BAB I PENDAHULUAN. Pelaksanaan otonomi daerah telah diatur dalam Undang-Undang Republik

dokumen-dokumen yang mirip
DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA MALANG,

GUBERNUR SUMATERA BARAT,

BUPATI CIAMIS PERATURAN BUPATI CIAMIS NOMOR 39 TAHUN 2016 TENTANG TUGAS, FUNGSI DAN TATA KERJA UNSUR ORGANISASI INSPEKTORAT

jtä ~Éàt gtá ~ÅtÄtçt cüéä Çá ]tãt UtÜtà

LAKIP INSPEKTORAT 2012 BAB I PENDAHULUAN. manajemen, antara lain fungsi-fungsi planning, organizing,

BUPATI SUKOHARJO PERATURAN BUPATI SUKOHARJO NOMOR 55 TAHUN 2008

Walikota Tasikmalaya Provinsi Jawa Barat

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PADANG LAWAS UTARA,

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pengendalian intern merupakan salah satu alat bagi manajemen

BUPATI PULANG PISAU PROVINSI KALIMANTAN TENGAH PERATURAN BUPATI PULANG PISAU NOMOR 33 TAHUN 2016 TENTANG

WALIKOTA TASIKMALAYA

INSPEKTORAT DAERAH KABUPATEN KUPANG Bagian Pertama. Inspektorat. Pasal 17

GUBERNUR KALIMANTAN TENGAH,

Gubernur Jawa Barat PERATURAN GUBERNUR JAWA BARAT NOMOR : 39 TAHUN 2011 TENTANG KEBIJAKAN PENGAWASAN PEMERINTAH PROVINSI JAWA BARAT TAHUN 2011

BAB I P E N D A H U L U A N

WALIKOTA BLITAR PROVINSI JAWA TIMUR

BUPATI SUKABUMI PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN BUPATI SUKABUMI NOMOR 49 TAHUN 2016 TENTANG STRUKTUR ORGANISASI DAN TATA KERJA INSPEKTORAT

BUPATI BANYUWANGI PERATURAN BUPATI BANYUWANGI NOMOR 40 TAHUN 2011 TENTANG RINCIAN TUGAS, FUNGSI DAN TATA KERJA INSPEKTORAT KABUPATEN BANYUWANGI

BUPATI BADUNG PERATURAN BUPATI BADUNG NOMOR 86 TAHUN 2012 TENTANG STANDAR AUDIT APARAT PENGAWASAN INTERN PEMERINTAH (APIP) KABUPATEN BADUNG

G U B E R N U R SUMATERA BARAT

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 12 TAHUN 2017 TENTANG PEMBINAAN DAN PENGAWASAN PENYELENGGARAAN PEMERINTAHAN DAERAH

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 47 TAHUN 2015 TENTANG KEMENTERIAN PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA DAN REFORMASI BIROKRASI

BUPATI LOMBOK BARAT PERATURAN BUPATI LOMBOK BARAT NOMOR 37 TAHUN 2011 TENTANG RINCIAN TUGAS, FUNGSI DAN TATA KERJA INSPEKTORAT KABUPATEN LOMBOK BARAT

2017, No Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 58, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5679); M

BERITA DAERAH KOTA BEKASI

3. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 18 Tahun 2016 tentang Perangkat Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia tahun 2016 Nomor 114);

PROFIL INSPEKTORAT KOTA SERANG

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 47 TAHUN 2015 TENTANG KEMENTERIAN PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA DAN REFORMASI BIROKRASI

BUPATI MAROS PROVINSI SULAWASI SELATAN PERATURAN BUPATI MAROS NOMOR: 08 TAHUN 2016 TENTANG

PERATURAN BUPATI PANDEGLANG NOMOR 30 TAHUN 2014 TENTANG RINCIAN TUGAS, FUNGSI DAN TATA KERJA INSPEKTORAT KABUPATEN PANDEGLANG

BAB 1 PENDAHULUAN. Sebagai wujud pertanggungjawaban daerah atas otonomi pengelolaan keuangan

