Eko Ari Widodo, Ainin Niswati, Sri Yusnaini & Henrie Buchori

dokumen-dokumen yang mirip
Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan rancangan petak terbagi dan

David Simamora, Ainin Niswati, Sri Yusnaini & Muhajir Utomo

III. BAHAN DAN METODE. sistem olah tanah dengan pemupukan N jangka panjang dari tahun 1987 sampai

III. BAHAN DAN METODE. Februari 2013 sampai dengan September 2013 pada lahan pertanaman tebu di PT

BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan November 2010 sampai dengan bulan

PENGARUH PENGOLAHAN TANAH DAN PEMBERIAN MULSA BAGAS TERHADAP BIOMASSA KARBON MIKROORGANISME TANAH (C-MIK) PADA LAHAN PERTANAMAN TEBU PT

Monnes Hendri Batubara, Ainin Niswati, Sri Yusnaini & M.A. Syamsul Arif

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Februari 2011 sampai dengan bulan Mei

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian dilaksanakan pada bulan Desember 2012 musim ke 43 sampai dengan

Yurres Satrio Wibowo, Henrie Buchari, M. A. Syamsul Arif & Muhajir Utomo

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Februari hingga Juni2013. Percobaan

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian dilakukan pada lahan pertanaman tebu di PT. Gunung Madu

I. PENDAHULUAN. Tebu (Saccharum officinarum L.) adalah salah satu komoditas perkebunan

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan pada lahan bekas alang-alang di Desa Blora Indah

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di lahan Lapangan Terpadu, Fakultas Pertanian,

PENGARUH SISTEM OLAH TANAH DAN APLIKASI MULSA BAGAS TERHADAP BIOMASSA KARBON MIKROORGANISME TANAH (C-MIK) PADA LAHAN PERTANAMAN TEBU

I. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara agraris yang sebagian besar penduduknya bermata

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian dilakukan pada lahan alang-alang di Kelurahan Segalamider,

I. PENDAHULUAN. Tanaman tebu (Saccharum officinarum L.) merupakan tanaman perkebunan yang

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan daribulan Juli sampai dengan Oktober 2012 di daerah

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan bagian dari penelitian jangka panjang tentang Studi

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini telah dilaksanakan pada bulan Oktober 2013 musim ke-44 sampai

I. PENDAHULUAN. perkebunan tebu terbesar di Lampung adalah PT. Gunung Madu Plantation

I. PENDAHULUAN. Tebu (Saccharum officinarum L.) merupakan tanaman perkebunan penting

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini merupakan bagian dari penelitian jangka panjang Studi Rehabilitasi Tanah yang

I. PENDAHULUAN. Tanaman tebu (Saccharum officinarum L.) merupakan tanaman perkebunan yang

PENGARUH SISTEM OLAH TANAH DAN APLIKASI HERBISIDA TERHADAP POPULASI DAN BIOMASSA CACING TANAH PADA PERTANAMAN UBI KAYU (Manihot utilissima)

II. TINJAUAN PUSTAKA. Tebu ( Saccharum officinarum L.) merupakan tanaman penting sebagai penghasil

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juni 2010 sampai dengan bulan Agustus

I. PENDAHULUAN. Tanaman tebu (Saccharum officinarum L.) merupakan salah satu komoditas

I. PENDAHULUAN. Tebu (Saccharum officinarum) merupakan tanaman perkebunan penting sebagai

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini merupakan bagian dari penelitian jangka panjang Soil

TINJAUAN PUSTAKA. sektor pertanian (MAF, 2006). Gas rumah kaca yang dominan di atmosfer adalah

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Lapang Terpadu, Universitas Lampung

