BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. semakin tinggi tingkat pendidikan di suatu Negara maka Negara tersebut dapat

BAB I PENDAHULUAN. suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif

I. PENDAHULUAN. kehidupan sehingga diperlukan Sumber Daya Manusia (SDM) yang handal.

BAB I PENDAHULUAN. manusia dan masyarakat suatu bangsa. Pendidikan diharapkan mampu

BAB I PENDAHULUAN. karena pada dasarnya setiap orang membutuhkan pendidikan. Pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. yang sedang terjadi dengan apa yang diharapkan terjadi.

BAB I PENDAHULUAN. kurang memperhatikan sektor pendidikannya. Pendidikan memiliki peran dalam

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. pembentukan diri secara utuh dalam arti pengembangan segenap potensi

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. yang diharapkan. Undang-undang No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional

EKSPERIMENTASI PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE NUMBERED HEAD TOGETHER DAN THINK PAIR SHARE TERHADAP HASIL BELAJAR

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN. Pendidikan adalah salah satu faktor yang menentukan kemajuan bangsa Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. luas, kreatif, terampil dan berkepribadian baik. oleh masyarakat yang ditujukan kepada lembaga pendidikan, baik secara langsung

I. PENDAHULUAN. Pendidikan memegang peranan penting dalam menciptakan manusia yang bertakwa

BAB I PENDAHULUAN. bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap,

I. PENDAHULUAN. (2012:5) guru berperan aktif sebagai fasilitator yang membantu memudahkan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan dan akhlak mulia serta keterampilan

BAB I PENDAHULUAN. dilaksanakan dalam lingkungan keluarga, sekolah dan masyarakat. Pendidikan. Menurut Undang-Undang No 20 Tahun 2003:

A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. dengan peserta didik dalam situasi intruksional edukatif. Melalui proses belajar

BAB I PENDAHULUAN. karakter kuat, berpandangan luas ke depan untuk meraih cita-cita yang

BAB I PENDAHULUAN. menjadi manusia yang mandiri, bertanggung jawab, kreatif, berilmu, sehat,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan suatu hal yang sangat penting bagi seorang

BAB I PENDAHULUAN. Akan tetapi yang perlu diingat bahwa pendidikan akan berhasil dengan. negara yang demokratis serta bertanggung jawab.

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan nasional dibidang pendidikan merupakan upaya untuk. kehidupan Bangsa dan meningkatkan kualitas sumber daya

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pada era globalisasai saat ini suatu bangsa dituntut bersaing dan selalu

BAB I PENDAHULUAN. PKn SD tidak saja menanamkan nilai-nilai Pancasila dan UUD 1945, namun juga

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pada era globalisasi seperti sekarang ini, segala sesuatu berkembang secara pesat dan sangat cepat.

BAB I PENDAHULUAN. perundang-undangan di Indonesia juga sudah tercantum dalam pembukaan. kehidupan berbangsa dan bernegara adalah dengan pendidikan.

BAB I PENDAHULUAN. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. sebagaimana yang tertuang dalam Undang Undang Nomor 20 tahun negara yang demokratis dan bertanggung jawab.

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan satu sektor yang paling penting dalam

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pendidikan dewasa ini bukan hanya untuk memenuhi target kurikulum semata, namun menuntut adanya pemahaman kepada

1. PENDAHULUAN. menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa,

BAB I PENDAHULUAN. sebagai suatu sistem pada prinsipnya bukan hanya bertujuan untuk memenuhi

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. menghadapi berbagai tantangan dan hambatan. Salah satu tantangan yang cukup

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan proses untuk membantu manusia dalam

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

mengembangkan potensi diri mereka melalui proses pembelajaran.

BAB I PENDAHULUAN. manusia, supaya anak didik menjadi manusia yang berkualitas, profesional,

BAB I PENDAHULUAN. karena belajar merupakan kunci untuk memperoleh ilmu pengetahuan. Tanpa

I. PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan usaha yang mempunyai tujuan, yang dengan. didik (Sardiman, 2008: 12). Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang

BAB I PENDAHULUAN. Menurut UU No.20 tahun 2003 tentang sistem Pendidikan Nasional menyatakan. bahwa:

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan suatu kebutuhan pokok manusia dan memegang peranan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Perkembangan suatu bangsa dapat dilihat dari perkembangan

I. PENDAHULUAN. Dunia pendidikan di Indonesia dewasa ini sedang mengalami krisis, yang harus dijawab oleh dunia pendidikan. Jika proses-proses

