PENDAHULUAN. % Latar Belakang Sebagaimana bangsa-bangsa lain di dunia, Bangsa ndonesia sekarang ini sedang membangun yang mengarah kepada pembangunan suatu masyarakat modem yang terbuka. Membina masyarakat modern yang terbuka, martabat manusia harus senantiasa dijunjung tinggi serta dihargainya hak-hak asasi, demi tercapainya keadilan. Oleh karena itu, di dalam pembangunan masyarakat modern yang terbuka, perubahan sosial harus diselenggarakan secara damai, tidak lagi diketengahkan prinsip pertentangan kelas, paharn, ras dan sebagainya, melainkan yang perlu diketengahkan di sini adalah prinsip "Community Development" yang hendak mengubah masyarakat secara tertib, serasi, bertahap dan bertingkat. Perubahan secara darnai dalam rnernbina rnasyarakat yang terbuka adalah penting, karena perubahan dari masyarakat tradisional ke masyarakat modem sering menimbulkan ketegangan yang dapat menyebabkar! disorganisasi serta disintegrasi masyarakat dan kebudayaan. Salah satu upaya dalam pembangunan ya~g bertujjuan untuk memperbaiki kesejahteraan dan taraf hidup masyamkat desa, adalah melalui pembangunan pertanian. Upaya itu diantaranya diwujudkan dengan cara meningkatkan jurnlah produksi pertanian melalui pengenalan teknologi baru. Pengenalan teknologi pertanian di ndonesia, yang dilaksanakan melalui intensifikasi pertanian pangan, mulai diperkenalkan tahun 1960-an yang populer dikenal sebagai program "Revolusi
Hijau". ntensifikasi pertanian pangan ini menekankan pada pentingnya peningkatan produksi dengan menerapkan teknologi baru yang lebih maju daripada yang sudah 1 dikenal oleh para petani tradisional (Tjondronegoro 1 990). - Salah satu upaya pengenalan teknologi baru yang bertujuan untuk meningkatkan prakarsa dan peran serta masyarakat pedesaan tersebut adalah dengan membentuk kelompok tani dan kelompok atau organisasi sosial lainnya. Nilai-nilai yang ada dalam suatu kelompok atau organisasi di masyarakat pedesaan tenvujud dalam hubungan yang akrab dan sepenanggungan di antara anggota, serta musyawarah dan mufakat di dalam mengambil keputusan. Di samping itu, ikatan kebersamaan yang menimbulkan sense of belonging, sense of participation, sense of responsibility, keterbukaan dalam kepemimpinan, dan ikatan kepercayaan serta tradisi, merupakan 1 nilai-nilai positif lainnya yang dapat mengokohkan hubungan dalam kelompok. Di tengah derasnya arus upaya pemberdayaan masyarakat pedesaan --khususnya masyarakat petani kecil-- ke arah taraf kehidupan yang maju, modern, dan mandiri, masyarakat Kampung Naga merupakan satu potret komuniti yang justru seolah tak peduli dengan modernisasi. Bahkan sebaliknya dikenal sebagai masyarakat yang 1 sangat kuat di dalam mempertahankan tradisi warisan leluhurnya. ~ Namun walaupun dikategorikan sebagai masyarakat adat yang kuat mempertahankan tradisi, masyarakat Karnpung Naga bukan merupakan tipe suatu masyarakat yang statis dan primitif. Ketradisionalan masyarakat Kampung Naga tidak berarti menggambarkan keterisolasiannya dari dunia luar baik dari aspek geografis, sosial, maupun budaya. Di samping merupakan daerah terbuka untuk dikunjungi, banyak di antara masyarakat Kampung Naga yang selalu keluar masuk
kampung seperti untuk keperluan berdagang dan keperluan-keperluan lainnya. Bahkan ada di antaranya yang --karena exogami-- migrasi dan menetap di desa lain. Narnun uniknya, walaupun sudah tinggal di desa lain, tetapi masih terikat oleh tali temali tradisi sanaga dan secara rutin akan senantiasa menghadiri perayaan-perayaan ritual yang selalu dilakukan oleh masyarakat Kampung Naga. Kampung Naga memang cukup unik, karena ternyata roda kehidupan masyarakatnya tidak hanya terikat secara formal terhadap instansi pemerintah daerah setempat, melainkan juga terikat secara informal terhadap ikatan tradisi leluhur. Kedua ha1 tersebut mampu berjalan harmonis dan seirama dalam mengatur hari demi hari kehidupan masyarakat Kampung Naga. Kesediaan masyarakat Kampung Naga menempatkan diri dan berpijak pada ketentuan formal yang turut menata kehidupan, merupakan suatu adaptasi positif dalam upaya mewujudkan harmonisasi kehidupan berbangsa dan bernegara. Namun ' demikian, kondisi tersebut tidak mengubah wajah asli mereka yang sarat dengan nuansa tradisional. Berbagai dimensi kehidupan yang terkait erat dengan adat istiadat (tradisi) diatur secara informal dalam suatu sistem kemasyarakatan yang bersifat lokal. di bawah pengaruh pemangku adat yang kharismatis yang disebut kuncen. Walaupun masyarakat kampung Naga boleh dikatakan tidak tertutup bagi dunia luar, tetapi sendi-sendi kehidupan kesehariannya mencerrninkan suatu komuniti yang seolah-olah tidak pernah tersentuh oleh peradaban lain. Kenyataan ini lebih terlihat lagi ketika mengamati lebih jauh aktivitas masyarakat di dalam mengelola usahatani padi yang merupakan mata pencaharian pokok masyarakat kampung Naga. novasi pertanian yang dianggap merupakan solusi terbaik di dalam mengatasi ketertinggalan
