BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Salah satu tujuan pelaksanaan otonomi daerah dan desentralisasi fiskal

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. mengurus keuangannya sendiri dan mempunyai hak untuk mengelola segala. sumber daya daerah untuk kepentingan masyarakat setempat.

BAB I PENDAHULUAN. merupakan titik awal pelaksanaan pembangunan, sehingga daerah diharapkan

BAB I PENDAHULUAN. sistem pemerintahan di negara Indonesia khususnya dalam sistem

BAB I PENDAHULUAN. Undang-Undang No. 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah adalah salah satu

BAB I PENDAHULUAN. Otonomi daerah merupakan peluang dan sekaligus juga sebagai tantangan.

BAB I PENDAHULUAN. penyelenggaraan pemerintahan dengan memberikan keleluasaan pada

BAB I PENDAHULUAN. daerah adalah untuk mempercepat terwujudnya kesejahteraan masyarakat dimana

BAB I PENDAHULUAN. No.22 tahun 1999 dan Undang-undang No.25 tahun 1999 yang. No.33 tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat

BAB I PENDAHULUAN. adalah ketersediaan dana oleh suatu negara yang diperlukan untuk pembiayaan

BAB I PENDAHULUAN. ini tidak terlepas dari keberhasilan penyelenggaraan pemerintah propinsi maupun

BAB 1 PENDAHULUAN. masyarakat setempat sesuai dengan peraturan perundang-undangan. Pelaksanaan

BAB I PENDAHULUAN. berasal dari wajib pajak yang berdasarkan peraturan perundangan mempunyai. kewajiban untuk membayar pajak kepada pemerintah.

BAB I PENDAHULUAN. diharapkan suatu daerah otonom dapat berkembang sesuai dengan kemampuan

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan nasional adalah kegiatan yang berlangsung terus menerus dan

BAB I PENDAHULUAN. menempatkan pajak dalam kehidupannya, sesuai dengan Pancasila dan UUD 1945.

BAB I PENDAHULUAN. dengan kata lain Good Governance, terdapat salah satu aspek di dalamnya yaitu

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan dan kemasyarakatan harus sesuai dengan aspirasi dari

BAB I PENDAHULUAN. Undang-Undang Dasar 1945 telah mengatur tentang pemerintahan provinsi,

BAB I PENDAHULUAN. Sejak diberlakukannya Undang-Undang No.32 Tahun 2004 tentang Otonomi

BAB I PENDAHULUAN. dikelola dengan baik dan benar untuk mendapatkan hasil yang maksimal.

BAB I PENDAHULUAN. Sistem pemerintahan Republik Indonesia mengatur asas desentralisasi,

BAB I PENDAHULUAN. mayoritas bersumber dari penerimaan pajak. Tidak hanya itu sumber

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Pemerintah daerah diberi kewenangan yang luas untuk mengurus rumah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian. Peran pemerintah daerah semakin meningkat dengan adanya kebijakan otonomi

BAB I PENDAHULUAN. mencerdaskan kehidupan bangsa, dan ikut melaksanakan ketertiban dunia yang

BAB I PENDAHULUAN. Dalam rangka mewujudkan pembangunan nasional sebagaimana. mandiri menghidupi dan menyediakan dana guna membiayai kegiatan

BAB I PENDAHULUAN. yang digunakan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat dengan prinsip

ANALISIS EFEKTIVITAS DAN EFISIENSI PENERIMAAN PAJAK DAERAH KOTA MALANG

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pelaksanaan otonomi daerah memberikan kewenangan kepada daerah

BAB I PENDAHULUAN. tentang Pemerintahan Daerah, pada Pasal 1 ayat (5) disebutkan bahwa otonomi

BAB I PENDAHULUAN. dengan potensi dan kepentingan daerah itu sendiri. yang sesuai denganperaturan perundang-undangan. Oleh

BAB I PENDAHULUAN. Nomor 1 (satu) disebutkan, bahwa Pendapatan Asli Daerah bersumber dari Pajak

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Dalam konteks pembangunan, bangsa Indonesia sejak lama telah

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia sebagaimana dimaksud dalam Undang-undang Dasar Negara Republik

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat, melalui pengeluaran-pengeluaran rutin dan pembangunan yang