I. PENDAHULUAN. Keuangan Daerah adalah semua hak dan kewajiban Daerah dalam rangka

BUPATI LUWU TIMUR PROVINSI SULAWESI SELATAN PERATURAN BUPATI LUWU TIMUR NOMOR 1 TAHUN 2015 TENTANG

WALIKOTA DEPOK PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN WALIKOTA DEPOK NOMOR 85 TAHUN 2016 TENTANG

BUPATI SUMBAWA BARAT PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT

BUPATI PATI PROVINSI JAWA TENGAH

BUPATI BULUKUMBA PROVINSI SULAWESI SELATAN PERATURAN BUPATI BULUKUMBA NOMOR 74 TAHUN 2016 TENTANG

BUPATI BANGKA PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG

PERATURAN DAERAH KABUPATEN TASIKMALAYA NOMOR 17 TAHUN 2008 TENTANG INSPEKTORAT KABUPATEN TASIKMALAYA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Gubernur Jawa Barat GUBERNUR JAWA BARAT,

BUPATI PATI PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI PATI NOMOR 21 TAHUN 2O16 TENTANG PIAGAM AUDIT INTERN DI LINGKUNGAN PEMERINTAH KABUPATEN PATI

Pada hakekatnya reformasi birokrasi pemerintah merupakan proses

BUPATI BELITUNG PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG PERATURAN BUPATI BELITUNG NOMOR 41 TAHUN 2016 TENTANG

BAB II PERENCANAAN DAN PERJANJIAN KINERJA

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 11 TAHUN 2015 TENTANG KEMENTERIAN DALAM NEGERI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BUPATI KUTAI BARAT PROVINSI KALIMANTAN TIMUR PERATURAN BUPATI KUTAI BARAT NOMOR 26 TAHUN 2017 TENTANG

2013, No BAB I KEDUDUKAN, TUGAS, DAN FUNGSI Pasal 1 (1) Lembaga Administrasi Negara yang selanjutnya disebut LAN adalah lembaga pemerintah nonke

BERITA DAERAH PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT

BUPATI BADUNG PROVINSI BALI PERATURAN BUPATI BADUNG NOMOR 83 TAHUN 2016 TENTANG URAIAN TUGAS INSPEKTORAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BUPATI TANAH BUMBU PROVINSI KALIMANTAN SELATAN PERATURAN BUPATI TANAH BUMBU NOMOR TAHUN 2017 TENTANG

BERITA DAERAH KOTA SAMARINDA SALINAN

I. PENDAHULUAN. Belanja Daerah (APBD). Dampak dari sistem Orde Baru menyebabkan. pemerintah daerah tidak responsif dan kurang peka terhadap aspirasi

TINJAUAN PUSTAKA. pegawai untuk memberikan keyakinan memadai atas tercapainya tujuan organisasi

PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR PER.04/MEN/2011 PEDOMAN PENGAWASAN INTERN LINGKUP KEMENTERIAN KELAUTAN DAN PERIKANAN

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 192 TAHUN 2014 TENTANG BADAN PENGAWASAN KEUANGAN DAN PEMBANGUNAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI NEGARA PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA,

WALIKOTA PROBOLINGGO

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 192 TAHUN 2014 TENTANG BADAN PENGAWASAN KEUANGAN DAN PEMBANGUNAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BUPATI BANGKA. Jalan A. Yani (Jalur Dua) Sungailiat Bangka Telp. : (0717) Faximile : (0717) 92534

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 59 TAHUN 2015 TENTANG KEMENTERIAN PEMBERDAYAAN PEREMPUAN DAN PERLINDUNGAN ANAK

W A L I K O T A Y O G Y A K A R T A

KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 95 TAHUN 2000 TENTANG BADAN PERTANAHAN NASIONAL PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BUPATI PASURUAN PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN BUPATI PASURUAN NOMOR 42 TAHUN 2016 TENTANG

