BADAN METEOROLOGI KLIMATOLOGI DAN GEOFISIKA BMKG Jl. Sisingamangaraja BADAN METEOROLOGI No. 1 Nabire Telp. (0984) DAN GEOFISIKA 22559,26169 Fax (0984) 22559 ANALISIS CUACA STASIUN EKSTRIM METEOROLOGI ANGIN PUTING NABIRE BELIUNG DI SIDOARJO TANGGAL 15 FEBRUARI 2017 OLEH : EUSEBIO ANDRONIKOS SAMPE, S.Tr NABIRE 2017
I. PENDAHULUAN SIDOARJO (surabaya.tribunnews.com) Ratusan rumah di empat dusun di dan dua desa di Krian, Sidoarjo, rusak akibat diterjang angin puting beliung, Rabu (15/2/2017) petang. Empat dusun tersebut adalah Dusun Kanirogo, BALAI BESAR Dusun Kasak, METEOROLOGI Dusun Kembang DAN Sore, GEOFISIKA dan Dusun Terung WILAYAH Kulon, V sementara desanya adalah Desa Keboharan dan Terung Kulon. Ketua STASIUN RW 3 Terung METEOROLOGI Kulon, Murdianto, NABIRE mengatakan angin berhembus kencang dari arah barat menuju timur. "Tiba-tiba terdengar suara gemuruh. Atap rumah saya langsung rusak porakporanda," kata Murdianto. Mirdianto dan hampir semua warga di wilayahnya langsung berhamburan ke luar rumah. Murdianto menuturkan, dia nekat meninggalkan rumah lantaran plafon atap rumahnya roboh. Ia takut puing-puing material atap rumahnya tersebut akan menimpa dirinya beserta istri dan anak-anaknya. "Bersyukur tidak terkena reruntuhan atap," sambungnya. Kades Desa Terung Kulon, Joko Sarwono, menambahkan dua warganya mengalami luka berat akibat tertimpa reruntuhan atap rumah mereka. Dua warga itu adalah Mad Sidi (68) dan Fatimah (67). Keduanya suami isteri dari Dusun Kasak. (beritajatim.com) - Puluhan rumah di tiga Dusun, meliputi Dusun Kasak, Dusun Kembang Sore, Dusun Terung Kulon, Desa Terung Kulon, Kecamatan Krian, porak poranda dihantam angin puting beliung Sidoarjo, Rabu (15/02/2017) petang. Dikatakan Ketua RW 3 Desa Terung Kulon Murdianto, angin puting beliung berhembus dari arah barat ke timur. "Kejadiannya sebelum hujan. Lalu muncul angin begitu kencang dari arah barat," katanya. Dia menambahkan, saat terdengar gemuruh angin diatas udara, seluruh masyarakat berhamburan keluar rumah untuk menyelamatkan diri. Hempasan angin menyapu atap rumah warga, pepohonan dan beberapa tiang listrik serta lainnya. "Saat terdengar suara angin yang begitu kencang, masyarakat langsung keluar semua menyelamatakan. Banyak atap rumah warga yang rusak porak poranda usai terkena angin yang berputar-putar," paparnya. Menurut pantauan di lokasi, tidak hanya ratusan rumah yang hancur. Namun, puluhan pohon banyak yang tumbang dan menimpa rumah. "Beruntung saya tadi keluar. Kalau tidak, mungkin saya dan anak saya tertimpa," tutur Sumiatun. Gambar 1. Lokasi Peta Sidoarjo
II. ANALISIS DAN PEMBAHASAN A. Satelit Cuaca Berdasarkan gambar satelit Himawari 8 IR pada tanggal 15 Februari 2017 yang diambil mulai pukul 10.10 s/d 13.10 BALAI UTC (17.10 BESAR s/d METEOROLOGI 20.10 WIB) memperlihatkan DAN GEOFISIKA terdapatnya WILAYAH awan-awan V konvektif tebal (awan hujan) disekitaran wilayah Jawa bagian tengah STASIUN hingga METEOROLOGI timur. Terlihat kumpulan NABIRE awan-awan konvektif tebal tersebut bergerak masuk ke wilayah Sidoarjo berasal dari arah barat pulau Jawa. Dari klasifikasi jenis awan diketahui awan yang terbentuk adalah awan Cumulonimbus (Cb) yang dapat diketahui berdasarkan suhu puncak awan pada counter line satelit Himawari 8 IR yaitu (-62) s/d (-69) 0 C, yang berpotensi menimbulkan hujan dengan intensitas sedang hingga lebat, angin kencang maupun angin puting beliung. Kumpulan awan Cumulunimbus tersebut bergerak menuju wilayah Sidoarjo pada jam 10.10 UTC. Gambar 2. Citra satelit Himawari 8 EH pukul 10.10 s/d 13.10 UTC tanggal 15 Februari 2017 B. Dinamika Atmosfer B.1 Suhu Muka Laut Nilai analisis suhu muka laut di perairan dekat wilayah Sidoarjo, tanggal 15 Februari 2017 berkisar 28 s/d 31 0 C dengan anomaly (+0.5) s/d (+2). Nilai positif ini menunjukkan kondisi laut lebih hangat dan dapat menambah peluang penguapan yang tinggi sehingga menambah pasokan bagi terbentuknya awan-awan hujan di sekitar wilayah kejadian wilayah Sidoarjo.
