BAB IV TINJAUAN KHAS ISLAMISASI ILMU PENGETAHUAN MENURUT ISMAIL RAJI AL-FARUQI

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. Abdurrachman Mas ud dkk, Paradigma Pendidikan Islam, Pustaka Pelajar, Yogyakarta, 2001, hal. 139.

LANDASAN PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN ARSITEKTUR ISLAMIC CENTRE DI MALANG

KEBUDAYAAN DALAM ISLAM

ISLAMIC CENTRE DI SLAWI KABUPATEN TEGAL

BAB V SIMPULAN IMPLIKASI DAN REKOMENDASI

SAINS, ISLAM, DAN REVOLUSI ILMIAH

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. pemerintah memiliki Sumber Daya Manusia (SDM) yang berkualitas. SDM yang

I. PENDAHULUAN. Salah satu tujuan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) sebagaimana

DINAMIKA ILMU PENGETAHUAN DALAM ISLAM

BAB I PENDAHULUAN. membina kepribadiannya sesuai dengan nilai-nilai di dalam masyarakat dan kebudayaannya.

BAB I PENDAHULUAN. asing yang semakin menggeser minat untuk belajar membaca Al-Qur an. yang dampaknya akan menghancurkannya umat islam.

BAB V SIMPULAN DAN SARAN

BAB I PENDAHULUAN. Wilayah Indonesia yang sangat luas mengakibatkan adanya perbedaan

Diajukan Oleh : IRFAKNI BIRRUL WALIDATI A

EMPAT BELAS ABAD PELAKSANAAN CETAK-BIRU TUHAN

I. PENDAHULUAN. beradaptasi dengan lingkungan dan mengantisipasi berbagai kemungkinan

antara ilmu alam dan ilmu agama. peristiwa kloning, nuklir, KB dan lain-lain. dari segala Ilmu termasuk ilmu sains ini.

BAB I PENDAHULUAN. dan Sukses dalam Sertifikasi Guru, RajaGrafindo Persada, Jakarta, 2011, hlm. 293.

BAB I PENDAHULUAN. Undang-Undang RI Nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan. bahwa dalam proses pendidikan, peserta didik/siswa menjadi sentral

BAB I PENDAHULUAN. meningkatkan kesejahteraan dan taraf hidup manusia. kearah kearifan ( wisdom), pengetahuan ( knowledge), dan etika ( conduct).

BAB III RENCANA KERJA ISLAMISASI ILMU PENGETAHUAN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Upaya mencerdaskan kehidupan bangsa dan mengembangkan kualitas

PENGEMBANGAN MODEL PEMBELAJARAN COOPERATIVE INTEGRATED READING AND COMPOSITION (CIRC) SEBAGAI UPAYA DALAM MENINGKATKAN KETERAMPILAN MENULIS RESENSI

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dalam rangka peningkatan kualitas manusia, sektor pendidikan memegang peranan

BAB I PENDAHULUAN. Ilmu pengetahuan dan teknologi terus berkembang seiring dengan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang Manusia pada hakikatnya adalah sebagai makhluk individu dan

BAB I PENDAHULUAN. yang diharapkan. Undang-undang No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional

BAB V PENUTUP. tesis ini yang berjudul: Konsep Berpikir Multidimensional Musa Asy arie. dan Implikasinya Dalam Pendidikan Islam, sebagai berikut:

BAB I PENDAHULUAN. semua pihak terhadap pendidikan anak-anak, karena anak adalah amanah yang

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Berdasarkan hasil temuan selama penelitian dan analisis data hasil

BAB I PENDAHULUAN. merupakan suatu proses pengembangan individu dan kepribadian seseorang yang

( aql) dan sumber agama (naql) adalah hal yang selalu ia tekankan kepada

BAB I PENDAHULUAN. Pada bab ini akan dipaparkan mengenai latar belakang, rumusan masalah,

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. mengikuti perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi (iptek).