BAB I PENDAHULUAN. Pengelolaan pemerintah daerah, baik ditingkat provinsi maupun tingkat

BAB I PENDAHULUAN. daerahnya dari tahun ke tahun sesuai dengan kebijakan-kebijakan yang telah

I. PENDAHULUAN. Sejak diberlakukannya Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1999 tentang Otonomi

EFEKTIVITAS PAJAK RESTORAN UNTUK MENINGKATKAN PENDAPATAN ASLI DAERAH (PAD) PADA PEMERINTAH DAERAH KOTA KEDIRI

ANALISIS PAJAK REKLAME DI KABUPATEN PURWOREJO PERIODE

PENJELASAN ATAS PERATURAN DAERAH KABUPATEN MADIUN NOMOR 12 TAHUN 2010 TENTANG PAJAK DAERAH

BAB I PENDAHULUAN. bersangkutan, sebagaimana yang diamanatkan dalam Undang-Undang Nomor 32

BAB V PENUTUP. 1.1 Kesimpulan. Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan Analisis Efektivitas,

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat adil dan makmur sesuai dengan amanat Undang-Undang Dasar pembangunan tersebut dibutuhkan dana yang cukup besar.

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG. Dalam penyelenggaraan pemerintahan dan pembangunan nasional,

BAB I PENDAHULUAN. pemerintahan dan kepentingan masyarakat setempat untuk penyelenggaraan

BAB I PENDAHULUAN. Menurut UU No. 22 Tahun 1999 yang telah diganti dengan UU No. 34 Tahun 2004

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang (Supriyanto, 2011). (Supadmi, 2009).

BAB I PENDAHULUAN. Perekonomian Negara saat ini tak lepas dari campur tangan pihak-pihak

BAB I PENDAHULUAN. terdiri dari pulau-pulau atau dikenal dengan sebutan Negara Maritim. Yang mana dengan letak

BAB 1 PENDAHULUAN. Pemerintah sebagai pengatur dan pembuat kebijakan telah memberi

BAB I PENDAHULUAN. Sesuai dengan diberlakukannya Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1999 tentang

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. Undang Nomor 23Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah dan Undang-

BAB I PENDAHULUAN. titik awal pelaksanaan pembangunan, sehingga daerah diharapkan bisa lebih mengetahui

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan ekonomi daerah khususnya Daerah Tingkat II (Dati II)

BAB I PENDAHULUAN. maka menuntut daerah Kab. Lombok Barat untuk meningkatkan kemampuan. Pendapatan Asli Daerah menurut Undang Undang Nomor 28 Tahun

ANALISIS EFEKTIVITAS DAN KONTRIBUSI PAJAK BUMI DAN BANGUNAN PERDESAAN DAN PERKOTAAN (PBB P2) TERHADAP PENDAPATAN ASLI DAERAH (PAD) KABUPATEN JEMBER

BAB 1 PENDAHULUAN. pusat (sentralistik) telah menimbulkan kesenjangan antara Jawa dan luar Jawa

BAB I PENDAHULUAN. Pajak merupakan salah satu sumber penerimaan Pemerintah Republik

I. PENDAHULUAN. sendiri adalah kemampuan self supporting di bidang keuangan.

BAB I PENDAHULUAN. untuk diselesaikan oleh pemerintah daerah. Salah satu urusan yang diserahkan

BAB I PENDAHULUAN. dilakukan berdasarkan prinsip dari otonomi daerah. Dalam Undang Undang No. 32

BAB I PENDAHULUAN. pemerataan yang sebaik mungkin. Untuk mencapai hakekat dan arah dari

BAB 1 PENDAHULUAN. otonomi daerah. Otonomi membuka kesempatan bagi daerah untuk mengeluarkan

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan harus dapat dinikmati oleh seluruh lapisan masyarakat. Pembangunan

BAB I PENDAHULUAN. diberi kewenangan untuk menjalankan pemerintahan, 1 pembangunan. nasional merupakan serangkaian upaya pembangunan yang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. timbal (kontraprestasi) yang langsung dapat ditunjukkan dan digunakan untuk. membayar pengeluaran umum (Mardiasmo, 2011).

