BAB II TINJAUAN PUSTAKA. salah satunya berdasar pada laporan keuangan, apabila kualitas laba yang

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. baik jika laba tersebut menjadi indikator yang baik untuk laba masa mendatang,

BAB I PENDAHULUAN. untuk meningkatkan kualitas kerja serta mengurangi penyimpangan

BAB I PENDAHULUAN. keuangan. Laporan keuangan merupakan media komunikasi bagi perusahaan

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN. menilai kinerja perusahaan dalam proses pengambilan keputusan. Laporan keuangan

BAB 1 PENDAHULUAN. Dalam teori keagenan (agency theory), adanya pemisahan antara. kepemilikan dan pengelolaan perusahaan dapat menimbulkan konflik.

BAB I PENDAHULUAN. alat utama bagi perusahaan untuk menyampaikan informasi keuangan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS. (Pearce and Robinson,2013 : 38). Teori keagenan mengansumsikan bahwa

BAB I PENDAHULUAN. disebut agency conflict disebabkan pihak-pihak yang terkait yaitu prinsipal

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (2013) tujuan laporan keuangan. pengambilan keputusan ekonomi. Laporan keuangan yang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Dua komponen akrual yang utama yaitu discretionary accrual dan

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Permasalahan

BAB I PENDAHULUAN. Laporan keuangan merupakan salah satu instrumen yang disediakan

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Standar Akuntansi Keuangan (SAK) No.1 (2012) laporan keuangan

BAB I PENDAHULUAN. eksternal untuk menilai kinerja perusahaan. Laporan keuangan harus

BAB I PENDAHULUAN UKDW. jangka panjang, memprediksi laba, dan menaksir risiko dalam investasi atau

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Laporan keuangan merupakan ringkasan dari suatu pencatatan

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. bagi pengguna laporan keuangan baik internal maupun eksternal. Menurut SFAC

BAB 1 PENDAHULUAN. yang bekerja untuk mencapai tujuan. Tujuan utama perusahaan adalah

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KUALITAS LABA PADA PERUSAHAAN MANUFAKTUR DI BURSA EFEK INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. transaksi-transaksi keuangan yang terjadi selama tahun buku bersangkutan.

BAB I PENDAHULUAN. Laporan keuangan (financial statement) merupakan sumber informasi

BAB II RERANGKA TEORI DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS. beberapa hal yang berkaitan dengan Komite Audit dalam perusahaan:

BAB I PENDAHULUAN. semakin maju membuat para pelaku ekonomi semakin mudah dalam mendapatkan

BAB I PENDAHULUAN. Di dalam Statement of Financial Accounting Concept (SFAC) No. 1,

BAB I PENDAHULUAN. Setiap perusahaan yang merupakan organisasi bisnis umumnya memiliki

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Pengelolaan perusahaan umumnya bertujuan untuk memaksimalkan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Penelitian tentang Pengaruh Investment Opportunity Set, Komisaris

Peran Praktek Corporate Governance Sebagai Moderating Variable dari Pengaruh Earnings Management Terhadap Nilai Perusahaan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. (principal) dengan manajemen (agent).teori ini menjelaskan bahwa hubungan

BAB I PENDAHULUAN. melalui hasil kinerja perusahaan, salah satunya informasi laba. 1

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan melalui implementasi keputusan keuangan yang terdiri dari

BAB I PENDAHULUAN. sebagai dasar pengambilan keputusan investasi. Selain itu, laba juga. dilakukan adalah manajemen laba.

BAB II LANDASAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN. Perusahaan publik atau perusahaan terbuka adalah perusahaan yang sebagian atau

BAB I PENDAHULUAN. Sebuah perusahaan melakukan kegiatan operasinya untuk mencapai beberapa

BAB I PENDAHULUAN. terhadap good corporate governance yang selama ini kurang diperhatikan semakin

BAB I PENDAHULUAN. untuk memperoleh sumber dana dan bagaimana mengalokasikan dana tersebut

BAB I PENDAHULUAN PENDAHULUAN. sehubungan dengan semakin gencarnya publikasi tentang kecurangan (fraud)

BAB I PENDAHULUAN. melaksanakan fungsi pertanggungjawaban dalam organisasi. Tujuan laporan

BAB I PENDAHULUAN. menyampaikan laporan keuangan tahunan. Laporan keuangan merupakan sarana

BAB I PENDAHULUAN. Informasi merupakan sebuah hal yang sangat penting bagi banyak pihak.