BAB I PENDAHULUAN. Dalam Undang-Undang RI No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan. Nasional :

BAB I PENDAHULUAN. Cindy Noor Indah putri, 2014

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Salah satu tujuan Negara Indonesia termuat dalam pembukaan UUD

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. keterampilan yang diperlukan dirinya dan masyarakat. dikarenakan melalui sektor pendidikan dapat dibentuk manusia yang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. seorang guru, dengan menciptakan kegiatan belajar mengajar yang

BAB I PENDAHULUAN. dan karakter manusia. Hal itu sejalan dengan Undang-Undang tentang. dan negara. Menurut pasal 3 Undang-Undang Nomor 20 tahun 2003

Pendidikan merupakan proses untuk membantu manusia dalam mengembangkan potensi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Belajar pada hakikatnya adalah proses interaksi terhadap semua situasi yang ada di

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan dalam kehidupan suatu negara memegang peranan yang. sangat penting untuk menjamin kelangsungan hidup negara dan bangsa.

I. PENDAHULUAN. Pendidikan adalah usaha untuk menumbuhkembangkan potensi SDM melalui

BAB I PENDAHULUAN. negara yang demokratis serta bertanggung jawab 1. Adapun tujuan pendidikan

BAB 1 PENDAHULUAN. berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. Pendidikan sangat diperlukan oleh manusia untuk mencapai suatu perkembangan

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan dikatakan berjalan baik apabila mampu berperan secara proporsif,

BAB I PENDAHULUAN. Pada dasarnya pembelajaran adalah suatu proses yang tidak mudah. menggunakan pembelajaran dalam kegiatan belajar mengajar.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pendidikan adalah suatu proses yang akan mempengaruhi dalam diri peserta

BAB I PENDAHULUAN. memiliki penetahuan dan keterampilan, serta manusia-manusia yang memiliki

BAB I PENDAHULUAN. Kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi yang terus berkembang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. Pendidikan menentukan kualitas sumber daya manusia di suatu negara,

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. baik agar dapat menghasilkan sumber daya manusia yang berkualitas.

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan usaha manusia untuk membina kepribadiannya sesuai dengan nilai-nilai di dalam

BAB I PENDAHULUAN. dalam kehidupan bermasyarakat dan bernegara. Pendidikan dapat menjadikan

I. PENDAHULUAN. Pendidikan di negara Indonesia dilakukan dalam upaya meningkatkan mutu

BAB I PENDAHULUAN. kompetensi yang diharapkan. Karena hal itu merupakan cerminan dari kemampuan

BAB I PENDAHULUAN. kebiasaan sekelompok orang yang di turunkan dari satu generasi ke generasi

BAB 1 PENDAHULUAN. yang baik (Hamalik, 2009, h. 60). Dalam UU No. 20 Tahun 2003 pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. manusia untuk selalu berfikir dan mencari hal-hal yang baru. Pendidikan tidak

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATF TIPE THINK, PAIR AND SHARE

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. pembelajaran di sekolah dasar era globalisasi. menjadi agen pembaharuan. Pembelajaran di Sekolah Dasar diharapkan dapat

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan menduduki posisi sentral dalam pembangunan. Kualitas sumber

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan proses pengembangan daya nalar, keterampilan, dan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. meningkatkan kualitas guru melalui penataran-penataran atau melanjutkan

BAB I PENDAHULUAN. nasional dalam bab II pasal 3 tentang aturan tentang pendidikan nasional di sebutkan

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan. Pendidikan adalah sebuah proses dengan metode-metode tertentu

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Yusi Rosidah, 2013 PENGARUH METODE TEAMS GAMES TOURNAMENT TERHADAPA PARTISIPASI BELAJAR SISWA PADA PEMBELAJARAN IPS