BAB V PENUTUP. 5.1 Kesimpulan. Kesimpulan yang dapat diambil berdasarkan hasil analisis data diatas. ialah:

BAB I PENDAHULUAN. pada sensus penduduk yang dilakukan pada 1 Mei 15 Juni 2010 tercatat paling

BAB I PENDAHULUAN. yang tidak dipisahkan, jasa giro, pendapatan bunga keuntungan selisih nilai tukar rupiah

BAB I PENDAHULUAN. Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 yang. Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Pemerintahan Daerah, maka

BAB I PENDAHULUAN. mempertahankan perekonomiannya, Indonesia harus meningkatkan pembangunan

BAB I PENDAHULUAN. kebijakan daerahnya sendiri, membuat peraturan sendiri (PERDA) beserta

BAB I PENDAHULUAN. Sesuai dengan Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1999 yang telah direvisi menjadi Undang-

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan nasional merupakan kegiatan yang berlangsung terus-menerus

BAB I PENDAHULUAN. Pajak merupakan salah satu sumber pendapatan negara terbesar, dimana sampai saat

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian. Pajak merupakan iuran rakyat kepada kas negara berdasarkan undang-undang

BAB I PENDAHULUAN. Pajak Pertambahan Nilai (PPN), Pajak Penjualan atas Barang Mewah. (PPnBM), Pajak Bumi dan Bangunan (PBB) Sektor P3 dan Bea Meterai.

BAB I PENDAHULUAN. menjadi tempat pusat pemerintahan. Dahulunya pemerintahan pusat harus mengurusi

BAB I PENDAHULUAN. antara Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah, Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah

BAB I PENDAHULUAN. daerah dalam keuangan daerah menjadi salah satu tolak ukur penting dalam

BAB II. Tinjauan Pustaka. Puspitasari dkk (2016) menjelaskan bahwa 1. Proses pemungutan Pajak

BAB I PENDAHULUAN. kecerdasan dan kesejahteraan seluruh rakyat. Dalam rangka mewujudkan tujuan

ANALISIS EVEKTIVITAS DAN KONTRIBUSI PAJAK DAERAH TERHADAP PENDAPATAN ASLI DAERAH KOTA PADANG PANJANG PERIODE

BAB I PENDAHULUAN. pulihnya perekonomian Amerika Serikat. Disaat perekonomian global mulai

BAB I PENDAHULUAN. Masalah perpajakan di Indonesia bukan menjadi persoalan pemerintah

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. pengelolaan keuangan. Oleh karena itu, daerah harus mampu menggali potensi

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat setempat sesuai dengan peraturan perundang-undangan.

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan yang mensejahterakan rakyat dapat dilihat dari tercukupinya

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Sirojuzilam (2005) pengembangan wilayah pada dasarnya

BAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang. Pemerintahan Daerah adalah hak, wewenang, dan kewajiban daerah otonom untuk

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. membentuk watak, kepercayaan atau perbuatan seseorang.

BAB II LANDASAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Negara Republik Indonesia sebagai Negara Kesatuan menganut asas

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan otonomi daerah khususnya Daerah Tingkat II (Dati II) merupakan titik awal pelaksanaan pembangunan,

BAB III KERANGKA BERPIKIR, KONSEP, DAN HIPOTESIS PENELITIAN. perlu terus dilaksanakan untuk mewujudkan kesejahteraan masyarakat.

BAB I PENDAHULUAN. Hal tersebut sesuai dengan ketentuan umum pada Undang-Undang. Nomor 22 Tahun 1999 kemudian direvisi menjadi Undang-Undang Nomor

BAB I PENDAHULUAN. Pajak merupakan salah satu sumber penerimaan utama bagi sebuah Daerah yang