BAB 1 PENDAHULUAN. yang diambil dalam rangka proses penyusunan laporan keuangan akan. mempengaruhi penilaian kinerja perusahaan.

BAB I PENDAHULUAN. Peningkatan tekanan persaingan di antara pemain pasar yang ada dan new entrants,

BAB I PENDAHULUAN. keyakinan kepada investor bahwa mereka akan menerima return atas dana

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Laba merupakan sekumpulan angka yang berisi informasi, dimana laba juga merupakan bagian penting dari

Bab 1 PENDAHULUAN. sebuah perusahaan. Manajer dapat dikatakan sebagai agent dan pemegang

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan dalam bentuk pajak (Jin dan Machfoedz, 1998).

BAB I PENDAHULUAN. adalah pihak yang menjalankan dan mengendalikan jalannya perusahaan.

BAB 1 PENDAHULUAN UKDW. dilakukan oleh manajemen adalah manajemen laba (earnings management),

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. pengaruh corporate governance terhadap manajemen laba dan implikasinya

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. kerja atau investasi pada aset. Kas tersebut biasanya menimbulkan konflik

BAB I PENDAHULUAN. bisnis. Tujuan utama darisetiap perusahaan adalah meningkatkan nilai perusahaan.

BAB I PENDAHULUAN. dalam kegiatan operasionalnya. Saat ini semua perusahaan wajib membuat

BAB I PENDAHULUAN. Semakin tinggi nilai perusahaan dianggap semakin sejahtera pula pemiliknya.

BAB V KESIMPULAN, SARAN DAN IMPLIKASI HASIL PENELITIAN. meneliti mekanisme corporate governance yang terdiri dari kepemilikan institusional,

BAB 2 TINJAUAN TEORETIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS. tagihan, cicilan hutang berikut bunganya, pajak, dan juga belanja modal (capital

BAB V PENUTUP. tinggi kepemilikan saham manajerial maka financial distress semakin rendah. Jensen

BAB I PENDAHULUAN. Penelitian ini bertujuan untuk meneliti pengaruh dari komponen corporate

BAB I PENDAHULUAN. Perhatian dunia terhadap Good Corporate Governance (GCG) mulai. yang dilakukan oleh Asian Development Bank (ADB) menyimpulkan

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Secara normatif tujuan keputusan keuangan adalah untuk

Penelitian tentang Pengaruh Aliran Kas Bebas Dan Keputusan. Pendanaan Terhadap Nilai Pemegang Saham Dengan Set Kesempatan

BAB I PENDAHULUAN. terjadi apabila perusahaan menerapkan corporate governance yang baik. Oleh

BAB I PENDAHULUAN. pengambilan keputusan perusahaan (Yustini dan Cholis, 2012).

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan teknologi dan arus informasi di era globalisasi ini

BAB I PENDAHULUAN. mengoptimalkan keuntungan atas usaha yang dijalankannya. Tujuan-tujuan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Saham adalah suatu nilai dalam berbagai instrumen finansial yang mengacu

BAB I PENDAHULUAN. sangat besar bagi perusahaan-perusahaan agar dapat bersaing secara ketat dan

Ely Puji Setianingsih. Jurusan Akuntansi, Fakultas Ekonomi Universitas Gunadarma Abstrak

BAB I PENDAHULUAN. pengetahuan membuat persaingan di dunia usaha semakin ketat. Pada era

BAB I PENDAHULUAN. suatu negara. Peranan bank yang utama yaitu memobilisasi dana dari masyarakat

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Tujuan penting dalam pendirian perusahaan adalah untuk meningkatkan

BAB I PENDAHULUAN. Investasi di pasar bursa indonesia sampai pada saat ini telah

BAB I PENDAHULUAN. digambarkan perusahaan melalui laporan keuangan. Di Indonesia, laporan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Tujuan utama dari perusahaan selain meningkatkan nilai perusahaan

BAB I PENDAHULUAN. eksternal, yang berisi seluruh kegiatan bisnis dari satu kesatuan usaha sebagai

BAB I PENDAHULUAN. pihak-pihak yang berkepentingan yaitu kepada para stakeholder, laporan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. pajak adalah beban yang akan mengurangi laba bersih. Perbedaan kepentingan

BAB I PENDAHULUAN. pelaporan yang dapat memberikan informasi bagi pemakainya. Laporan keuangan

BAB I PENDAHULUAN. mencurahkan perhatian terhadap CG. Skandal-skandal korporasi tersebut

BAB I PENDAHULUAN. keuangan kepada pihak-pihak di luar korporasi. Dalam penyusunan laporan

BAB I PENDAHULUAN. return atas investasinya dengan benar. Corporate governance dapat

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan dihadapkan dalam kondisi transparan dan akuntabel dalam. perusahaan adalah penyampaian laporan keuangan.

