RENCANA AKSI PENANGGUNG JAWAB INSTANSI TERKAIT INDIKATOR KEBERHASILAN UKURAN KEBERHASILAN

dokumen-dokumen yang mirip
PERATURAN KEPALA BADAN NARKOTIKA NASIONAL NOMOR 16 TAHUN 2014 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA BADAN NARKOTIKA NASIONAL

2015, No Mengingat : Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2006 tentang Badan Pemeriksa Keuangan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2006 Nomor 85,

PAGU RKAKL/DIPA DAN REALISASI TA 2013 KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN KEPALA BADAN NARKOTIKA NASIONAL NOMOR 03 TAHUN 2010 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA BADAN NARKOTIKA NASIONAL

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Indonesia

REKAPITULASI TARGET PNBP KEMENTERIAN/LEMBAGA TA

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

JADWAL PENAJAMAN INPRES NO. 10 TAHUN 2016

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

2 2. Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 tentang Narkotika (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 143, Tambahan Lembaran Negara Republik I

PENGHEMATAN ANGGARAN JILID II

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

TABEL 2 RINGKASAN APBN, (miliar rupiah)

: PERATURAN KEPALA BADAN NARKOTIKA NASIONAL

Optimalisasi Struktur Organisasi Badan Narkotika Nasional

RANCANGAN KESIMPULAN/KEPUTUSAN

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 23 TAHUN 2010 TENTANG BADAN NARKOTIKA NASIONAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 23 TAHUN 2010 TENTANG BADAN NARKOTIKA NASIONAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 24 TAHUN 2010 TENTANG KEDUDUKAN, TUGAS, DAN FUNGSI KEMENTERIAN NEGARA SERTA

LAMPIRAN PERATURAN KEPALA BADAN NARKOTIKA NASIONAL NOMOR 10 TAHUN 2014 TENTANG PEDOMAN PEMBENTUKAN DAN PENGEMBANGAN ORGANISASI INSTANSI VERTIKAL

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 24 TAHUN 2010 TENTANG

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPALA BADAN NARKOTIKA NASIONAL,

PENEGAKAN HUKUM. Bagian Kelima, Penyidikan Oleh Badan Narkotika Nasional (BNN)

2016, No Menetapkan MEMUTUSKAN: : PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWASAN KEUANGAN DAN PEMBANGUNAN TENTANG PEMBAGIAN TUGAS DI KEDEPUTIAN BADAN PENGAW

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 23 TAHUN 2010 TENTANG BADAN NARKOTIKA NASIONAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Klasifikasi LNS Berdasarkan K/L Terkait Jumat, 09 Juni 2017

BUPATI TOLITOLI PERATURAN BUPATI TOLITOLI NOMOR 35 TAHUN 2015 TENTANG TUGAS POKOK DAN FUNGSI BADAN NARKOTIKA KABUPATEN TOLITOLI

FORMAT KERANGKA ACUAN KERJA (KAK) KEGIATAN ESELON II (DIREKTORAT, BIRO, PUSAT)

RINCIAN ANGGARAN BELANJA PEMERINTAH PUSAT TAHUN 2009 MENURUT BAGIAN ANGGARAN, UNIT ORGANISASI DAN JENIS BELANJA ( DALAM RIBUAN RUPIAH ) Halaman : 1

RINCIAN ANGGARAN BELANJA PEMERINTAH PUSAT TAHUN 2007 MENURUT BAGIAN ANGGARAN, UNIT ORGANISASI DAN JENIS BELANJA ( DALAM RIBUAN RUPIAH )

2017, No d. bahwa untuk belum adanya keseragaman terhadap penyelenggaraan rehabilitasi, maka perlu adanya pengaturan tentang standar pelayanan

RINCIAN ANGGARAN BELANJA PEMERINTAH PUSAT TAHUN 2008 MENURUT BAGIAN ANGGARAN, UNIT ORGANISASI DAN JENIS BELANJA ( DALAM RIBUAN RUPIAH )

Sehubungan dengan hal tersebut di atas, dengan ini kami sampaikan hal-hal sebagai berikut:

PROPINSI SULAWESI SELATAN. KEPUTUSAN KEPALA BADAN NARKOTIKA NASIONAL PROVINSI SULAWESI SELATAN Nomor : KEP/ 06 / X / 2011 / BNNP TENTANG

