BAB I PENDAHULUAN. Salah satu keterampilan bersastra adalah keterampilan menulis. Selain

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB I PENDAHULUAN. Salah satu keterampilan bersastra adalah keterampilan menulis. Selain"

Transkripsi

1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Salah satu keterampilan bersastra adalah keterampilan menulis. Selain sebagai salah satu keterampilan bersastra, menulis juga dikenal sebagai salah satu keterampilan berbahasa. Keterampilan menulis sebagai salah satu keterampilan berbahasa sangatlah penting untuk dikuasai. Pentingnya penguasaan keterampilan menulis di era teknologi canggih seperti sekarang ini dikarenakan melalui tulisan orang dapat mengungkapkan ide dan gagasannya tanpa harus bertatap muka secara langsung dengan orang lain atau pembaca. Dengan adanya teknologi pula, tulisan dapat menembus ruang dan waktu. Artinya, tulisan dapat dibaca oleh orang yang berada ditempat yang jauh dari penulis tulisan tersebut tanpa atau dengan mengetahui siapa penulisnya. Di dalam pembelajaran di sekolah, keterampilan menulis sudah diajarkan pada pembelajaran menulis di sekolah dari tingkat rendah. Namun, dalam menghadapi tugas menulis tersebut banyak anak didik yang menganggapnya sebagai beban berat. Anggapan itu timbul karena kegiatan menulis meminta tenaga, waktu, serta perhatian yang sungguh-sungguh (Subyantoro 2009:216). Dikuatkan oleh pendapat Nugiyantoro (2001:396), yaitu dibandingkan tiga kemampuan bahasa lainnya, menulis lebih sulit dikuasai bahkan oleh penutur bahasa yang bersangkutan sekalipun. Hal ini disebabkan karena keterampilan 1

2 2 menulis menghendaki penguasaan berbagai unsur kebahasaan dan unsur diluar bahasa itu sendiri untuk membentuk suatu tulisan. Baik unsur kebahasaan maupun diluar bahasa harus terjalin sedemikian rupa sehingga membentuk suatu tulisan menjadi runtut dan padu. Pembinaan dan pengembangan keterampilan menulis perlu mendapatkan perhatian yang sungguh-sungguh sejak pendidikan dasar. Hal ini disebabkan karena keterampilan menulis yang baik diperoleh dengan latihan yang berulangulang dan memerlukan waktu yang tidak sebentar. Menulis adalah salah satu kegiatan yang harus dihadapi oleh siswa dalam proses pembelajaran, terutama dalam mata pelajaran bahasa Indonesia. Dengan menulis, siswa diharapkan dapat menuangkan ide-ide kreatifnya maupun gagasan-gagasan yang bersifat ilmiah atau imajinatif sehingga kemampuan berbahasa dan intelektual siswa dapat berkembang dengan baik. Dalam hal ini sekolah tempat siswa belajar diharapkan dapat memberikan pembelajaran tentang menulis melalui teknik atau strategi tertentu yang tepat, sehingga potensi dan daya kreatifitas siswa dapat disalurkan dengan baik dan tidak hanya menjadi potensi yang terpendam dalam diri siswa tersebut. Pembelajaran keterampilan menulis juga harus diperlakukan seimbang dengan keterampilan berbahasa lainnya. Tetapi dalam kenyataannya, keterampilan menulis sering kurang mendapat perhatian yang lebih. Hal tersebut disebabkan sulitnya keterampilan ini dibandingkan dengan keterampilan lainnya. Akibatnya, guru enggan mengajarkan keterampilan menulis secara mendalam dibandingkan keterampilan lainnya dengan alasan kurang mendalami materi dan praktik atau

3 3 sulitnya memahamkan keterampilan menulis pada siswa. Oleh karena itulah, pembelajaran keterampilan menulis belum dilaksanakan dengan baik. Dalam pembelajaran menulis ada beberapa macam jenis tulisan, yaitu tulisan yang bersifat ilmiah dan non-ilmiah. Salah satu tulisan non-ilmiah adalah karya sastra. Karya sastra merupakan sesuatu yang berada di bagian hidup seorang manusia. Karya sastra hadir didasari dari kehidupan manusia. Karya sastra adalah salah satu hal yang berada dekat dengan kajian siswa atau peserta didik di sekolah. Karya sastra hadir di lingkungan siswa sejak pendidikan dasar hingga pendidikan tinggi, tetapi dalam kenyataannya tidak setiap siswa dapat mengenal sastra itu sendiri. Dalam pembelajaran di sekolah terdapat pembelajaran menulis karya sastra berupa cerpen. Keterampilan menulis ini cenderung sulit dikuasai dan dikatakan membosankan oleh siswa. Banyak masalah yang dialami siswa dalam menulis cerpen mulai dari ide cerita hingga mengembangkannya menjadi sebuah cerita yang utuh (Anggraini 2010:i). Menurut Nurhayati (2011), mereka (siswa) akan mengalami kesulitan saat melanjutkan paragraf pertama. Selain itu, dalam menulis cerita pendek siswa juga harus memperhatikan tokoh, alur, dan diksi yang harus dipilih dalam mengembangkan tema menjadi sebuah cerita pendek. Berdasarkan masalah yang dihadapi siswa, dibutuhkan pemecahan masalah agar siswa dapat menguasai keterampilan menulis cerpen dengan baik. Senada dengan keterampilan menulis, keberadaan dongeng dan cerita rakyat kini asing di telinga siswa. Keadaan ini juga menjadi salah satu hal yang

4 4 memprihatinkan. Dongeng dan cerita rakyat yang dulu sering diceritakan oleh orang tua kini lebih banyak digantikan dengan kartun Jepang, tokoh pada cerita televisi, atau tokoh mainan pada komik lainnya. Melihat dongeng dan cerita rakyat merupakan salah satu warisan budaya Indonesia maka keduanya patut dilestarikan. Tercapainya kompetensi dasar yang diajarkan dapat menunjukan keberhasilan proses belajar yang dilakukan. Keberhasilan tersebut dapat dilihat dari tercapainya indikator secara maksimal. Begitu juga dengan keterampilan menulis cerpen berdasarkan cerita rakyat dianggap berhasil, jika indikator yang disampaikan tercapai dengan maksimal. Indikator dalam pembelajaran menulis cerpen berdasarkan cerita rakyat yang harus dicapai oleh siswa yang pertama adalah menemukan pokok-pokok cerita dongeng. Kedua mengembangkan pokokpokok dongeng menjadi sebuah cerita pendek dengan memperhatikan diksi, alur, dan penokohan. Ketiga menyunting cerita pendek teman dengan bahasa dan ejaan yang disempurnakan. Permasalahan yang terjadi pada siswa terhadap keterampilan menulis yaitu sugesti bahwa kegiatan menulis itu membosankan dan susah dapat menjadi penghambat dalam pembelajaran menulis. Adanya sugesti terhadap kebosanan siswa dalam belajar menulis terjadi karena penanaman cara mengajar keterampilan menulis yang tidak bervariasi atau monoton. Kemonotonan ini adalah momok yang perlu dibenahi oleh revolusioner di bidang menulis terutama guru yang bertindak sebagai orang terdekat siswa setelah orang tua yang lebih bersinggungan langsung dengan keterampilan ini.

5 5 Untuk mengetahui tingkat keterampilan siswa dalam pembelajaran menulis cerpen di sekolah, peneliti melakukan observasi dan wawancara. Setelah melakukan wawancara dan observasi ditemukan permasalahan pembelajaran menulis di SMP Negeri 1 Limpung. Berdasarkan observasi diperoleh data bahwa siswa SMP Negeri 1 Limpung kelas VII E keterampilan menulis cerpennya rendah. Ini terbukti dengan adanya sebagian besar siswa yaitu 24 dari 32 siswa (75%) yang bercerita bahwa mereka hanya menulis ketika mendapatkan tugas dari guru. Selebihnya, siswa dikelas VII E bercerita mereka hanya menulis buku harian tidak secara rutin satiap hari dengan alasan waktu yang mereka miliki terbatas untuk mengerjakan tugas-tugas mata pelajaran yang lain. Di samping itu diakui, bahwa siswa kurang tertarik apabila diberi pekerjaan rumah berupa tugas menulis. Adapun bila ada waktu luang, mereka lebih memilih untuk refreshing, entah menonton televisi, bermain, atau pergi bersama teman atau keluarga. Dalam observasi tersebut juga ditemukan permasalahan lain. Peneliti yang melakukan observasi langsung di kelas VII E SMP N 1 Limpung Batang, menemukan data dari 32 siswa 5 siswa mendapatkan nilai , 8 siswa mendapatkan nilai 84-70, dan 19 siswa mendapatkan nilai 69 ke bawah. Dari hal ini menunjukan bahwa siswa kelas VII E belum dapat menguasai keterampilan menulis cerpen berdasarkan cerita rakyat, sehingga kompetensi yang diharapkan belum tercapai. Rendahnya kemampuan menulis siswa dapat dilihat dari banyaknya siswa yang mendapatkan di bawah kriteria ketuntasan minimal (KKM) di kelas VII E SMP N 1 Limpung-Batang, yaitu 70, Hal ini menunjukan bahwa keterampilan menulis siswa kelas VII E SMP N 1 Limpung-Batang masih rendah.

