KEMAMPUAN MENULIS WACANA DESKRIPTIF BAHASA MAKASSAR SISWA KELAS VIII SMPN 2 SUNGGUMINASA KABUPATEN GOWA. Ayu Amaliah

dokumen-dokumen yang mirip
BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Bahasa adalah sarana yang digunakan untuk berkomunikasi dengan

BAB I PENDAHULUAN. membantu peserta didik mengenal dirinya, budayanya, dan budaya orang

BAB I PENDAHULUAN. pembelajaran sastra disekolah. Salah satu tujuan pelajaran bahasa Indonesia di

BAB I PENDAHULUAN. orang lain, memengaruhi atau dipengaruhi orang lain. Melalui bahasa, orang dapat

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Bahasa seseorang dapat mencerminkan pikirannya. Semakin terampil

BAB I PENDAHULUAN. mempelajari semua bidang studi (BSNP, 2006). Untuk berbahasa dengan baik dan

KEMAMPUAN MENULIS TEKS PROSEDUR SISWA KELAS VII D SMP NEGERI 11 KOTA JAMBI. Nia Budianti, Herman Budiyono, Imam Suwardi FKIP Universitas Jambi ABSTRAK

I. PENDAHULUAN. bahan kajian bahasa Indonesia diarahkan kepada penguasaan empat keterampilan

Oleh Beatriz Lasmaria Harianja Mara Untung Ritonga, S.S., M.Hum.,Ph.D. ABSTRAK

2013 PENINGKATAN KEMAMPUAN MENULIS KARANGAN NARASI MELALUI METODE MIND MAPPING DALAM PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA DI SEKOLAH DASAR

BAB I PENDAHULUAN. kita dapat memperoleh ilmu pengetahuan yang dapat menjamin kelangsungan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pembelajaran Bahasa Indonesia merupakan salah satu mata pelajaran

BAB I PENDAHULUAN. mengambil manfaat bagi perkembangan dirinya. Keterampilan menulis tidak mungkin dikuasai hanya melalui teori saja, tetapi

BAB I PENDAHULUAN. Pembelajaran merupakan kunci keberhasilan sumber daya manusia untuk

I. PENDAHULUAN. sekolah. Dalam mata pelajaran Bahasa Indonesia ada empat komponen

I. PENDAHULUAN. semakin modern, diharapkan dapat meningkatkan aktivitas serta kreativitas

BAB I PENDAHULUAN. bersastra. Pada kurikulum 2013, pelajaran bahasa Indonesia mengalami. mengembangkan kemampuan dan keterampilan berpikir siswa.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan pada dasarnya adalah usaha sadar untuk

KEMAMPUAN MENULIS TEKS NARASI TENTANG PENGALAMAN LIBUR SEKOLAH SISWA KELAS VII SMP NEGERI 1 BERMANI ILIR KABUPATEN KEPAHIANG

2015 PENERAPAN TEKNIK MENULIS BERANTAI DALAM PEMBELAJARAN MENULIS TEKS ULASAN FILM ATAU DRAMA

BAB I PENDAHULUAN. interaksi antara guru-siswa dan komunikasi timbal balik yang berlangsung dalam

BAB 1 PENDAHULUAN. kebahasaan dan keterampilan berbahasa. Pengetahuan kebahasaan meliputi

BAB I PENDAHULUAN. rumusan masalah, (3) tujuan penelitian, (4) ruang lingkup penelitian, dan (5)

I. PENDAHULUAN. Bahasa digunakan sebagai alat komunikasi untuk menyampaikan pikiran,

I. PENDAHULUAN. Penguasaan bahasa Indonesia yang baik dan benar dilakukan

BAB I PENDAHULUAN. untuk meningkatkan kemampuan peserta didik untuk berkomunikasi dalam

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pembelajaran Bahasa Indonesia di dunia pendidikan bertujuan agar

BAB I PENDAHULUAN. mendengarkan (listening skills), berbicara (speaking skills), membaca (reading skills), dan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

Jurnal Noken 2(1)

BAB I PENDAHULUAN. dan jenjang pendidikan, mulai dari taman kanak-kanak sampai Perguruan Tinggi

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitan Betta Anugrah Setiani, 2013

BAB I PENDAHULUAN. mengungkapkan pikiran, perasaan, dan kehendak kepada orang lain secara

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa merupakan sebagai alat komunikasi yang paling utama. Bahasa dibagi

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa seseorang dapat mencerminkan pikirannya. Semakin terampil

BAB I PENDAHULUAN. SMP N 2 Banyudono terletak di Jalan Jembungan, Banyudono, Boyolali.