BAB I PENDAHULUAN. sampai pada periode modern, mengalami pasang surut antara kemajuan

BAB 1 PENDAHULUAN. keduanya. Sastra tumbuh dan berkembang karena eksistensi manusia dan sastra

BAB I PENDAHULUAN. Kemampuan menulis merupakan kemampuan yang sangat penting untuk

BAB I PENDAHULUAN. Dalam undang-undang No. 20 tahun 2003 ditegaskan bahwa :

BAB I PENDAHULUAN. semakin baiknya kualitas bangsa tersebut. Di Indonesia pendidikan sangat

BAB I PENDAHULUAN. Secara umum pendidikan mampu manghasilkan manusia sebagai individu dan

ANALISIS PROSES BERPIKIR SISWA DALAM BELAJAR GEOMETRI BERDASARKAN TEORI BELAJAR VAN HIELE

I. PENDAHULUAN. Pendidikan adalah salah satu kebutuhan yang penting bagi setiap bangsa.

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Guru adalah profesi yang mulia dan tidak mudah dilaksanakan serta

UKDW BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Manusia membutuhkan pendidikan dalam kehidupannya. Pendidikan

Pengantar Penerbit. iii

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. Penyimpangan sosial di kalangan pelajar, terutama yang berada di jenjang

BAB V KESIMPULAN DAN IMPLIKASI PENELITIAN. permasalahan yang telah dirumuskan pada bagian terdahulu. Berdasarkan hasil analisis

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan bagian dari kehidupan kita sehari-hari. Paradigma inilah

2014 KEEFEKTIFAN MOD EL PEMECAHAN MASALAH (PROBLEM SOLVING) D ALAM PEMBELAJARAN MENULIS TEKS D ISKUSI

BAB I PENDAHULUAN. dicapai siswa yaitu menemukan pokok-pokok berita (apa, siapa, mengapa,

Membangun Perdaban Islam Sebagai Upaya Meraih Keunggulan Global

sanjungan di kalangan para pemimpin Islam dunia. BAB V PENUTUP Beliau mendapat pendidikan awal di Sekolah Melayu Anchi di Miri.

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia dapat ditingkatkan, baik di kalangan nasional maupun. agar mutu kehidupan masyarakat dapat meningkat. Melalui pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu keterampilan bersastra adalah keterampilan menulis. Selain

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

PERANAN MENTORING AL ISLAM DALAM PENDISIPLINAN SHOLAT MAHASISWI UMS SKRIPSI

HARAPAN IBN KHALDUN Oleh Nurcholish Madjid

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Wilda Akmalia Fithriani, 2013

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan masalah yang cukup kompleks dalam kehidupan

(PTK Kelas VII A SMP Negeri 3 Cawas Tahun Ajaran 2009/2010) SKRIPSI Diajukan untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Jurusan Pendidikan Matematika

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Gagasan tentang Tuhan yang dibentuk oleh sekelompok manusia pada satu generasi bisa saja menjadi tidak bermakna bagi generasi lain.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. sistematis untuk mewujudkan suatu proses pembelajaran agar siswa aktif

BAB I PENDAHULUAN. tingkat lokal, nasional, maupun internasional. Persoalan yang muncul di

BAB V ANALISIS. melupakan sisi non-formal dari pendidikan Islam itu sendiri. Tentu saja ini menjadi

BAB I PENDAHULUAN. mempunyai kecenderungan rasa ingin tahu terhadap sesuatu. Semua itu terjadi

BAB I PENDAHULUAN. tidak sama, oleh karena itu peserta didik harus berpartisipasi aktif secara fisik dan

BAB I PENDAHULUAN. yang sama untuk memperoleh pendidikan yang bermutu, sedangkan ayat 5. mendapatkan pendidikan sesuai dengan minat dan bakatnya tanpa

BAB I PENDAHULUAN. proses interaksi antara guru dan siswa atau pembelajar beserta unsur-unsur yang

BAB I PENDAHULUAN. sumber daya manusia yang berkualitas dan berdaya saing tinggi. Adanya

BAB I PENDAHULUAN. terlepas dari kondisi sosial kultural masyarakat. Pendidikan memiliki tugas

PENERAPAN PENDEKATAN KONTEKSTUAL DENGAN STRATEGI PEMBELAJARAN TIPE JIGSAW DALAM MENINGKATKAN KEAKTIFAN SISWA DAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA

Kesalahan Umum Penulisan Disertasi. (Sebuah Pengalaman Empirik)

maupun perbuatan- perbuatan-nya Nya.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB V PENUTUP. memadukan antara aql dan naql, namun pada dasarnya pemikiran. Muhammad Abduh lebih cenderung kepada aql daripada naql.