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 11 TAHUN 2015 TENTANG KEMENTERIAN DALAM NEGERI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 11 TAHUN 2015 TENTANG KEMENTERIAN DALAM NEGERI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA,

RANCANGAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN LIMA PULUH KOTA NOMOR : 8 TAHUN 2008 TENTANG PEMBENTUKAN ORGANISASI DAN TATA KERJA SATUAN POLISI PAMONG PRAJA

BUPATI BIMA PERATURAN BUPATI BIMA NOMOR 16 TAHUN 2017 TENTANG URAIAN TUGAS, FUNGSI DAN TATA KERJA KECAMATAN DI KABUPATEN BIMA

PERATURAN GUBERNUR KALIMANTAN SELATAN NOMOR 01 TAHUN 2014 TENTANG PROGRAM KERJA PENGAWASAN TAHUNAN TAHUN 2014 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PEMERINTAH KABUPATEN MURUNG RAYA

GUBERNUR PAPUA PERATURAN GUBERNUR PAPUA NOMOR 1 TAHUN 2011 TENTANG URAIAN TUGAS DAN FUNGSI INSPEKTORAT PROVINSI PAPUA

2 Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 28 Tahun 1999 tentang Penyelenggaraan Negara yang Bersih dan Bebas dari Korupsi, Kolusi, dan Nepotisme (Lembaran

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 192 TAHUN 2014 TENTANG BADAN PENGAWASAN KEUANGAN DAN PEMBANGUNAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. otonomi seluas-luasnya dalam kerangka Negara Kesatuan Republik Indonesia.

2 5. Peraturan Presiden Nomor 7 Tahun 2015 tentang Organisasi Kementerian Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 8); MEMUTUSKAN:

GUBERNUR BALI PERATURAN GUBERNUR BALI NOMOR 48 TAHUN 2011 TENTANG RINCIAN TUGAS POKOK INSPEKTORAT PROVINSI BALI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 13 TAHUN 2007 TENTANG PEMBERDAYAAN PENGAWASAN PENYELENGGARAAN PEMERINTAHAN DAERAH

RENCANA AKSI INSPEKTORAT KABUPATEN PEKALONGAN TAHUN 2016

BUPATI PURWAKARTA PERATURAN BUPATI PURWAKARTA NOMOR : 56 TAHUN 2008 TENTANG RINCIAN TUGAS, FUNGSI DAN TATA KERJA KANTOR PERPUSTAKAAN DAERAH

PERATURAN BUPATI LANDAK NOMOR 24 TAHUN 2008 TENTANG TUGAS POKOK, FUNGSI, STRUKTUR ORGANISASI DAN TATA KERJA INSPEKTORAT KABUPATEN LANDAK

BUPATI PURWOREJO PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI PURWOREJO NOMOR 66 TAHUN 2016 TENTANG

WALIKOTA BANJARBARU PERATURAN WALIKOTA BANJARBARU NOMOR 31 TAHUN 2008 TENTANG TUGAS POKOK, FUNGSI DAN TATA KERJA INSPEKTORAT KOTA BANJARBARU

GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA NOMOR 52 TAHUN 2015 TENTANG RINCIAN TUGAS DAN FUNGSI INSPEKTORAT

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KLATEN,

WALIKOTA PONTIANAK PROVINSI KALIMANTAN BARAT PERATURAN WALIKOTA PONTIANAK NOMOR 58 TAHUN 2016 TENTANG

PERATURAN BUPATI KUNINGAN NOMOR : 64 TAHUN 2016 TENTANG

BUPATI CILACAP PROVINSI JAWA TENGAH

KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 95 TAHUN 2000 TENTANG BADAN PERTANAHAN NASIONAL PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

GubernurJawaBarat GUBERNUR JAWA BARAT,

LEMBARAN DAERAH KOTA BANDUNG TAHUN : 2007 NOMOR : 11 PERATURAN DAERAH KOTA BANDUNG NOMOR 11 TAHUN 2007 TENTANG

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

-1- GUBERNUR ACEH PERATURAN GUBERNUR ACEH NOMOR 99 TAHUN 2016 TENTANG KEDUDUKAN, SUSUNAN ORGANISASI, TUGAS, FUNGSI DAN TATA KERJA INSPEKTORAT ACEH