masyarakat pedesaan, sepertinya tidak mampu menyelinap untuk merubah corak perilaku bertani orang Naga.. $ Berdasarkan pengamatan sewaktu pra survei, teknologi pertanian di Kampung - Naga relatif masih sangat sederhana dan bersifat tradisional. Kesederhanaan ini >. tercermin dari alat-alat yang digunakan untuk mengolah sawah atau lahan pertanian. Peralatan pertanian tersebut di antaranya berupa cangkul, garu, gasrok dan teplak. Adapun sifat tradisional itu sendiri tampak dari sistem pengetahuan pertanian yang diterapkan yang hingga kini masih merupakan cara lama yang diwariskan secara turun temurun dari leluhur sanaga. Misalnya, perhitungan-perhitungan yang dihubungkan dengan perjalanan bulan dan bintang untuk menghasilkan padi yang baik, ketaatan terhadap ketentuan adat (tradisi) yang berupa pantangan-pantangan dan anjuran-anjuran adat di dalam mengelola usahatani padi, bahkan sifat tradisional ini lebih terlihat lagi dari pelestarian jenis padi yang ditnnam yakni jenis padi tradisional (varietas lokal) yang disebut pare gede yang ditanam secara turun temurun. Realita kehidupan masyarakat kampung Naga sepeni diuraikan di atas, tentunya bukan disebabkan karena masyarakat tidak mengetahui adanya pembaharuan- pembaharuan yang terjadi di sekitarnya. Saat ini bahkan media massa elektronik sudah menjadi bagian kehidupan orang Naga, sehingga tidak ada alasan untuk tidak sampainya inforrnasi baru tersebut ke tengah-tengah kehidupan masyarakat. Di samping itu, secara insidental penyuluhan pertanian juga tetap dilaksanakan meskipun hanya menyentuh segelintar tokoh masyarakat. Lalu kemanakah inforrnasi tersebut diteruskan, dan mengapa tidak sampai pada tahap penerapan? Misteri dibalik pertanyaan seperti inilah yang akan dicoba dijawab di dalam penelitian ini.
Melihat fenomena seperti yang diuraikan di atas, mengukuhkan betapa pentingnya peranan komunikasi di dalam penyebarluasan informasi baru yang ~ -- sifatnya membangun. Oleh karena itu penelitian tentang struktur jaringan komunikasi ~ di antara warga masyarakat Kampung Naga dalam kaitannya dengan diseminasi i informasi pertanian, merupakan ha1 yang sangat penting untuk dilakukan, terutama 1 dalam rangka mengidentifikasi strukur jaringan komunikasi yang terjadi, sikap dan i perilaku masyarakat ketika dihadapkan kepada suatu inovasi, mengidentifikasi faktor- ~ faktor yang turut mempengaruhi penerimaan atau penolakan suatu inovasi, serta ~ menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi keterlibatan petani di dalam jaringan komunikasi pertanian. Bertitik tolak dari fenomena tersebut, maka dirumuskan masalah penelitian 1 sebagai berikut: "Bagaimana struktur jaringan komunikasi pertanian yang terbentuk di dalam masyarakat tradisional Kampung Naga, khususnya di dalam pengelolaan usahatani padi? " Masalah tersebut menyangkut persoalan yang lebih rinci sebagai berikut: 1. Bagaimana struktur jaringan komunikasi dalam usaha tani padi pada masyarakat tradisional Kampung Naga? 2. Bagaimana sikap warga masyarakat tradisional Kampung Naga terhadap i informasi dan tehologi baru pertanian? 1 1 3. Faktor-faktor apa yang mempengaruhi tingkat keterlibatan petani di dalarn jaringan komunikasi pertanian di kalangan masyarakat tradisional Kmpmg Naga?
. \ Tujuan Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk: 1. Mempelajari struktur jaringan komunikasi dalam usaha tani padi pada masyarakat tradisional Karnpung Naga, 2. Mempelajari sikap warga masyarakat tradisional Kampung Naga terhadap informasi dan teknologi baru pertanian, dan 3. Menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat keterlibatan petani di dalam jaringan komunikasi pertanian di kalangan masyarakat tradisional Kampung Naga. Kegunaan Peneltian Kegunaan atau manfaat penelitian ini bisa dilihat secara teoritis maupun praktis. 1. Secara teoritis diharapkan penelitian ini dapat menjadi sumbangan ilmiah untuk penelitian lebih lanjut mengenai struktur jaringan komunikasi dalam proses a,. ' diseminasi informasi baik informasi yang berhubungan dengan pertanian, maupun informasi lainnya yang ada di masyarakat pedesaan. 2. Sedangkan secara praktis, walaupun penelitian ini tidak bermaksud untuk menghasilkan resep perumusan suatu kebijakan, akan tetapi sedikitnya diharapkan dapat membantu para perumus kebijakan dengan memberikan informasi tentang pola atau struktur jaringan komunikasi dalam proses diseminasi informasi di kalangan warga masyarakat pedesaan, dan informasi mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat partisipasi masyarakat desa di dalam jaringan komunikasi informasi pertanian.