kuesioner Ordinal Seks Pada Mahasiswi Kebidanan (Lia Dwi Prafitri, Nina Zuhana) 39

D. Populasi dan Sampel Populasi dalam penelitian ini adalah mahasiswii Tingkat I dan Tingkat II Program Studi Diploma III Kebidanan STIKES Muhammadiyah Pekajangan Tahun 2016 sejumlah 141 mahasiswi. Kriteria inklusi sampel pada penelitian ini adalah mahasiswi yang bersedia menjadi responden. Sedangkan kriteria eksklusi sampel pada penelitian ini adalah: mahasiswi yang sedang sakit, mahasiswi yang sudah menikah, dan mahasiswi yang tidak berada ditempat saat penelitian. Jumlah sampel dalam penelitian ini adalah 106 mahasiswi karena 2 mahasiswi sudah menikah dan 33 mahasiswa tidak berada ditempat saat penelitian karena sedang praktik di Rumah Sakit. E. Alat dan Metode Pengumpulan Data Alat pengumpulan data yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah Kuesioner. Pada penelitian ini terdiri dari 3 kuesioner, yaitu: Kuesioner pertama berisi tentang data umum yaitu umur sekarang dan sumber informasi. Kuesioner kedua berisi pengetahuan tentang kenakalan yang terdiri dari 26 pertanyaan. Kuesioner ketiga berisi tentang sikap menghadapi seks yang terdiri dari 15 pernyataan. Peneliti menggunakan kuesioner dari Evina (2010) sejumlah 15 pernyataan sikap seks sehingga untuk kuesioner ketiga tidak dilakukan uji validitas dan reliabilitas 6. F. Metode Pengolahan dan Analisis Data Teknik pengolahan data dalam penelitian ini adalah : Editing, Coding, Data entry, dan Cleaning. Dalam penelitian ini uji analisis data yang digunakan adalah uji statistik Chi Square. G. Etika Penelitian Prinsip Etika dalam Penelitian ini meliputi : Prinsip Manfaat, Prinsip Menghargai Hak Asasi Manusia, dan Prinsip Keadilan. H. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Prodi D III Kebidanan STIKES Muhammadiyah Pekajangan Pekalongan pada bulan Agustus September 2016. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian 1. Pengetahuan Responden, disajikan pada tabel berikut ini : Tabel 2. Distribusi Frekuensi Pengetahuan Remaja tentang Kenakalan Remaja di STIKES Muhammadiyah Pekajangan Pekalongan Tahun 2016 No Pengetahuan Frekuensi Prosentase (%) 1 Cukup 76 71,7% 2 Baik 30 28,3% Jumlah 106 100% Seks Pada Mahasiswi Kebidanan (Lia Dwi Prafitri, Nina Zuhana) 40

Pada tabel 2 menunjukkan bahwa sebanyak 76 mahasiswi (71,7%) mempunyai pengetahuan cukup tentang kenakalan. 2. Sikap responden, disajikan pada tabel berikut ini : Tabel 3. Distribusi Frekuensi Sikap Menghadapi Seks Remaja di STIKES Muhammadiyah Pekajangan Pekalongan Tahun 2016 No Sikap Frekuensi Prosentase (%) 1 Mendukung 55 51,9 2 Kurang Mendukung 51 48,1 Jumlah 106 100% Pada Tabel 3 menunjukkan mempunyai sikap mendukung dalam menghadapi seks yaitu 55 mahasiswi (51,9%). 3. Analisis hubungan pengetahuan tentang kenakalan dengan sikap menghadapi seks disajikan pada tabel berikut ini: Tabel 4.Tabulasi Silang Hubungan Pengetahuan Remaja tentang Kenakalan Remaja dengan Sikap Menghadapi Seks Remaja Sikap Total % OR Pengetahuan 95% Kurang Mendukung 1,308 Mendukung (0,559- F % F % 3,062) Cukup 38 50 38 50 76 100 Baik 13 43,3 17 56,7 30 100 Total 51 48,1 55 51,9 106 100 P value 0,536 Pada Tabel 4. menunjukkan bahwa 76 mahasiswi yang mempunyai pengetahuan cukup tentang kenakalan, separoh (38 mahasiswi) mempunyai sikap kurang mendukung. Dari 30 mahasiswi yang mempunyai pengetahuan baik tentang kenakalan, lebih dari separoh mempunyai sikap mendukung menghadapi seks yaitu sebanyak 17 mahasiswi (56,7%). Hasil uji chi square menunjukkan p value = 0,536 ( > 0,05), sehingga Ho gagal ditolak yang berarti tidak ada hubungan yang signifikan antara pengetahuan tentang kenakalan dengan sikap menghadapi seks. Nilai Odds Ratio (OR) dari analisa data = 1,308 yang berarti mahasiswi yang berpengetahuan cukup mempunyai peluang 1,308 kali untuk bersikap mendukung menghadapi seks dibandingkan mahasiswi yang berpengetahuan baik. Seks Pada Mahasiswi Kebidanan (Lia Dwi Prafitri, Nina Zuhana) 41