6 6 Belum tercapainya kompetensi dalam keterampilan menulis di kelas ini disebabkan kelemahan yang ada disetiap pencapaian indikator. Pada indikator dapat menemukan pokok-pokok isi cerita dongeng dari pembelajaran menulis cerpen dari cerita dongeng yang pernah dibaca atau didengar, siswa tidak mencatat pokok-pokok cerita. Hal ini menyebabkan siswa mudah lupa dengan keruntutan alur cerita. Akibat dari siswa yang tidak menulis pokok-pokok isi cerita dalam menulis, hasil tulisan siswa kurang runtut. Hal tersebut dapat dilihat dari peristiwa dalam cerita yang dihasilkan oleh siswa tidak sesuai dengan cerita asli. Pada indikator yang kedua yaitu mengembangkan pokok-pokok isi cerita menjadi cerita pendek dengan memperhatikan diksi, alur, dan penokohan, siswa kesulitan mengembangkan pokok-pokok isi cerita. Hal ini disebabkan karena siswa tidak mencatat pokok-pokok isi cerita dan tidak membuat kerangka karangan sebelum membuat cerpen. Enggannya siswa dalam membuat kerangka karangan diakui karena siswa merasa kurang tertarik dalam membuat kerangka karangan. Kerangka karangan berfungsi membantu siswa dalam pengelolaan cerita yang akan ditulis, mengatur alur cerita dalam tulisan agar lebih runtut dan teratur dan membantu memilih mana yang perlu ditulis atau tidak, dan membantu siswa dalam mengembangkan pokok-pokok cerita menjadi cerita pendek. Pada indikator ketiga yaitu dapat menyunting tulisan yang ditulis oleh teman dengan memperhatikan bahasa dan ejaan yang disempurnakan. Siswa masih banyak yang kesulitan dalam menyunting cerita. Kurangnya pemahaman terhadap ejaan yang disempurnakan membuat siswa kesulitan dalam menyunting.

7 7 Masih terdapat kesalahan penulisan tanda baca, huruf, ejaan, dan pemenggalan serta adanya pemilihan kata yang kurang tepat. Selain itu, karena sebagian besar siswa tidak membuat kerangka karangan, hasil tulisan siswa kurang runtut alur ceritanya. Belum tercapainya indikator-indikator dalam pembelajaran menulis cerpen berdasarkan cerita rakyat dikarenakan siswa belum dapat mencapai kriteria ketuntasan minimal yang ditetapkan. Dari hasil observasi dan wawancara yang dilakukan ada beberapa faktor yang menjadi penyebab yang berasal dari siswa dan diluar diri siswa. Faktor penyebab dari siswa antara lain siswa masih secara abstrak dalam penulisan cerita pendek. Kedua siswa enggan membuat kerangka karangan sehingga siswa kesulitan dalam mengembangkan pokok cerita. Ketiga siswa masih kesulitan dalam pemilihan kata dan penggunaan ejaan yang disempurnakan. Keempat siswa beranggapan menulis itu adalah pekerjaan yang sukar dan membosankan membuat siswa kurang memperhatikan pembelajaran. Faktor penyebab yang berasal dari luar diri siswa disebabkan oleh cara pembelajaran keterampilan menulis di kelas oleh guru. Pembelajaran yang menjemukan di kelas menyebabkan siswa mendapatkan cara yang sama dalam pengajaran menulis, sehingga menyebabkan kebosanan dan berakhir pada rasa malas dalam menulis. Dapat pula berupa kurangnya frekuensi dan tidak adanya pembiasaan siswa dalam menulis. Dalam makalah seminar Mengejar Ketertinggalan Lebih Setengah Abad Lamanya, sebuah survey terhadap pembelajaran yang terjadi saat ini, siswa sekolah hanya menghasilkan 3-5 judul tulisan selama setahun (Ismail 2009:3). Betapa sedikitnya dibandingkan dengan

8 8 jumlah judul tulisan yang dibuat AMS (sebutan untuk SMA) pada tahun 1930-an yang mengarang 18 karangan dalam sesemester dan pada setahun mengumpulkan 36 karangan wajib. Penurunan frekuensi wajib menulis siswa ini juga menjadi salah satu faktor dalam menurunnya ketertarikan siswa untuk menulis. Permasalah yang juga terjadi adalah siswa kurang tertarik membuat kerangka tulisan sebelum membuat cerpen yang berdasar dari dongeng. Kerangka tulisan dianggap kurang menarik untuk dibuat oleh siswa, padahal dengan kerangka tulisan siswa dapat membuat urutan-urutan kejadian dalam cerita sehingga cerita akan tertulis secara runtut. Dengan kerangka tulisan, siswa tidak akan terlihat kebingungan untuk memulai menulis cerita seperti apa yang terjadi dalam hasil observasi. Kerangka tulisan memuat apa yang akan ditulis dalam cerita pendek dan dapat membantu siswa dalam menulis dengan urutan cerita sesuai pokok-pokok cerita. Selain itu, melihat bagaimana proses pembelajaran yang terjadi di kelas, guru juga memiliki peran dalam permasalahan ini. Hal tersebut antara lain guru yang monoton dan teoretis dalam pembelajaran sehingga siswa menjadi bosan dan keengganan untuk memperhatikan pelajaran. Menurut Smith (1981) pengalaman belajar menulis yang dialami siswa di sekolah tidak lepas dari kondisi gurunya sendiri (dalam Suparno dan Yunus 2007:4). Dalam hal ini siswa bisa mendapatkan pengalaman belajar, hal tersebut memang tidak lepas dari wewenang gurunya. Dengan semakin banyak guru membagi pengalaman belajar yang diaplikasikan oleh guru tersebut, siswa akan mendapatkan pengalaman yang lebih banyak dibandingkan memiliki guru yang kurang kreatif. Dengan banyaknya

9 9 guru kreatif akan tercipta pula pembelajaran yang kreatif yang berakibat semakin tertariknya siswa dalam belajar. Dengan banyaknya tantangan zaman dalam dunia pendidikan, khususnya yang terkait dengan strategi belajar diperlukan adanya perubahan paradigma dari teaching ke learning. Implikasi dari perubahan itu adalah proses pendidikan menjadi proses bagaimana belajar bersama antara guru dan anak didik (Suyitno 2010:6). Dalam hal ini dibutuhkan suatu strategi belajar yang tepat untuk membantu siswa dalam meningkatkan minat tulis siswa serta mengenalkan budaya Indonesia yang patut kita lestarikan. Melihat banyak kenyataan yang terjadi, siswa yang kurang menguasai kompetensi menulis cerpen, kreatifitas guru sangat dibutuhkan untuk menarik perhatian siswa dalam memperlajari keterampilan menulis cerpen. Salah satu solusi yang dapat dihadirkan adalah dengan penggunaan strategi belajar yang tepat dalam mengajarkan kompetensi dasar menulis ini. Salah satunya dengan menggunakan strategi belajar peta konsep model rantai kejadian. Peta konsep merupakan bagian dari strategi organisasi. Pemetaan konsep merupakan inovasi baru yang penting untuk membantu siswa menghasilkan pembelajaran bermakna didalam kelas. Peta konsep yang salah satu jenisnya disebut rantai kejadian memiliki fungsi mempermudah dalam pengorganisasian tindakan. Menurut Nur dalam Kholil (2008) mengemukakan bahwa peta konsep rantai kejadian dapat digunakan untuk memberikan suatu urutan kejadian, langkah-langkah dalam suatu prosedur, atau tahap-tahap dalam suatu proses. Peta