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPALA BADAN NARKOTIKA NASIONAL,

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

: s /PB/2014 : Penting/Segera : 1 (satu) Berkas : Perubahan Akun Belanja Barang Persediaan

KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 17 TAHUN 2002 TENTANG BADAN NARKOTIKA NASIONAL PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BUPATI JEMBER SALINAN PERATURAN BUPATI JEMBER NOMOR 7 TAHUN 2015 TENTANG

FORMAT KERANGKA ACUAN KERJA (KAK) KEGIATAN UNIT KERJA VERTIKAL TA 20xx

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 40 TAHUN TENTANG PELAKSANAAN UNDANG-UNDANG NOMOR 35 TAHUN 2009 TENTANG NARKOTIKA

INSTRUKSI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 5 TAHUN 2014 TENTANG GERAKAN NASIONAL ANTI KEJAHATAN SEKSUAL TERHADAP ANAK PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORATJENDERALPERBENDAHARAAN DIREKTORAT AKUNTANSI DAN PELAPORAN KEUANGAN

RINCIAN ANGGARAN BELANJA PEMERINTAH PUSAT TAHUN 2009 MENURUT BAGIAN ANGGARAN, UNIT ORGANISASI DAN JENIS BELANJA ( DALAM RIBUAN RUPIAH ) Halaman : 1

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 6 TAHUN 2012 TENTANG KOMITE KOORDINASI NASIONAL PENCEGAHAN DAN PEMBERANTASAN TINDAK PIDANA PENCUCIAN UANG

No II. anggota masyarakat yang telah berjasa mengungkap adanya tindak pidana Narkotika dan Prekursor Narkotika, perlu diberi landasan hukum ya

BAB III METODE PENELITIAN

RENCANA AKSI BNNP SULAWESI SELATAN BIDANG PENCEGAHAN TARGET/ TAHUN No TUJUAN RENCANA AKSI

BADAN NARKOTIKA NASIONAL

KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 17 TAHUN 2002 TENTANG BADAN NARKOTIKA NASIONAL PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

DRAF. KEPUTUSAN MENTERI NEGARA PEMBERDAYAAN PEREMPUAN DAN PERLINDUNGAN ANAK REPUBLIK INDONESIA NOMOR: SK- Tahun 2013

RechtsVinding Online. Kelembagaan Badan Narkotika Nasional Oleh: Yeni Handayani * Naskah diterima: 2 Oktober 2015; disetujui: 7 Oktober 2015

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 40 TAHUN 2013 TENTANG PELAKSANAAN UNDANG-UNDANG NOMOR 35 TAHUN 2009 TENTANG NARKOTIKA

GUBERNUR BALI PERATURAN DAERAH PROVINSI BALI NOMOR 4 TAHUN 2015 TENTANG

BUPATI TRENGGALEK PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH KABUPATEN TRENGGALEK NOMOR 4 TAHUN 2017 TENTANG

2013, No.96 2 BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 Dalam Peraturan Pemerintah ini yang dimaksud dengan: 1. Narkotika adalah zat atau obat yang berasal dari ta

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 40 TAHUN 2013 TENTANG PELAKSANAAN UNDANG-UNDANG NOMOR 35 TAHUN 2009 TENTANG NARKOTIKA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BADAN NARKOTIKA NASIONAL. Kelompok Ahli. Pengorganisasian.

INSTRUKSI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 5 TAHUN 2014 TENTANG GERAKAN NASIONAL ANTI KEJAHATAN SEKSUAL TERHADAP ANAK PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 6 TAHUN 2012 TENTANG KOMITE KOORDINASI NASIONAL PENCEGAHAN DAN PEMBERANTASAN TINDAK PIDANA PENCUCIAN UANG

KESEPAKATAN BERSAMA ANTARA KEMENTERIAN PERHUBUNGAN DENGAN BADAN NARKOTIKA NASIONAL Nomor: PJ 23 Tahun 2017 Nomor: NK/43/X/2017/BNN

GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA NOMOR 9 TAHUN 2014 TENTANG