Gambar 3. SST dan anomaly perairan Indonesia tanggal 15 Februari 2017 (Sumber : weather.unisys.com/) B.2 ENSO (El Nino South Osciilation) Berdasarkan data indeks Nino 3.4 tanggal 15 Februari 2017 yang bernilai 0.11 dan data SOI tanggal 15 Februari 2017 yang bernilai + 1.0, maka dapat dikatakan bahwa pada tanggal 15 Februari 2017, menunjukkan kondisi normal yaitu pengaruhnya tidak signifikan terhadap hujan harian di wilayah Indonesia serta suplai uap air dari samudera pasifik timur ke pasifik barat tidak signifikan yaitu aktivitas potensi pembentukan awan hujan di wilayah Indonesia bagian timur rendah. Gambar 4. Grafik Indeks Nino 3.4 dan SOI Tanggal 15 Februari 2017 (Sumber : www.bom.gov.au) B.3 MJO (Madden Julian Oscillation) Berdasarkan data diagram fase MJO pada tanggal 15 Februari 2017 yang berada di kuadran VIII, sehingga tidak mempengaruhi kondisi curah hujan di sekitar wilayah Indonesia.
Gambar 5. Track MJO tanggal 15 Februari 2017 (Sumber : www.bom.gov.au) B.4 Outgoing Longwave Radiation (OLR) Berdasarkan hasil analisis Outgoing Longwave Radiation (OLR) tanggal 17 Agustus 2016 s/d 15 Februari 2017 nilai anomali OLR disekitar wilayah Ambon : 10 W/m2 s/d 30 W/m2. Anomali OLR bernilai positif menandakan tutupan awan cenderung kurang tebal dari rata-rata klimatologisnya Gambar 6. Outgoing Longwave Radiation (OLR) tanggal 17 Agustus 2016 s/d 15 Februari 2017 (Sumber : www.bom.gov.au)
B.5 DMI (Dipole Mode Index) Indeks Dipole Mode menunjukkan nilai +0.28 mengindikasikan supply uap air dari Samudera Hindia cukup signifikan ke wilayah Indonesia bagian Barat, sehingga aktivitas pembentukan awan di wilayah Indonesia bagian Barat BALAI cukup BESAR signifikan METEOROLOGI pula. DAN GEOFISIKA WILAYAH V Gambar 7. Indeks IOD tanggal 15 Februari 2017 (Sumber : www.bom.gov.au) B.6 Analisa Isobar Berdasarkan gambar isobar dari tanggal 15 Februari 2017 terlihat bahwa secara umum wilayah Indonesia bagian selatan terdapat beberapa pola gangguan cuaca yakni 7 (tujuh) daerah tekanan rendah (Low Pressure). Hal tersebut menandakan bahwa kondisi yang mendukung aktifnya pergerakan massa udara dari wilayah Indonesia bagian utara menuju wilayah Indonesia bagian selatan. Gambar 8. Analisa Isobar Jam 00.00 tanggal 15 Februari 2017 (Sumber : www.bom.gov.au)
B.7 Angin Streamline Dari peta streamline, pola angin dengan ketinggian 3000 feet menunjukkan diatas terlihat adanya pergerakan angin yang membawa massa udara dari samudera Hindia yang melewati tepat diatas wilayah pulau Jawa. Selain BALAI itu BESAR adanya pola METEOROLOGI konvergensi tepat DAN diatas GEOFISIKA wilayah Jawa WILAYAH bagian timur, V yang dapat berperan untuk pembentukan awan awan konvektif STASIUN penghasil METEOROLOGI hujan lebat serta angin NABIRE kencang maupun angin puting beliung. Gambar 8. Analisa Streamline Jam 00.00 & 12.00 UTC tanggal 15 Februari 2017 (Sumber : www.bmkg.go.id/ & www.bom.gov.au) B.8 Kelembaban Relatif Berdasarkan data kelembaban relatif pada lapisan 850 mb jam 06.00 & 12.00 UTC, kelembaban relatif bernilai 70-80%. Hal ini menunjukkan potensi pertumbuhan awan di level rendah cukup tinggi. Gambar 9. Kelembaban Udara Lapisan 850 mb pada jam 06.00 & 12.00 UTC tanggal 15 Februari 2017