B. Pembahasan 1. Pengetahuan Remaja tentang Kenakalan Remaja Hasil analisa univariat pengetahuan tentang kenakalan terhadap 106 mahasiswi menunjukkan bahwa 76 mahasiswi (71,7%) berpengetahuan cukup tentang kenakalan dan 30 mahasiswi (28,3%) berpengetahuan baik. Hal ini menunjukkan bahwa lebih dari separoh berpengetahuan cukup tentang kenakalan. Notoatmodjo meyatakan bahwa pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang sangat penting untuk terbentuknya tindakan seseorang. Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan telinga. Kemampuan tiap-tiap individu untuk menangkap dan mengolah informasi yang diterima dipengaruhi oleh ketajaman panca indera, sehingga akan menghasilkan pemahaman yang positif 7. Soekanto menyatakan bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi pengetahuan adalah tingkat pendidikan, informasi budaya, pengalaman dan sosial ekonomi. Pengetahuan tentang kenakalan dapat diperoleh dari berbagai sumber seperti media cetak (majalah, buku, surat kabar, brosur), media elektronik (televisi, radio), internet, petugas kesehatan, guru/ dosen, maupun keluarga. Hal tersebut kemungkinan yang menyebabkan pengetahuan mengenai kenakalan cukup 8. 2. Sikap menghadapi Seks Remaja Hasil analisa univariat terhadap 106 mahasiswi, terdapat 51 mahasiswi (48,1%) yang mempunyai sikap kurang mendukung menghadapi seks. Menurut Notoatmodjo menyatakan bahwa sikap merupakan reaksi atau respon yang masih tertutup terhadap stimulus atau obyek. Sikap yang utuh ditentukan oleh pengetahuan, keyakinan, dan emosi. Selain itu, sikap juga dipengaruhi oleh pengalaman yang diperoleh 7. Sikap mahasiswi yang kurang mendukung menghadapi seks dapat menimbulkan masalah cukup serius, contohnya menyebabkan perilaku menyimpang pada seperti seks pra nikah dan kenakalan. 3. Hubungan Pengetahuan Remaja tentang Kenakalan Remaja dengan Sikap Menghadapi Seks Remaja Hasil analisa diperoleh p value = 0,536 ( > 0,05). Hal ini menunjukkan tidak ada hubungan yang signifikan antara pengetahuan tentang kenakalan dengan sikap menghadapi seks di STIKES Muhammadiyah Pekajangan. Hal ini tidak sesuai dengan penelitian Arbi (2010) yang menyatakan ada hubungan sgnifikan antara pengetahuan dengan sikap seksual pranikah. Menurut Walgito (2003) dikutip dalam Arbi (2010), sikap sangat berkaitan erat dengan tingkat pengetahuan seseorang. Sikap seseorang terhadap objek menunjukkan pengetahuan orang tersebut terhadap objek yang bersangkutan. Hal ini mungkin terjadi karena pada saat responden menjawab kuesioner belum dapat dipastikan jawaban tersebut mewakili sikap responden yang sebenarnya. Selain itu banyak pengaruh yang dapat ditimbulkan oleh sikap tergantung dari faktor yang mempengaruhinya, bukan hanya dari faktor pengetahuan Seks Pada Mahasiswi Kebidanan (Lia Dwi Prafitri, Nina Zuhana) 42