Jurnal Pedagogika dan Dinamika Pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. Menurut BSNP 2006a (dalam Sufanti, 2010: 7) mata pelajaran bahasa

Upaya Meningkatkan Kemampuan Menulis Karangan Sederhana Siswa Kelas IV SDN Pembina Liang Melalui Strategi Aktivitas Menulis Terbimbing

BAB I PENDAHULUAN. masalah penelitian yang berisikan pentingnya keterampilan menulis bagi siswa

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Bahasa sebagai alat komunikasi mempunyai peranan penting dalam

I. PENDAHULUAN. atau berita, fakta, dan pendapat dari seorang penutur kepada pendengar.

BAB I PENDAHULUAN. Keempat keterampilan tersebut saling berhubungan, tidak boleh dipisahpisahkan

sendiri dari hasil pengalaman belajarnya.

KEMAMPUAN MENULIS PARAGRAF SISWA KELAS X SMK TARUNA BHAKTI MALANG TAHUN AJARAN 2008/2009. Oleh: Rovimiyanti SMK Taruna Bhakti Malang.

Kemampuan Menulis Paragraf Deskriptif Siswa Kelas VII C SMP Negeri 17 Batanghari. Oleh: Erwansyah RRA1B Abstrak

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

SKRIPSI Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1 Pendidikan Bahasa, Sastra Indonesia, dan Daerah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Proses pembelajaran Bahasa Indonesia di Sekolah Menengah Kejuruan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pembelajaran Bahasa Indonesia tidak lepas dari hubungan pembelajaran

BAB I PENDAHULUAN. mengajar menjadi terarah dan mencapai sasaran pendidikan.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan memegang peranan yang sangat penting untuk

BAB 1 PENDAHULUAN. Tingkat Satuan Kurikulum Pendidikan (KTSP) merupakan penyempurna

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. Keterampilan menyampaikan ide, pikiran, gagasan, dan perasaan secara tertulis

PENINGKATAN KEMAMPUAN MENULIS PARAGRAF NARASI DENGAN TEKNIK REKA CERITA GAMBAR PADA SISWA KELAS X SMA NEGERI 1 KARANGDOWO KLATEN TAHUN AJARAN

BAB I PENDAHULUAN. merupakan sarana untuk berkomunikasi antar manusia. Bahasa sebagai alat. mempunyai kemampuan berbahasa yang baik.

A. LATAR BELAKANG MASALAH

BAB II KAJIAN PUSTAKA. oleh peneliti sebelumnya yang berkaitan dengan karangan argumentasi sebagai

Kata kunci: menulis, paragraf argumentasi, student teams achievement division

Oleh : YANTI FITRIYANTI

BAB I PENDAHULUAN. bernalar serta kemampuan memperluas wawasan. Menurut Tarigan (2008:1) ada

KEMAMPUAN MENULIS PUISI DENGAN MENGGUNAKAN MODEL EXAMPLE NON EXAMPLE SISWA KELAS VIII SMP NEGERI 14 PALOPO

PENGGUNAAN MEDIA GAMBAR BERSERI UNTUK PENINGKATAN KETERAMPILAN MENULIS KARANGAN PADA SISWA KELAS VI SD PABELAN III TAHUN AJARAN 2009 SKRIPSI

BAB I PENDAHULUAN. kesepakatan bahasa yang digunakan dalam kelompok terebut.

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan nasional. Keterampilan berbahasa mempunyai empat komponen yang

KORELASI KETERAMPILAN MEMAHAMI TEKS EKSPOSISI DENGAN KETERAMPILAN MENULIS TEKS EKSPOSISI SISWA KELAS X SMA NEGERI 1 PAINAN

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. individu lainnya. Menurut Wibowo (Hidayatullah, 2009), bahasa adalah sistem

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Keterampilan berbahasa merupakan keterampilan yang memiliki peranan

Jurnal Pendidikan, Pengajaran Bahasa dan Sastra ONOMA PBSI FKIP Universitas Cokroaminoto Palopo

SUWANGSIH PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA SEKOLAH TINGGI KEGURUAN ILMU PENDIDIKAN (STKIP) SILIWANGI BANDUNG 2012

BAB I PENDAHULUAN. Manusia merupakan makhluk sosial yang perlu berinteraksi dengan yang lainnya.

BAB I PENDAHULUAN. memiliki tujuan secara khusus adalah mampu menguasai empat aspek

BAB I PENDAHULUAN. berkomunikasi manusia membutuhkan bahasa. Dalam Kamus Besar Bahasa. tepat bila antara penutur dan mitra tutur saling memahami.