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Salah satu tujuan pelaksanaan otonomi daerah dan desentralisasi fiskal adalah untuk meningkatkan kemandirian daerah dan mengurangi ketergantungan fiskal terhadap pemerintah pusat. Peningkatan kemandirian daerah sangat erat kaitannya dengan kemampuan daerah dalam mengelola Pendapatan Asli Daerah (PAD). Semakin tinggi kemampuan daerah dalam menghasilkan PAD, maka semakin besar pula diskresi daerah untuk menggunakan PAD tersebut sesuai dengan aspirasi, kebutuhan, dan prioritas pembangunan daerah. Sumber dari Pendapatan Asli Daerah salah satunya yaitu dari Pajak Daerah, oleh karena itu pemerintah daerah harus mengoptimalisasikan pemungutan pajak kepada wajib pajak. Dengan adanya otonomi daerah ini, daerah diharapkan lebih mandiri dalam menentukan seluruh kegiatannya dan pemerintah pusat di harapkan tidak terlalu aktif mengatur daerah. Pemerintahan daerah diharapkan mampu memainkan peranannya dalam membuka peluang memajukan daerah tanpa intervensi dari pihak lain, yang disertai dengan pertanggungjawaban publik (masyarakat daerah), serta kepada pemerintah pusat sebagai konsekuensi dari Negara Kesatuan Republik Indonesia. 1

2 Pertanggungjawaban disini diantaranya adalah upaya pemerintah daerah meningkatkan kemandirian pemerintah daerah dalam membiayai program-program yang dijalankannya. Karena memang peningkatan kemandirian pemerintah daerah tersebut diharapkan dapat diraih melalui otonomi daerah yang pada akhirnya akan mendorong pembangunan daerah yang semakin baik. Pajak daerah adalah iuran wajib yang dibayarkan oleh orang pribadi atau suatu badan ke pemerintah daerah tanpa imbalan langsung yang nantinya iuran tersebut digunakan untuk membiayai pelaksanaan pemerintah daerah. Dimana dengan adanya pajak daerah diharapkan mampu menjadi salah satu sumber pembiayaan penyelenggaraan pemerintahan dan pembangunan daerah untuk meningkatkan dan memeratakan kesejahteraan masyarakat. Dengan demikian daerah mampu melaksanakan otonomi, yaitu mampu mengatur dan mengurus rumah tangganya sendiri. Peraturan Daerah Kabupaten Cianjur Nomor 2 Tahun 2011 tentang Pajak Daerah adalah yang menjadi landasan hukum pemungutan pajak daerah di Kabupaten Cianjur. Dimana dalam peraturan tersebut berisi mengenai jenis pajak, objek pajak, subjek pajak, tarif pajak, cara perhitungan pajak serta beberapa ketentuan lain dalam pelaksanaan pemungutan pajak daerah. Peraturan Daerah Kabupaten Cianjur Nomor 2 Tahun 2011 tentang Pajak Daerah menetapkan sepuluh jenis pajak daerah yang dipungut oleh Pemerintah Kabupaten Cianjur yaitu 1) Pajak Hotel 2) Pajak Restoran 3)

3 Pajak Hiburan 4) Pajak Reklame 5) Pajak Penerangan Jalan 6) Pajak Mineral Bukan Logan dan Batuan 7) Pajak Parkir 8) Sarang Burung Walet 9) Pajak Air Tanah 10) Pajak BPHTB. Dalam proses pemungutan pajak daerah di Kabupaten Cianjur mengalami dinamika yang cukup signifikan. Lingkungan internal maupun lingkungan eksternal berpengaruh besar terhadap pemungutan pajak di Kabupaten Cianjur. Dalam mengukur keberhasilan penerimaan pajak, hingga saat ini menggunakaan sistem pemungutan pajak ditentukan dari jumlah target pada tahun sebelumnya. Apabila target tahun ini tercapai, maka target tahun depan akan dinaikan begitupun sebaliknya apabila menurun, target tahun selanjutnya akan di turunkan. Penerimaan pajak daerah Kabupaten Cianjur hingga desember 2016 sudah mencapai Rp 122 miliar dari total target Rp 125 miliar. Pajak yang telah direalisasikan antara lain pajak hotel Rp 9,7 miliar, pajak restoran sebesar Rp 5,5 miliar, pajak hiburan Rp 1,1 miliar pajak, Pajak Reklame 1,8 miliar, PPJ Rp 30 miliar, pajak mineral bukan logam Rp 1,7 miliar, pajak parkir Rp 592 juta, air tanah Rp 3,8 miliar, pajak walet Rp 18 juta, pajak BPHTB Rp 37 miliar, pajak bumi dan bangunan Rp 40 miliar. Namun, dari beberapa pajak daerah yang dipungut oleh perintah Kabupaten Cianjur ada beberapa pajak yang tidak terealisasikan seperti Pajak Reklame, pajak mineral bukan logam, pajak parkir, dan pajak bumi dan bangunan.

