PENERIMAAN PAJAK RESTORAN DAN PAJAK DAERAH

dokumen-dokumen yang mirip
PENGARUH PERTUMBUHAN EKONOMI, PENDAPATAN ASLI DAERAH DAN DANA ALOKASI UMUM TERHADAP BELANJA MODAL PADA KABUPATEN GORONTALO

BAB I PENDAHULUAN. Sesuai dengan Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1999 yang telah direvisi menjadi Undang-

BAB V PENUTUP. adalah tersedianya sumber sumber pembiayaan, sumber pembiayaan tersebut

ZELFIA YULIANA SUTAMI ( ) Program Studi Akuntansi Fakultas Ekonomi. Universitas Maritim Raja Ali Haji ABSTRAK

Pengaruh Desentralisasi Fiskal dan Kinerja Keuangan terhadap Alokasi Belanja Modal

I. PENDAHULUAN Belanja daerah merupakan pengalokasian dana yang harus dilakukan secara efektif dan efisien, dimana belanja daerah dapat menjadi tolak

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. daerah otonomi di Provinsi Sulawesi Utara. Ibu kota Kabupaten

PENGARUH SEKTOR EKONOMI TERHADAP PENDAPATAN ASLI DAERAH (PAD) PROVINSI RIAU. Dian Alfira Kasmita

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Dalam konteks pembangunan, bangsa Indonesia sejak lama telah

ANALISIS PENGARUH PENDAPATAN. : Silvina Ramadani NPM : Jurusan : Akuntansi Pembimbing : Dr. Prihantoro, SE., MM..

OPTIMALISASI APBD DALAM PERSPEKTIF PERFORMANCE BUDGET

PENGARUH PENDAPATAN ASLI DAERAH TERHADAP TINGKAT KEMANDIRIAN KEUANGAN DAERAH KOTA BANDUNG (Studi Kasus Pada DPKAD Kota Bandung Periode )

BAB I PENDAHULUAN. Pengelolaan pemerintah daerah, baik ditingkat provinsi maupun tingkat

Pengaruh Gaya Kepemimpinan dan Komunikasi Internal Terhadap Kinerja Pegawai Pada Kantor Panti Sosial Bina Remaja Taruna Jaya di Tebet

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

Hubungan Linier Jumlah Penduduk Yang Bekerja dengan Belanja Langsung

FAKTOR FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENINGKATAN PENDAPATAN ASLI DAERAH DI KABUPATEN BANYUASIN Dwi Septa Aryani *) Nabilah

BAB 1 PENDAHULUAN. otonomi daerah. Otonomi membuka kesempatan bagi daerah untuk mengeluarkan

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

ANALISIS PENERIMAAN PAJAK REKLAME, PAJAK HIBURAN, PAJAK HOTEL DAN PAJAK RESTORAN TERHADAP PENDAPATAN ASLI DAERAH KOTA YOGYAKARTA PERIODE

PENGARUH DESENTRALISASI BPHTB TERHADAP PENERIMAAN DAERAH KABUPATEN BADUNG. Komang Yogi Wirasatya Made Yenni Latrini

SUCI WULANDARI. Jurusan Akuntansi, Fakultas Ekonomi, Universitas Maritim Raja Ali Haji, Tanjungpinang ABSTRAKSI

DAFTAR ISI. 1.2 Rumusan Masalah Maksud dan Tujuan Penelitian Kegunaan Penelitian Lokasi dan Waktu Penelitian...

PENGARUH TOTAL ASSET TURNOVER (TAT) DAN NET PROFIT MARGIN (NPM) TERHADAP RETURN ON EQUITY (ROE) PADA PT. INDOFOOD SUKSES MAKMUR, TBK

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Mamesah dalam Halim (2007), keuangan daerah daoat diartikan

BAB I PENDAHULUAN. Reformasi yang terjadi pada bidang politik mulai merambah pada bidang

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Daerah (PAD), Dana Alokasi Umum (DAU), Dana Alokasi Khusus (DAK),

: Niken Kurniawati NPM :

BAB I PENDAHULUAN. mayoritas bersumber dari penerimaan pajak. Tidak hanya itu sumber

BAB I PENDAHULUAN. daerahnya dari tahun ke tahun sesuai dengan kebijakan-kebijakan yang telah