PEMERINTAH KOTA BLITAR I N S P E K T O R A T Jl. Merdeka No. 105 Telp (0342)

BUPATI SINJAI PROVINSI SULAWESI SELATAN PERATURAN BUPATI SINJAI NOMOR 56 TAHUN 2016 TENTANG

TINJAUAN PUSTAKA. Kata peran atau role dalam kamus oxford dictionary diartikan : Actor s part;

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 59 TAHUN 2015 TENTANG KEMENTERIAN PEMBERDAYAAN PEREMPUAN DAN PERLINDUNGAN ANAK

PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN BUPATI KARAWANG NOMOR : 7 TAHUN 2015

ANALISIS GAMBARAN TUPOKSI SKPD INSPEKTORAT PROVINSI KALIMANTAN TIMUR

BUPATI KARO PROPINSI SUMATERA UTARA PERATURAN BUPATI KARO NOMOR 38 TAHUN 2016 TENTANG TUGAS POKOK, FUNGSI DAN URAIAN TUGAS INSPEKTORAT KABUPATEN KARO

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pelaksanaan otonomi daerah telah diatur dalam Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintah Daerah yang kemudian diubah dengan Undang-Undang Nomor 8 Tahun 2005. Pemberian kewenangan melalui otonomi daerah didasarkan pada asas desentralisasi. Salah satu syarat untuk melaksanakan kewenangan atas dasar desentralisasi adalah tersedianya sumber pembiayaan sesuai yang telah diatur pada Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Dana Perimbangan Keuangan Antara Pemerintah Pusat dan Daerah. Maka dari itu kepala daerah dapat mengelola keuangan daerah masing-masing. Adanya otonomi daerah membawa perubahan baru yang cukup mendasar atas kedudukan aparat di lingkungan pemerintahan. Perubahan tersebut terletak pada pengawasan fungsional di lingkungan aparat internal audit. Pemberian kewenangan melalui otonomi daerah harus didampingi oleh pengawasan di tingkat daerah. Menurut Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 pasal 156 ayat 1 Keuangan Daerah adalah semua hak dan kewajiban daerah yang dapat dinilai dengan uang dan segala uang berupa uang dan barang yang dapat disajikan milik daerah yang berhubungan dengan pelaksanaan hak dan kewajiban tersebut. Keuangan daerah ini terdiri dari penerimaan dan 1

2 pengeluaran asli daerah. Pelaksanaan otomoni daerah ini dilakukan dalam rangka mewujudkan good goverment. Agar dapat mencapai tujuan tersebut perlu diadakan penegakan aturan dalam rangka clean goverment yaitu pemerintah yang bersih dari tindakan Korupsi, Kolusi dan Nepotisme atau KKN. Maka dari itu Kabinet Indonesia Bersatu telah menetapkan program yang salah satunya untuk melaksanakan penegakan hukum secara konsisten dan melanjutkan pemberantasan KKN. Pemerintah Daerah Istimewa Yogyakarta dalam rangka mewujudkan clean goverment melalui Inspektorat Daerah Istimewa Yogyakarta atau yang sering disebut Inspektorat DIY. Inspektorat DIY merupakan salah satu instansi yang berbentuk badan, dipimpin oleh seorang Inspektur yang berada di bawah dan bertanggung jawab kepada Kepala Daerah melalui Sekretaris Daerah serta memiliki fungsi untuk melakukan pengawasan. Pengawasan yang dilakukan Inspektorat DIY didasarkan atas Peraturan Pemerintah Nomor 79 Tahun 2005 tetang Pedoman Pembinaan dan Pengawasan Penyelenggaraan Pemerintah Daerah. Inspektorat DIY dibentuk berdasarkan Peraturan Daerah Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta Nomor 7 Tahun 2008 tentang Organisasi dan Tata Kinerja Inspektorat, Badan Perencanaan Pembanguanan Daerah, Lembaga Teknis Daerah dan Satuan Polisi Pamong Praja Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta.