Membaca Sebagai Sumber Kemajuan Bangsa

BAB 1 PENDAHULUAN. karena tanpa pendidikan manusia akan mengalami banyak kesulitan dan

BAB VI PENUTUP. A. Kesimpulan. Dari semua pembahasan yang telah dipaparkan maka melahirkan sebuah. kesimpulan sebagai berikut:

SKRIPSI Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1 Jurusan Pendidikan Matematika. Disusun oleh: BIVIKA PURNAMI A

BAB I PENDAHULUAN. tuntutan akan kebutuhan sumber daya manusia (SDM) yang dapat berkompetisi di

BAB I PENDAHULUAN. Islam adalah agama samawi terakhir. Berdasarkan tinjauan historis, ia

BAB I PENDAHULUAN. Barnawi M Arifin, Strategi dan Kebijakan Pembelajaran Pendidikan Karakter, Jogjakarta : Ar-Ruzz Media, 2013, hlm. 45.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Keterampilan berbahasa meliputi empat aspek yaitu menyimak, berbicara,

2015 MENINGKATKAN MINAT BACA MASYARAKAT MELALUI PROGRAM PERPUSERU DALAM PENGELOLAAN TAMAN BACAAN MASYARAKAT BERBASIS INFORMATION TECHNOLOGY

BAB I PENDAHULUAN. ini berarti bahwa pembangunan itu tidak hanya mengejar lahiriah seperti

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Kemampuan menulis merupakan salah satu kemampuan berbahasa yang

Pentingnya Kaderisasi Intelektual dalam Usaha Islamisasi Ilmu Pengetahuan

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Ida Rosita, 2013

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Pendidikan Indonesia repository.upi.edu perpustakaan.upi.edu 1

BAB I PENDAHULUAN. melalui kegiatan bimbingan, pengajaran, dan latihan bagi peranannya dimasa

Transkripsi:

BAB IV TINJAUAN KHAS ISLAMISASI ILMU PENGETAHUAN MENURUT ISMAIL RAJI AL-FARUQI A. Latar Belakang Gagasan Islamisasi Ilmu pengetahuan Islamisasi ilmu pengetahuan merupakan suatu upaya yang dilakukan oleh para intelektual Muslim yang bertujuan untuk membangkitkan kembali semangat orang-orang Islam yang berilmu pengetahuan dengan bebas mengembangkan penalaran inteletual yang dimilikinya dengan berlandaskan alquran dan hadis. Ide tersebut pertama kali dikemukakan oleh Ismail Raji Al-Faruqi yaitu seorang intelektual Muslim yang berasal dari Palestina. Ia merasa prihatin terhadap umat Islam yang telah terpengaruh oleh Barat. Hal itu tidak serta-merta ia bicarakan. Ia mengetahuinya dari perjalanan pendidikannya yang ia lalui mulai dari di Amerika dengan mengikuti segala budaya yang ada di Barat, kemudian ia beralih ke Kairo untuk memperdalam wawasan ke-islaman. Sepulangnya dari Kairo dan kembali lagi ke Amerika, Al- Faruqi merasakan perubahan yang signifikan di Barat. Ia merasa terasingkan oleh Barat. Ilmu pengetahuan Barat sudah berkembang begitu pesat. Bukan hanya itu saja, budaya serta teknologi pun juga tidak bisa terelakkan lagi. Dahulu yang menjadi pusat perhatian ilmu pengetahuan adalah dunia Islam. Apalagi di masa puncak kejayaannya dengan ditandai berdiriya Dar Al- Hikmah. Namun, selang beberapa waktu kemudian Barat mencapai puncak kejayaannya hingga sekarang. Barat yang selalu dibangga-banggakan atas 67