ANALISIS KONTRIBUSI PENERIMAAN PAJAK DAERAH TERHADAP PENDAPATAN ASLI DAERAH KOTA PEMATANGSIANTAR. Calen (Politeknik Bisnis Indonesia) Abstrak

BAB IV HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN. serta besarnya Penerimaan Asli Daerah (PAD) Kota Gorontalo selama periode Data

Rakhmini Juwita Fakultas Ekonomi, Universitas Terbuka Kata Kunci: Pendapatan Asli Daerah dan Kinerja Keuangan

: Analisis Pendapatan Asli Daerah (PAD) Dalam Upaya Pelaksanaan Otonomi Daerah di Kabupaten Badung Bali. : Tyasani Taras NIM :

BAB I PENDAHULUAN. Otonomi daerah merupakan peluang dan sekaligus juga sebagai tantangan.

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan harus dapat dinikmati oleh seluruh lapisan masyarakat. Pembangunan

BAB I PENDAHULUAN. ini tidak terlepas dari keberhasilan penyelenggaraan pemerintah propinsi maupun

BAB 1V HASIL DAN PEMBAHASAN. Sampel dalam penelitian ini adalah 35 kabupaten/kota dijawa tengah tahun 2011-

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian. Dengan dikeluarkannya UU No. 22 Tahun 1999 yang kemudian direvisi

EFEKTIVITAS PAJAK RESTORAN UNTUK MENINGKATKAN PENDAPATAN ASLI DAERAH (PAD) PADA PEMERINTAH DAERAH KOTA KEDIRI

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KESADARAN WAJIB PAJAK DALAM MEMENUHI KEWAJIBAN PAJAK BUMI DAN BANGUNAN DI SURAKARTA. P a r d i STIE AUB Surakarta

PENGARUH PERTUMBUHAN EKONOMI DAN PENDAPATAN ASLI DAERAH TERHADAP TINGKAT KEMANDIRIAN KEUANGAN DAERAH (Studi Kasus Pada Kota Di Jawa Barat)

PENGARUH PENGANGGURAN, KEMISKINAN DAN PENDIDIKAN TERHADAP PEMBANGUNAN MANUSIA DI PROVINSI DKI JAKARTA PERIODE

PENGARUH SANKSI PERPAJAKAN DAN KESADARAN WAJIB PAJAK MEMBAYAR PAJAK BUMI DAN BANGUNAN (PBB) DI WILAYAH KPP PRATAMA DEPOK. : Baiq Laxmi Riska Zone

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN

DAFTAR ISI. Halaman Sampul Depan Halaman Judul... Halaman Pengesahan Skripsi... Daftar Isi... Daftar Tabel... Daftar Gambar... Daftar Lampiran...

KONTRIBUSI PAJAK DAERAH DAN RETRIBUSI DAERAH TERHADAP PENDAPATAN ASLI DAERAH KOTA BANDUNG

BAB III METODELOGI PENELITIAN. yaitu penelitian yang menekankan analisisnya pada data-data numerical atau

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Pembangunan merupakan usaha terencana dan terarah untuk

BAB I PENDAHULUAN. semua itu kita pahami sebagai komitmen kebijakan Pemerintah Daerah kepada. efisien dengan memanfaatkan sumber anggaran yang ada.

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. nilai rata-rata (mean), standar deviasi, varian, maksimum, minimum, sum, range,

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Penelitian ini dilakukan pada Dinas Pendapatan, Pengelolaan Keuangan

PENGARUH PENDAPATAN ASLI DAERAH TERHADAP BELANJA DAERAH KABUPATEN BOALEMO (Studi Pada Kantor BadanPengelolaanKeuangandanAset Daerah KabupatenBoalemo)

BAB I PENDAHULUAN. kebijakan daerahnya sendiri, membuat peraturan sendiri (PERDA) beserta

PENGARUH PENDAPATAN ASLI DAERAH (PAD) DAN TINGKAT PARTISIPASI ANGKATAN KERJA (TPAK) TERHADAP PDRB PADA PROVINSI DKI JAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. Sistem pemerintahan Republik Indonesia mengatur asas desentralisasi,

Rudi Aditia Hartono Manajemen Ekonomi 2013

I. PENDAHULUAN. tersebut dibutuhkan sumber-sumber keuangan yang besar. Undang-undang Nomor 23 tahun 2014 tentang Pemerintah Daerah yang

BAB I PENDAHULUAN. Pelaksanaan otonomi daerah yang dititikberatkan pada daerah. kabupaten dan kota dimulai dengan adanya penyerahan sejumlah

FAKULTAS EKONOMI UNIVERSITAS GUNADARMA JAKARTA 2016

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

Kata Kunci : Pendapatan asli daerah, Dana alokasi umum, Dana bagi hasil, Dana alokasi khusus, Belanja daerah.