10 10 konsep juga menyediakan bantuan visual konkret untuk membantu mengorganisasikan informasi sebelum informasi tersebut dipelajari. Dengan penggunaan peta konsep dalam pembelajaran menulis cerpen ini dapat membantu siswa dalam mengorganisasi pokok-pokok cerita sehingga siswa akan lebih mudah nantinya dalam menulis dan mengembangkan cerita dari pokok cerita tersebut. Keberhasilan yang telah diraih oleh Rofiqoh (2009) dalam Penggunaan Strategi Belajar Peta Konsep Model Rantai Kejadian untuk Meningkatkan Keterampilan Menulis Petunjuk Pada Siswa Kelas IV MI Al-Islam Mangunsari 02 Semarang Tahun Pelajaran 2008/2009 sebesar 14,96% juga menginspirasi peneliti untuk menawarkan strategi belajar ini kepada guru mata pelajaran. Setelah diadakan diskusi antara peneliti dan guru mata pelajaran bahasa Indonesia mengenai permasalahan pembelajaran tersebut, penggunaan strategi belajar peta konsep model rantai kejadian ini dirasa cocok untuk mengatasinya. Dengan kecocokan antara strategi belajar dan permasalahan yang terjadi di kelas, guru mata pelajaran menyetujui dan merasa diperlukannya penerapan strategi belajar ini dalam pembelajaran menulis cerpen. Berdasarkan uraian di atas guru dan siswa perlu pengenalan pembelajaran strategi belajar peta konsep agar pembelajaran keterampilan menulis cerita berdasarkan dongeng menemukan angin segar. Dari hal tersebut peneliti mengambil pilihan penelitian yang berjudul Peningkatan Keterampilan Menulis Cerpen Berdasarkan Cerita Rakyat melalui Strategi Belajar Peta Konsep Model Rantai Kejadian Kelas VII E Sekolah Menengah Pertama Negeri 1 Limpung

11 11 Kabupaten Batang. Dengan penggunaan strategi peta konsep model rantai kejadian ini diharapkan dapat membantu siswa dalam menulis cerita pendek berdasarkan cerita pendek dikelas VII E SMP N 1 Limpung. 1.2 Identifikasi Masalah Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, pembelajaran keterampilan menulis cerita pada siswa kelas VII E SMP Negeri 1 Limpung belum menunjukan hasil yang diharapkan. Pembelajaran keterampilan menulis yang belum menunjukan hasil yang diharapkan ini disebabkan beberapa faktor yakni faktor internal dan eksternal. Secara internal, rendahnya kemampuan siswa dalam menulis disebabkan kuranganya latihan dan motivasi dari dalam diri siswa itu sendiri. Sebelum mereka menulis dalam diri siswa sudah menyugesti bahwa kegiatan menulis adalah hal yang sulit dilakukan. Dari hal tersebut siswa menjadi malas menulis cerpen. Ketika guru memberikan tugas menulis cerpen berdasarkan dongeng atau cerita rakyat siswa kesulitan dalam mengawali tulisannya, siswa terkesan enggan ketika diberi tugas menulis, siswa sering kebingungan setelah memulai tulisannya, siswa sulit mengembangkan ide cerita dan menuliskannya secara kronologis, sehingga siswa menganggap menulis sebagai keterampilan yang sulit dilakukan. Selain itu faktor penyebab lain yang berasal dari diri siswa antara lain siswa masih secara abstrak dalam penulisan cerita pendek. Cara abstrak yang dimaksud adalah siswa belum secara terorganisir dalam proses pembuatan atau pembentukan cerita pendek. Sebagai contoh, siswa tidak membuat kerangka

12 12 karangan sebelum membuat cerita pendek. Dengan adanya keengganan ini, menyebabkan siswa kesulitan dalam mengembangkan pokok cerita. Faktor keempat siswa masih kesulitan dalam pemilihan kata yang tepat. Kurangnya latihan yang dilakukan siswa karena keengganan dalam menulis menyebabkan siswa kurang terbiasa dalam keterampilan menulis. Hal ini menyebabkan siswa masih kesuliatan dalam pemilihan kata dalam pembuatan cerpen. Faktor kelima siswa beranggapan menulis itu adalah pekerjaan yang sukar dan membosankan membuat siswa kurang memperhatikan pembelajaran. Selain faktor internal, ada juga faktor eksternal. Faktor eksternal yang pertama mengarah pada waktu. Menulis cerpen sebenarnya mudah asal ada kemauan dan latihan yang dilakukan oleh siswa. Kebanyakan siswa enggan menulis karena alasan waktu. Waktu menulis di sekolah secara otomatis kurang, begitu juga di rumah. Waktu mereka tersita untuk mengerjakan tugas-tugas sekolah lain dan bila ada waktu luang mereka lebih memilih untuk berhenti memegang alat tulis. Faktor eksternal yang kedua mengarah pada pola pengajaran guru. Selama ini guru masih terpaku untuk menghadirkan metode ceramah dan kurang menghadirkan strategi belajar kreatif yang mempermudah siswa dalam memahami pembelajaran. Selain itu guru kurang cermat dalam memilih model pembelajaran sehingga pembelajaran kurang efisien dan menarik. Di samping itu, materi yang disampaikan masih bersifat teoretis dan monoton sehingga membuat siswa bosan. Hal ini mempengaruhi minat siswa dalam mengikuti pelajaran yang khususnya mengenai keterampilan menulis cerpen.

13 13 Berdasarkan uraian tersebut, diperlukan upaya untuk mengubah perilaku terhadap pembelajaran menulis cerpen, sehingga pada akhirnya dapat meningkatkan hasil belajar siswa. Dalam proses pembelajaran, peran seorang guru sangatlah besar. Guru dituntut senantiasa mampu menuntun dan mengarahkan kegiatan-kegiatan siswanya. Dengan demikian, dapat ditarik benang merah dalam meningkatkan keterampilan menulis cerita pada siswa peran aktif dari guru juga diperlukan. 1.3 Pembatasan Masalah Berdasarkan latar belakang dan identifikasi masalah yang dipaparkan diatas, masih banyak permasalahan yang muncul dalam pembelajaran bahasa Indonesia khususnya dalam pembelajaran menulis cerpen. Masalah yang muncul sangat kompleks dan perlu diatasi. Tetapi diperlukan fokus dalam setiap penelitian sehingga perlu adanya pembatasan masalah dalam penelitian ini. Maka dari itu, penulis akan membatasi permasalahan pada upaya peningkatan keterampilan menulis cerita pendek dengan ide cerita rakyat agar siswa terbantu dalam menulis cerita pendek pada siswa kelas VII E SMP Negeri 1 Limpung, dengan menggunakan strategi belajar peta konsep model rantai kejadian. 1.4 Rumusan Masalah berikut: Berdasarkan latar belakang di atas, maka rumusan masalah adalah sebagai

14 14 1) Bagaimana proses pembelajaran keterampilan menulis cerpen berdasarkan cerita rakyat melalui strategi belajar peta pikiran model rantai kejadian pada kelas VII E SMP N 1 Limpung? 2) Bagaimana hasil peningkatan yang diperoleh siswa dalam pembelajaran menulis cerpen kelas VII E SMP N 1 Limpung setelah mendapat pembelajaran menulis cerpen berdasarkan cerita rakyat melalui strategi belajar peta konsep model rantai kejadian? 3) Bagaimana perubahan perilaku siswa dalam pembelajaran menulis cerpen kelas VII E SMP N 1 Limpung setelah mendapat pembelajaran menulis cerpen berdasarkan cerita rakyat melalui strategi belajar peta konsep model rantai kejadian? 1.5 Tujuan Penelitian Adapun tujuan dari penelitian ini sebagai berikut: 1) Mendeskripsikan proses pembelajaran keterampilan menulis cerpen berdasarkan cerita rakyat melalui strategi belajar peta konsep model rantai kejadian pada siswa kelas VII E SMP N 1 Limpung 2) Mendeskripsikan hasil peningkatan yang diperoleh siswa dalam pembelajaran menulis cerpen kelas VII E SMP N 1 Limpung setelah mendapat pembelajaran menulis cerpen berdasarkan cerita rakyat melalui strategi belajar peta konsep model rantai kejadian. 3) Mendeskripsikan perubahan perilaku siswa dalam pembelajaran menulis cerpen kelas VII E SMP N 1 Limpung setelah mendapat pembelajaran menulis