68 budayanya, teknologinya yang berkembang pesat, serta kualitas pendidikan yang ditawarkan oleh Barat begitu banyak membuat orang kagum. Sehingga, banyak masyarakat pada umumnya dan orang-orang Islam pada khususnya berbondong untuk pergi ke Barat demi memperoleh suatu hal yang mereka impikan. Memang hal itu tidak bisa dipungkiri dengan pesatnya perkembangan ilmu pengetahuan serta budaya dan teknologi yang dipengaruhi oleh Barat dengan perkembangan zaman modern seperti sekarang ini telah memberikan dampak yang posistif maupun negatif bagi masyarakat Muslim. Sebagai dampak negatifnya, permasalahan yang dihadapi oleh manusia dalam kebudayaan Barat yang mereka idam-idamkan bisa membuat melepaskan dirinya dari agama. Sebab, dalam masyarakat yang berteknologi tinggi seperti sekarang ini, manusia telah menghadapi mekanisasi kerja. Manusia telah diperalat oleh mesin. Manusia tidak menyadari akan hal itu karena mereka menganggap bahwa dengan adanya mesin dan teknologi yang canggih dapat membantu meringankan kinerja mereka. Selain itu, dampak lain yang harus dirasakan adalah masyarakat menjadi manusia yang individualistik. Mereka menganggap bahwa apa yang ia lakukan bisa ia kerjakan dengan sendiriya dengan bantuan alat mesin. Maka dari itu manusia yang cenderung menggantungkan pekerjaannya dengan mesin dan dapat diatur dengan sendirinya, orang tersebut tidak akan menghiraukan orang-orang yang ada disekitarya. Bukan hanya itu saja, bisa jadi dalam hal spiritual sudah tidak dihiraukan juga. Sebab, manusia zaman sekarang yang kebutuhannya bisa dianggap lebih instan bukan hanya menggampangkan suatu pekerjaan sehari-hari yang dilakukannya, tetapi juga menggampangkan dalam hal urusan spiritual. Apa

69 yang mereka pikirkan dan yang dilakukan semata-mata untuk memperoleh kebahagiaan di dunia tanpa mengisi batiniah mereka dengan spiritual. Tidak mengherankan jika di zaman modern sekarang banyak yang mengatakan bahwa orang kaya akan kebahagiaan duniawinya, akan tetapi miskin dunia spiritualnya. Dengan memandang perubahan semua historis tersebut, jika dikaitkan dengan Hegel mengatakan bahwa semua hal yang terjadi perubahan historis bersifat historis dan memandang sejarah itu sendiri sebagai dialektika yang berlangsung dalam waktu. Sebab, perubahan yang dirasakan oleh manusia selama ini dari menjadi manusia yang seutuhnya menjadi manusia yang diperalat oleh mesin menjadi suatu historis. Apalagi, menurut Hegel setiap generasi yang baru bisa menganggap dirinya sekaligus sebagai penghancur, pelestari, dan peyempurna kebudayaan yang ia warisi dari para pendahulunya. Dengan melihat keprihatinan yang dihadapi oleh masyarakat Muslim tersebut, Ismail Raji Al-Faruqi mencoba untuk melakukan suatu diskusi dengan beberapa tokoh intelektual Muslim lainnya membahas permasalahan yang sedang dihadapi oleh umat Islam yaitu kemunduran ilmu pengetahuan terhadap Barat. Berbagai cara dilakukan, mulai dengan cara melakukan diskusi mengadakan seminar-seminar, membuat kumpulan kajian-kajian ke-islaman, dsb. Pada akhirnya, dengan membutuhkan waktu yang cukup lama dalam berdiskusi dengan rumit pula, Al-Faruqi membuat keputusan untuk mengemukakan idenya yaitu Islamisasi ilmu pengetahuan yang berlandaskan tauhid. Ide tersebut ia kemukakan bertujuan untuk membantu umat Islam kembali seperti dahulu mencapai puncak kejayaannya. Sebab, apa yang dirasakan oleh Al-