I. PENDAHULUAN. Tanaman kacang hijau (Vigna radiata L.) sampai saat ini masih merupakan

I. PENDAHULUAN. Tebu (Saccharum officinarum L.) merupakan tanaman perkebunan yang penting

I. PENDAHULUAN. Pengolahan tanah merupakan suatu tahapan penting dalam budidaya tanaman

Gede Adi Bramsista, I Gede Swibawa & Solikhin

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Lapang Terpadu Universitas

III. METODE PENELITIAN. dan legum (kedelai, kacang tanah dan kacang hijau), kemudian lahan diberakan

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Taman Nasional Bukit Barisan dari bulan Februari

II. TINJAUAN PUSTAKA. Pengolahan tanah merupakan tindakan mekanik terhadap tanah yang ditujukan

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian dilaksanakan di rumah kaca Ilmu Tanah, Laboratorium Ilmu Tanah dan

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di kebun Kota Sepang Jaya, Kecamatan Labuhan Ratu,

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Lapang Terpadu dan Laboratorium Ilmu

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian dilakukan di Laboratorium Lapang Terpadu Fakultas Pertanian

I. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara agraris yang sebagian besar penduduknya bermata

I. PENDAHULUAN. sekitar 500 mm per tahun (Dowswell et al., 1996 dalam Iriany et al., 2007).

I. PENDAHULUAN. Peningkatan aktivitas manusia di muka bumi telah mendorong terjadinya

I. PENDAHULUAN. di lahan sawah terus berkurang seiring perkembangan dan pembangunan di

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan pada bulan Desember 2010 hingga Oktober 2011.

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juli sampai bulan November 2009, di

MATERI DAN METODE Lokasi dan Waktu Penelitian Materi Prosedur Pembuatan MOL Tapai dan Tempe Pencampuran, Homogenisasi, dan Pemberian Aktivator

I. PENDAHULUAN. Jagung merupakan bahan pangan pokok kedua setelah beras yang memiliki

PENGARUH SISTEM OLAH TANAH DAN PEMBERIAN MULSA BAGAS TERHADAP POPULASI FUNGI MIKORIZA ARBUSKULA PADA PERKEBUNAN TEBU

1. PENDAHULUAN. yang biasa dilakukan oleh petani. Tujuan kegiatan pengolahan tanah yaitu selain

PENGARUH DOSIS PUPUK N PADA BAHAN GAMBUT DENGAN TINGKAT KEMATANGAN YANG BERBEDA TERHADAP FLUKS CO 2. Rasional

II. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan mulai pada bulan Juni sampai dengan bulan September

III. BAHAN DAN METODE. Universitas Lampung pada titik koordinat LS dan BT

PENDAHULUAN. Ultisol merupakan salah satu jenis tanah di Indonesia yang mempunyai sebaran luas,

PENGARUH PEMBERIAN TIGA JENIS PUPUK KANDANG DAN DOSIS UREA PADA PERTUMBUHAN DAN HASIL TANAMAN CABAI (Capssicum annum L.)

III. BAHAN DAN METODE. Kecamatan Natar, Kabupaten Lampung Selatan pada bulan Maret hingga Juli

III. METODOLOGI. Penelitian ini merupakan penelitian lanjutan dari Khory (2014) yang

I. PENDAHULUAN. tidak berkelanjutan. Pertanian dengan olah tanah intensif di lahan kering merusak

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Lapang Terpadu Universitas

III. METODOLOGI 3.1 Waktu dan Lokasi Penelitian 3.2 Bahan dan Alat

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di lahan Politeknik Negeri Lampung yang berada pada

BAHAN DAN METODE. Pada musim tanam pertama penelitian ini dilakukan pada bulan Mei sampai

III. METODE PENELITIAN. Pembuatan biochar dilakukan di Kebun Percobaan Taman Bogo Lampung Timur.

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini merupakan penelitian lanjutan yang sebelumnya dilakukan oleh

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Lapang Terpadu Fakultas Pertanian

III. METODOLOGI PENELITIAN di Laboratorim Lapang Terpadu dan Laboratorium Ilmu Tanah, Fakultas

I. PENDAHULUAN. ini. Beras mampu mencukupi 63% total kecukupan energi dan 37% protein.

III. BAHAN DAN METODE

IV. METODE PENELITIAN

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Lapang Terpadu Fakultas Pertanian