4. Untuk lebih jelasnya lagi mengenai potensi pajak daerah Kabupaten Cianjur, peneliti menyajikan sebuah tabel. Berikut adalah tabel potensi penerimaan pajak daerah Kabupaten Cianjur yang di sajikan dalam tabel 1.1. Tabel 1.1 Target dan Realisasi Penerimaan Pajak Daerah Kabupaten Cianjur Tahun 2013-2016 Jenis Pajak Pajak Hotel Pajak Restoran Pajak Hiburan Pajak Reklame PPJ Mineral Bukan Logam Pajak Parkir Pajak Air Tanah Pajak Walet BPHTB PBB 2013 2014 2015 2016 Realisasi / % Realisasi / % Realisasi / % Realisasi / % 7,506,739,975 / 108,29 4,054,640,186 / 120,5 9,089,528,598 9,246,708,661 9,00,178,329 / 119,4 / 103,49 / 93,4 4,104,366,144 4,855,193,651 5,827,868,977 / 122,44 / 114,8 / 105,51 978,325,515 1,174,516,510 1,251,396,646 1,173,987,686 / 105,72 / 140,55 / 100,02 / 102,3 2,490,071,222 / 51,16 22,850,444,676 / 101,03 2,475,567,975 / 104,73 2,616,451,759 1,784,889,852 1,861,332,036 / 111,02 / 40,96 / 73,57 26,407,241,935 / 103,05 29,462,023,204 30,378,038,855 / 100,23 / 93,95 2,375,670,635 2,060,380,460 1,701,900,300 / 117,09 / 100,1 / 74,41 249,991,678 428,138,305 561,991,851 592,975,227 /48,87 / 144,64 / 115,51 / 90,89 2,155,151,135 / 107,38 3,494,165,077 3,456,833,964 3,812,755,943 / 186,25 / 101,31 / 100,45 16,615,000 14,830,000 18,275,000 18,385,000 / 15,65 / 172,32 / 101,53 / 102,14 29,928,024,228 / 112,94 29,008,258,371 / 109,05 33,898,846,150 / 80,71 34,267,134,276 37,169,375,648 / 113,47 / 116,15 35,715,792,181 40,146,318,752 / 80,71 / 89,71 65,198,831,615 112,612,013,48 122,680,619,74 122,682,938,42 Jumlah / 103,06 4 / 100,02 6 / 95,4 4 / 98,12 Sumber : Badan Pengelolaan Pendapatan Daerah Kabupaten Cianjur

5 Dari data diatas dapat diketahui bahwa tidak semua jenis pajak realisasi penerimaan pajaknya melebihi target yang telah ditetapkan. Dari beberapa jenis pajak yang dipungut oleh pemerintah Kabupaten Cianjur hanya ada lima pajak yang penerimaan pajaknya melebihi target yang telah di tetapkan. Pajak reklame adalah benda, alat atau perbuatan, yang menurut bentuk susunan dan/atau corak ragamnya dengan maksud mencari keuntungan (sales promotion) dipergunakan untuk memperkenalkan, menganjurkan atau memujikan suatu barang, jasa atau seseorang ataupun untuk menarik perhatian umum kepada suatu barang, jasa atau seseorang yang ditempatkan atau yang dapat dilihat, dibaca dan/atau didengar dari sesuatu tempat oleh umum, kecuali yang dilakukan oleh pemerintah. (Azhari Aziz, 216 : 2015). Salah satu pertimbangan diberlakukannya peraturan tentang pajak reklame adalah mengenai asas pemungutan pajak reklame itu sendiri. Pada penjelasan umum peraturan daerah ini disebutkan bahwa sesuai dengan asas pemungutan pajak reklame yang menitikberatkan pada pengaturan kebersihan, keindahan dan ketertiban kota. Seiring dengan semakin pesatnya pertumbuhan perusahaan atau industri akan meningkatkan penerimaan pendapatan daerah melalui pajak reklame karena salah satu bauran pemasaran sebuah industri adalah promosi yang terdiri dari iklan, reklame dan promosi penjualan. Pajak reklame sebagai salah satu sumber pendapatan daerah yang berpotensi perlu dilakukan pemungutan secara efektif, efisien, dan ekonomis sehingga dapat lebih berperan dalam usaha peningkatan penerimaan pendapatan daerah di Kabupaten Cianjur.