3 Fungsi pengawasan di tingkat daerah akan mencegah terjadinya penyimpangan dan penyelewengan seperti tindak korupsi, kolusi dan nepotisme serta kebocoran dan pemborosan kekayaan daerah khususnya pada Pemerintah Daerah Istimewa Yogyakarta. Terjadinya hal-hal seperti KKN tentu dapat berakibat pada Pendapatan Asli Daerah atau PAD Daerah Istimewa Yogyakarta yang tidak akan dapat teralisasikan sesuai dengan target yang telah ditentukan. Berdasarkan Peraturan Gubernur Nomor 51 Tahun 2008 pasal 3 fungsi Inspektorat DIY adalah : 1. Perencanaan program dan pengawasan. 2. Perumusan kebijakan dan fasilitasi pengawasan. 3. Pemeriksaan, pengusutan, pengujian, reviu laporan keuangan dan penilaian tugas pengawasan dan atau kinerja instansi. 4. Pengawasan terhadap pelaksanaan urusan pemerintah daerah. 5. Pembinaan dan pengawasan atas penyelenggaraan pemerintahan Kabupaten/Kota, dan pelaksanaan urusan pemerintah di Daerah Kabupaten/Kota. 6. Penyelenggaraan kegiatan ketatausahaan. 7. Pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh atasan sesuai dengan tugas dan fungsinya. Fungsi utama Inspektorat DIY adalah membantu manajemen pemerintahan untuk memeriksa dan mengawasi sistem pengendalian internal serta membantu meningkatkan pendapatan asli daerah agar dapat terkontrol sesuai dengan

4 target yang sebelumnya telah ditetapkan. Kinerja Inspektorat DIY dapat dilihat pada LAKIP atau Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintahan. LAKIP akan menggambarkan kinerja yang berhasil dicapai oleh suatu organisasi pemerintah atas pelaksanaan program dan kegiatan yang dibiayai oleh APBD. Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah ini disusun dalam periode tahunan. LAKIP memiliki manfaat sebagai bahan evaluasi terhadap kenirja organisasi pemerintah selama periode satu tahun. Inspektorat DIY merupakan salah satu organisasi pemerintah yang melakukan penyelenggaraan pemerintah di bidang pengawasan. Pengawasan yang dilakukan oleh Inspektorat DIY menurut LAKIP 2012 direalisasikan dengan beberapa kegiatan diantaranya adalah : 1. Pelaksanaan pengawasan intern secara berkala. 2. Penanganan kasus pengaduan di lingkungan pemerintah daerah. 3. Pengendalian manajemen pelaksanaan kebijakan kepala daerah. 4. Inventarisasi temuan pengawasan. 5. Tindak lanjut hasil temuan pengawasan. 6. Koordinasi pengawasan yang lebih komprehensif.