PERATURAN KETUA BADAN NARKOTIKA NASIONAL. Nomor : PER / 01 / VIII / 2007 / BNN TENTANG

NOTA DINAS Nomor : ND 6/D4/1/2017 Tanggal : 16 Januari 2017

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL/ KEPALA BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN KEPALA BADAN NARKOTIKA NASIONAL NOMOR 9 TAHUN 2010 TENTANG KELOMPOK AHLI BADAN NARKOTIKA NASIONAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB I PENDAHULUAN. Analisis Implementasi..., Agustinus Widdy H, Program Pascasarjana, Universitas Indonesia

2 2. Peraturan Presiden Nomor 23 Tahun 2010 tentang Badan Narkotika Nasional (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2010 Nomor 60); 3. Peraturan Ke

Program Sasaran Program Instansi Penanggung Jawab Pagu (Juta Rupiah) 1. Meningkatnya APK jenjang pendidikan tinggi

DATA POKOK APBN KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA

DATA POKOK APBN KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA

MEMUTUSKAN : Menetapkan : KEPUTUSAN BUPATI TENTANG DEWAN SMART CITY DI KABUPATEN BANYUWANGI

S A L I N A N DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PROBOLINGGO,

PERATURAN KEPALA BADAN NARKOTIKA NASIONAL NOMOR 5 TAHUN 2015 TENTANG PEDOMAN PEMBENTUKAN INSTANSI VERTIKAL DI LINGKUNGAN BADAN NARKOTIKA NASIONAL

KATA PENGANTAR Pengguna Narkoba Lebih Baik Direhabilitasi daripada Dipenjara Laporan Kinerja BNN Tahun 2014

RINCIAN ANGGARAN BELANJA PEMERINTAH PUSAT TAHUN 2008 MENURUT FUNGSI, SUBFUNGSI, PROGRAM DAN JENIS BELANJA ( DALAM RIBUAN RUPIAH )

RINCIAN ANGGARAN BELANJA PEMERINTAH PUSAT TAHUN 2009 MENURUT FUNGSI, SUBFUNGSI, PROGRAM DAN JENIS BELANJA ( DALAM RIBUAN RUPIAH ) Halaman : 1

Rencana strategis tahun untuk masing-masing Bidang Pembangunan di Kabupaten Numfor adalah sebagai berikut: Kelembagaan Daerah

BNN TES URINE PEGAWAI BPK SUMUT

DATA POKOK APBN

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Anggaran (Sebelum Perubahan) , , ,00 98, , ,

PERATURAN MENTERI KOORDINATOR BIDANG KESEJAHTERAAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA

2016, No Tahun 2010 Nomor 122, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5164); 3. Peraturan Presiden Nomor 6 Tahun 2012 tentang Komite

PRESS RELEASE AKHIR TAHUN 2016 KERJA NYATA PERANGI NARKOTIKA

GUBERNUR SUMATERA BARAT PERATURAN GUBERNUR SUMATERA BARAT NOMOR 1 TAHUN 2017 TENTANG

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No. 288, 2012

Peran ORI dalam penyelesaian laporan/pengaduan dan pengawasan implementasi UU Pelayanan Publik

DATA POKOK APBN DEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA

TABEL 4 * JUMLAH TENAGA PENGADAAN BERSERTIFIKAT DI PUSAT

DATA POKOK APBN-P 2007 DAN APBN 2008 DEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA

BIO DATA KOTA TANGERANG

ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga BAB I PENDAHULUAN. sebanyak orang dan WNA sebanyak 127 orang 1.

PROFILE BADAN NARKOTIKA NASIONAL tahun 2016

5 Tahun 2014 tentang Aparatur Sipil Negara, Instruksi Presiden Nomor 3 Tahun 2015 tentang

1.4. Modul Mengenai Pengaturan Pemberantasan Pencucian Uang Di Indonesia

DATA POKOK APBN KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA

Transkripsi:

RENCANA AKSI PENANGGUNG JAWAB INSTANSI TERKAIT INDIKATOR KEBERHASILAN UKURAN KEBERHASILAN UKURAN KEBERHASILAN (B03, B06, B09, B12) % PENCAPAIAN KETERANGAN (DATA DUKUNG) 1 2 3 4 5 6 7 8 A. BIDANG PENCEGAHAN 1. Peningkatan Kampanye Publik tentang Bahaya Penyalahgunaan Narkotika dan Prekursor Narkotika a. Sosialisasi bahaya Narkotika dan Prekursor Narkotika serta informasi tentangp4gn kepada Pegawai Aparatur Sipil Negara, Prajurit Tentara Nasional Indonesia, dan Anggota Kepolisian Negara Republik Indonesia. b. Pembentukan regulasitentang P4GN di masingmasing kementerian/lembaga dan pemerintah daerah. Kementerian Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi Kementerian Dalam Negeri Seluruh kementerian/lembaga dan pemerintah daerah Seluruh kementerian/lembaga dan pemerintah daerah Tersosialisasikannya informasi bahaya Narkotika dan Prekursor Narkotika melalui berbagai saluran komunikasi yang dikelola oleh kementerian/lembaga dan pemerintah daerah. Terbentuknya regulasi tentang P4GN di lingkup kementerian/lembaga dan pemerintah daerah. c. Penyelenggaraan Hari Remaja Internasional pada tingkat pusat dan provinsi. Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional Terselenggaranya Hari Remaja Internasional pada tingkat pusat dan provinsi. d. Promosi Generasi Berencana (GenRe) di sekolah, kampus, dan kampung Keluarga Berencana. Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional Terselenggaranya p romosi GenRe di sekolah, kampus, dan kampung Keluarga Berencana. e. Promosi GenRe berbasis komunitas. Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional Terselenggaranya promosi GenRe berbasis komunitas.

f. Sosialisasi P4GN pada sarana dan prasarana transportasi serta moda transportasi. Kementerian Perhubungan Terpasangnya slogan Anti Narkotika dan Prekursor Narkotika dengan penempatan yang strategis pada sarana dan prasarana serta moda transportasi. g. Penguatan dukungan ekologi sosial bagi para Penyandang Masalah Kesejahteraan Sosial (PMKS). Terselenggaranya sistem dukungan ekologi sosial bagi para PMKS. h. Pembinaan dan penyebarluasan P4GN kepada seluruh Badan Usaha Milik Negara (BUMN) dan Badan Usaha Milik Daerah (BUMD). Kementerian Badan Usaha Milik Negara Pemerintah Daerah Tersebarluasnya informasi P4GN kepada jajaran komisaris, direksi serta karyawan BUMN dan BUMD. i. Pembinaan dan penyebarluasan P4GN kepada instansi (sektor) yang menggunakan bahan-bahan Prekursor j. Pendirian 5 (lima) Pusat Informasi Edukasi Narkotika, Psikotropika, dan Zat Adiktif (PIE NAPZA) di 5 (lima) wilayah rawan dan rentan Narkotika dan Prekursor Kementerian Perindustrian Kementerian Perdagangan Kementerian Kesehatan Badan Pengawas Obat dan Makanan Tersebarluasnya informasi P4GN kepada instansi (sektor) yang menggunakan bahan-bahan Prekursor Terbentuknya PIE NAPZA di Provinsi Kalimantan Tengah, Nusa Tenggara Barat, DI Yogyakarta, DKI Jakarta, dan Kota Malang.

Penguatan pemberdayaan masyarakat dalam memetakan permasalahan penyalahgunaan NAPZA di daerah rawan dan rentan pada daerah tertinggal, terdepan,dan terluar. Terbentuknya jejaring masyarakat yang memiliki kemampuan dalam memetakan permasalahan penyalahgunaan NAPZA secara madani. k. Penutupan situs jual beli Narkotika dan Prekursor Narkotika dan situs yang melegalisasi Narkotika dan Prekursor Kementerian Komunikasi dan Informatika Tertutupnya situs jual beli Narkotika dan Prekursor Narkotika di media sosial yang dilaporkan. 2. Deteksi Dini Penyalahgunaan Narkotika dan Prekursor Narkotika a. Pelaksanaan tes urine kepada seluruh Pegawai Aparatur Sipil Negara, termasuk calon Aparatur Sipil Negara. Seluruh kementerian/lembaga dan pemerintah daerah Terlaksananya tes urine kepada seluruh Pegawai Aparatur Sipil Negara yang pelaksanaannya berkoordinasi dengan dan/atau Provinsi/Kabupaten/Kota. b. PembentukanSatuan Tugas/ Relawan Anti Narkotika dan Prekursor Seluruh kementerian/lembaga dan pemerintah daerah Terbentuknya Satuan Tugas/ Relawan Anti Narkotika dan Prekursor c. Kerja sama internasional terkait P4GN. Kementerian Luar Negeri Terlaksananya kerjasama internasional terkait P4GN. d. Perlindungan terhadap infrastruktur informasi kritis dan strategis untuk mereduksi kerentanan terhadap informasi yang dimiliki Badan Narkotika Nasional. Badan Siber dan Sandi Negara Terlaksananya perlindungan pada infrastruktur informasi kritis dan strategis. 3. Pengembangan Pendidikan Anti Narkotika dan Prekursor Narkotika a. Pengembangan dan penerapan modul pendidikan anti Narkotika dan Prekursor Narkotika pada seluruh pendidikan kedinasan. Lembaga Administrasi Negara Seluruh kementerian dan lembaga yang memiliki pendidikan kedinasan Terlaksananya penerapanmodul pendidikan anti Narkotika dan Prekursor Narkotika pada seluruh pendidikan kedinasan.