6 Peraturan Daerah Kabupaten Cianjur Nomor 2 Tahun 2011 tentang Pajak Daerah adalah yang menjadi landasan hukum pemungutan pajak daerah di Kabupaten Cianjur. Dalam Pasal 18 Perda tersebut menyatakan bahwa objek pajak reklame adalah semua penyelenggaraan reklame dan objeknya adalah : reklame papan/billboard/videotron/megatron dan sejenisnya; reklame kain; reklame melekat, stiker; reklame selebaran; reklame berjalan, termasuk pada kendaraan; reklame udara; reklame apung; reklame suara; reklame film/slide; dan reklame peragaan. Pajak reklame seharusnya cukup potensial untuk mempengaruhi peningkatan penerimaan pendapatan daerah di kabupaten Cianjur dikarenakan setiap tahunnya di kabupaten Cianjur semakin banyak berdirinya industri, pusat berbelanjaan maupun pusat rekreasi yang dapat digunakan sebagai objek dari penerimaan pajak reklame mengingat perlunya akan media promosi. Namun, realisasi penerimaan pajak reklame di kabupaten Cianjur pada setiap tahunnya tidak mencapai dari jumlah yang di targetkan dan mengalami fluktuatif. Dapat dilihat dari tahun 2013 hingga tahun 2016, presentase penerimaan pajak reklame pada tahun 2013 sebesar 51,16 % atau sebesar (Rp. 2,490,071,222), tahun 2014 meningkat menjadi 111.02 % atau sebesar (Rp. 2,616,451,759), namun pada tahun 2015 mengalami penurunan yang sangat signifikan menjadi 40.96 % atau sebesar (Rp. 1,784,889,852), dan pada tahun 2016 meningkat menjadi 73.57 % atau sebesar (Rp. 1,861,332,036) walaupun pada tahun 2016 penerimaan pajak reklame mengalami peningkatan tetapi tetap saja tidak

7 mencapai target yang telah ditetapkan. Berikut tabel 1.1 mengenai target dan realisasi pajak reklame kabupaten Cianjur pada tahun 2013-2016 : Tabel 1.2 Target dan Realisasi Pajak Reklame Kabupaten Cianjur Tahun 2013-2016 Tahun Anggaran WP Target Realisasi % 2013 3,257 SKP 4,867,091,368 2,490,071,222 51.16 2014 3,316 SKP 2,356,739,455 2,616,451,759 111.02 2015 3,316 SKP 4,357,327,200 1,784,889,852 40.96 2016 3,257 SKP 2,530,062,800 1,861,332,036 73.57 Sumber : Badan Pengelolaan Pendapatan Daerah Kabupaten Cianjur Oleh karena itu, untuk mengoptimalkan pengelolaan pajak reklame maka diperlukan adanya sebuah perencanaan, pengorganisasian, penggerakan serta pengawasan sesuai dengan konsep fungsi manajemen yang dilakukan dalam sebuah organisasi guna mencapai tujuan pemerintah. Hal ini merupakan guna adanya administrasi publik. Administrasi pajak daerah itu sendiri harus fleksibel, sederhana, mudah dihitung, dan memberikan pelayanan yang memuaskan bagi wajib pajak. Dikarenakan hal ini mempengaruhi dalam penerimaan daerah. Apabila administrator publiknya memiliki kualitas dan integritas, potensi-potensi pajak khususnya potensi pajak reklame akan tergali dengan benar di karenakan sumber daya manusia dapat mempengaruhi hal tersebut. Berdasarkan data dan permasalahan yang telah diuraikan diatas, peneliti tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul Analisis Potensi Pajak Reklame dalam Penerimaan Pajak Daerah di Badan Pengelolaan Pendapatan Daerah Kabupaten.