15 15 cerpen berdasarkan cerita rakyat melalui strategi belajar peta konsep model rantai kejadian 1.6 Manfaat Penelitian Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat secara teoretis dan praktis. Secara teoretis, penelitian ini diharapkan mampu memberikan inovasi dalam pengembangan teori pembelajaran membaca khususnya menulis cerita pendek berdasarkan dongeng atau cerita pendek di SMP/MTs dengan menggunakan strategi belajar peta konsep model rantai kejadian. Secara praktis, penelitian ini diharapkan bermanfaat bagi sekolah adalah untuk meningkatkan mutu dan kualitas proses dan hasil kegiatan belajar mengajar yang dilakukan, khususnya pembelajaran menulis dalam mata pelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia. Bagi guru adalah memberikan pedoman dan pertimbangan dalam pengajaran cerpen maupun bidang lain kepada siswa. Manfaat penelitian ini bagi peserta didik adalah menumbuhkan semangat menulis dalam diri siswa, dengan adanya semangat dalam menulis siswa diharapkan mampu mencurahakan gagasan ataupun ide yang ada pada diri siswa. Siswa dapat memerolehan metode baru dalam belajar yang dapat dilakukan oleh siswa secara mandiri, dengan metode belajar mandiri siswa dapat lebih mudah merapkannya karena dapat dilakukan secara individual. Selain manfaat diatas

16 16 siswa juga pemerolehan pengetahuan budaya peserta didik melalui wacana yang dibacanya serta siswa dapat memperoleh pengalaman belajar baru yang dapat berkesan pada diri siswa. Untuk peneliti yang lain diharapkan dapat melanjutkan dan menyempurnakan penelitian ini untuk meningkatkan kualitas pendidikan di negeri kita.

Nuraini 1) 1) Staf Pengajar SMP Negeri 1 Kebonagung Kabupaten Demak

Nuraini 1) 1) Staf Pengajar SMP Negeri 1 Kebonagung Kabupaten Demak STRATEGI BELAJAR PETA KONSEP MODEL RANTAI KEJADIAN UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN MENULIS CERITA PENDEK BERDASARKAN CERITA PADA SMP NEGERI 1 KEBONAGUNG KABUPATEN DEMAK Nuraini 1) 1) Staf Pengajar SMP

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. khususnya bahasa Indonesia sebagai salah satu mata pelajaran yang penting dan

BAB I PENDAHULUAN. khususnya bahasa Indonesia sebagai salah satu mata pelajaran yang penting dan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pembelajaran bahasa merupakan salah satu aspek yang penting dalam kehidupan manusia. Kemampuan berbahasa seseorang dapat menunjukkan kepribadian serta pemikirannya.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUN. Menulis merupakan suatu keterampilan berbahasa yang terpadu dan

BAB I PENDAHULUN. Menulis merupakan suatu keterampilan berbahasa yang terpadu dan 1 BAB I PENDAHULUN 1.1 Latar Belakang Masalah Menulis merupakan suatu keterampilan berbahasa yang terpadu dan bertujuan untuk menghasilkan sebuah tulisan. Pada dasarnya kegiatan berbahasa terutama menulis

Lebih terperinci

PENINGKATAN KETRAMPILAN MENULLIS PERMULAAN DENGAN MENGGUNAKAN MEDIA KARTU HURUF PADA SISWA KELAS I SD NEGERI GAMER 02 KOTA PEKALONGAN

PENINGKATAN KETRAMPILAN MENULLIS PERMULAAN DENGAN MENGGUNAKAN MEDIA KARTU HURUF PADA SISWA KELAS I SD NEGERI GAMER 02 KOTA PEKALONGAN PENINGKATAN KETRAMPILAN MENULLIS PERMULAAN DENGAN MENGGUNAKAN MEDIA KARTU HURUF PADA SISWA KELAS I SD NEGERI GAMER 02 KOTA PEKALONGAN Qodaroh SDN Gamer 02 Pekalongan Abstrak Masalah yang diangkat pada

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pada hakikatnya, belajar bahasa adalah belajar berkomunikasi.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pada hakikatnya, belajar bahasa adalah belajar berkomunikasi. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pada hakikatnya, belajar bahasa adalah belajar berkomunikasi. Pembelajaran bahasa Indonesia diarahkan untuk meningkatkan kemampuan siswa dalam berkomunikasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mudah dipahami oleh orang lain. Selain itu menulis berarti mengorganisasikan

BAB I PENDAHULUAN. mudah dipahami oleh orang lain. Selain itu menulis berarti mengorganisasikan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bahasa merupakan media yang digunakan manusia dalam berkomunikasi. Melalui bahasa seseorang dapat menyampaikan pikiran dan perasaan kepada orang lain. Sebagai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Bahasa seseorang dapat mencerminkan pikirannya. Semakin terampil

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Bahasa seseorang dapat mencerminkan pikirannya. Semakin terampil BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bahasa seseorang dapat mencerminkan pikirannya. Semakin terampil seseorang berbahasa, semakin jelas dan terstruktur pula pikirannya. Keterampilan hanya dapat

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. berbahasa yang bersifat produktif dan keterampilan berbahasa yang bersifat

BAB 1 PENDAHULUAN. berbahasa yang bersifat produktif dan keterampilan berbahasa yang bersifat BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Keterampilan berbahasa mencakup dua aspek, yaitu keterampilan berbahasa yang bersifat produktif dan keterampilan berbahasa yang bersifat reseptif. Menulis merupakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pikiran, pendapat, imajinasi, dan berhubungan dengan manusia lainnya.

BAB I PENDAHULUAN. pikiran, pendapat, imajinasi, dan berhubungan dengan manusia lainnya. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bahasa merupakan alat terpenting yang digunakan manusia untuk berkomunikasi. Melalui bahasa, manusia akan dapat mengungkapkan segala pemikirannya. Selain itu,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Tujuan pembelajaran bahasa Indonesia adalah mempertinggi kemahiran siswa dalam menggunakan bahasa meliputi kemahiran menyimak, berbicara, membaca, dan menulis.

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Bahasa menduduki fungsi utama sebagai alat komunikasi dalam kehidupan.

BAB 1 PENDAHULUAN. Bahasa menduduki fungsi utama sebagai alat komunikasi dalam kehidupan. BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Bahasa menduduki fungsi utama sebagai alat komunikasi dalam kehidupan. Bahasa merupakan struktur bentuk dan makna yang dapat dijadikan sebagai media untuk menyesuaikan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Penelitian ini dilatarbelakangi oleh adanya anggapan bahwa keterampilan

BAB 1 PENDAHULUAN. Penelitian ini dilatarbelakangi oleh adanya anggapan bahwa keterampilan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Penelitian ini dilatarbelakangi oleh adanya anggapan bahwa keterampilan menulis merupakan salah satu aspek keterampilan berbahasa yang paling sulit. Hal ini

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Pelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia dalam kurikulum satuan tingkat

BAB 1 PENDAHULUAN. Pelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia dalam kurikulum satuan tingkat 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia dalam kurikulum satuan tingkat pendidikan (KTSP) pada tingkat SMA diarahkan untuk meningkatkan kemampuan peserta didik untuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pembelajaran sastra disekolah. Salah satu tujuan pelajaran bahasa Indonesia di

BAB I PENDAHULUAN. pembelajaran sastra disekolah. Salah satu tujuan pelajaran bahasa Indonesia di 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Keterampilan berbahasa berhubungan erat dan saling melengkapi dengan pembelajaran sastra disekolah. Salah satu tujuan pelajaran bahasa Indonesia di sekolah berkaitan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. negara, pembinaan bahasa Indonesia menjadi hal yang sangat penting.