BAB I PENDAHULUAN. oleh krisis ekonomi yang menyebabkan kualitas pelayanan publik terganggu dan

BAB I PENDAHULUAN. Kemandirian keuangan daerah sebagaimana tercantum dalam Undang-Undang

BAB I PENDAHULUAN. Undang Nomor 23Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah dan Undang-

PENGARUH HASIL PEMUNGUTAN PAJAK HOTEL DAN PAJAK RESTORAN TERHADAP PENDAPATAN ASLI DAERAH KOTA BANDUNG. (Studi pada Dinas Pelayanan Pajak Kota Bandung)

BAB I PENDAHULUAN. Sejak diberlakukannya Undang-Undang No.32 Tahun 2004 tentang Otonomi

PENGARUH PENDAPATAN ASLI DAERAH (PAD) DAN DANA ALOKASI UMUM (DAU) TERHADAP BELANJA LANGSUNG

DAMPAK PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO PERKAPITA DAN JUMLAH WISATAWAN TERHADAP PAJAK HOTEL DAN RESTORAN DI KOTA SAMARINDA

EVALUASI PEMUNGUTAN PAJAK HOTEL DAN RESTORAN

BAB I PENDAHULUAN. seiring dengan semakin banyaknya kewenangan pemerintah yang. dilimpahkan kepada daerah disertai pengalihan personil, peralatan,

Keyword: Local Tax, Local Retribution, Local Original Revenue.

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. pusat mengalami perubahan. Jika sebelumnya pemerintah bersifat sentralistik

BAB I PENDAHULUAN. terdiri dari pulau-pulau atau dikenal dengan sebutan Negara Maritim. Yang mana dengan letak

PENGARUH PAJAK DAERAH TERHADAP PENDAPATAN ASLI DAERAH (Studi Kasus Pada Dinas Pendapatan Kota Batu Tahun )

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan otonomi daerah khususnya Daerah Tingkat II (Dati II) merupakan titik awal pelaksanaan pembangunan,

Key words: Parking Tax, Restaurant Tax, Parking Retribution, Regional Original Income

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pelaksanaan Undang-Undang Republik Indonesia No. 22 Tahun 1999 dan

BAB I PENDAHULUAN. Konsekuensi dari pelaksanaan otonomi daerah dan desentralisasi tersebut yakni

BAB I PENDAHULUAN. maka menuntut daerah Kab. Lombok Barat untuk meningkatkan kemampuan. Pendapatan Asli Daerah menurut Undang Undang Nomor 28 Tahun

PENGARUH PENDAPATAN ASLI DAERAH DAN DANA BAGI HASIL TERHADAP BELANJA DAERAH (Studi Kasus pada Pemerintah Kota Bandung )

KONTRIBUSI DAN PENGARUH PENERIMAAN RETRIBUSI DAERAH TERHADAP PENDAPATAN ASLI DAERAH DI KABUPATEN MINAHASA SELATAN ( )

BAB I PENDAHULUAN. bernegara di Republik Indonesia. Salah satu dari sekian banyak reformasi yang

ANALISIS PENGARUH KESEJAHTERAAN, LINGKUNGAN KERJA DAN BUDAYA ORGANISASI TERHADAP KINERJA KARYAWAN HOTEL MELEAWAI

BAB III METODE PENELITIAN

PENGARUH PENGELOLAAN PAJAK BUMI DAN BANGUNAN PERDESAAN DAN PERKOTAAN TAHUN 2014 TERHADA PERENCANAAN ANGGARAN PENERIMAAN PADA DPPKAD KOTA PALOPO

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat setempat menurut prakarsa sendiri berdasarkan aspirasi. masyarakat sesuai dengan peraturan perundang-undangan.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Era reformasi memberikan kesempatan untuk melakukan perubahan pada

BAB I PENDAHULUAN. pemerintahan dan kepentingan masyarakat setempat untuk penyelenggaraan

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan ekonomi daerah khususnya Daerah Tingkat II (Dati II)

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Sejak diberlakukannya otonomi daerah di Indonesia pada tahun 2001,

BAB 1 PENDAHULUAN. pusat (sentralistik) telah menimbulkan kesenjangan antara Jawa dan luar Jawa

BAB III METODE PENELITIAN. 1 kota di Provinsi D.I. Yogyakarta. Penelitian ini menggunakan data realisasi

BAB III METODE PENELITIAN. metode analisis data serta pengujian hipotesis.