I. PENDAHULUAN. Indonesia pada umumnya, khususnya Provinsi Lampung. Hal ini dikarenakan

I. PENDAHULUAN. Ubikayu merupakan sumber bahan makanan ketiga setelah padi dan jagung.

III. BAHAN DAN METODE. Percobaan ini dilaksanakan di Kebun Percobaan Fakultas Pertanian Universitas

PENGARUH DOSIS DAN UKURAN BUTIR PUPUK FOSFAT SUPER YANG DIASIDULASI LIMBAH CAIR TAHU TERHADAP SERAPAN P DAN PERTUMBUHAN TANAMAN JAGUNG (Zea mays L.

III. METODE PENELITIAN. Peternakan Fakultas Pertanian Universitas Lampung mulai Agustus September

II. TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Permasalahan Tanah Ultisol dan Upaya Mengatasinya

III. METODOLOGI. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Lapang Terpadu Fakultas Pertanian

BAHAN DAN METODE. Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Ilmu Tanah dan di Laboratorium Limbah

METODE PENELITIAN. pembuatan vermikompos yang dilakukan di Kebun Biologi, Fakultas

I. PENDAHULUAN. Ekstensifikasi pertanian merupakan salah satu cara untuk meningkatkan produksi

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Lapang Terpadu Fakultas Pertanian

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini telah dilaksanakan di laboratorium Makanan Ternak, Jurusan

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Lahan Laboratorium Terpadu dan Laboratorium

BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Rumah Kaca Fakultas Pertanian Universitas

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP)

III. BAHAN DAN METODE. dengan Yokohama National University Jepang yang dilaksanakan di Kebun

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Nutrisi dan Makanan Ternak, Jurusan

PENGARUH KONSENTRASI ETANOL DAN LAMA PENDERAAN PADA VIABILITAS BENIH TOMAT (Lycopersicon esculentum Mill.) VARIETAS OVAL

I. PENDAHULUAN. Tebu (Saccharum officinarum L.) merupakan tanaman perkebunan yang tergolong

LAMPIRAN. Lampiran 1. Bagan Penelitian. Universitas Sumatera Utara

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilakukan di rumah kaca dan laboratorium Ilmu Tanah Fakultas

III. BAHAN DAN METODE

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian dilaksanakan di kebun percobaan laboratoriun lapangan terpadu

III. BAHAN DAN METODE

Transkripsi:

J. Agrotek Tropika. ISSN 2337-4993 228 Jurnal Agrotek Tropika 4(3):228-232, 2016 Vol. 4, No. 3: 228 232, September 2016 PENGARUH PENGOLAHAN TANAH DAN PEMBERIAN MULSA BAGAS TERHADAP BIOMASSA KARBON MIKROORGANISME TANAH (C-MIK) PADA LAHAN PERTANAMAN TEBU PT GMP TAHUN KETIGA Eko Ari Widodo, Ainin Niswati, Sri Yusnaini & Henrie Buchori Jurusan Agroteknologi, Fakultas Pertanian Universitas Lampung, Jl. Prof. SoemantriBrodjonegoro, No. 1, Bandar Lampung 35145. Email: ekoariwidodo1990@gmail.com ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk mempelajari pengaruh aplikasi mulsa bagas dan sistem pengolahan tanah pada lahan pertanaman tebu (Saccharum officinarum L.) terhadap biomasa karbon mikroorganisme tanah (C-mik) di PT Gunung Madu Plantations, Lampung Tengah tahun ketiga. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Maret 2014. Percobaan dilakukan di lahan pertanaman tebu PT Gunung Madu Plantations dengan perlakuan sistem olah tanah dan aplikasi limbah pabrik gula jangka panjang dari tahun 2010 sampai dengan tahun 2020. Analisis biomassa karmon mikroorganisme (C-mik) dilakukan di Laboratorium Biologi Ilmu Tanah dan analisis contoh tanah dilakukan di Laboratorium Ilmu Tanah, Fakultas Pertanian, Unversitas Lampung. Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan rancangan petak terbagi dan disusun secara split plot dengan 5 ulangan dan 4 perlakuan. Sebagai petak utama adalah perlakuan sistem olah tanah (T) yaitu: T 0 = tanpa olah tanah, T 1 = olah tanah intensif. Sedangkan anak petak dalam penelitian ini adalah penggunaan limbah pabrik gula (M) yaitu: M 0 = tanpa mulsa, M 1 = mulsa bagas 80 ton ha - 1. Data yang diperoleh dianalisis dengan sidik ragam yang sebelumnya telah diuji homogenitas ragamnya dengan Uji Bartlett dan aditivitasnya dengan Uji Tukey. Rata-rata nilai tengah diuji dengan uji BNT pada taraf 1% dan 5%. Untuk mengetahui hubungan antara biomassa karbon mikroorganisme tanah dengan C-organik, ph, kadar air tanah, dan suhu tanah dilakukan uji korelasi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa perlakuan sistem olah tanah dan pemberian mulsa bagas tidak berpengaruh nyata pada biomassa karbon mikroornisme tanah (C-mik) pada masing masing waktu pengamatan. Kata kunci: Biomassa karbon mikroorganisme (C-mik), mulsa bagas, sistem olah tanah PENDAHULUAN Tebu ( Saccharum officinarum L.) adalah tanaman yang ditanam untuk bahan baku gula. Tanaman ini hanya dapat tumbuh di iklim tropis dan merupakan tanaman j enis rumput-rumputan. Peningkatan jumlah penduduk Indonesia menyebabkan kebutuhan gula semakin meningkat. Indonesia merupakan salah satu negara penghasil gula di dunia, tetapi Indonesia mengalami kekurangan akibat konsumsi gula yang lebih tinggi dibandingkan dengan produksinya. PT. Gunung Madu Plantation telah mengusahakan perkebunan tebu sejak tahun 1975 yang terus menerus melakukan pengolahan tanah secara intensif, penggunaan bahan-bahan kimia pertanian seperti pupuk, dan pestisida dalam meningkatkan produksi gula. Aplikasi bahan organik berbasis tebu (bagas, blotong, dan abu) yang dilakukan untuk mempertahankan kesuburan tanah dilakukan sejak tahun 2004 (PT. GMP, 2009). Salah satu usaha untuk menjaga kelestarian mikroorganisme di dalam tanah diperlukan penanganan olah tanah konservasi (OTK) yang berwawasan ramah lingkungan. Sistem OTK mampu memperbaiki kesuburan tanah lebih baik dari pada sistem OTI umumnya pada tanah ultisol. OTK terdiri dari dua sistem olah tanah yaitu olah tanah minimum (OTM) gulma dibabat dengan menggunakan alat mekanis kemudian dikembalikan kelahan pertanaman dan tanpa olah tanah (TOT) dengan mengendalikan gulma menggunakan herbisida, gulma dibiarkan mati dan digunakan sebagai mulsa (Utomo, 2006). Penerapan sistem tanpa olah tanah diharapkan mampu memperbaiki kualitas tanah dengan meningkatkan keanekaragaman biota dalam tanah, memperbaiki struktur tanah, meningkatkan kandungan C-organik tanah, dan meningkatkan kandungan karbon melalui pengikatan karbon dalam tanah. Selain itu sistem tanpa olah tanah paling baik dilakukan karna mampu menekan terjadinya aliran permukaan yang dapat menghilangkan adanya pencucian bahan organik (Widiono, 2005). Mikroorganisme tanah memegang peranan penting dalam berbagai proses di dalam tanah baik peran