BAB I PENDAHULUAN. negara, pembinaan bahasa Indonesia menjadi hal yang sangat penting. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Menurut Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan yang disusun oleh Badan Standar Nasional Pendidikan (BSNP) (2006 : 317), secara umum mata pelajaran Bahasa Indonesia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa seseorang dapat mencerminkan pikirannya. Semakin terampil

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa seseorang dapat mencerminkan pikirannya. Semakin terampil 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Bahasa seseorang dapat mencerminkan pikirannya. Semakin terampil seseorang berbahasa, semakin jelas dan terstruktur pula pikirannya. Keterampilan hanya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kemampuan analitis dan imaginatif yang ada dalam diri siswa. Orang yang

BAB I PENDAHULUAN. kemampuan analitis dan imaginatif yang ada dalam diri siswa. Orang yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kemampuan berbahasa yang baik akan mempermudah berinteraksi dengan orang banyak. Tentunya ini membutuhkan arahan khusus untuk terampil berbahasa. Berdasarkan Standar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kemampuan menulis merupakan salah satu kemampuan berbahasa yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kemampuan menulis merupakan salah satu kemampuan berbahasa yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kemampuan menulis merupakan salah satu kemampuan berbahasa yang sangat penting untuk dikuasai. Untuk itu kemampuan menulis perlu mendapat perhatian yang sungguh-sungguh

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. (Bandung: C.V Diponegoro, 1984), hlm Yus Rusyana, Bahasa dan Sastra dalam Gempita Pendidikan,

BAB I PENDAHULUAN. (Bandung: C.V Diponegoro, 1984), hlm Yus Rusyana, Bahasa dan Sastra dalam Gempita Pendidikan, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan bahasa dapat diartikan sebagai usaha yang dilakukan oleh pendidik untuk membantu anak didik yang sedang berusaha untuk memperoleh atau mengembangkan

Lebih terperinci

BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI, SARAN. Pada bab V bagian ini mencakup uraian tentang: (1) simpulan, (2) implikasi, dan (3) saran. A.

BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI, SARAN. Pada bab V bagian ini mencakup uraian tentang: (1) simpulan, (2) implikasi, dan (3) saran. A. digilib.uns.ac.id BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI, SARAN Pada bab V bagian ini mencakup uraian tentang: (1) simpulan, (2) implikasi, dan (3) saran. A. Simpulan Simpulan yang dihasilkan dari penelitian ini adalah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. diajarkan. Pengajaran bahasa Indonesia pada hakikatnya merupakan salah satu

BAB I PENDAHULUAN. diajarkan. Pengajaran bahasa Indonesia pada hakikatnya merupakan salah satu 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Salah satu hal yang terpenting dalam kehidupan manusia adalah bahasa. Bahasa merupakan salah satu hasil kebudayaan yang harus dipelajari dan diajarkan. Pengajaran

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Yanti Wulan Sari, 2013

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Yanti Wulan Sari, 2013 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembelajaran merupakan upaya yang dilakukan guru di sekolah untuk membelajarkan siswa. Siswa dapat mengalami perubahan tingkah laku dari yang tidak tahu menjadi tahu,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Windy Tantriyani, 2013

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Windy Tantriyani, 2013 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Keterampilan berbahasa terdiri atas empat aspek, yaitu mendengarkan, berbicara, membaca, dan menulis. Menulis merupakan salah satu keterampilan berbahasa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. keterampilan berbahasa. Keempat keterampilan tersebut adalah keterampilan

BAB I PENDAHULUAN. keterampilan berbahasa. Keempat keterampilan tersebut adalah keterampilan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembelajaran Bahasa Indonesia menekankan pada pemerolehan empat keterampilan berbahasa. Keempat keterampilan tersebut adalah keterampilan menyimak, berbicara, membaca

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Berita dengan Metode Latihan Terbimbing pada Siswa Kelas X 3 SMA Negeri 1

BAB 1 PENDAHULUAN. Berita dengan Metode Latihan Terbimbing pada Siswa Kelas X 3 SMA Negeri 1 BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Cerita pendek adalah cerita berbentuk prosa yang reatif pendek. Sumardjo (Fitryana 2011: 15) Peningkatan Keterampilan Menulis Cerpen Melalui Media Berita dengan Metode

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Sesuai dengan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan Bahasa Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Sesuai dengan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan Bahasa Indonesia 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sesuai dengan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan Bahasa Indonesia SMA, tujuan pembelajaran bahasa indonesia di sekolah adalah siswa terampil berbahasa. Keterampilan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. globalisasi. Pembelajaran bahasa Indonesia diarahkan untuk meningkatkan

BAB I PENDAHULUAN. globalisasi. Pembelajaran bahasa Indonesia diarahkan untuk meningkatkan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan salah satu wahana yang strategis untuk mengembangkan potensi yang dimiliki oleh manusia, sebab pendidikan merupakan usaha sadar dan terencana

Lebih terperinci

2015 PEMBELAJARAN MENULIS CERPEN MELALUI TRANSFORMASI FILM DOKUMENTER

2015 PEMBELAJARAN MENULIS CERPEN MELALUI TRANSFORMASI FILM DOKUMENTER BAB I PENDAHULUAN A. Latar Bekalang Penelitian Manusia merupakan makhluk sosial yang akan senantiasa memerlukan interaksi dengan manusia lainnya. Oleh karena itu, manusia membutuhkan media untuk berinteraksi.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kemajuan suatu masyarakat dapat dilihat dari perkembangan pendidikannya.

BAB I PENDAHULUAN. Kemajuan suatu masyarakat dapat dilihat dari perkembangan pendidikannya. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan proses yang sangat penting bagi manusia. Kemajuan suatu masyarakat dapat dilihat dari perkembangan pendidikannya. Peningkatan mutu pendidikannya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan pada dasarnya adalah usaha sadar untuk

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan pada dasarnya adalah usaha sadar untuk 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan pada dasarnya adalah usaha sadar untuk menumbuhkembangkan potensi sumber daya manusia atau peserta didik dengan cara mendorong kegiatan belajar.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pengajaran Bahasa Indonesia bertujuan agar siswa terampil dalam berbahasa

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pengajaran Bahasa Indonesia bertujuan agar siswa terampil dalam berbahasa 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pengajaran Bahasa Indonesia bertujuan agar siswa terampil dalam berbahasa dan mampu berkomunikasi secara lisan maupun tulisan dengan baik dan benar. Keterampilan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan sehari-hari (Dalman, 2015: 1). Dengan bahasa itulah manusia dapat

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan sehari-hari (Dalman, 2015: 1). Dengan bahasa itulah manusia dapat 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Bahasa adalah alat komunikasi yang digunakan oleh setiap individu dalam kehidupan sehari-hari (Dalman, 2015: 1). Dengan bahasa itulah manusia dapat saling

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Komunikasi dalam hidup bermasyarakat bukan hanya melalui lisan yang dilakukan

BAB 1 PENDAHULUAN. Komunikasi dalam hidup bermasyarakat bukan hanya melalui lisan yang dilakukan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Komunikasi dalam hidup bermasyarakat bukan hanya melalui lisan yang dilakukan melalui tatap muka, tetapi dapat dilakukan melalui tulisan. Syamsudin A.R. (1994:1)

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam kurikulum 2013, pembelajaran bahasa Indonesia memiliki implikasi terhadap pelaksanaan pembelajaran yang tidak terlepas dari teks dalam bentuk lisan maupun

Lebih terperinci

PENINGKATAN KEMAMPUAN MENULIS PARAGRAF NARASI DENGAN TEKNIK REKA CERITA GAMBAR PADA SISWA KELAS X SMA NEGERI 1 KARANGDOWO KLATEN TAHUN AJARAN

PENINGKATAN KEMAMPUAN MENULIS PARAGRAF NARASI DENGAN TEKNIK REKA CERITA GAMBAR PADA SISWA KELAS X SMA NEGERI 1 KARANGDOWO KLATEN TAHUN AJARAN PENINGKATAN KEMAMPUAN MENULIS PARAGRAF NARASI DENGAN TEKNIK REKA CERITA GAMBAR PADA SISWA KELAS X SMA NEGERI 1 KARANGDOWO KLATEN TAHUN AJARAN 2009/2010 SKRIPSI Disusun dan Diajukan Guna Memenuhi Salah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pemersatu bangsa Indonesia. Selain itu, Bahasa Indonesia juga merupakan

BAB I PENDAHULUAN. pemersatu bangsa Indonesia. Selain itu, Bahasa Indonesia juga merupakan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bahasa Indonesia merupakan salah satu alat komunikasi dan alat pemersatu bangsa Indonesia. Selain itu, Bahasa Indonesia juga merupakan hasil kebudayaan yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Proses pembelajaran Bahasa Indonesia di Sekolah Menengah Kejuruan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Proses pembelajaran Bahasa Indonesia di Sekolah Menengah Kejuruan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Proses pembelajaran Bahasa Indonesia di Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) diarahkan untuk meningkatkan kemampuan siswa berkomunikasi dalam bahasa Indonesia dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Suatu karangan terdiri dari beberapa kalimat yang kemudian disusun

BAB I PENDAHULUAN. Suatu karangan terdiri dari beberapa kalimat yang kemudian disusun BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Suatu karangan terdiri dari beberapa kalimat yang kemudian disusun menjadi satu kesatuan dengan suatu kesesuaian yang kemudian membentuk paragraf-paragraf, sehingga

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dan meningkatnya kemampuan siswa, kondisi lingkungan yang ada di. dan proaktif dalam melaksanakan tugas pembelajaran.