Transkripsi:

262 PENERIMAAN PAJAK RESTORAN DAN PAJAK DAERAH Mahdan Syarif Program Magister Ilmu Administrasi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Riau Kampus Bina Widya Jl. H.R. Soebrantas, Km. 12,5 Panam Pekanbaru Abstract: Tax Revenues Restaurant and Local Tax. The research objective was to determine the effect of tax revenue to the local tax restaurant in the Department of Revenue, Finance and Asset Management District Siak. The informants were officials at the Department of Revenue, Finance and Asset Management. Secondary data collection techniques using time series analysis unit budget financial results Siak Siak district budget. Data were analyzed using simple regression test. The results showed that the restaurant tax receipts have an influence on increasing local tax revenues, although not show optimal results. Keywords: local tax, restaurant tax revenue. Abstrak: Penerimaan Pajak Restoran dan Pajak Daerah. Tujuan penelitian adalah untuk mengetahui pengaruh penerimaan pajak restoran terhadap pajak daerah di Dinas Pendapatan, Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah Kabupaten Siak. Informan penelitian adalah pejabat pada Dinas Pendapatan, Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah. Teknik pengumpulan data skunder menggunakan time series dengan unit analisis hasil laporan keuangan APBD Siak APBD Kabupaten Siak. Teknik analisis data menggunakan uji regresi sederhana. Hasil penelitian menunjukkan bahwa penerimaan pajak restoran mempunyai pengaruh pada peningkatan pendapatan pajak daerah, walaupun belum menampakkan hasil optimal. Kata kunci: pajak daerah, pajak restoran, pendapatan asli daerah. PENDAHULUAN Perkembangan dunia global telah membawa perubahan dan pengaruh yang amat besar dalam berbagai aspek kehidupan di bangsa Indonesia. Sehingga bangsa harus dapat melakukan perubahan-perubahan sesuai dengan perkembangan zaman dengan berlandaskan peraturann-peraturan yang telah dibuat dengan tujuan membangun dan memajukan bangsa. Salah satu bentuk membangun dan memajukan bangsa adalah menetapkan perpajakn sebagai salah satu perwujudan kewajiban kenegaraan yang mana penempatan beban kepada seluruh rakyat, kemudian diberikan tugas dan tanggung jawab kepada pemerintahan untuk melakukan pengaturan dan pengelolaan bangsa Indonesia. Pada saat berlakunya Republik Indonesia Serikat (RIS), pemerintah daerah memiliki otonomi yang besar,tetapi sejak berlakunya Demokrasi Terpimpin, otonomi daerah menjadi sangat tebatas. Pada masa Orde Baru, hubungan keuangan antara pemerintah pusat dan daerah diatur menurut UU No. 5 Tahun 1974, dimana hubungan itu pada akhirnya membuat pemerintah pusat menjadi sangat kuat dan peranan pemerintahan daerah menjadi semakin kecil. Dikeluarkan UU No. 32 Tahun 2004 sebagaimana perubahan atas UU No. 22 Tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah dan UU No. 33 Tahun 2004 perubahan atas UU No. 25 Tahun 1999 yang khusus mengatur soal Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Daerah, memberikan harapan baru mengenai otonomi yang luas bagi daerah Propinsi/Kotamadya dan Kabupaten di Indonesia. Pengaturan sumber-sumber keuangan/ pendapatan daerah terdapat dalam Undang- Undang No. 32 tahun 2004 disamping mengatur pemerintahan daerah, juga menjelaskan hubungan keuangan antara pemerintah pusat dan pemerintah daerah. Sumber pendapatan pemerintah daerah terdiri dari 3 (tiga) komponen besar, yaitu : 262