b. Penyusunan modul anti Narkotika dan Prekursor Narkotika untuk Latihan Dasar, Pendidikan dan Pelatihan Kepemimpinan, Teknis, dan Fungsional. Lembaga Administrasi Negara Tersusunnya modul anti Narkotika dan Prekursor Narkotika untuk Latihan Dasar, Pendidikan dan Pelatihan Kepemimpinan, Teknis, dan Fungsional. c. Pengembangan topik anti Narkotika dan Prekursor Narkotika pada salah satu mata pelajaran di sekolah dan perguruan tinggi. d. Melakukan peningkatan kapasitas sumber daya manusia pada lembaga layanan yang berada di bawah koordinasi Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak terkait upaya pencegahan dan penanganan Narkotika dan Prekursor Narkotika pada anak. Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Kementerian Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi Kementerian Agama Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak Terakomodasinya topik anti Narkotika dan Prekursor Narkotika pada salah satu mata pelajaran di sekolah dan perguruan tinggi. Terlatihnya sumber daya manusia pada lembaga layanan yang berada di bawah koordinasi Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak. 4. Pemberdayaan Masyarakat a. Pelaksanaan pelatihan kader pemuda anti Narkotika dan Prekursor Kementerian Pemuda dan Olahraga Meningkatnya pengetahuan dan pemahaman pemuda mengenai bahaya Narkotika dan Prekursor Narkotika serta penanggulangannya. b. Pengembangan potensi masyarakat pada kawasan rawan dan rentan Narkotika dan Prekursor Seluruh kementerian/lembaga dan pemerintah daerah Terselenggaranya pemberdayaan potensi masyarakat pada kawasan rawan dan rentan Narkotika dan Prekursor B. BIDANG PEMBERANTASAN 1. Pembersihan Tempat dan Kawasan Rawan Peredaran Gelap Narkotika dan Prekursor Narkotika

a. Pengumpulan informasi terkait tindak pidana Narkotika dan Prekursor Narkotika serta tindak pidana pencucian uang terkait Narkotika dan Prekursor Kejaksaan Agung Pusat Pelaporan dan Analisis Transaksi Keuangan Badan Intelijen Negara ---- Badan Siber dan Sandi Negara Terpetakannya jaringan Narkotika dan Prekursor b. Analisis transaksi keuangan hasil kejahatan Narkotika dan Prekursor Pusat Pelaporan dan Analisis Transaksi Keuangan Terlaksananya analisis dan tersedianya data hasil analisis transaksi keuangan terkait kejahatan Narkotika dan Prekursor c. Penyelamatan aset yang berasal dari tindak pidana Narkotika dan Prekursor Narkotika dan/atau tindak pidana pencucian uang terkait Narkotika dan Prekursor Meningkatnya jumlah aset sitaan yang berasal dari tindak pidana Narkotika dan Prekursor Narkotika dan/atau pencucian uang terkait Narkotika dan Prekursor