Berdasarkan data kelembaban relatif pada lapisan 700 mb jam 06.00 & 12.00 UTC, kelembaban relatif bernilai 60-70%. Hal ini menunjukkan potensi pertumbuhan awan di level menengah cukup tinggi. Gambar 10. Kelembaban Udara Lapisan 700 mb pada jam 06.00 & 12.00 UTC tanggal 15 Februari 2017 Berdasarkan data kelembaban relatif pada lapisan 500 mb jam 06.00 & 12.00 UTC, kelembaban relatif bernilai 60-70%. Hal ini menunjukkan potensi pertumbuhan awan di level menengah cukup tinggi. Gambar 11. Kelembaban Udara Lapisan 500 mb pada jam 06.00 & 12.00 UTC tanggal 15 Februari 2017
Berdasarkan data kelembaban relatif pada lapisan 200 mb jam 06.00 & 12.00 UTC, kelembaban relatif bernilai 40-50%. Hal ini menunjukkan potensi pertumbuhan awan di level tinggi sangat rendah. Gambar 12. Kelembaban Udara Lapisan 200 mb pada jam 06.00 & 12.00 UTC tanggal 15 Februari 2017 Berdasarkan data kelembaban relatif pada lapisan 850 s/d 200 mb diatas, dapat disimpulkan bahwa pada saat kejadian angin puting beliung kondisi udara basah hingga lapisan 500 mb, sangat berpotensi untuk perbentukan awan-awan konvektif di sekitar wilayah Sidoarjo. B.9 Indeks Labilitas Udara Nilai K.Indeks yaitu 35-40 yang mengindikasikan potensi pembentukan awan konvektif sedang hingga kuat. Gambar 13. K.Indeks jam 06.00 & 12.00 UTC tanggal 15 Februari 2017
sedang. Nilai Lifted Indeks berkisar antara 0 s/d -1 yang mengindikasikan kemungkinan potensi badai guntur yang Gambar 14. Lifted Indeks jam 06.00 & 12.00 UTC tanggal 15 Februari 2017 Nilai Showalter Indeks yaitu 0 s/d -1 yang mengindikasikan kemungkinan terjadi badai guntur. Gambar 15. Showalter Indeks jam 06.00 & 12.00 UTC tanggal 15 Februari 2017 B.10 Analisa Udara Atas (RASON) Berdasarkan profil sounding dari Stasiun Meteorologi Juanda Surabaya tanggal 15 Februari 2017 jam 00.00 UTC menunjukkan bahwa kelembaban udara vertikal (grafik garis warna hijau sebelah kanan) lapisan permukaan hingga lapisan ketinggian 300 mb (10 km) sedangkan pada jam 12.00 UTC menunjukkan kelembaban udara vertikal pada lapisan permukaan hingga ketinggian 200 mb (13 km). Kelembaban udara tersebut adalah kondisi ideal yang mendukung tumbuhnya awan. Level ketinggian yang tinggi menunjukkan pertumbuhan jenis awan Cumulunimbus, yang memiliki karakter durasi waktu hujan yang cukup singkat dan disertai angin kencang maupun angin puting beliung. Pada jam 00.00 UTC, terlihat dari lapisan 400 mb dan pada jam 12.00 UTC, terlihat dari lapisan 450 s/d 350 mb, garis suhu dan garis titik embun saling berimpit Hal ini sangat mendukung pembentukan awan awan konvektif (awan cumulunimbus) dan berpotensi terjadinya cuaca buruk.
Gambar 16. Profil Sounding jam 00.00 UTC tanggal 15 Februari 2017 Gambar 17. Profil Sounding jam 12.00 UTC tanggal 15 Februari 2017 III. KESIMPULAN 1. Berdasarkan analisa dinamika atmosfer secara global diatas menunjukkan bahwa ENSO, OLR & MJO tidak berpengaruh pada kejadian angin puting beliung di wilayah Sidoarjo namun terdapat pengaruh IOD serta Suhu Muka laut yang memanas yang memicu pertumbuhan awan-awan konvektif di Sidoarjo pada pertengahan Februari. 2. Kelembaban relatif (RH) pada lapisan 850, 700 & 500 mb bernilai 60-80%. Hal ini menunjukkan bahwa pada saat kejadian angin puting beliung kondisi udara basah sangat berpotensi untuk perbentukan awanawan konvektif di sekitar wilayah Sidoarjo.