namun dapat juga dari faktor lainnya seperti, lingkungan dan pengaruh orang lain atau teman sebaya 9. Pengetahuan dan sikap merupakan salah satu faktor yang berhubungan. Pengetahuan yang baik belum tentu diwujudkan dalam perilaku yang baik. Terbentuknya suatu perilaku baru dimulai pada domain kognitif. Dalam arti, subjek tahu terlebih dahulu terhadap stimulus yang berupa materi atau objek di luarnya sehingga menimbulkan pengetahuan baru pada subjek tersebut dan selanjutnya menimbulkan respons batin dalam bentuk sikap terhadap objek yang diketahui tersebut. Namun, seseorang dapat bertindak atau berperilaku tanpa mengetahui dahulu makna stimulus yang diterimanya. Dengan kata lain, tindakan (practice) seseorang tidak harus didasari oleh pengetahuan atau sikap. SIMPULAN DAN SARAN A. Simpulan Simpulan dalam penelitian ini adalah : 1. Lebih dari separoh responden yaitu (71,7%) sebanyak 76 mahasiswi mempunyai pengetahuan cukup tentang kenakalan. 2. Lebih dari separoh mempunyai sikap mendukung dalam menghadapi seks yaitu sebanyak 55 mahasiswi (51,9%). 3. Tidak ada hubungan yang signifikan antara pengetahuan tentang kenakalan dengan sikap menghadapi seks. B. Saran Saran yang dapat peneliti sampaikan pada penelitian ini adalah : 1. Bagi Mahasiswa Diharapkan mahasiswa mengupayakan peningkatan pengetahuan tentang kenakalan dan seks, pemahaman agama dengan mencari informasi yang baik serta dapat memilih teman yang baik agar mempunyai sikap negatif untuk menghindari seks sehingga dampak yang diakibatkan oleh seks tidak terjadi. 2. Bagi Peneliti Selanjutnya Diharapkan peneliti selanjutnya dapat meneliti tentang faktor faktor yang mempengaruhi pengetahuan seperti umur, pekerjaan, pengalaman, informasi, dan lain - lain, sehingga dapat diketahui faktor yang paling berpengaruh terhadap pengetahuan seseorang 3. Bagi Institusi Pendidikan Sebagai bahan pertimbangan dalam menentukan program-program yang dapat menyebarluaskan informasi tentang pengetahuan kenakalan dan seks terutama bagi yang mempunyai pengetahuan kurang sehingga semaja terhindar dari dampak yang diakibatkan seks tersebut. Seks Pada Mahasiswi Kebidanan (Lia Dwi Prafitri, Nina Zuhana) 43

DAFTAR PUSTAKA 1. Soetjiningsih. 2004. Buku Ajar Tumbuh Kembang Remaja dan Permasalahannya. PT Sagung. 2. Amalia, F. 2005. Peran Polwiltabes dalam Penanganan Kenakalan Remaja di Kota Semarang. Skripsi. Fakultas Ilmu Sosial Universitas Negeri Semarang. 3. Poltekkes Depkes Jakarta I. 2010. Kesehatan Remaja Problem Dan Solusinya. Jakarta: Salemba Medika. 4. Widayati, D. 2006. Hubungan antara pengetahuan terhadap sikap tentang hubungan seksual pranikah di SMA Negeri 1 Semarang. Jawa Tengah. 5. Notoatmodjo, S. 2012. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta. 6. Evina, I. H. 2010. Pengetahuan dan Sikap Remaja Putri tentang Seks Pranikah di SMK Bisnis Manajemen Persatuan Amal Bakti III Medan Estate. Skripsi. FKM Universitas Sumatera Utara. 7. Notoatmodjo, S. 2003.Pendidikan Dan Perilaku Kesehatan. Jakarta: PT. Rineka Cipta. 8. Soekanto, S. 2002. Teori Peranan. Jakarta: Bumi Aksara. 9. Ardi, F. D. K. 2010. Hubungan antara Pengetahuan dengan Sikap Seksual Pranikah Remaja. Karya Tulis Ilmiah. UNS Surakarta. Seks Pada Mahasiswi Kebidanan (Lia Dwi Prafitri, Nina Zuhana) 44