Mahdan Syarif, Penerimaan Pajak Restoran dan Pajak Daerah 263 1. Pendapatan Asli Daerah, yang meliputi: a. Hasil pajak daerah b. Hasil restribusi daerah c. Hasil perusahaan daerah (BUMD) d. Lain-lain hasil usaha daerah yang sah 2. Pendapatan yang berasal dari pusat, meliputi : a. Sumbangan dari pemerintah b. Sumbangan-sumbangan lain yang diatur dengan peraturan perundang-undangan 3. Lain-lain pendapatan daerah yang sah Diantara ketiga komponen sumber pendapatan tersebut, komponen pertama yaitu Pendapatan Asli Daerah yang meliputi Pajak Daerah, Retribusi Daerah, Hasil Perusahaan Daerah dan lain-lain. Hasil Usaha Daerah yang sah, salah satu yang paling dominan memberikan kontribusinya terhadap penerimaan daerah adalah Pajak Daerah yang telah diatur dalam UU Nomor 34 Tahun 2000 yang sebagaimana telah diubah dengan UU Nomor 28 Tahun 2009 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah. Dari sekian banyak pajak daerah yang dipungut oleh pemerintahan daerah, yang telah diatur dalam UU Nomor 28 Tahun 2009 ialah salah satu sumber penerimaan pajak daerah yang disebutkan khususnya daerah Tingkat II adalah Pajak Restoran yang merupakan penerimaan daerah yang juga sangat potensial. Kemampuan pemerintah dalam mengelola keuangan dituangkan dalam Pendapatan Belanja Daerah (APBD), Pendapatan Belanja Daerah (APBD) atau Pendapatan Belanja Negara (APBN) adalah perkiraan pendapatan dan pengeluaran satu tahun guna membiayai program-program pemerintah dan antisipasi sumber-sumber penerimaan satu tahun yang akan datang (Sidik, 2001). APBD secara langsung maupun tidak langsung dapat dijadikan cermin kemampuan pemerintah dalam mengelola keuangan daerah, membiayai pelaksanaan tugas-tugas pemerintahan, pembangunan dan pelayanan sosial masyarakat, sehingga dapat diketahui kemandirian keuangan pemerintah daerah dalam mengelola keuangan daerah dengan menggunakan suatu alat penilaian berupa analisis rasio keuangan APBD. Terkait dengan hal di atas, Halim (2001) berpandangan bahwa ciri utama suatu daerah mampu melaksanakan otonomi adalah: 1) kemampuan keuangan daerah, yang berarti daerah tersebut memiliki kemampuan dan kewenangan sendiri untuk membiayai penyelenggaraan pemerintahan; 2) ketergantungan kepada bantuan pusat harus seminimal mungkin. Oleh karena itu PAD harus menjadi sumber keuangan terbesar yang didukung oleh kebijakan perimbangan keuangan pusat dan daerah. Pada tahun 2003 untuk daerah kota di Provinsi Riau, kontribusi PAD terhadap Penerimaan Daerah pada interval 1%-3%, dan kontribusi Pajak Daerah terhadap PAD berada pada interval 12%-51%, sedangkan kontribusi pusat melalui Dana Perimbangan kepada daerah pada interval 83% - 95%. Data ini menunjukkan bahwa kontribusi Pendapatan Asli Daerah (PAD) terhadap Pendapatan Daerah dan kontribusi Pajak Daerah terhadap PAD di Provinsi Riau sangat rendah dan terlepas dari hak alokasi bagi hasil yang begitu besar yang diperoleh oleh Provinsi Riau (Fitrios, R, 2008). Data pajak daerah di Kabupaten Siak selama periode 2009-2013 berfluktuatif yaitu sebagai berikut: Tabel 1. Data Pajak Daerah Kabupaten Siak Periode 2009 2013 (dalam miliar rupiah) Tahun Target Realisasi Pertumbuhan PAD (1) (2) (3) (4) 2009 28.177.000.000.00 31.613.686.704.66 112.20 2010 26.071.512.046.00 35.238.820.504.08 135.16 2011 34.997.000.000.00 36.991.289.970.25 105.70 2012 26.075.000.000.00 32.489.186.469.00 124.60 2013 37.735.000.000.00 82.022.220.860.00 217.36 (%)