Kejaksaan Agung Pusat Pelaporan dan Analisis Transaksi Keuangan d. Pengoordinasian asosiasi penyedia jasa keuangan dalam rangka meningkatkan kesadaran Penyedia Jasa Keuangan (PJK) dan kualitas Laporan Transaksi Keuangan Mencurigakan (LTKM) terkait dugaan tindak pidana Narkotika dan Prekursor e. Penyesuaian penilaian risiko sektoral terhadap risiko tindak pidana pencucian uang yang berasal dari tindak pidana Narkotika dan Prekursor Kementerian Perdagangan; Kementerian Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah Pusat Pelaporan dan Analisis Transaksi Keuangan Kejaksaan Agung Meningkatnya kesadaran PJK dan kualitas LKTM. Tersedianya penilaian risiko sektoral terhadap risiko tindak pidana pencucian uang yang berasal dari tindak pidana Narkotika dan Prekursor

Tentara Nasional Indonesia Pusat Pelaporan dan Analisis Transaksi Keuangan f. Pertukaran informasi dengan foreign counterpart dalam rangka pengungkapan jaringan Narkotika dan Prekursor Narkotika internasional. Kejaksaan Agung Tentara Nasional Indonesia Badan Intelijen Negara Meningkatnya jumlah pertukaran informasi dengan foreign counterpart dalam rangka pengungkapan jaringan Narkotika dan Prekursor Narkotika internasional.

Pusat Pelaporan dan Analisis Transaksi Keuangan g. Mengefektifkan intelijen Narkotika, penangkapan Daftar Pencarian Orang (DPO), penyelidikan dan penyidikan terhadap tindak pidana Narkotika dan Prekursor Narkotika dan tindak pidana pencucian uang terkait tindak pidana Narkotika dan Prekursor Narkotika, serta peningkatan pengawasan lalu lintas orang dan barang ke dan dari Indonesia. Kementerian Perhubungan Kementerian Pertanian Kejaksaan Agung Tentara Nasional Indonesia Badan Intelijen Negara Pusat Pelaporan dan Analisis dan Transaksi Keuangan Terlaksananya kegiatan intelijen, penangkapan DPO, penyelidikan dan penyidikan tindak pidana Narkotika dan Prekursor Narkotika dan tindak pidana pencucian uang terkait Narkotika dan Prekursor Narkotika serta pengawasan lalu lintas orang dan barang ke dan dari Indonesia.

Badan Nasional Pengelola Perbatasan Badan Keamanan Laut h. Pengawasan Lembaga Pemasyarakatan Tentara Nasional Indonesia Terlaksananya pengawasan Lembaga Pemasyarakatan Narkotika secara optimal. i. Penanganan tindak pidana Narkotika dan Prekursor Narkotika serta tindak pidana pencucian uang terkait Narkotika dan Prekursor Kejaksaan Agung Selesainya penanganan tindak pidana Narkotika dan Prekursor Narkotika serta tindak pidana pencucian uang terkait Narkotika dan Prekursor j. Penyelesaian penanganan tindak pidana Narkotika dan Prekursor Narkotika serta tindak pidana pencucian uang terkait Narkotika dan Prekursor Narkotika yang telah berkekuatan hukum tetap. Kejaksaan Agung Eksekusi terhadap tindak pidana Narkotika dan Prekursor Narkotika serta tindak pidana pencucian uang terkait Narkotika dan Prekursor Narkotika yang telah berkekuatan hukum tetap.

k. Pemetaan dan pemusnahan ladang ganja. Kementerian Pertanian Tentara Nasional Indonesia Badan Informasi Geospasial Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional Pemerintah Daerah 2. Penguatan Pengawasan Pintu Masuk Negara Republik Indonesia (Bandara, Pelabuhan, dan Pos Lintas Batas Negara) a. Modernisasi alat pendukung operasi Narkotika dan Prekursor Narkotika serta penguatan unit anjing pelacak Direktorat Jenderal Bea dan Cukai. Terpetakan dan musnahnya ladang ganja. Terwujudnya sarana dan prasarana Direktorat Jenderal Bea dan Cukai yang modern dan terstandardisasi di bidang pengawasan Narkotika dan Prekursor b. Penerapan Customs Narcotics Targetting Centre - Terintegrasinya sistem pengawasan kepabeanan di bidang Narkotika dan Prekursor Narkotika secara nasional. - Tersedianya standar analisis untuk penetapan pelanggaran kepabeanan di bidang Narkotika dan Prekursor 3. Pembentukan Rumah Tahanan Narkotika Pembentukan Rumah Tahanan Terbentuknya Rumah Tahanan

4. Pengembangan Sistem Interdiksi Terpadu Pembentukan sistem interdiksi terpadu. Kementerian Perhubungan Kementerian Kesehatan Kementerian Luar Negeri Kementerian Dalam Negeri Kementerian Pertanian Kementerian Komunikasi dan Informatika Terbentuknya sistem interdiksi terpadu untuk meningkatkan koordinasi dan kerja sama lintas instansi dan lintas negara guna memutus jaringan sindikat Narkotika dan Prekursor Narkotika,nasional maupun internasional.