Widodo et al.: Pengaruh Pengolahan Tanah dan Pemberian Mulsa Bagas 229 dalam siklus energi, siklus hara, pembentukan agregat tanah, dan dalam menentukan kesehatan tanah (suppressive/conducive). Tanah dikatakan subur bila memiliki kandungan dan keragaman biologi yang tinggi, dan berperan untuk mengetahui jumlah biomassa karbon mikroorganisme (C-mik) tanah dalam pendugaan biomassa mikroorganisme tanah dengan memperhatikan sistem olah tanah, serta bahan organik tanah dalam pemberian mulsa. Upaya untuk meningkatkan kesuburan tanah salah satunya dengan penambahan bahan organik. Pemberian bahan organik tanah dengan tujuan pemberdayaan sumber hayati tanah untuk meningkatkan kesuburan tanah potensial perlu diupayakan. Selain memerlukan dosis yang lebih rendah juga dapat meningkatkan konservasi bahan organik tanah dan menekan emisi CO 2 ( Subowo, 2010). Penelitian ini bertujuan untuk mempelajari pengaruh aplikasi mulsa bagas dan sistem pengolahan tanah pada lahan pertanaman tebu (Saccharum officinarum L.) terhadap biomasa karbon mikroorganisme tanah (C-mik). BAHAN DAN METODE Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Maret 2014 sampai dengan bulan Juni 2014. Percobaan dilakukan di lahan pertanaman tebu PT. GMP dengan perlakuan sistem olah tanah dan aplikasi mulsa bagas jangka panjang dari tahun 2010 sampai dengan tahun 2020. Penelitian yang dilakukan saat ini merupakan pertanaman tebu yang berasal dari tanaman tebu sebelumnya ( ratoon cane) tahun ketiga yang analisisnya dilakukan di Laboratorium Ilmu Tanah, Fakultas Pertanian Universitas Lampung. Alat yang akan digunakan adalah bor belgi, kantung plastik, alat tulis, timbangan, lakban, toples, desikator, biuret, dan alatalat laboratorium lainnya untuk analisis tanah. Bahanbahan kimia yang digunakan untuk analisis C-mik dengan metode fumigasi-inkubasi (Jenkinson dan Powlson, 1976) adalah CHCL 3, KOH, dan akuades. Sedangkan untuk analisis C organik tanah menggunakan metode (Walkley dan Black), dan ph tanah. Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan rancangan petak terbagi dan disusun secara split plot dengan 5 ulangan dan 4 perlakuan. Sebagai petak utama adalah perlakuan sistem olah tanah (T) yaitu: T 0 = tanpa olah tanah, T 1 = olah tanah intensif. Sedangkan anak petak dalam penelitian ini adalah penggunaan limbah pabrik gula (M) yaitu: M 0 = tanpa mulsa, M 1 = mulsa bagas 80 ton ha -1. Data yang diperoleh diuji homogenitas ragamnya dengan Uji Bartlett dan aditifitasnya dengan Uji Tukey. Setelah asumsi dipenuhi, yaitu ragam homogen dan aditif dengan dilakukan analisis ragam pada taraf 1% dan 5%. Untuk membedakan nilai tengah dilakukan dengan uji BNT pada taraf 5%, kemudian untuk mengetahui hubungan antara C-mik dengan ph tanah, C-organik, suhu tanah, dan kadar air tanah dilakukan uji korelasi. Pengambilan contoh tanah diambil dengan menggunakan bor tanah dari 12 titik pada masing-masing plot percobaan dengan kedalaman 20 cm dan kemudian dikompositkan. Pengambilan contoh tanah diambil secara melingkar dengan titik tengah plot sebagai titik pusatnya, empat titik berjarak 3 m dari titik pusat dan delapan titik berjarak 3 m dari titik pertama (Susilo dan Karyanto, 2005 yang dikutip oleh Sucipto, 2011). Pengambilan contoh tanah awal dilakukan pada bulan April 2014. Pengambilan contoh tanah kedua dilakukan pada pertengahan bulan Juli 2014. Pengambilan contoh tanah diambil dari masing masing plot sebanyak 500 g secara komposit dari 12 titik sampel menggunakan bor tanah sedalam 20 cm, kemudian dimasukan kedalam kantong plastik dan diberi label (perlakuan, kelompok, hari, dan tanggal). Setelah itu tanah dimasukan ke dalam lemari pendingin pada suhu 4 o C dikarenakan análisis tanah tidak dilakukan secara langsung setelah pengambilan contoh tanah. Biomassa karbon mikroorganisme tanah (C-mik) dengan menggunakan metode modifikasi fumigasiinkubasi (Jenkinson dan Powlson 1976). Proses pelaksanaan analisis yaitu tanah lembab (setara dengan 100 gram berat kering oven) ditempatkan dalam gelas beaker 100 ml. kemudian tanah difumigasi menggunakan kloroform (CHCl 3 ) sebanyak 30 ml dalam desikator yang telah diberi tekanan 50 cm Hg selama 1 jam dimatikan sistem kerjanya setelah tanah dibebaskan dari CHCl 3 dibawah tekanan 30 cm Hg dan dibiarkan di dalam desikator sampai 2 hari terhitung dari 1 jam masa kerja desikator. Setelah tanah difumigasi selama 2 hari, kemudian tanah yang telah difumigasi dan telah bebas CHCL 3 Gambar 1. Skema pelaksanaan inkubasi tanah penentuan kadar KOH di dalam toples yang selanjutnya untuk keperluan titrasi