BAB I PENDAHULUAN. dan meningkatnya kemampuan siswa, kondisi lingkungan yang ada di. dan proaktif dalam melaksanakan tugas pembelajaran. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Permasalahan pendidikan selalu muncul bersamaan dengan berkembang dan meningkatnya kemampuan siswa, kondisi lingkungan yang ada di masyarakat, pengaruh informasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Deskripsi memiliki makna gambaran. Gambaran akan suatu keadaan atau perwujudan sebuah benda atau seseorang. Mendeskripsikan adalah cara agar seorang pembaca dapat membayangkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. apresiasi terhadap hasil karya kesastraan manusia Indonesia. Pembelajaran

BAB I PENDAHULUAN. apresiasi terhadap hasil karya kesastraan manusia Indonesia. Pembelajaran BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pembelajaran bahasa Indonesia diarahkan untuk meningkatkan kemampuan peserta didik berkomunikasi dalam bahasa Indonesia dengan baik dan benar, baik secara lisan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berbicara, membaca dan menulis. Menulis merupakan kegiatan yang produktif

BAB I PENDAHULUAN. berbicara, membaca dan menulis. Menulis merupakan kegiatan yang produktif BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Keterampilan berbahasa terdiri atas empat aspek, yaitu menyimak, berbicara, membaca dan menulis. Menulis merupakan kegiatan yang produktif dan ekspresif. Dalam

Lebih terperinci

A. LATAR BELAKANG MASALAH

A. LATAR BELAKANG MASALAH BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Tidak dapat dipungkiri, bahwa dalam kehidupan modern saat ini, penguasaan bahasa bagi seseorang mutlak diperlukan. Keterampilan berbahasa seseorang harus mengacu

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Fungsi dan tujuan pembelajaran Bahasa Indonesia berdasarkan Kurikulum

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Fungsi dan tujuan pembelajaran Bahasa Indonesia berdasarkan Kurikulum BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Fungsi dan tujuan pembelajaran Bahasa Indonesia berdasarkan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) Bahasa Indonesia tahun 2006 bertujuan untuk menjadikan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. daya manusia yang siap menyampaikan maupun menulis teks berita. Menulis teks

BAB 1 PENDAHULUAN. daya manusia yang siap menyampaikan maupun menulis teks berita. Menulis teks BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Berita merupakan informasi yang dibutuhkan oleh semua masyarakat untuk mengetahui suatu kejadian atau peristiwa serta memperluas wawasan dan memperkaya pengetahuan.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Bahasa merupakan alat komunikasi yang penting bagi manusia. Melalui

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Bahasa merupakan alat komunikasi yang penting bagi manusia. Melalui BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bahasa merupakan alat komunikasi yang penting bagi manusia. Melalui bahasa manusia dapat berinteraksi dengan sesamanya. Sebagai alat komunikasi, bahasa selalu

Lebih terperinci

Peningkatan Keterampilan Menulis Cerpen dengan Strategi Copy The Master Melalui Media Audio Visual pada Siswa Kelas IX-C SMPN 2 ToliToli

Peningkatan Keterampilan Menulis Cerpen dengan Strategi Copy The Master Melalui Media Audio Visual pada Siswa Kelas IX-C SMPN 2 ToliToli Peningkatan Keterampilan Menulis Cerpen dengan Strategi Copy The Master Melalui Media Audio Visual pada Siswa Kelas IX-C SMPN 2 ToliToli Mashura SMP Negeri 2 ToliToli, Kab. ToliToli, Sulteng ABSTRAK Strategi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. terpisahkan dalam seluruh proses pembelajaran di sekolah. Pembelajaran menulis

BAB I PENDAHULUAN. terpisahkan dalam seluruh proses pembelajaran di sekolah. Pembelajaran menulis 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Menulis merupakan salah satu dari empat keterampilan berbahasa yang termasuk ke dalam ruang lingkup mata pelajaran bahasa indonesia dan tidak dapat terpisahkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pembelajaran Bahasa Indonesia tidak lepas dari hubungan pembelajaran

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pembelajaran Bahasa Indonesia tidak lepas dari hubungan pembelajaran 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembelajaran Bahasa Indonesia tidak lepas dari hubungan pembelajaran bahasa yang berlangsung di dunia. Salah satu tujuan pembelajaran Bahasa Indonesia ini adalah meningkatkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menggunakan teks sesuai dengan tujuan dan fungsi sosialnya. Pembelajaran berbasis

BAB I PENDAHULUAN. menggunakan teks sesuai dengan tujuan dan fungsi sosialnya. Pembelajaran berbasis BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kebijakan Kurikulum 2013 dirancang ke dalam pembelajaran berbasis teks, dalam pembelajaran tersebut siswa diharapkan mampu memproduksi dan menggunakan teks sesuai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Bahasa Indonesia merupakan Bahasa Nasional Republik Indonesia dan Bahasa Indonesia merupakan salah satu mata pelajaran yang diajarkan di Sekolah Dasar. Dalam kurikulum,

Lebih terperinci

PENGGUNAAN MEDIA GAMBAR SERI UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN SISWA DALAM MENULIS KARANGAN NARASI

PENGGUNAAN MEDIA GAMBAR SERI UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN SISWA DALAM MENULIS KARANGAN NARASI 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Mata pelajaran bahasa Indonesia merupakan dasar dari segala mata pelajaran di sekolah. Hal ini dikarenakan di dalam pelajaran bahasa Indonesia siswa diarahkan

Lebih terperinci

2015 PENERAPAN MODEL EXPERIENTIAL LEARNING DALAM PEMBELAJARAN MENULIS TEKS BERITA

2015 PENERAPAN MODEL EXPERIENTIAL LEARNING DALAM PEMBELAJARAN MENULIS TEKS BERITA BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Penelitian Pelajaran bahasa Indonesia bertujuan agar siswa memiliki kemampuan sebagai berikut: 1) berkomunikasi secara efektif dan efisien sesuai dengan etika

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. budayanya dan budaya orang lain, serta mengemukakan gagasan dan

BAB I PENDAHULUAN. budayanya dan budaya orang lain, serta mengemukakan gagasan dan 1 BAB I PENDAHULUAN peserta didik agar dapat mengenali siapa dirinya, lingkungannya, budayanya dan budaya orang lain, serta mengemukakan gagasan dan perasaannya. Penggunaan bahan ajar yang jelas, cermat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berpikir dan berupaya para pemerhati pendidikan merupakan hal yang bersifat. tantangan zaman dalam era globalisasi ini.