BAB I PENDAHULUAN. manajer (agen). Manajemen ditunjuk sebagai pengelola perusahaan oleh pihak

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Setiap entitas bisnis (perusahaan) dalam operasinya tentu memiliki tujuan

BAB I PENDAHULUAN. keuangan dalam laporan tahunan harus disertai pengungkapan yang penuh

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Statement of Financial Accounting Concepts (SFAC) No. 1,

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Pada setiap perusahaan, laporan keuangan adalah suatu bentuk

BAB I PENDAHULUAN. Kinerja keuangan perusahaan merupakan hasil dari banyak keputusan yang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar belakang Masalah. Manajer selaku agent mengetahui informasi internal lebih banyak mengenai

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN

BAB 1 PENDAHULUAN. salah satu pihak yang berkepentingan untuk mengetahui seberapa baik perusahaan

BAB I PENDAHULUAN. jangka panjang hal ini akan berdampak buruk bagi perusahaan. Dalam

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN PERUMUSAN HIPOTESIS

Transkripsi:

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kualitas Laba Kualitas laba merupakan sesuatu yang sentral dan penting dalam dunia akuntansi karena berdasar kualitas laba tersebut profesi akuntansi dipertaruhkan. Investor, kreditor dan para pemangku kepentingan lainnya mengambil keputusan salah satunya berdasar pada laporan keuangan, apabila kualitas laba yang disajikan tidak dapat diandalkan maka para pemangku kepentingan tidak dapat percaya lagi pada profesi akuntansi. Oleh karena itu berbagai upaya dan studi terus dilakukan agar dapat menyusun laporan keuang-an dengan kualitas laba yang tinggi. Salah satu informasi yang terdapat di dalam laporan keuangan adalah informasi mengenai laba perusahaan. Informasi laba sebagaimana dinyatakan dalam Statement of Financial Accounting (SFAC) Nomor 2 merupakan unsur utama dalam laporan keuangan dan sangat penting bagi pihak-pihak yang menggunakannya karena memiliki nilai prediktif (FASB, 1980). Menurut PSAK Nomor 1, informasi laba diperlukan untuk menilai perubahan potensi sumber daya ekonomis yang mungkin dapat dikendalikan di masa depan, menghasilkan arus kas dari sumber daya yang ada, dan untuk perumusan pertimbangan tentang efektivitas perusahaan dalam memanfaatkan tambahan sumber daya (IAI, 2004). Parawiyati (1996) (dalam Siallagan dan Machfoedz, 2006) menyatakan bahwa laba merupakan indikator yang dapat digunakan untuk mengukur kinerja

operasional perusahaan. Informasi tentang laba mengukur keberhasilan atau kegagalan bisnis dalam mencapai tujuan operasi yang ditetapkan. Laba digunakan untuk mengukur kinerja manajemen perusahaan selama periode tertentu yang pada umumnya menjadi perhatian pihak-pihak tertentu terutama dalam menaksir kinerja atas pertanggungjawaban manajemen dalam pengelolaan sumber daya yang dipercayakan pada mereka, serta dapat dipergunakan untuk memperkirakan prospeknya di masa depan (Larasati, 2009). Pengguna laporan keuangan menggunakan informasi laba untuk membuat berbagai keputusan penting. Laba sebagai bagian dari laporan keuangan yang tidak menyajikan fakta yang sebenarnya tentang kondisi ekonomis perusahaan sehingga laba yang diharapkan dapat memberikan informasi untuk mendukung pengambilan keputusan menjadi diragukan kualitasnya. Laba yang tidak menunjukkan informasi yang sebenarnya tentang kinerja manajemen dapat menyesatkan pihak pengguna laporan. Jika laba seperti ini digunakan oleh investor untuk membentuk nilai pasar perusahaan, maka laba tidak dapat menjelaskan nilai perusahaan yang sebenarnya (Boediono, 2005). 2.2 Free Cash Flow Free cash flow merupakan kas perusahaan yang dapat didistribusikan kepada kreditur atau pemegang saham yang tidak diperlukan untuk modal kerja atau investasi pada aset. Kas tersebut biasanya menimbulkan konflik kepentingan antara manajer dan pemegang saham. Manajemen biasanya lebih suka untuk menginvestasikan lagi dana tersebut pada proyek - proyek yang dapat menghasilkan keuntungan, karena alternatif ini akan meningkatkan insentif yang