230 Jurnal Agrotek Tropika 4(3):228-232, 2016 dimasukkan ke dalam toples berukuran 1 liter bersama dua botol film, satu botol film berisi 10 ml KOH 0,5 N dan satu botol film berisi 10 ml aquades (Gambar 1). Kemudian ditambahkan 5 g tanah inokulan (tanah segar) yang telah dikeluarkan dari lemari pendingin selama setengah hari (±5 jam) sebagai proses aklimatisasi. Kedua sampel tanah diinkubasi pada suhu 25 0 C selama 10 hari. Kuantitas C-CO 2 yang diserap dalam alkali ditentukan dengan titrasi. Kemudian indikator phenolphtalein ditambahkan sebanyak 2 tetes pada beaker berisi KOH dan dititrasi dengan HCl 0,1 N hingga warna ping menjadi bening. Selanjutnya dititrasi lagi dengan HCl setelah ditambahkan 2 tetes metil orange hingga warna kuning berubah menjadi ping, dan jumlah HCl yang digunakan dicatat. Reaksi kimia pengikatan CO 2 untuk proses titrasi: 1. Reaksi pengikatan CO 2 (inkubasi selama 10 hari) 2KOH CO2 K2CO3 H2O 2. Perubahan warna menjadi tidak berwarna (indikatar penolphtalin) K2CO3 HCl KHCO3 KCl 3. Perubahan warna kuning menjadi pink (indikatormetil orange) KHCO 3 HCl KCl H O Untuk tanah non-fumigasi menggunakan 100 gram tanah bobot kering oven, dimasukkan ke dalam toples berukuran 1 liter bersama dua botol film, satu botol film berisi 10 ml KOH 0,5 N dan satu botol film berisi 10 ml aquades, tanpa penambahan tanah inokulan. Toples tersebut ditutup dengan menggunakan lakban dan diinkubasi pada suhu 25 o C selama 10 hari. Sedangkan untuk kontrol atau blangko dimasukkan kedalam toples berukuran 1 liter, satu botol film yang berisi 10 ml aquades dan satu botol film berisi 10 ml KOH 0,5N. Toples ditutup menggunakan lakban dan diinkubasi dengan suhu 25 0 C selama 10 hari. Pada akhir masa inkubasi non fumigasi maupun kontrol kuantitas C-CO 2 yang dihasilkan dalam alkali ditentukan sama dengan contoh tanah fumigasi (titrasi). Biomassa mikroorganisme tanah dihitung dengan rumus akhir: mg CO 2 - C kg -1 10 hari = (a-b x t x 120)/ n C-mik = {(mg CO 2 - C kg -1 10 hari) fumigasi - 2 CO 2 (mg CO 2 -Ckg -1 10 hari) nonfumigasi }/Kc Keterangan : a = ml HCl untuk contoh tanah n = waktu inkubasi (hari) b = ml HCl untuk blanko t = normalitas HCl HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil penelitian Tabel 1 menunjukkan bahwa perlakuan olah tanah serta pemberian mulsa bagas tidak berpengaruh nyata terhadap biomassa karbon Tabel 1. Ringkasan uji signifikasi pengaruh olah tanah dan aplikasi mulsa bagas terhadap C-mik pada 9 dan 12 bulan setelah tanam (BST). Sumber Keragaman Waktu Pengamatan 9 BST 12 BST Kelompok tn tn Olah Tanah (PU) tn tn Mulsa(AP) tn tn Interaksi tn tn Keterangan: tn = tidak berbeda nyata, PU = Petak Utama, AP = Anak Petak Gambar 2. Biomassa karbon mikroorganisme tanah (mg C-CO 2 kg -1 hari -1 ) di Pertanaman tebu PT GMP pada pengamatan 9 BST dan 12 BST 2014. (T 0 = tanpa olah tanah, T 1 = olah tanah intensif, M 0 = tanpa mulsa bagas, M 1 = mulsa bagas 80 t ha -1, tongkat diatas menunjukkan standar deviasi)