70 Faruqi terhadap umat Muslim ketika itu dan di masa sekarang banyak mengalami kekosongan spiritual. Maka dari itu, ide Islamisasi ilmu pengetahuan menurut Al- Faruqi berlandaskan tauhid dan nash-nash alquran dan hadis. Sebab, tauhid adalah pedoman utama dalam Islam. Tauhid berarti meng-esakan Tuhan. Manusia harus mengakui adanya Tuhan. Bahwa Tuhan itu Esa, dan tidak ada Tuhan selain Allah sejauh manapun kita mencari ilmu (baik itu ilmu eksakta maupun agama) walaupun sampai ke negeri Cina yang harus ditanamkan dalam hati adalah tauhid agar pengetahuan tidak lepas dari iman. Seperti yang dikatakan oleh Albert Enstein yaitu ilmu pengetahuan tanpa agama akan lumpuh, begitupun sebaliknya agama tanpa ilmu pengetahuan akan buta. B. Tinjauan Khas Islamisasi Sains Menurut Al-Faruqi Meskipun ada beberapa tokoh yang membahas tentang Islamisasi ilmu pengetahuan dan berlandaskan tauhid, namun penulis lebih mengarah kepada pembahasan yang dikemukakan oleh Al-faruqi. Sebab, apa yang dikemukakan oleh Al-Faruqi tentang idenya tersebut memberikan suatu unsur yang berbeda dari tokoh-tokoh lainnya. Seperti dalam prinsip dasarnya ia mengemukakan ada lima dasar yang menjadi pegangan dalam diri setiap Muslim untuk mencapai Islamisasi ilmu, diantaranya ke-esaan Tuhan, kesatuan Alam, kesatuan kebenaran dan pengetahuan, kesatuan hidup dan kesatuan umat manusia. Selain itu, ide yang dikemukakannya tersebut bukan hanya berhenti dalam bahasa saja melainkan juga ada pada implikasi empirik. Seperti, ada beberapa langkah-langkah yang terstruktur yang harus dijalani pula sebanyak 12 langkah mulai dari penguasaan disiplin ilmu modern, survei disiplin ilmu, penguasaan

71 khasanah Islam, penguasaan khasanah ilmiah Islam tahap analisa, penentuan relevansi Islam yang khas terhadap disiplin-disiplin ilmu, penilaian kritis terhadap disiplin ilmu modern, penilaian kritis terhadap khsanah Islam, survei perasalahan yang dihadapi umat Islam, survei permasalahan yang dihadapi umat manusia, analisa kreatif dan sintesa, penuangan kemali disiplin ilmumodern ke dalam kerangka Islam, dan yang terakhir adalah penyebarluasan ilmu-ilmu yang telah di- Islamiskan. Semuanya itu dilakukan secara bertahap dan sabar. Melalaui langkah-langkah yang dikemukakan secara terstruktur tersebut Al-Faruqi berharap agar ide yang telah dikemukakannya tersebut bisa terealisasikan dengan baik. Dengan usaha melakukan banyak penelitian yang dilakukan dengan para tokoh pemikir Islam lainnya, menerbitkan berbagai macam buku yang telah di-islamisasikan dan menyebarkannya ke berbagai kalangan agar mereka mengetahui dari sejarah Islam itu sendiri mulai zaman Rasulullah hingga sejarah perkembangan ilmu hingga mencapai puncaknya. Hal itu dilakukannya karena menurut Al-Faruqi sendiri jika ide tentang Islamisasi ilmu pengetahuan itu hanya dikemukakan melalui ide-ide saja dengan mengemuakakan berbagai macam pendapat tidak akan menghasilkan suatu apapun yang terjadi hanyalah berpusat pada adu argumentasi-argumentasi yang membuat masyarakat Muslim semakin bingung. Akan tetapi, tidak semua tokoh sependapat dengan apa yang dikatakan oleh Al-Faruqi. Terjadi kesalah pahaman tentang maksud, arti serta tujuan dari Islamisasi ilmu pengetahuan. Ada yang mengatakan bahwa islamisasi ilmu pengetahuan tidak perlu dilakukan, karena tidak ada gunanya untuk meng-