5 Tabel 1 Target dan Realisasi Pendapatan Asli Daerah Daerah Istimewa Yogyakarta Tahun 2011-2014 No Keterangan 2011 Rencana (Rp) Realisasi (Rp) Persentase (%) 1 Pajak Daerah 655.306.917.953 735.226.105.916 112,2 2 Hasil Retribusi Daerah 33.575.099.081 35.985.658.458 107,18 3 4 No Keterangan 2012 Rencana (Rp) Realisasi (Rp) Persentase (%) 1 Pajak Daerah 805.095.980.000 871.630.605.393 108,26 2 Hasil Retribusi Daerah 32.149.648.150 34.115.157.619 106,11 3 4 Hasil Pengelolaan Kekayaan Daerah yang Dipisahkan Hasil Pengelolaan Kekayaan Daerah yang Dipisahkan 29.200.366.955 28.961.383.472 99,18 Lain-lain Pendapatan Asli Daerah yang Sah 57.035.064.000 71.790.353.339 125,87 Jumlah 775.117.447.989 871.963.501.185 112,49 31.088.429 92.202.606 296,58 Lain-lain Pendapatan Asli Daerah yang Sah 45.139.246.800 62.824.830.237 139,18 Jumlah 882.415.963.379 968.662.795.855 109,77 No Keterangan 2013 Rencana (Rp) Realisasi (Rp) Persentase (%) 1 Pajak Daerah 1.021.820.720.000 1.063.314.117.923 104,06 2 Hasil Retribusi Daerah 35.715.599.098 38.043.041.005 106,52 3 4 Hasil Pengelolaan Kekayaan Daerah yang Dipisahkan 40.411.499.192 40.817.517.188 101,00 Lain-lain Pendapatan Asli Daerah yang Sah 53.058.526.507 73.929.656.201 139,34 Jumlah 1.151.006.344.797 1.216.104.332.317 105,66 No Keterangan 2014 Rencana (Rp) Realisasi (Rp) Persentase (%) 1 Pajak Daerah 1.202.117.342.494,00 1.291.665.050.808,00 107,45 2 Hasil Retribusi Daerah 40.682.507.208,00 44.595.094.779,61 109,62 3 4 Hasil Pengelolaan Kekayaan Daerah yang Dipisahkan 48.063.944.818,32 48.247.880.493,70 100,38 Lain-lain Pendapatan Asli Daerah yang Sah 51.426.681.059,95 80.098.219.910,14 155,75 Jumlah 1.342.290.475.580 1.464.606.245.991 109,11 Sumber : Laporan Keterangan Pertanggungjawaban DIY Tahun 2011-2014

6 Berdasarkan tabel target dan realisasi pendapatan asli daerah Daerah Istimewa Yogyakarta dari tahun 2011 hingga tahun 2014 menunjukkan bahwa pemerintah daerah mampu mencapai target yang telah direncakan. Hal ini dapat dilihat dari persentase yang ditampilkan disetiap tahun rata-rata menunjukkan persentase di atas 100% yang berarti pemerintah telah berhasil mencapai apa yang telah ditargetkan pada perencanaan. Berdasarkan pada penelitian sebelumnya yang pernah dilakukan oleh Purwanti Mariani (2012) menyatakan bahwa pernanan Inspektorat dapat meningkatkan pendapatan asli daerah pada Pemerintah Kota Bandung serta dalam penelitian lain yang dilakukan pada Inspektorat Majalengka oleh Susanti (2011) menyatakan hal yang sama yaitu Inspektorat berperan dalam meningkatkan pendapatan asli daerah pada Pemerintah Kota Majalengka. Berdasarkan latar belakang diatas penulis bermaksud untuk melakukan penelitian yang sama dengan objek yang berbeda yaitu pada Pemerintah Kota Daerah Istimewa Yogyakarta dengan judul : PERANAN INSPEKTORAT DIY DALAM MENINGKATKAN PENDAPATAN ASLI DAERAH DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA TAHUN 2011-2014

7 1.2 Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang masalah diatas, rumusan masalah dalam penulisan ini adalah : 1. Seberapa besar peningkatan Pendapatan Asli Daerah Daerah Istimewa Yogyakarta yang terjadi pada tahun 2011-2014? 2. Bagaimanakah peranan Inspektorat DIY dalam peningkatan Pendapatan Asli Daerah Daerah Istimewa Yogyakarta? 1.3 Tujuan Penulisan Penulisan ini dilakukan dengan beberapa tujuan, diantaranya adalah : 1. Mengetahui seberapa besar peningkatan Pendapatan Asli Daerah Daerah Istimewa Yogyakarta yang terjadi pada tahun 2011-2014. 2. Mengetahui Bagaimanakah peranan Inspektorat DIY dalam peningkatan Pendapatan Asli Daerah Daerah Istimewa Yogyakarta? 1.4 Kerangka Penulisan Sebuah organisasi yang menjalankan fungsi perencanaan, pengorganisasian serta pelaksanaan tentu tidak akan berjalan dengan maksimal tanpa adanya sebuah pengawasan. Semakin berkembangnya kegiatan sebuah organisasi maka aktivitas yang akan dilakukannya akan semakin kompleks. Semakin kompleksnya kegiatan sebuah organisasi maka seorang pemimpin organisasi tersebut akan semakin terbatas dalam melakukan pengawasan. Pengawasan pada sebuah organisasi penting dilakukan karena hal ini tidak hanya bertujuan pada keefektifan sebuah organisasi itu sendiri namun juga