Widodo et al.: Pengaruh Pengolahan Tanah dan Pemberian Mulsa Bagas 231 mikroorganisme tanah (C-mik). Hal ini sejalan dengan penelitian Pratiwi (2013) yang menyatakan bahwa dalam kurun waktu yang singkat penerapan perlakuan sistem olah tanah belum memperlihatkan pengaruh yang nyata terhadap kandungan bahan organilk tanah. Gambar 2 menunjukkan bahwa perlakuan sistem tanpa olah tanah dan pemberian mulsa bagas tidak berbeda nyata terhadap C-mik, tetapi C-mik tanah lebih tinggi pada pengamatan 12 BST dibandingkaan pada pengamatan 9 BST. Tabel 2 menunjukan bahwa perlakuan sistem olah tanah berpengaruh nyata terhadap C-organik pada 9 BST dan 12 BST, serta kadar air pada 12 BST. Hal ini di duga karena keberadaan mikroorganisme di dalam tanah dapat memperpaiki proses dekomposisi bahan organik dan memanfaatkan bahan organik tanah sebagai sumber nutrisi. Tabel 3 menunjukkan bahwa perlakuan pada sistem tanpa olah tanah memiliki kandungan C-organik dan kadar air lebih tinggi dari pada olah tanah intensif Tabel 2. Analisis ragam pengaruh sistem olah tanah dan pemberian mulsa bagas terhadap biomassa karbon mikroorganisme tanah (C-mik) di Pertanaman tebu PT GMP pada pengamatan 9 BST dan 12 BST 2014 Sumber keragaman Variabel pengamatan C-organik (%) ph (H 2 O) Kadar Air (%) Suhu ( o C) 9 BST 12 BST 9 BST 12 BST 9 BST 12 BST 9 BST 12 BST Kelompok tn tn tn tn tn * tn tn Pengolahan Tanah * ** tn tn tn * tn tn (PU) Mulsa (AP) tn tn tn tn tn tn tn tn Interaksi tn tn tn tn tn tn tn tn Keterangan: tn = Tidak berbeda nyata pada taraf nyata 5% dan 1%; * = Berbeda nyata pada taraf 5%; ** = Berbeda nyata pada taraf 5% dan 1%; PU = Petak Utama; AP = Anak Petak Tabel 3. Uji BNT perlakuan sistem olah tanah terhadap kadar C-organik pada 9 BST dan 12 BST Perlakuan olah tanah Kadar C-organik (%) Kadar Air (%) 9 BST 12 BST 9 BST 12 BST Olah tanah intensif (OTI) 1,22 a 1,22 a 17,29 a 19,15 a Tanpa olah tanah (TOT) 1,40 b 1,40 b 20,45 b 22,69 b BNT 5% 0,05 0,05 1,03 0,90 Keterangan: Angka-angka yang diikuti huruf yang sama pada kolom yang sama tidak berpengaruh nyata berdasarkan uji BNT pada taraf 5% Tabel 4. Hasil uji korelasi antara beberapa sifat tanah (C-organik, ph tanah, kadar air tanah, dan suhu tanah) pada 9 dan 12 BST dengan C-mik (mg C-CO 2 kg -1 hari -1 ). Variabel Keterangan: tn = tidak berbeda nyata pada taraf 5% dan 1%. Biomassa Karbon Mikroorganisme (mg C-CO 2 kg -1 hari -1 ) Nilai r 9 BST 12 BST C-organik 0,19 tn 0,07 tn Kadar air 0,28 tn 0,00 tn Reaksi tanah (ph) 0,43 tn 0,09 tn Suhu 0,34 tn 0,06 tn