BAB I PENDAHULUAN. berpikir dan berupaya para pemerhati pendidikan merupakan hal yang bersifat. tantangan zaman dalam era globalisasi ini. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perihal karakter dan implementasi kurikulum, membuat para pemerhati pendidikan berpikir serta berupaya memberikan konstribusi yang diharapkan dapat bermakna

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. (KTSP) secara umum dikembangkan menjadi keterampilan berbahasa yang

BAB I PENDAHULUAN. (KTSP) secara umum dikembangkan menjadi keterampilan berbahasa yang 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN Pelajaran Bahasa Indonesia dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) secara umum dikembangkan menjadi keterampilan berbahasa yang meliputi mendengarkan,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mengungkapkan pikiran, perasaan, dan kehendak kepada orang lain secara

BAB I PENDAHULUAN. mengungkapkan pikiran, perasaan, dan kehendak kepada orang lain secara BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Menulis merupakan kegiatan melahirkan pikiran dan perasaan, dengan tulis menulis juga dapat diartikan sebagai cara berkomunikasi dengan mengungkapkan pikiran, perasaan,

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. manusia. Bahasa juga pada umumnya digunakan untuk menyampaikan perasaan,

BAB 1 PENDAHULUAN. manusia. Bahasa juga pada umumnya digunakan untuk menyampaikan perasaan, BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Fungsi utama bahasa adalah sebagai alat komunikasi dalam kehidupan manusia. Bahasa juga pada umumnya digunakan untuk menyampaikan perasaan, pikiran, juga sebagai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pembelajaran Bahasa Indonesia di dunia pendidikan bertujuan agar

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pembelajaran Bahasa Indonesia di dunia pendidikan bertujuan agar BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembelajaran Bahasa Indonesia di dunia pendidikan bertujuan agar siswa memiliki keterampilan berbahasa dan pengetahuan kebahasaan. Keterampilan berbahasa mencakup 4

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Keterampilan berbahasa mencakup empat aspek yakni,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Keterampilan berbahasa mencakup empat aspek yakni, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Keterampilan berbahasa mencakup empat aspek yakni, keterampilan menyimak, keterampilan berbicara, keterampilan membaca dan keterampilan menulis. Keempat keterampilan

Lebih terperinci

2015 PENGGUNAAN MEDIA GAMBAR SERI UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN MENULIS KARANGAN NARASI SISWA SEKOLAH DASAR

2015 PENGGUNAAN MEDIA GAMBAR SERI UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN MENULIS KARANGAN NARASI SISWA SEKOLAH DASAR A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN Bahasa Indonesia merupakan bahasa yang mempunyai peran penting didalam komunikasi baik secara lisan maupun tulisan dan digunakan sebagai bahasa nasional sehingga

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. sekolah. Dalam mata pelajaran Bahasa Indonesia ada empat komponen

I. PENDAHULUAN. sekolah. Dalam mata pelajaran Bahasa Indonesia ada empat komponen 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah Bahasa Indonesia merupakan suatu mata pelajaran yang diberikan pada siswa di sekolah. Dalam mata pelajaran Bahasa Indonesia ada empat komponen keterampilan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Keterampilan menulis merupakan salah satu kompetensi harus dikuasai

BAB I PENDAHULUAN. Keterampilan menulis merupakan salah satu kompetensi harus dikuasai BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Keterampilan menulis merupakan salah satu kompetensi harus dikuasai oleh siswa. Sekilas kompetensi menulis itu tampak mudah tapi jika diteliti lebih dalam lagi kompentensi

Lebih terperinci

PENERAPAN METODE FIELD TRIP UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN MENULIS DESKRIPSI PADA SISWA KELAS X-1 SMA NEGERI 1 NGEMPLAK KABUPATEN BOYOLALI

PENERAPAN METODE FIELD TRIP UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN MENULIS DESKRIPSI PADA SISWA KELAS X-1 SMA NEGERI 1 NGEMPLAK KABUPATEN BOYOLALI PENERAPAN METODE FIELD TRIP UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN MENULIS DESKRIPSI PADA SISWA KELAS X-1 SMA NEGERI 1 NGEMPLAK KABUPATEN BOYOLALI SKRIPSI Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Bahasa memiliki peran sentral dalam perkembangan dan intelektual, sosial,

BAB 1 PENDAHULUAN. Bahasa memiliki peran sentral dalam perkembangan dan intelektual, sosial, 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Bahasa memiliki peran sentral dalam perkembangan dan intelektual, sosial, dan emosional peserta didik merupakan penunjang keberhasilan dalam mempelajari semua

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Keterampilan berbahasa terdiri atas empat komponen penting yaitu keterampilan

I. PENDAHULUAN. Keterampilan berbahasa terdiri atas empat komponen penting yaitu keterampilan I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Keterampilan berbahasa terdiri atas empat komponen penting yaitu keterampilan menyimak, berbicara, membaca, dan menulis. Keempat keterampilan tersebut saling melengkapi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Alpiah, 2014 Penerapan Pendekatan Kontekstual Dalam Pembelajaran Menulis Berita

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Alpiah, 2014 Penerapan Pendekatan Kontekstual Dalam Pembelajaran Menulis Berita 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Menulis merupakan suatu keterampilan berbahasa yang digunakan dalam komunikasi secara tidak langsung, tidak secara tatap muka dengan orang lain. Dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. realitas, dan sebagainya. Sarana yang paling vital untuk memenuhi kebutuhan

BAB I PENDAHULUAN. realitas, dan sebagainya. Sarana yang paling vital untuk memenuhi kebutuhan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manusia dalam sepanjang hidupnya hampir-hampir tidak pernah dapat terlepas dari peristiwa komunikasi. Di dalam komunikasi manusia memerlukan sarana untuk mengungkapkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menulis seperti membuat ikhtisar, menulis puisi, mencatat pelajaran, menulis

BAB I PENDAHULUAN. menulis seperti membuat ikhtisar, menulis puisi, mencatat pelajaran, menulis BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Menulis merupakan kegiatan yang sangat bermanfaat. Suparno & Mohamad Yunus menyatakan menulis sangat bermanfaat untuk: (1) meningkatkan kecerdasan, (2) mengembangkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berbicara, membaca, dan menulis. keempat keterampilan tersebut memegang

BAB I PENDAHULUAN. berbicara, membaca, dan menulis. keempat keterampilan tersebut memegang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Keterampilan berbahasa terbagi atas empat aspek, yakni menyimak, berbicara, membaca, dan menulis. keempat keterampilan tersebut memegang peranan yang penting

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sekolah. Dalam kegiatan ini, seorang penulis harus terampil memanfaatkan

BAB I PENDAHULUAN. sekolah. Dalam kegiatan ini, seorang penulis harus terampil memanfaatkan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Menulis merupakan aspek berbahasa yang tidak dapat dipisahkan dari aspek lain dalam proses belajar yang dialami siswa selama menuntut ilmu di sekolah. Dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. orang lain, memengaruhi atau dipengaruhi orang lain. Melalui bahasa, orang dapat

BAB I PENDAHULUAN. orang lain, memengaruhi atau dipengaruhi orang lain. Melalui bahasa, orang dapat BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bahasa sebagai sarana komunikasi dapat berupa bahasa lisan dan bahasa tulis. Melalui bahasa seseorang dapat mengemukakan pikiran dan keinginannya kepada orang

Lebih terperinci

Jurnal Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia

Jurnal Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia JPBSI 5 (2) (2016) Jurnal Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia http://journal.unnes.ac.id/sju/index.php/jpbsi PENINGKATAN KETERAMPILAN MENULIS CERITA PENDEK MELALUI MEDIA GAMBAR SERI DENGAN MENGGUNAKAN

Lebih terperinci

2014 PENERAPAN METODE MENULIS BERANTAI DALAM MENINGKATKAN KEMAMPUAN MENULIS CERPEN

2014 PENERAPAN METODE MENULIS BERANTAI DALAM MENINGKATKAN KEMAMPUAN MENULIS CERPEN BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Menulis merupakan suatu kegiatan yang produktif dan ekpresif. Menulis merupakan suatu keterampilan berbahasa yang dipergunakan untuk berkomunikasi secara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. membantu peserta didik mengenal dirinya, budayanya, dan budaya orang

BAB I PENDAHULUAN. membantu peserta didik mengenal dirinya, budayanya, dan budaya orang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bahasa memiliki peran sentral dalam perkembangan intelektual, sosial, dan emosional peserta didik dan merupakan penunjang keberhasilan dalam mempelajari semua

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tulisan merupakan hasil karya yang bertujuan untuk menyampaikan ide dan informasi, serta mengekspresikan perasaan penulisnya sehingga pembacanya dapat merasakan ekspresi

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Memiliki bahasa adalah salah satu kemampuan spesial manusia.