8 B. Identifikasi Masalah Berdasarkan pengamatan awal yang telah di paparkan dan diperoleh gambaran yang menunjukan bahwa : 1. Penerimaan Pajak Reklame di Kabupaten Cianjur tahun 2013, 2015 dan 2016 tidak mencapai target. 2. Pajak Reklame Kabupaten Cianjur mengalami penurunan target di tahun 2016. 3. Penerimaan Pajak Daerah Kabupaten Cianjur dari sektor Pajak Reklame mengalami penurunan yang signifikan di tahun 2015. C. Rumusan Masalah Berdasarkan dari uraian latar belakang masalah, dan identifikasi masalah tersebut, maka penulis merumuskan masalah yang akan diteliti yaitu : Pajak reklame seharusnya cukup potensial untuk mempengaruhi peningkatan penerimaan pendapatan daerah di kabupaten Cianjur dikarenakan setiap tahunnya di kabupaten Cianjur semakin banyak berdirinya industri, pusat berbelanjaan maupun pusat rekreasi yang dapat digunakan sebagai objek dari penerimaan pajak reklame mengingat perlunya akan media promosi. Namun, realisasi penerimaan pajak reklame di kabupaten Cianjur pada setiap tahunnya tidak mencapai dari jumlah yang di targetkan dan mengalami fluktuatif.

9 Adapun rumusan masalah dalam penelitian ini yaitu : 1. Bagaimana cara menentukan potensi Pajak Reklame dalam penerimaan pajak daerah Kabupaten Cianjur? 2. Bagaimana hambatan-hambatan dalam menentukan potensi Pajak Reklame dalam penerimaan pajak daerah Kabupaten Cianjur? 3. Bagaimana potensi Pajak Reklame dalam penerimaan pajak daerah Kabupaten Cianjur? D. Tujuan Penelitian Adapun yang menjadi tujuan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut : 1. Untuk mengetahui dan menggambarkan cara menentukan potensi Pajak Reklame di daerah Kabupaten Cianjur 2. Untuk mengetahui dan menggambarkan hambatan-hambatan dalam menentukan potensi Pajak Reklame dalam penerimaan pajak daerah Kabupaten Cianjur 3. Untuk mengetahui dan menggambarkan bagaimana potensi Pajak Reklame dalam penerimaan pajak daerah pada Badan Pengelolaan Pendapatan Daerah Kabupaten Cianjur.

10 E. Kegunaan Penelitian Adapun manfaat dari penulisan ini yang diharapkan oleh penulis adalah sebagai berikut : 1. Kegunaan Teoritis a. Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi pengembangan ilmu pengetahuan, khususnya Ilmu Administrasi Publik yang terkait dengan ilmu efektivitas pengelolaan pajak reklame dan ilmu tentang penerimaan pendapatan daerah. b. Memberikan masukan untuk mengembangkan Ilmu Administrasi Publik khususnya teori tentang potensi pajak reklame dan teori tentang penerimaan pendapatan daerah. c. Dapat dijadikan bahan pertimbangan dalam penyusunan penelitian yang selanjutnya. 2. Kegunaan Praktis a. Dapat memberikan kontribusi dan bahan pertimbangan bagi badan pengelolaan pendapatan daerah kabupaten Cianjur khususnya terkait dengan potensi pajak reklame dalam penerimaan pendapatan daerah. b. Dapat memberikan saran dan rekomendasi yang berguna bagi instansi dalam potensi pajak reklame dalam penerimaan pendapatan daerah.

11 F. Kerangka Pemikiran Pajak daerah merupakan salah satu sumber pendapatan daerah yang penting guna membiayai penyelenggaraan pemerintahan daerah dan pembangunan daerah. Oleh sebab itu, tanpa adanya biaya yang memadai untuk melakukan pembangunan, dimana pembiayaan pembangunan di negara kita sebagian besar dari penerimaan pajak, maka baik pemerintah maupun masyarakat harus bersama-sama menegakkan kesadaran bahwa pentingnya membayar pajak. Potensi pajak dalam penerimaan pajak daerah berbeda-beda, ada yang telah teraktualisasikan tetapi ada juga yang sifatnya potensial. Potensi disini berarti sesuatu hal yang telah ada, namun belum didapat atau diperoleh kemanfaatannya. Untuk memperolehnya memerlukan upaya-upaya tertentu. Karena potensi sifatnya tersembunyi, maka perlu diteliti besarnya potensi pendapatan yang ada. Pajak reklame adalah salah satu pajak daerah yang juga berperan serta dalam pembiayaan perekonomian daerah hingga pelaksanaan pemungutannya harus diperhatikan agar penerimaan pajak diperoleh benar-benar menggambarkan potensi tersebut. Dalam penelitian ini melakukan pengkajian tentang potensi pajak reklame yang ada karena berdasarkan data-data yang ada terdapat masalah yang krusial yaitu pajak reklame yang belum digali secara maksimal. Berdasarkan data-data tersebut pada tahun 2014 realisasi pajak reklame melebihi target namun pada tahun 2015 mengalami penurunan yang sangat