8 turut melindungi harta organisasi dan kebijaksanaan yang telah ditentukan oleh pemerintah daerah. Selain itu pengawasan dilakukan untuk mengurangi atau bahkan meniadakan kemungkinan terjadinya penyimpangan yang dapat merugikan pemerintah daerah itu sendiri. Menurut Peraturan Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur Negara Nomor : PER/03.1/M.PAN/3/2007 Pengawasan merupakan salah satu fungsi manajemen yang penting dalam penyelenggaraan pemerintahan. Tujuan utama pengawasan adalah menjaga dan menjamin agar penyelenggaraan pemerintah dapat mencapai tujuan dan sasaran yang telah ditetapkan secara ekonomis, efektif, dan efisien serta sesuai dengan peraturan perundang-undangan. Pelaksanaan fungsi pengawasan harus dapat mendorong penyelenggaraan pemerintahan kearah penerapan prinsip-prinsip agar penyelenggaraan pemerintahan berjalan dengan baik (good goverment). Berdasarkan definisi diatas maka dapat disimpulkan bahwa pengawasan merupakan kegiatan yang perlu dilakukan untuk menjamin agar pelaksanaan kegiatan dapat mencapai tujuan dan sasaran yang telah ditetapkan. Pada sebuah instansi pemerintahan pengawasan diwakili oleh aparat pengawas yang selanjutnya di sebut Inspektorat yang didalamnya terdiri dari auditor internal yang profesional di bidang masing-masing. Inspektorat membantu pemerintah untuk memeriksa dan mengawasi jalannya arus masuk dan keluar pendapatan asli daerah agar dapat berjalan lancar serta dapat pula diawasi. Inspektorat juga dapat memberikan rekomendasi untuk perbaikan dalam melaksanakan peningkatan pendapatan asli daerah.

9 Pendapatan Asli Daerah atau yang sering disingkat PAD merupakan pendapatan yang diperoleh daerah yang dipungut berdasarkan peraturan daerah sesuai dengan peraturan perundang-undangan (Darise, 2011, 48). Pendapatan asli daerah merupakan sumber penerimaan daerah sendiri perlu ditingkatkan untuk dapat menanggung sebagian belanja daerah dalam penyelenggaraan pemerintah daerah. Menurut Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 pasal 6 Sumber-sumber Pendapatan Asli Daerah meliputi: 1. Pajak Daerah 2. Retribusi Daerah 3. Hasil Pengelolaan Kekayaan yang Dipisahkan 4. Pendapatan Asli Daerah Lain-Lain yang Sah Melalui penelitian yang dilakukan Purwanti (2012) mengatakan bahwa: Terdapat korelasi sebesar 0,646 yang menunjukkan bahwa peran Inspektorat Kota Bandung memiliki hubungan yang kuat dalam meningkatkan Pendapatan Asli Daerah. Berdasarkan pengujian hipotesis diperoleh thitung > ttabel yang berarti Ho ditolak. Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan penulis menarik kesimpulan bahwa Inspektorat Kota Bandung berperan dalam meningkatkan Pendapatan Asli Daerah. Berdasarkan penelitian diatas, penulis mengajukan hipotesis yang akan diuji yaitu : Inspektorat DIY berperan dalam peningkatan Pendapatan Asli Daerah atau PAD pada Pemerintah Daerah Daerah Istimewa Yogyakarta.

10 PEMERINTAH DAERAH Pengeluaran Pemasukan PAD INSPEKTORAT Dana perimbagan Pendapatan lainlain pemerintah daearah yang sah Gambar 1 Kerangka Pemikiran

11