264 Jurnal Ilmu Administrasi Negara, Volume 13, Nomor 3, Juli 2015: 262-267 Berdasarkan uraian tersebut di atas maka Pajak Daerah merupakan salah satu factor pendukung dalam penyelenggaraan Pemerintah Daerah, karena pendanaan dan pembiayaan yang dipungut dari sector pajak sangat diperlukan untuk menunjang kegiatan Pembangunan Daerah. Adapun Jenis Pajak Daerah Kabupaten/Kota berdasarkan Undang-undang Nomor 34 Tahun 2000 tentang perubahan atas Undang-undang Nomor 18 Tahun 1997 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah, dan PP Nomor 65 Tahun 2001 tentang Pajak Daerah, adalah: 1. Pajak Hotel 2. Pajak Restoran 3. Pajak Hiburan 4. Pajak Reklame 5. Pajak Penerangan Jalan 6. Pajak Pengambilan Bahan Galian Golongan C 7. Pajak Parkir Dari beberapa jenis Pajak Daerah tersebut, yang mengalami peningkatan dalam perkembangan setiap tahunnya adalah pajak restoran. Data penerimaan pendapatan pajak restoran Kabupaten Siak selama periode 2009-2013 dapat dilihat pada tabel 2. Tabel 2. Data Pendapatan Restoran Kabupaten Siak Periode 2009-2013 (dalam miliar rupiah) Tahun (Miyar Rp.) Realisasi PAD (Miyar Rp.) Pertumbuhan Pendapatan Restoran (1) (2) (3) (4) (%) 2009 500.000.000.00 960.515.512.00 192.10 2010 750.000.000.00 1.497.198.019.00 199.63 2011 1.100.000.000.00 2.513.822.446.00 228.53 2012 1.600.000.000.00 3.861.230.506.00 235.42 2013 1.700.000.000.00 3.923.154.628.00 243.15 Pertanyaan penelitiannya adalah bagaimana pengaruh penerimaan pajak restoran terhadap kontribusi pajak daerah pada Dinas Pendapatan, Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah Kabupaten Siak. Hasil penelitian Vidya Paramita (2012) tentang pengaruh pemungutan pajak restoran terhadap pendapatan asli daerah, kabupaten bandung menunjukkan bahwa pajak restoran berpengaruh terhadap pendapatan asli daerah dengan korelasi yang sangat kuat (0.916). METODE Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode kuantitatif. Sedangkan model penelitian yaitu model riset/survey dengan pendekatan analisis kualitatif dan kuantitatif. Unit analisis laporan penerimaan pajak restoran selama enam (6) tahun, yaitu periode 2009-2013. Teknik pengumpulan data yang diperlukan dalam penelitian adalah time series berupa realisasi pajak restoran dan pendapatan asli daerah di Kabupaten Siak selama periode pengamatan. Sumber data tersebut diperoleh dari Dinas Pendapatan, Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah (DPPKAD) Kabupaten Siak. Teknik analisis data yang digunakan adalah regresi sederhana. HASIL Pajak Restoran Pajak restoran adalah pajak atas pelayanan restoran. Restoran adalah tempat menyantap makanan dan atau minuman yang disediakan dengan ini dipungut bayaran, tidak termasuk usaha jasa boga dan catering. Tabel 3. Data Pajak Restoran Kabupaten Siak Periode 2009-2013. Tahun Target Realisasi Pertumbuhan PAD (%) (1) (2) (3) (4) 2009 500.000.000.00 960.515.512.00 132,11 2010 750.000.000.00 1.497.198.019.00 199,63 2011 1.100.000.000.00 2.513.822.446.00 228,53 2012 1.600.000.000.00 3.861.230.506.00 241,33 2013 1.700.000.000.00 3.923.154.628.00 230,77 Jumlah 1,092,36 Rata-rata 218,47 Pajak Tingkat penerimaan pajak restoran di Kabupaten Siak di hitung dengan dengan membandingkan antara realisasi penerima pajak restoran dengan target pajak restoran.