12 signifikan. Banyak faktor yang mempengaruhi hal tersebut seperti banyaknya papan reklame yang ilegal tanpa perizinan terlebih dahulu kepada pemerintah setempat atau juga karena dari pihak pemerintahnya yang kurang memberikan pelayanan yang baik kepada masyarakat. Hal-hal yang seperi ini justru membuat potensi pajak reklame tidak tergali dengan baik sehingga penerimaan pajak daerah pun tidak maksimal. Potensi tersebut sifatnya tersembunyi, maka perlu diteliti besarnya potensi pendapatan yang ada. Potensi pendapatan satu daerah berbeda-beda disebabkan oleh faktor demografi, ekonomi, sosiologi, budaya, geomorfologi, dan lingkungan yang berbeda-beda. Namun terkadang suatu potensi tidak dapat diolah akibatkan keterbatasan sumber daya manusia, permodalan, dan peraturan perundangan yang membatasi. Untuk menilai potensi pajak sebagai penerimaan pajak daerah, Davey (1988:40-49) menyebutkan diperlukannya beberapa kriteria yaitu antara lain : 1. Kecukupan dan Elastisitas Persyaratan pertama untuk suatu sumber pendapatan sumber tersebut harus menghasilkan pendapatan yang besar dalam kaitannya dengan seluruh atau sebagian biaya pelayanan yang akan dikeluarkan. Kalau biaya meningkat, maka pendapatan juga harus meningkat. Dalam hubungan itu elastisitas mempunyai dua dimensi. Pertama, adalah pertumbuhan potensi dari dasar pengenaan pajak itu sendiri. Kedua, kemudahan untuk memungut pajak tersebut. Elastisitas merupakan kualitas suatu sumber pajak yang penting. Elastisitas juga dapat diukur

13 dengan membandingkan hasil penerimaan selama beberapa tahun dengan perubahan-perubahan dalam indeks harga, penduduk atau GNP. 2. Keadilan Beban pengeluaran pemerintah haruslah dipikul oleh semua golongan dalam masyarakat sesuai dengan kekayaan dan kesanggupan masingmasing golongan itu merupakan konsep dari keadilan. Keadilan dalam perpajakan daerah mempunyai tiga dimensi. Pertama, pemerataan secara vertikal hubungan dalam pembebanan pajak atas tingkat pendapatan yang berbeda-beda. Kedua, keadilan horizontal hubungan pembebanan pajak dengan sumber pendapatan. Ketiga, keadilan secara geografis pembebanan pajak harus adil antarpenduduk di berbagai daerah. Meskipun demikian pemerataan harus dilihat dalam kaitannya dengan penerimaan dan pengeluaran. 3. Kemampuan Administratif Administrasi pajak daerah harus fleksibel, sederhana, mudah dihitung, dan memberikan pelayanan yang memuaskan bagi wajib pajak. 4. Kesepakatan Politis Kemauan politis diperlukan dalam mengenakan pajak, menetapkan struktur tarif, memutuskan siapa yang harus membayar dan bagaimana pajak tersebut ditetapkan, memungut pajak secara fisik, dan melaksanakan sanksi terhadap para pelanggan. Kesepakatan politis kadang-kadang memusatkan pada masalah nilai-nilai sosial.

14 Berdasarkan kerangka pemikiran yang telah dipaparkan diatas, dapat dijelaskan dalam suatu skema kerangka pemikiran sebagai berikut : Gambar 1.1 Kerangka Pemikiran Sumber : Gambar diolah peneliti tahun 2017 Sumber : Gambar diolah peneliti tahun 2017