diterimanya. Disisi lain, pemegang saham mengharapkan sisa dana tersebut dibagikan sehingga akan meningkatkan kemakmuran para pemegang saham. Free cash flow menyatakan bahwa tekanan pasar akan mendorong manajer untuk mendistribusikan free cash flow kepada pemegang saham atau resiko akan kehilangan kendali terhadap perusahaan. Menurut Jensen (1986) free cash flow adalah kelebihan kas yang dipelukan untuk mendanai semua proyek yang memiliki net present value positif setelah membagi dividen. Free cash flow merupakan kelebihan yang diperlukan untuk mendanai semua proyek yang memiliki nilai net present value positif. Free cash flow dihitung dengan menggunakan rumus Ross et al ( 2000 ), yaitu : FCF FCF = AKO PM NWC = Free cash Flow. AKO = Aliran kas operasi perusahaan. PM = Pengeluaran modal perusahaan. NWC = Modal kerja bersih perusahaan ( net working capital ) Aliran kas operasi adalah kas yang berasal dari aktivitas penghasil utama pendapatan perusahaan dan aktivitas lain yang bukan merupakan aktivitas investasi dan aktivitas pendanaan. Pengeluaran modal adalah pengeluaran bersih pada aset tetap yaitu aset tetap bersih akhir periode dikurangi aset tetap bersih pada awal periode. Sedangkan modal kerja bersih adalah selisih antara jumlah aset lancar dengan hutang lancar pada tahun yang sama.

2.3 Komite Audit Menurut Ikatan Komite Audit Indonesia, komite audit merupakan suatu komite yang bekerja secara profesional dan independen yang dibentuk oleh dewan komisaris dan, dengan demikian, tugasnya adalah membantu dan memperkuat fungsi dewan komisaris (atau dewan pengawas) dalam menjalankan fungsi pengawasan (oversight) atas proses pelaporan keuangan, manajemen risiko, pelaksanaan audit dan implementasi dari corporate governance di perusahaan-perusahaan. Komite audit dianggap sebagai penghubung antara pemegang saham dan dewan komisaris dengan pihak manajemen dalam menangani masalah pengendalian. Berdasarkan Surat Edaran BEJ. SE-008/BEJ/12-2001, keanggotaan komite audit terdiri dari sekurang-kurangnya tiga orang termasuk ketua komite audit. Anggota komite audit yang berasal dari komisaris hanya sebanyak satu orang, anggota komite yang berasal dari komisaris tersebut merupakan komisaris independen perusahaan tercatat sekaligus menjadi ketua komite audit. Anggota lain yang bukan merupakan komisaris independen harus berasal dari pihak eksternal yang independen. Keputusan ketua Bapepam Nomor Kep-24/PM/2004 menghendaki bahwa komite audit mengadakan rapat dengan frekuensi yang sama dengan ketentuan minimal frekuensi rapat dewan komisaris yang ditetapkan dalam anggaran dasar. Vafeas (2005) dalam Sanjaya (2008) menemukan bahwa ketika komite audit lebih banyak melakukan pertemuan dan lebih independen, manajer kemungkinan tidak menaikkan laba. Oleh karena itu, dapat disimpulkan bahwa komite audit yang