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Di era globalisasi seperti pada zaman sekarang ini, pendidikan merupakan aspek yang sangat dibutuhkan oleh setiap orang. Hal itu dikarenakan pendidikan mampu membentuk sumber daya manusia yang terampil, kreatif dan inovatif. Pendidikan menekankan pada proses belajar yang bertujuan untuk mengembangkan seluruh potensi yang ada pada diri manusia. Hal tersebut sesuai dengan pasal 1 ayat 1 Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 yang berbunyi : Pendidikan adalah suatu usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual, keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa, dan negara. Pernyataan tersebut mengandung maksud bahwa pendidikan bertujuan untuk menciptakan individu yang berkualitas. Hal itu dilakukan dengan cara mengembangkan potensi-potensi yang ada dalam diri manusia sehingga tercipta manusia yang memiliki kekuatan spiritual atau keagamaan, mampu mengendalikan diri, mempunyai kepribadian yang baik, kecerdasan yang tinggi dan berakhlak mulia serta memiliki keterampilan yang dapat berguna untuk semua pihak. Pendidikan formal sampai sekarang tetap menjadi lembaga pendidikan utama yang merupakan pusat pengembangan sumber daya manusia dengan didukung oleh pendidikan dalam keluarga dan masyarakat. Setiap lembaga pendidikan memiliki pendidik dan tenaga kependidikan yang memiliki peran yang sangat strategis dalam mengelola pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan baik secara institusional maupun tujuan secara nasional. Secara nasional, berdasarkan UU No 20 Tahun 2003 pasal 3 menyebutkan bahwa pendidikan bertujuan untuk mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, 1

2 berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan menjadi warga Negara yang demokratis serta bertanggung jawab. Sedangkan tujuan institusional pendidikan tergantung dari visi dan misi sekolah dalam merencanakannya. Untuk mencapai tujuan seperti yang telah dikatakan diatas, semua pihak harus ikut andil dalam mewujudkan tujuan tersebut, termasuk guru. Ketika guru dapat melakukan pembelajaran dengan baik maka akan menciptakan hasil yang berkualitas. Oleh karena itu, guru sebagai salah satu komponen yang penting bagi terciptanya generasi hebat harus mampu menempatkan diri sebagai sosok yang membangkitkan minat dan hasrat siswa untuk terus belajar. SMA Batik 1 Surakarta merupakan salah satu institusi pendidikan di kota Surakarta. Sebagai salah satu sekolah yang menjadi percontohan penerapan kurikulum 2013 di kota Surakarta, SMA Batik 1 Surakarta membutuhkan guruguru yang professional dan kompeten. Dalam kurikulum 2013 peran guru di suatu kelas adalah sebagai fasilitator dalam pembelajaran. Hal ini dikarenakan pada dasarnya pembelajaran yang dikehendaki adalah berpusat pada siswa atau yang sering dikenal dengan student center. Dalam hal ini, siswa dituntut aktif partisipatif dalam proses pembelajaran agar dapat mengembangkan potensinya secara maksimal. Seperti halnya pada pembelajaran sosiologi, proses pembelajaran harus melibatkan keseluruhan aspek dalam diri siswa. Hal ini dimaksudkan untuk mengembangkan pemahaman siswa terhadap fenomena sosial dalam kehidupan sehari-hari. Maka dari itu, sebagai ilmu yang berkaitan erat dengan masyarakat, sosiologi harus dipelajari dengan baik oleh peserta didik. Usaha demi usaha telah dilakukan agar dapat menciptakan pembelajaran yang baik dan kondusif seperti, pemenuhan sarana-prasarana, media pembelajaran, sumber belajar dan lain-lain. Namun, tidak dapat dipungkiri bahwa masalah juga dapat muncul di sekolah tersebut khususnya di kelas XI IPS 4 yang mayoritas peserta didiknya tidak semuanya aktif dan berpartisipasi dalam proses pembelajaran sehingga hasil belajar yang didapatkan kurang maksimal. Masalah-masalah tersebut peneliti ketahui setelah peneliti melakukan observasi dan mengumpulkan data awal sebagai bahan pertimbangan untuk melakukan penelitian tindakan kelas.