Mahdan Syarif, Penerimaan Pajak Restoran dan Pajak Daerah 265 Apabila perhitungan efektivitas pajak restoran menghasilkan angka atau persentase melebihi 100%, maka pajak restoran semakin efektif atau dengan kata lain kinerja pemungutan pajak restoran di Kabupaten Siak semakin baik. Dalam penelitian ini yang dipertimbangkan dalam menentukan efektivitas hanya pencapaian target. Sedangkan untuk tujuan lain, seperti keadilan, ketepatan, waktu pembayaran dan hukum diabaikan. Pada tabel diatas disajikan persentase pajak restoran suku Dinas Pendapatan Daerah Kabupaten Siak tahun 2009-2013. Berdasarkan data tabel 3 dapat diketahui apakah penerimaan pajak restoran sudah memenuhi target yang telah ditetapkan, maka dihitung dengan menggunakan rumus sebagai berikut: Tabel 4. Data Pajak Restoran dan Pajak Daerah Kabupaten Siak Periode 2009-2013 Tahun Pajak Restoran Paj ak Daerah (1) (2) (3) 2009 960.515.512.00 413.794.582.439.51 2010 1.497.198.019.00 262.896.647.312.60 2011 2.513.822.446.00 198.010.055.388.39 2012 3.861.230.506.00 346.604.319.540.25 2013 3.923.154.628.00 348.638.385.027.72 Dalam analisa pengaruh pajak restoran terhadap pajak daerah digunakan analisa regresi berganda dengan uji t. Uji t Tabel 4. Hasil Perhitungan Uji t Realisasi Penerimaan Pajak Restoran Efektivitas = X 100% Target Penerimaan Pajak Restoran Unstandardized Coefficients Standardized Coefficients Dari hasil perhitungan di atas dapat di lihat bahwa tingkat penerimaan pajak restoran di Kabupaten Siak pada tahun 2009-2013 cenderung mengalami peningkatan. Namun pada tahun 2013 mengalami penurunan yaitu menjadi 230,77%. Tapi pada tahun 2012 merupakan penerimaan tertinggi selama kurun waktu 2009-2012 yaitu 241, 33%. Melihat rata-rata penerimaan pajak restoran di Kabupaten Siak yang lebih dari 100% dengan rata-rata sebesar 218,47% setiap tahunnya, hal ini menunjukkan bahwa kinerja dalam pemungutan pajak restoran Kabupaten Siak sangat baik. Karena realisasi pajak restoran lebih besar dari pada target yang direncanakan atau yang di tetapkan. Konstribusi Restoran terhadap Pajak Daerah Konstribusi penerimaan pendapatan restoran terhadap pajak daerah dapat dilihat dari realisasi pajak restoran dan pajak daerah seperti tercantum pada tabel 4. Model B Std. Error Beta 1 (Constant) 3.176E11 1.018E11 3.121.052 X -1.427 36.075 -.023 7.040.001 a. Dependent Variable: Y Hasil perhitungan uji secara parsial diperoleh nilai t hitung sebesar 7.040 dengan nilai signifikansi sebesar 0,001 karena nilai signifikansi lebih kecil dari 5% dan nilai t hitung (7.040) lebih besar dari t tabel (2.021) maka hipotesis diterima sehingga mengindikasikan adanya pengaruh signifikan antara variabel pajak restoran (X1) terhadap variabel pendapatan daerah (Y). Koefisien Determinasi Tabel 5. Koefisien Determinasi Model R R Square Model Summary b Adjusted R Square t Sig. Std. Error of the Estimate 1.523 a.274 -.333 9.70410 a. Predictors: (Constant), X b. Dependent Variable: Y