72 Islamkan ilmu. Namun, yang dimaksudkan disini dalam Islamisasi ilmu pengatahuan bukanlah ilmu yang selain ilmu-ilmu agama harus di-islamkan. Melainkan, apapun ilmu yang kita pelajari kita tidak boleh lupa dengan Tuhan. Apa yang harus kita laksanakan sebagai seorang Muslim dan apa yang seharusnya tidak dilakukan. Sebab, tidak ada ilmu yang non-muslim ataupun ilmu yang Islam. Hanya saja yang patut diwaspadai oleh manusia kebanyakan adalah tawakkalnya kepada Allah. C. Implikasi Islamisasi Sains dalam Perkemangan Masyarakat Modern Sebagai implikasinya bagi masyarakat modern sekarang ini, Islamisasi ilmu pengetahuan diperlukan. Mengingat dengan perkembangan zaman yang akan terus berkembang tanpa hentinya setiap ilmu akan terus menampakkan perubahannya pula. Apalagi kita sebagai manusia tidak akan mengenal batas dengan ilmu. Kita diberikan kebebasan untuk menuntut ilmu agar pengetahuan, pemahaman serta kecerdikan intelektual kita semakin tajam. Bukan itu saja, dari segi budaya serta teknologi juga. Apalagi di zaman sekarang dengan adanya MEA kita juga harus bisa menguasai berbagai bidang keilmuan bukan hanya ilmu-ilmu agama melainkan juga ilmu-ilmu modern. Hal ini dilakukan guna menunjang kualitas kita sebagai seorang Muslim agar tidak ketinggalan jauh dengan Barat. Hal itu juga sudah dilakukan lama oleh sekolah-sekolah mulai dari tingkat madrasah hingga perguruan tinggi. Selain itu, dengan berbagai macam ilmu pengetahuan yang perkembangannya semakin pesat dan banyak yang meyakini dengan adanya ilmuilmu yang disekularkan membuat masyarakat semakin antusias dengan

73 mempelajari dan mendalami ilmu tersebut. Akan tetapi, mereka belum menyadari bahwa ilmu-ilmu yang mereka pelajari yang diyakininya sebagai ilmu yang sangat bagus untuk menunjang keberhasilannya dalam menguasai bidang keilmuan ternyata didalamnya terdapat unsur politis. Kemudian, dengan pengetahuan yang dimiliki oleh masyarakat sekarang yang lebih kritis dengan bidang keilmuan yang lebih berkembang sekarang, banyak hal yang dipertanyakan oleh masyarakat sekarang dengan mnculnya berbagai ilmu yang dipadupadankan dengan ilmu syariah, seperti ekonomi syariah, sosiologi Islam, munculnya bank-bank syariah, dsb. Hal itu membuat masyarakat pada umumnya merasa bahwa antara bidang keilmuan yang menanggal nama Islam atau syariah di belakangnya merupakan suatu ilmu yang dikhususkan untuk dipelajari oleh para umat Islam saja. Sedangkan, ilmu-ilmu umum yang berkembang sekarang bisadipelajari dan dimasuk oleh siapapun. Sikap yang seperti itu membuat adanya diskriminasi antar umat beragama. Padahal agama menyediakan tolok ukur kebenaran ilmu, bagaimana ilmu itu diproduksi dan tujuan-tujuan dari ilmu itu sendiri dan selebihnya dari setiap umat yang memikirkan dinamika internal ilmu. Sebab, setiap ilmu yang lahir dari induk agama harus menjadi ilmu yang obyektif yaitu suatu ilmu yang tidak hanya dirasakan oleh pemeluk agama lain, akan tetapi sebagai gejala keilmuan yang obyektif semata. Dengan begitu, meskipun sekarang banyak bermunculan bidang keilmuan dengan sistem syariah bukan berarti kita melakukan suatu tindakan diskriminasi keilmuan yang dapat merusak kesatuan umat beragama. Sebab, ilmu-ilmu yang

74 menggunakan sistem syariah merupakan suatu praktik keilmuan yang dilakukan semata-mata karena sudah adanya suatu praktik penyatuan ilmu-ilmu integralistik yaitu ilmu yang menyatukan (bukan sekedar menggabungkan) wahyu Tuhan dan temuan pikiran manusia. Hal itulah yang dimaksudkan dengan ide Islamisasi yang dapat direalisasikan bukan ketika terjadinya pelik permasalahan pada zaman dahulu akan tetapi juga dapat direalisasikan di masa yang akan mendatang.