3 Observasi yang peneliti lakukan berguna untuk mengidentifikasi masalahmasalah yang terjadi di kelas tersebut. Observasi tersebut peneliti lakukan selama 2x pertemuan pada hari Selasa, 19 Januari 2016 pukul 06.25-08.00 WIB dan hari Kamis, 21 Januari 2016 pada pukul 06.25-08.00 WIB di kelas XI IPS 4 SMA Batik 1 Surakarta bersama guru pengampu mata pelajaran yaitu Ibu Dra. Sri Muldyahatmi, M.Si. Berikut ini merupakan masalah-masalah di kelas XI IPS 4 SMA Batik 1 Surakarta saat pembelajaran sosiologi : 1. Partisipasi siswa dalam pembelajaran rendah. Hal ini dibuktikan dengan sedikitnya jumlah siswa yang menjawab pertanyan ketika guru bertanya, tidak pernah mengajukan pertanyaan dan sering tidak mendengarkan penjelasan guru. 2. Banyak peserta didik yang melakukan kegiatan lain diluar pelajaran sosiologi, seperti mengobrol sendiri dengan teman sebangku, mengerjakan tugas selain sosiologi, menggambar sesuatu yang tidak berkaitan dengan sosiologi dan sebagainya. 3. Metode yang digunakan guru dalam menyampaikan materi adalah metode ceramah. Metode ceramah memang diperlukan dalam menyampaikan materi, namun ketika 2 jam pelajaran diisi dengan ceramah saja maka siswa akan cenderung bosan dan tidak memperhatikan sehingga membuat kelas gaduh karena siswa melakukan kegiatan-kegiatan mereka sendiri. 4. Karena pelajaran sosiologi dimulai jam pertama dan bel berbunyi pada pukul 06.25 WIB, ada sebagian siswa yang terlambat dan harus mengurus surat izin ke bagian kesiswaan sehingga menyita waktu mereka dalam menerima pelajaran sosiologi. Tercatat ada 3 siswa yang terlambat pada observasi pada tahap pra tindakan. 5. Guru belum menggunakan metode pembelajaran yang bervariatif dan cenderung menggunakan metode konvensional saja sehingga siswa kurang tertarik untuk belajar sosiologi. Hal ini mengakibatkan keikutsertaan mereka dalam proses pembelajaran rendah.

4 6. Hasil belajar kognitif siswa pada mata pelajaran sosiologi kurang optimal. Hal ini dibuktikan dengan rata-rata nilai mid semester murni hanya 74,52 padahal Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) yang berlaku adalah 75. Selain itu, jumlah siswa yang tuntas dengan melampaui nilai 75 adalah sebanyak 28 siswa atau 59,57%, sedangkan sisanya yaitu 19 siswa atau 40,43% dinyatakan belum tuntas. Berdasarkan identifikasi masalah tersebut, peneliti bersama dengan guru pengampu mata pelajaran melakukan diskusi untuk memecahkan masalah yang muncul di kelas XI IPS 4. Dari kegiatan diskusi yang dilakukan pada hari Sabtu tanggal 23 Januari 2016, peneliti dengan guru mata pelajaran menyimpulkan permasalahan yang muncul di kelas dikarenakan siswa merasa bosan dengan pelajaran sosiologi karena sebagian besar waktu dalam pembelajaran hanya digunakan untuk mendengarkan materi dan mengerjakan soal yang diberikan oleh guru sehingga partisipasi siswa cenderung pasif. Hal itu menyebabkan hasil belajar kognitif siswa pada mata pelajaran sosiologi kurang maksimal. Setelah melakukan refleksi dengan guru, peneliti bersama guru pengampu mata pelajaran sosiologi mendapatkan fokus dari masalah-masalah yang muncul. Masalah yang muncul di kelas XI IPS 4 berfokus pada rendahnya partisipasi siswa dalam pembelajaran sehingga menyebabkan hasil belajar kognitif siswa juga rendah. Oleh karena itu diperlukan suatu upaya agar siswa turut berpartisipasi aktif dalam pembelajaran yang nantinya akan berdampak pada meningkatnya hasil belajar sosiologi siswa di kelas XI IPS 4 SMA Batik 1 Surakarta khususnya pada ranah kognitif. Sedangkan pada aspek afektif, peneliti mempertimbangkan bahwa aspek sikap tidak bisa dinilai hanya dengan beberapa pertemuan saja, namun merupakan suatu proses yang panjang agar mendapatkan nilai yang sesuai dengan keadaan peserta didik yang sebenarnya. Untuk itu, fokus masalah penelitian yang akan ditingkatkan adalah hasil belajar kognitif dan partisipasi belajar siswa di kelas XI IPS 4 SMA Batik 1 Surakarta. Salah satu model pembelajaran yang dapat meningkatkan partisipasi peserta didik adalah model pembelajaran kooperatif atau sering disebut dengan cooperative learning. Jenis-jenis model pembelajaran kooperatif antara lain,