lebih sering mengadakan pertemuan dan pengamatan secara langsung, diharapkan dapat mengurangi tingkat manajemen laba dalam perusahaan. Komite audit mempunyai peran yang sangat penting dan strategis dalam hal memelihara kredibilitas proses penyusunan laporan keuangan seperti halnya menjaga terciptanya sistem pengawasan perusahaan yang memadai serta dilaksanakannya good corporate governance. Dengan berjalannya fungsi komite audit secara efektif, maka kontrol terhadap perusahaan akan lebih baik, sehingga konflik keagenan yang terjadi akibat keinginan manajemen untuk meningkatkan kesejahteraannya sendiri dapat diminimalisasi (Adriani, 2011). 2.4 Komisaris Independen Dewan komisaris memegang peranan yang sangat penting dalam perusahaan, terutama dalam pelaksanaan good corporate governance. Dewan komisaris merupakan suatu mekanisme mengawasi dan mekanisme untuk memberikan petunjuk dan arahan pada pengelola perusahaan (FCGI, 2001). Komposisi dewan komisaris merupakan salah satu karakteristik dewan yang berhubungan dengan kandungan informasi laba. Melalui perannya dalam menjalankan fungsi pengawasan, komposisi dewan dapat mempengaruhi pihak manajemen dalam menyusun laporan keuangan sehingga dapat diperoleh suatu laporan laba yang berkualitas (Boediono, 2005). Komposisi komisaris independen adalah perbandingan jumlah komisaris independen yang dimiliki oleh suatu perusahaan terhadap jumlah seluruh anggota dewan komisaris. Keberadaan dewan komisaris yang berasal dari luar dapat mengurangi kemungkinan terjadinya kecurangan pelaporan keuangan. Dalam hal

ini, komisaris independen berperan mengawasi tindakan manajemen sehingga diharapkan dapat mengurangi kemungkinan terjadinya manajemen laba. Berdasarkan keputusan direksi BEJ No: Kep-305/BEJ/07-2004, dalam rangka penyelenggaraan pengelolaan perusahaan yang baik (good corporate governance), perusahaan tercatat wajib memiliki komisaris independen yang jumlahnya secara proporsional sebanding dengan jumlah saham yang dimiliki oleh bukan pemegang saham pengendali dengan ketentuan jumlah komisaris independen sekurang-kurangnya 30% (tiga puluh perseratus) dari jumlah seluruh anggota komisaris 2.5 Kepemilikan Institusional Kepemilikan institusional merupakan persentase pemegang saham yang dimiliki oleh pemilik institusional (>5%) seperti asuransi, bank, perusahaan investasi, dan kepemilikan lain kecuali anak perusahaan dan institusi lain yang memiliki hubungan istimewa (Stice et al, 2009). Investor institusi mempunyai peranan dalam menyediakan mekanisme yang dapat dipercaya terhadap penyajian informasi kepada investor. Peranan ini disebabkan investor institusi merupakan investor yang sophisticated dan mempunyai daya pengendali yang lebih baik dibanding investor individu (Larasati, 2010). Melalui kepemilikan institusional, efektivitas pengelolaan sumber daya perusahaan oleh manajemen dapat diketahui dari informasi yang dihasilkan melalui reaksi pasar atas pengumuman laba. Persentase saham tertentu yang dimiliki oleh institusi dapat mempengaruhi proses penyusunan laporan keuangan

yang tidak menutup kemungkinan terdapat aktualisasi sesuai dengan kepentingan pihak manajemen (Boediono, 2005). Tingkat kepemilikan institusional yang tinggi juga dinilai dapat menimbulkan usaha pengawasan yang lebih besar oleh pihak investor sehingga dapat menghalangi perilaku opportunistic manajer. Hal ini disebabkan karena investor institusional terlibat dalam pengambilan keputusan yang strategis sehingga tidak mudah percaya terhadap tindakan manipulasi laba (Jensen dan Meckling, 1976). 2.6 Kepemilikan Manajerial Menurut Downes dan Goodman (1999) (dalam Etty Murwaningsari, 2008) kepemilikan manajerial adalah para pemegang saham yang juga berarti dalam hal ini sebagai pemilik dalam perusahaan dari pihak manajemen yang secara aktif ikut dalam pengambilan keputusan pada suatu perusahaan yang bersangkutan. Jensen dan Meckling (1976) menyatakan bahwa untuk meminimalkan konflik keagenan adalah dengan meningkatkan kepemilikan manajerial dalam perusahaan. Kepemilikan saham oleh manajemen dapat mengindikasikan adanya kesamaan kepentingan antara manajemen dengan pemegang saham. Ross et al (1999) (dalam Siallagan dan Machfoedz, 2006) menyatakan bahwa semakin besar kepemilikan manajemen dalam perusahaan maka manajemen akan cenderung untuk berusaha meningkatkan kinerjanya untuk kepentingan pemegang saham dan untuk kepentingannya sendiri. Ujiyantho dan Pramuka (2007) menyatakan bahwa manajer sebagai pengelola perusahaan lebih banyak mengetahui informasi internal dan prospek