232 Jurnal Agrotek Tropika 4(3):228-232, 2016 baik pada 9 BST maupun 12 BST. Sedangkan untuk uji korelasi pada Tabel 4 menunjukkan bahwa C-organik, ph tanah, kadar air tanah, dan suhu tanah tidak berbeda nyata terhadap kandungan biomassa karbon mikroorganisme tanah. KESIMPULAN Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa sistem pengolahan tanah dan pemberian mulsa bagas pada pertanaman tebu tidak berpengaruh terhadap C-mik, baik pada 9 BST dan 12 BST. Pada sistem tanpa olah tanah (TOT) C-organik dan kadar air lebih tinggi dari pada olah tanah intensif (OTI) pada 9 BST dan 12 BST. Tidak terdapat korelasi antara C-organik, kadar air, ph, dan suhu dengan C-mik. DAFTAR PUSTAKA Jenkinson, D.S. dan D.S. Powlson. 1976. The Effect of Biocidal treatments on Metabolism in soil- V. Fumigation with chloroform. Soil. Biol. Biochem. 8: 209-213. Lubis. K. S. 2007. Aplikasi Suhu dan Aliran Panas Tanah. Fakultas Pertanian Sumatra Utara. Medan. Pratiwi, T. D. 2013. Pengaruh pengolahan tanah dan pemberian mulsa bagas terhadap kandungan biomassa karbon mikroorganisme tanah (Cmik) pada lahan pertanaman tebu tahun kedua. Skripsi. Universitas Lampung. 52 hlm. PT GMP. 2009. Pengolahan Tanah. Available online at www.gunungmadu.co.id., [29 Januari 2014]. Subowo, G. 2010. Strategi efisiensi penggunaan bahan organik untuk kesuburan dan produktivitas tanah melalui pemberdayaan sumberdaya hayati tanah. Jurnal Sumber Daya Lahan. 4: 15-27. Sucipto. 2011. Pengaruh Sistem Olah Tanah Dan Aplikasi Mulsa Bagas Terhadap Biomassa Karbon Mikroorganisme Tanah (C-Mik) Pada Lahan Pertanaman Tebu PT Gunung Madu Plantation. Skripsi. Universitas Lampung. 58 hlm. Umar, I. 2004. Pengolahan Tanah. Makalah Pribadi Falsafah Sains (PPS 702). Sekolah Pasca Sarjana/ S3. Institut Pertanian Bogor. Utomo, M. 2006. Bahan baku pengelolaan lahan kering berkelanjuan. Universitas Lampung Bandar Lampung. 25 hlm. Widiono, H. 2005. Pengaruh sistem olah tanah dan pertanaman terhadap erosi tanah. Jurnal Akta Agrosia. 8: 74-79.