Tentara Nasional Indonesia Badan Intelijen Negara Badan Siber dan Sandi Negara Badan Pengawas Obat dan Makanan Badan Informasi Geospasial Badan Keamanan Laut C. BIDANG REHABILITASI 1. Peningkatan Kapasitas Layanan Rehabilitasi Korban Penyalahgunaan Narkotika dan Prekursor Narkotika a. Standardisasi layanan rehabilitasi berkelanjutan secara nasional. Kementerian Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan Kementerian Kesehatan Tersusunnya standardisasi layanan rehabillitasi berkelanjutan secara nasional.

b. Penyediaan layanan rehabilitasi di setiap provinsi, kabupaten, dan kota. c. Penyediaan sumber daya manusia pelaksana rehabilitasi yang kompeten. Kementerian Kesehatan Tentara Nasional Indonesia Pemerintah Daerah Kementerian Kesehatan Tentara Nasional Indonesia Tersedianya layanan rehabilitasi di setiap provinsi, kabupaten, dan kota yang sesuai standar. Tersedianya sumber daya manusia pelaksana rehabilitasi yang kompeten.

Pemerintah Daerah d. Pendampingan Anak Korban, Anak Saksi, dan Anak penyalah guna Narkotika dan Prekursor Kementerian PemberdayaanPerempuan dan Perlindungan Anak - Pendampingan Anak Korban dan Anak Saksi penyalahgunaan Narkotika dan Prekursor Narkotika oleh lembaga layanan di lingkungan Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak. - Pendampingan Anak penyalah guna Narkotika dan Prekursor Narkotika dalam menghadapi proses hukum. e. Penatalaksanaan penyelenggaraan layanan rehabilitasi berbasis bukti. f. Penyusunan regulasi layanan rehabilitasi yang berkelanjutan. Kementerian Kesehatan Kementerian Kesehatan Kementerian Dalam Negeri - Tersusunnya tata laksana penyelenggaraan layanan rehabilitasi. Tersusunnya regulasi layanan rehabilitasi berkelanjutan yang berlaku nasional.

g. Penyusunan sistem informasi rehabilitasi secara terpadu dan nasional. Kementerian Kesehatan Kementerian Dalam Negeri Kementerian Komunikasi dan Informatika Tersedianya sistem informasi rehabilitasi yang terpadu secara nasional. 2. Peningkatan Kapasitas Layanan Pasca Rehabilitasi Korban Penyalahgunaan Narkotika dan Prekursor Narkotika Kegiatan vokasional (pendidikan keterampilan dan kewirausahaan). Kementerian Tenaga Kerja Kementerian Kelautan dan Perikanan Kementerian Pertahanan Kementerian Kehutanan dan Lingkungan Hidup Terselenggaranya kegiatan vokasional (pendidikan keterampilan dan kewirausahaan).

Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Kementerian Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi Badan Ekonomi Kreatif D. PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN PENANGANAN PENYALAHGUNAAN NARKOTIKA DAN PREKURSOR NARKOTIKA 1. Pengembangan Riset Permasalahan Narkotika dan Prekursor Narkotika Survei prevalensi penyalahgunaan Narkotika dan Kementerian Riset, Teknologi, dan Prekursor Pendidikan Tinggi Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia Badan Pusat Statistik 2. Integrasi Data a. Penyediaan data terkait P4GN. Seluruh kementerian/lembaga dan pemerintah daerah Terselenggaranya survei dan tersedianya data prevalensi penyalahgunaan Narkotika dan Prekursor Tersedianya data P4GN. b. Penyediaan aplikasi integrasi data terkait P4GN. Kementerian Komunikasi dan Informatika Tersedianya aplikasi integrasi data terkait P4GN. Link Google Drive (File dalam benuk excel) : http://bit.ly/action_plan_ran_p4gn