perusahaan di masa yang akan datang dibandingkan pemilik (pemegang saham). Manajer berkewajiban memberikan sinyal mengenai kondisi perusahaan kepada pemilik. Sinyal yang diberikan dapat dilakukan melalui pengungkapan informasi akuntansi seperti laporan keuangan. Laporan keuangan tersebut penting bagi para pengguna eksternal terutama sekali karena kelompok ini berada dalam kondisi yang paling besar ketidak pastiannya (Ali, 2002). 2.7 Penelitian Terdahulu Banyak penelitian-penelitian sebelumnya yang menguji pengaruh antara mekanisme corporate governance terhadap kualitas laba. Boediono (2005) dalam penelitiannya menguji pengaruh mekanisme corporate governance dan manajemen laba terhadap kualitas laba. Mekanisme corporate governance diproksikan melalui kepemilikan institusional, kepemilikan manajerial, dan komposisi dewan komisaris. Hasil dari penelitiannya membuktikan bahwa mekanisme corporate governance berpengaruh terhadap kualitas laba. Siallagan dan Machfoedz (2006) dalam penelitiannya menguji pengaruh mekanisme corporate governance terhadap kualitas laba. Mekanisme corporate governance diproksikan melalui kepemilikan manajerial, dewan komisaris, dan komite audit. Sedangkan kualitas laba diproksikan melalui discretionary accruals. Hasil penelitiannya membuktikan bahwa mekanisme corporate governance secara positif berpengaruh terhadap kualitas laba. Penelitian ini merupakan replikasi dari penelitian Hamonangan Siallagan dan Mas ud Machfoedz (2006). Adapun yang menjadi persamaan dari penelitian yang di replikasi adalah diantaranya, pengambilan variabel dependen yang sama

yaitu dengan mengunakan kualitas laba dan juga variabel independen yang sama mekanisme corporate governace. Sedangkan yang menjadi perbedaan dengan penelitian yang direplikasi adalah perbedaan sampel perusahaan dimana penelitian ini menggunakan perusahaan sector property dan real estate yang terdaftar di BEI, sedangkan penelitian yang direplikasi menggunakan sampel seluruh perusahaan manufaktur yang terdapat di BEI. Penelitian ini dan yang direplikasi sama-sama menggunakan mekanisme corporate governance, namun terdapat beberapa perbedaan dalam pengambilan bagian dari corporate governance. Penelitian ini menggunakan komite audit, komisaris independen, kepemilikan institusional dan kepemilikan manajerial, sedangkan penelitian yang direplikasi menggunakan kepemilikan manajerial, dewan komisaris dan komite audit sebagai bagian dari mekanisme corporate governance. Namun dari penelitian-penelitian terdahulu, hanya sedikit penelitian yang menguji pengaruh antara Free Cash Flow (FCF) terhadap kualitas laba. Di antaranya adalah penelitian Akhmad Bakkrudin Zuhri dan Tri Jatmiko Wahyu Prabowo, Se., M.Si., Akt. yang menguji pengaruh arus kas bebas dan komite audit terhadap manajemen laba, yang menunjukan bahwa Hasil penelitian menunjukkan bahwa manajemen laba dipengaruhi oleh arus kas bebas namun dengan arah negative. Hal ini berarti bahwa semakin besar arus kas bebas maka perusahaan cenderung melakukan manajemen laba dengan cara menurunkan laba. Komite audit diperoleh tidak berpengaruh terhadap manajemen laba. Ringkasan dari hasil penelitian terdahulu yang telah diuraikan di atas dapat dilihat di tabel berikut:

TABEL. 2.1 Penelitian Terdahulu N Nama o Peneliti 1 Boediono (2005) 2 Siallagan dan Machfoed z (2006) 3 Andri Rachmaw ati Drs. Hanung M.SI., Ak (2007) Judul / Topik Penelitian Kualitas Laba : Studi pengaruh mekanisme corporate governance dan dampak manajemen laba dengan menggunakan analisis jalur Mekanisme Corporate Governance, Kualitas Laba Dan Nilai Perusahaan Analisis Faktor- Faktor Yang mempengaruhi Kualitas Laba Variabel Hasil Penelitian / Kesimpulan X 1 Kepemilikan Institusional X 2 Kepemilikan Manajerial X 3 Komposisi Dewan Komisaris YKualitas Laba X 1 kepemilikan manajerial X 2 komposisi komisaris independen X 3 Komite Audit Y 1 Kualitas Laba Y 2 Manajemen Laba X 1 Investment Opurtunity Set X 2 Mekanisme Corporate Governance (Komite Audit, Komisaris Independen, Kepemilikan Institusional, Kepemilikan manajerial). Y 1 Kualitas Laba Y 2 Nilai Perusahaan Kepemilikan institusional memberikan pengaruh yang kuat, sedangkan kepemilikan manajerial dan komisarin independen memberikan pengaruh yang lemah lerhadap manajemen laba Mekanisme corporate governance memengaruhi kualitas laba, Kualitas laba secara positif berpengaruh terhadap nilai perusahaan Mekanisme corporate governance secara statistik berpengaruh terhadap nilai perusahaan. kualitas laba bukan merupakan variabel pemediasi (intervening variable) pada hubungan antara mekanisme corporate governance dan nilai perusahaan. Kualitas Laba yang diukur dengan discretionaty accrual tidak berpengaruh terhadap nilai perusahaan. SFCF berpengaruh positif terhadap discretionary accrual. Komite audit dan komposisi dewan komisaris tidak berpengaruh terhadap kualitas laba juga terhadap nilai perusahaan. kepemilikan institusional dan manajerial tidak berpengaruh terhadap kualitas laba, tetapi berpengaruh terhadap nilai perusahaan.

4 Dul Muid (2009) Pengaruh Mekanisme Corporate Governance Terhadap Kualitas Laba 5 Zuhri Pengaruh Arus Kas Bebas Dan Komite Audit Terhadap Manajemen Laba X 1 Kepemilikan Institusional X 2 Kepemilikan Manajerial X 3 Komposisi Dewan Komisaris X 4 Komite Audit Y Kualitas Laba X 1 Arus Kas Bebas X 2 Komite Audit YManajemen Laba Kepemilika manajerial secara positif dan signifikan mempengaruhi kualitas laba, proporsi dewan komisaris independen tidak berpengaruh secara signifikan terhadap kualitas laba. Komite audit tidak berpengaruh terhadap kualitas laba, kepemilikan institusional secara positif dan signifikan mempengarughi kualitas laba Hasil penelitian menunjukkan bahwa manajemen laba dipengaruhi oleh arus kas bebas namun dengan arah negative. 2.8 Kerangka Konseptual Dalam penelitian ini konsep yang mendukung terbentuknya kerangka konseptual adalah variabel-variabel sebagai berikut : 1. Free cash flow atau aliran kas bebas Merupakan kas perusahaan yang dapat didistribusikan kepada kreditor atau pemegang saham yang tidak diperlukan sebagai modal kerja. Menurut Jensen (1986) yang dikutip (Faisal, 2004) kenaikan hutang akan mengurangi free cash flow. Sebaliknya, jika free cash flow tinggi maka tingkat hutang akan semakin rendah. Perusahaan dengan aliran kas bebas tinggi bisa lebih bertahan dalam kondisi yang buruk. Sedangkan aliran kas bebas yang negatif menggambarkan bahwa perusahaan kekurangan dana internal, sehingga perusahaan akan membutuhkan tambahan dana eksternal dalam bentuk hutang maupun penerbitan saham baru.