5 STAD (Student Team Achievement Divisions), Jigsaw, TGT (Team Game Tournament), NHT (Numbered Head Together), TPS (Think, Pair and Share) dan lain-lain. Model-model tersebut memiliki ciri khas tersendiri karena terdapat kelebihan dan kelemahan jika diterapkan dalam suatu kelas. Hal ini dikarenakan tidak semua model cocok digunakan di semua kelas karena penerapan model pembelajaran seharusnya melihat masalah apa saja yang terjadi dan perbaikan apa yang diperlukan. Berdasarkan fokus masalah yang telah ditemukan oleh peneliti bersama dengan guru, model pembelajaran kooperatif tipe Think, Pair and Share adalah model pembelajaran yang tepat diterapkan di kelas tersebut. Model tersebut mendorong siswa untuk terbiasa berpikir kemudian bekerja dalam suatu pasangan atau kelompok. Selain itu, model tersebut tidak memerlukan pengaturan kelas yang kompleks karena setiap anak pasti memiliki teman dalam satu bangku. Model pembelajaran kooperatif tipe Think, Pair and Share juga efektif ketika diterapkan di kelas XI IPS 4 karena jumlah anggotanya 47 siswa dengan ukuran kelas yang tidak terlalu luas sehingga tidak membutuhkan pergerakan siswa yang terlalu rumit. Kelebihan lain yang dimiliki model pembelajaran tersebut adalah setiap anggota kelompok akan cukup aktif karena jumlah kelompok hanya 2-4 orang sehingga pembagian kerja biasanya dapat merata. Hal tersebut akan dapat mengakibatkan meningkatnya partisipasi siswa dalam pembelajaran. Berdasarkan uraian diatas, dapat dipahami bahwa model pembelajaran kooperatif tipe Think,Pair and Share memungkinkan siswa untuk berpartisipasi aktif dalam suatu proses pembelajaran. Ketika partisipasi belajar siswa meningkat maka secara tidak langsung kemungkinan nilai yang diperoleh siswa juga akan meningkat. Oleh karena itu, peneliti akan melakukan Penelitian Tindakan Kelas ( PTK ) dengan judul PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE THINK PAIR AND SHARE (TPS) UNTUK MENINGKATKAN PARTISIPASI DAN HASIL BELAJAR SISWA PADA MATA PELAJARAN SOSIOLOGI DI KELAS XI IPS 4 SMA BATIK 1 SURAKARTA TAHUN AJARAN 2015/2016

6 B. Rumusan Masalah Berdasarkan batasan masalah yang telah ditentukan oleh peneliti, rumusan masalah pada penelitian tindakan kelas ini adalah : 1. Apakah penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Think Pair and Share dapat meningkatkan partisipasi belajar siswa pada mata pelajaran sosiologi di kelas XI IPS 4 SMA Batik 1 Surakarta? 2. Apakah penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Think Pair and Share dapat meningkatkan hasil belajar siswa pada mata pelajaran sosiologi di kelas XI IPS 4 SMA Batik 1 Surakarta. C. Tujuan Penelitian Berdasarkan rumusan masalah yang telah ditentukan, tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian tindakan kelas ini adalah : 1. Untuk meningkatkan partisipasi siswa dalam pembelajaran sosiologi melalui penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Think Pair and Share di kelas XI IPS 4 SMA Batik 1 Surakarta tahun ajaran 2015/2016 2. Untuk meningkatkan hasil belajar dalam mata pelajaran sosiologi melalui penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Think Pair and Share di kelas XI IPS 4 SMA Batik 1 Surakarta 2015/2016 D. Manfaat Hasil Penelitian Berdasarkan tujuan yang ingin dicapai, maka penelitian ini diharapkan bermanfaat bagi : 1. Guru a. Dapat membantu guru dalam menambah wawasan tentang model model pembelajaran khususnya tipe Think, Pair and Share. b. Dapat membantu guru dalam memecahkan masalah yang timbul dalam proses pembelajaran. c. Dapat membantu guru dalam meningkatkan kualitas mengajar di kelas.

7 d. Mampu meningkatkan profesionalitas guru dalam melakukan pembelajaran di kelas 2. Siswa Melalui penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Think, Pair and Share, siswa mampu meningkatkan partisipasi dan hasil belajar siswa khususnya pada mata pelajaran Sosiologi di kelas XI IPS 4 SMA Batik 1 Surakarta. 3. Sekolah Hasil penelitian dapat dijadikan bahan pertimbangan dalam menyusun program pembelajaran pada tahap selanjutnya serta dapat mendorong sekolah untuk meningkatkan mutu dan kualitas pendidikan. Selain itu, juga dapat memotivasi guru-guru lain untuk terus meningkatkan kualitas pembelajaran di kelas. 4. Peneliti Dapat memberikan pengalaman dan pengetahuan tentang kelemahan dan kelebihan dari penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Think, Pair and Share pada mata pelajaran Sosiologi di kelas XI IPS 4 SMA Batik 1 Surakarta