266 Jurnal Ilmu Administrasi Negara, Volume 13, Nomor 3, Juli 2015: 262-267 Koefisien determinasi atau R 2 merupakan kemampuan prediksi dari keenam variabel independen pajak restoran terhadap variabel dependen konstribusi pajak daerah. Nilai koefisien determinasi (Adjusted R Square) sebesar 0,274 atau 27.4% hail ini berarti 27.4% variasi konstribusi pajak daerah yang bisa dijelaskan oleh empat variabel bebas yaitu pajak daerah, restribusi daerah, dan hasil pengelolaan kekayaan daerah yang dipisahkan sedangkan sisanya sebesar 72.6% dijelaskan oleh sebab-sebab lain diluar model. PEMBAHASAN Pengujian hipotesis menyimpulkan bahwa terdapat pengaruh yang signifikan antara pajak restoran terhadap variabel dependen Pendapatan Asli Daerah. Hal ini ditunjukkan diperoleh nilai t hitung sebesar 7.040 dengan nilai signifikansi sebesar 0,001 karena nilai signifikansi lebih kecil dari 5% dan nilai t hitung (7.040) lebih besar dari t tabel (2.021) maka hipotesis diterima sehingga mengindikasikan adanya pengaruh signifikan antara variabel pajak restoran (X1) terhadap variabel pendapatan daerah (Y). Saat terutang pajak restoran diwaktu terjadinya pembayaran ke pengusaha atas pelayanan restoran yang dibayar di muka/ down payment. System pajak restoran adalah self assessment atau wajib pajak wajib menghitung, melaporkan dan membayarkan pajak yang terutang sendiri. Petunjuk pelaksanaan (Juklak) pahaj restoran SK Gubernur No. 63 Tahun 1999. Rumah makan dan restoran yang dimaksud meliputi café, bar, take away dan delivery. Saat ini masih banyak terdapat masalah yang dihadapi pemerintah daerah terkait dengan upaya meningkatkan penerimaan daerah. Keterbatasan infra struktur seperti sarana dan prasarana yang tidak mendukung untuk investasi, alokasi yang kurang tepat dan juga rendahnya partisipasi masyarakat menyebabkan rendahnya pendapatan asli daerah. Rendahnya pendapatan pajak daerah suatu daerah bukanlah disebabkan oleh karena secara struktural daerah memang miskin atau tidak memiliki sumber-sumber keuangan yang potensial, tetapi lebih banyak disebabkan oleh kebijakan pemerintahan pusat. Selain itu sumber-sumber keuangan dikuasai oleh pusat sehingga hal ini menyebabkan daerah kurang mandiri dalam pengelolaan hasil materil sumber daya-sumber daya dan potensi daerah tersebut. Namun faktor lain yang menyebabkan kurang efektifnya pemungutan pajak restoran dari hasil penelitian T. Rahadian (2013) adalah oleh kualitas kerja sumber daya manusianya, waktu serta biaya yang dibutuhkan pemungutan pajak, karena masih banyak wajib pajak tidak dapat ditemui, sehingga pemungutan pajak tidak dapat dilakukan. Pendapatan asli daerah merupakan salah satu wujud pelaksanaan desentralisasi fiskal yang dapat diperoleh dan dipergunakan sendiri oleh daerah sesuai dengan potensinya masing-masing. Secara teoritis pengukuran kemandirian suatu daerah diukur berdasarkan pendapatan asli daerah yang bersumber dari pajak daerah, hasil retribusi daerah, hasil perusahaan milik daerah, dan hasil pengolahan kekayaan daerah lainnya yang dipisahkan dan juga lain-lain yang merupakan pendapatan daerah yang sah. Dengan demikian maka semakin baik pendapatan asli daerah maka akan semakin baik pula kemandirian keuangan daerah, begitu pula sebaliknya semakin buruk pendapatan asli daerah maka akan semakin buruk pula kemandirian keuangan daerah. SIMPULAN Terdapat pengaruh yang signifikan antara pajak restoran terhadap Pendapatan Daerah. Pajak Restoran Kabupaten Siak memiliki kontribusi yang sangat tinggi dalam meningkatkan Pendapatan Daerah Kabupaten Siak. Dengan kata lain Pendapatan Daerah Kabupaten Siak dapat ditingkatkan dengan meningkatkan memperbaiki penerimaan pajak restoran. Faktor yang mempengaruhi peningkatan penerimaan pajak restoran adalah kualitas sumber daya manusia, waktu yang tepat dalam pemungutan pajak dan penyediaan biaya operasional dilapangan yang memadai.

Mahdan Syarif, Penerimaan Pajak Restoran dan Pajak Daerah 267 DAFTAR RUJUKAN Fitrios, Ruhul (2008). Strategi peningkatan penerimaan pajak daerah Provinsi Riau dengan metode analitical hierarchy proces (AHP). Jurnal Ilmu Administrasi Negara, VIII(2), Januari 2008, 1-2. Halim, Abdul (2001). daerah dan fiscal stress: Sebuah studi kasus pada anggaran daerah provinsi di daerah. JEBI, XVI(4). 2008. Tengku Rahadian. 2013, Evaluasi Pemungutan Pajak Hotel dan Restoran di Kabupaten Pelalawan. Tesis. Tidak dipublikasi. Program Magister Ilmu Administrasi. FISIP Unri.