2. Komite audit Komite audit yang bertanggung jawab untuk mengawasi laporan keuangan, mengawasi audit eksternal, dan mengamati sistem pengendalian internal (termasuk audit internal) dapat mengurangi sifat opportunistic manajemen yang melakukan manajemen laba (earnings management) dengan cara mengawasi laporan keuangan dan melakukan pengawasan pada audit eksternal (Siallagan dan Machfoedz, 2006). Xie et al. (2003) dalam Pamudji dan Trihartati (2009) melaporkan bahwa jumlah pertemuan komite audit berhubungan negatif dengan tingkat manajemen laba. Penelitian tersebut mengindikasikan bahwa komite audit yang melakukan pertemuan secara teratur akan menjadi pengawas yang lebih baik dalam mengawasi proses pelaporan keuangan. Oleh karena itu, dapat disimpulkan bahwa komite audit yang lebih sering mengadakan pertemuan dan pengamatan secara langsung, diharapkan dapat mengurangi tingkat manajemen laba dalam perusahaan sehingga pada akhirnya akan meningkatkan kualitas pelaporan keuangan yang salah satunya adalah kualitas laba. 3. Komisaris Independen Komposisi dewan komisaris merupakan salah satu karakteristik dewan yang berhubungan dengan kandungan informasi laba. Melalui perannya dalam menjalankan fungsi pengawasan, komposisi dewan dapat mempengaruhi pihak manajemen dalam menyusun laporan keuangan sehingga dapat diperoleh suatu laporan laba yang berkualitas (Boediono,

2005). Penelitian Besley (1996) dalam Rachmawati dan Triatmoko (2007) menyimpulkan bahwa komposisi dewan komisaris dari luar dapat untuk mengurangi kecurangan pelaporan keuangan daripada kehadiran komite audit. Penelitian ini juga menunjukkan bahwa ukuran dewan dan karakteristik komisaris yang berasal dari luar perusahaan berpengaruh terhadap kecenderungan terjadinya kecurangan pelaporan keuangan. 4. Kepemilikan institusional Melalui kepemilikan institusional, efektivitas pengelolaan sumber daya perusahaan oleh manajemen dapat diketahui dari informasi yang dihasilkan melalui reaksi pasar atas pengumuman laba. Persentase saham tertentu yang dimiliki oleh institusi dapat mempengaruhi proses penyusunan laporan keuangan yang tidak menutup kemungkinan terdapat aktualisasi sesuai dengan kepentingan pihak manajemen (Boediono, 2005). Tingkat kepemilikan institusional yang tinggi juga dinilai dapat menimbulkan usaha pengawasan yang lebih besar oleh pihak investor sehingga dapat menghalangi perilaku opportunistic manajer. Hal ini disebabkan karena investor institusional terlibat dalam pengambilan keputusan yang strategis sehingga tidak mudah percaya terhadap tindakan manipulasi laba (Jensen dan Meckling, 1976). 5. Kepemilikan manajerial Jensen dan Meckling (dalam Siallagan dan Machfoedz, 2006) menyatakan bahwa kepemilikan manajemen terhadap saham perusahaan dipandang dapat menyelaraskan potensi perbedaan kepentingan antara pemegang saham

luar dengan manajemen. Sehingga permasalahan keagenen diasumsikan akan hilang apabila seorang manajer adalah juga sekaligus sebagai seorang pemilik. Kualitas laba yang dilaporkan dapat dipengaruhi oleh kepemilikan saham manajerial. Tekanan dari pasar modal menyebabkan perusahaan dengan kepemilikan manajerial yang rendah akan memilih metode akuntansi yang meningkatkan laba yang dilaporkan, yang sebenarnya tidak mencerminkan keadaan ekonomi dari perusahaan yang bersangkutan (Boediono, 2005). Sehingga berdasarkan landasan teori dan hasil penelitian terdahulu yang telah diuraikan di atas, maka perlu dilakukan sebuah penelitian lebih lanjut mengenai pengaruh Free Cash Flow dan mekanisme corporate governance terhadap kualitas laba. Model dalam penelitian ini digambarkan dalam kerangka pemikiran sebagai berikut: Free Cash Flow (X 1 ) Kepemilikan Institusional (X 2 ) Kepemilikan Manajerial (X 3 ) KUALITAS LABA Komposisi Komisaris Independen (X 4 ) Jumlah Rapat Komite Audit (X 5 ) Gambar 2. 1 Kerangka Konseptual

2.9 Hipotesis Hipotesis dalam penelitian ini adalah : 1. Free Cash Flow dan Mekanisme Corporate Governance berpengaruh secara simultan terhadap kualitas laba. 2. Jumlah rapat komite audit berpengaruh secara parsial terhadap kualitas laba. 3. Komposisi komisaris independen berpengaruh secara parsial terhadap kualitas laba. 4. Kepemilikan institusional berpengaruh secara parsial terhadap kualitas laba. 5. Kepemilikan manajerial berpengaruh secara parsial terhadap kualitas laba.