BAB 1 PENDAHULUAN. Memiliki bahasa adalah salah satu kemampuan spesial manusia. BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Memiliki bahasa adalah salah satu kemampuan spesial manusia. Kemampuan berbahasa menjadikan manusia memiliki sebutan spesific species. Bahasa terdiri atas empat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan pilar utama bagi kehidupan manusia. Dengan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan pilar utama bagi kehidupan manusia. Dengan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan pilar utama bagi kehidupan manusia. Dengan pendidikan, hidup menjadi lebih bermakna dan terarah. Agar hidup manusia lebih bermakna dan terarah,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pikiran, pendapat, imajinasi, dan berhubungan dengan manusia laninnya.

BAB I PENDAHULUAN. pikiran, pendapat, imajinasi, dan berhubungan dengan manusia laninnya. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bahasa merupakan alat terpenting yang digunakan manusia untuk berkomunikasi. Dengan bahasa, manusia akan dapat mengungkapkan segala pemikirannya. Selain itu, dengan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. kehidupan serta meningkatkan kemampuan berbahasa. Tarigan (1994: 1) berpendapat bahwa.

BAB 1 PENDAHULUAN. kehidupan serta meningkatkan kemampuan berbahasa. Tarigan (1994: 1) berpendapat bahwa. 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Salah satu tujuan umum pengajaran Bahasa Indonesia di SMA adalah siswa mampu menikmati, menghayati, memahami, dan memanfaatkan karya sastra, dengan tujuan untuk mengembangkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berkomunikasi dengan baik, seseorang perlu belajar cara berbahasa yang baik

BAB I PENDAHULUAN. berkomunikasi dengan baik, seseorang perlu belajar cara berbahasa yang baik 18 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pada hakikatnya, pembelajaran bahasa adalah belajar komunikasi, mengingat bahasa merupakan sarana komunikasi dalam masyarakat. Untuk berkomunikasi dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kegiatan pembelajaran merupakan suatu proses untuk mencapai kompetensi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kegiatan pembelajaran merupakan suatu proses untuk mencapai kompetensi 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kegiatan pembelajaran merupakan suatu proses untuk mencapai kompetensi dasar yang telah ditetapkan. Di dalam Permendiknas nomor 41 Tahun 2007 diamanatkan bahwa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mengajar menjadi terarah dan mencapai sasaran pendidikan.

BAB I PENDAHULUAN. mengajar menjadi terarah dan mencapai sasaran pendidikan. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sekolah merupakan lembaga pendidikan yang menjadi tempat untuk mencapai tujuan pendidikan, yaitu meningkatkan kecerdasan berbangsa guna mencapai sumber daya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bahasa sebagai alat komunikasi manusia, berupa lambang atau tanda dan selalu mengandung pemikiran dan perasaan. Di dalam komunikasi manusia menyampaikan pemikiran

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. peserta didik untuk berkomunikasi dalam bahasa Indonesia dengan baik dan

BAB I PENDAHULUAN. peserta didik untuk berkomunikasi dalam bahasa Indonesia dengan baik dan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pada hakikatnya bahasa adalah alat yang berfungsi untuk berkomunikasi. Pembelajaran bahasa Indonesia diarahkan untuk meningkatkan kemampuan peserta didik untuk

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Bahasa merupakan media yang digunakan manusia dalam berkomunikasi.

BAB 1 PENDAHULUAN. Bahasa merupakan media yang digunakan manusia dalam berkomunikasi. BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bahasa merupakan media yang digunakan manusia dalam berkomunikasi. Dengan bahasa, orang berpikir. Dengan bahasa, orang merasa. Pikiran dan perasaan diekspresikan dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kompetensi bahasa Indonesia dibagi menjadi 4 aspek yaitu mendengarkan, berbicara, membaca dan menulis. Keempat aspek ini saling berkaitan satu dengan yang lain

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Keempat keterampilan tersebut saling berhubungan, tidak boleh dipisahpisahkan

BAB I PENDAHULUAN. Keempat keterampilan tersebut saling berhubungan, tidak boleh dipisahpisahkan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Salah satu pengajaran bahasa Indonesia secara umum adalah agar siswa memiliki disiplin dalam berpikir dan berbahasa. Kebiasaan seseorang berpikir logis akan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Menulis naskah drama merupakan salah satu kegiatan atau bentuk dari

BAB 1 PENDAHULUAN. Menulis naskah drama merupakan salah satu kegiatan atau bentuk dari 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Menulis naskah drama merupakan salah satu kegiatan atau bentuk dari keterampilan menulis sastra. Keterampilan menulis naskah drama tidak datang dengan sendirinya,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pelajaran Bahasa Indonesia memiliki empat aspek keterampilan, yaitu

BAB I PENDAHULUAN. Pelajaran Bahasa Indonesia memiliki empat aspek keterampilan, yaitu BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pelajaran Bahasa Indonesia memiliki empat aspek keterampilan, yaitu keterampilan menyimak, berbicara, membaca, dan menulis. Menulis merupakan salah satu kegiatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yaitu: keterampilan menyimak, keterampilan berbicara, keterampilan membaca, dan

BAB I PENDAHULUAN. yaitu: keterampilan menyimak, keterampilan berbicara, keterampilan membaca, dan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Menurut Tarigan (2005:1) keterampilan berbahasa mempunyai empat komponen yaitu: keterampilan menyimak, keterampilan berbicara, keterampilan membaca, dan keterampilan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Berbagai model, pendekatan, strategi pembelajaran dan media pembelajaran yang

BAB I PENDAHULUAN. Berbagai model, pendekatan, strategi pembelajaran dan media pembelajaran yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pembelajaran bahasa Indonesia mengalami perkembangan yang pesat. Berbagai model, pendekatan, strategi pembelajaran dan media pembelajaran yang inovatif dan variatif

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Keterampilan menulis dapat kita klasifikasikan berdasarkan dua sudut

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Keterampilan menulis dapat kita klasifikasikan berdasarkan dua sudut BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Keterampilan menulis dapat kita klasifikasikan berdasarkan dua sudut pandang yang berbeda. Sudut pandang tersebut adalah kegiatan atau aktivitas dalam melaksanakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan dunia ilmu pengetahuan dan teknologi (IPTEK) saat ini

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan dunia ilmu pengetahuan dan teknologi (IPTEK) saat ini BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Perkembangan dunia ilmu pengetahuan dan teknologi (IPTEK) saat ini telah memasuki seluruh sendi kehidupan manusia. Salah satu diantaranya adalah dunia pendidikan.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. lingkungan sekolah, keterampilan menulis selalu dibelajarkan. Hal ini disebabkan oleh menulis

BAB I PENDAHULUAN. lingkungan sekolah, keterampilan menulis selalu dibelajarkan. Hal ini disebabkan oleh menulis BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Keterampilan menulis merupakan salah satu dari empat aspek keterampilan berbahasa dalam kegiatan pembelajaran. Bagi peserta didik yang sedang menuntut ilmu

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Penguasaan siswa tentang materi menulis bisa dikatakan sudah cukup

BAB 1 PENDAHULUAN. Penguasaan siswa tentang materi menulis bisa dikatakan sudah cukup BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Penguasaan siswa tentang materi menulis bisa dikatakan sudah cukup baik. Akan tetapi, dilihat dari segi keterampilan menulis, siswa masih belum bisa menerapkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN Rendahnya kemampuan menulis narasi menjadi permasalahan dalam pembelajaran Bahasa Indonesia di kelas IV SDN Banyuhurip Kecamatan Lembang, hal ini dilatar belakangi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. baik, di antaranya disebabkan oleh kurangnya minat dan motivasi siswa. Salah satu

BAB I PENDAHULUAN. baik, di antaranya disebabkan oleh kurangnya minat dan motivasi siswa. Salah satu BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pembelajaran menulis di sekolah saat ini masih belum terlaksana dengan baik, di antaranya disebabkan oleh kurangnya minat dan motivasi siswa. Salah satu penyebab

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pembelajaran bercerita diperoleh lewat komunikasi dalam keluarga dan juga dikembangkan secara sistematis di dalam pembelajaran formal di sekolah. Kemampuan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa merupakan salah satu hasil kebudayaan yang harus dipelajari dan

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa merupakan salah satu hasil kebudayaan yang harus dipelajari dan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bahasa merupakan salah satu hasil kebudayaan yang harus dipelajari dan diajarkan. Dengan bahasa, kebudayaan suatu bangsa dapat dibentuk, dibina dan dikembangkan.

Lebih terperinci