I. PENDAHULUAN. Bahasa memiliki peranan penting dalam kehidupan manusia. Bahasa digunakan

PENINGKATAN KETERAMPILAN MENULIS PARAGRAF NARATIF DENGAN TEKNIK PENIRUAN MODEL PADA SISWA KELAS X TKJ 1 SMK NEGERI 1 BANYUDONO KABUPATEN BOYOLALI

Skripsi Untuk Memenuhi Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1. Di susun oleh : Nur Rochman Prabowo ( A )

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia di sekolah memegang peranan penting dalam mengupayakan dan

BAB I PENDAHULUAN. Menulis merupakan keterampilan yang harus dikuasai setiap siswa melalui proses

BAB I PENDAHULUAN. Menulis atau mengarang ialah kemampuan mengekspresikan pikiran, perasaan, pengalaman, dalam bentuk tulisan yang disusun secara

BAB I PENDAHULUAN. dalam kurikulum 2013 terdapat pada Kompetensi Inti (KI) 4 yaitu Mencoba,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. menyimak (listening skills), keterampilan berbicara (speaking skill), keterampilan

BAB 1 PENDAHULUAN. mencakup empat jenis yaitu keterampilan menyimak (listening skill),

BAB I PENDAHULUAN. keterampilan siswa dalam berkomunikasi baik secara lisan maupun tulis. Penggunaan bahasa

PENINGKATAN KETERAMPILAN MENULIS PARAGRAF EKSPOSISI DENGAN MODEL PEMBELAJARAN PICTURE AND PICTURE PADA SISWA KELAS XI SMK SETIA KARYA DEPOK

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Winda Victoria Febriani, 2013

BAB I PENDAHULUAN. Suatu karangan terdiri dari beberapa kalimat yang kemudian disusun

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Titik sentral yang harus dicapai oleh setiap kegiatan belajar mengajar

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Keterampilan berbahasa mencakup empat aspek yakni,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pengajaran Bahasa Indonesia bertujuan agar siswa terampil dalam berbahasa

KORELASI KETERAMPILAN MEMBACA PEMAHAMAN TEKS EKSPOSISI DENGAN KETERAMPILAN MENULIS TEKS EKSPOSISI

KEMAMPUAN MENULIS PARAGRAF EKSPOSISI SISWA KELAS X SMA NEGERI 12 KONAWE SELATAN. ANDI SUSI SURIANA PUSPITA DEWI

BAB I PENDAHULUAN. komunikasi. Bahasa Indonesia merupakan salah satu pelajaran yang diajarkan di

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. digunakan sebagai bahasa pemersatu bangsa serta memiliki peranan yang penting

BAB I PENDAHULUAN. dengan baik. Keterampilan tersebut adalah keterampilan menyimak (listening

BAB I PENDAHULUAN. sehingga pembelajaran dapat berlangsung dengan mengoptimalkan dan

BAB I PENDAHULUAN. Pembelajaran bahasa Indonesia mencakup empat keterampilan berbahasa

Transkripsi:

KEMAMPUAN MENULIS WACANA DESKRIPTIF BAHASA MAKASSAR SISWA KELAS VIII SMPN 2 SUNGGUMINASA KABUPATEN GOWA Ayu Amaliah (Dibimbing Oleh Kembong Daeng dan Abdul Azis) (Diuji Oleh Muhammad Taufik dan Hajrah) Program Studi Bahasa dan Sastra Daerah, Universitas Negeri Makassar Email: ayuamaliah1504@gmail.com Abstrak Penelitian ini bertujuan Mendeskripsikan kemampuan menulis wacana deskriptif Bahasa Makassar berdasarkan apa yang mereka amati secara langsung. Desain penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah desain penelitian yang bersifat deskriptif kuantitatif. Adapun populasi pada penelitian ini adalah keseluruhan siswa kelas VIII SMPN 2 Sungguminasa tahun ajaran 2017/2018 yang berjumlah 438 siswa dan terbagi ke dalam 14 kelas. Dalam penelitian ini ditetapkan sampel berjumlah 118 siswa, karena populasi melebihi 100 siswa sehingga tidak semua populasi dijadikan sampel penelitian. Adapun teknik penarikan sampel yang digunakan ialah teknik random sampling dan pengumpulan data dilakukan dengan cara membagikan tes soal essai yang kemudian akan di analisis dengan memperhatikan aspek-aspek penilaian yang telah ditentukan dan menghasilkan temuan penelitian. Hasil penelitian ini menunjukan kemampuan menulis wacana deskriptif Bahasa Makassar bedasarkan pengamatan lingkungan sekitar siswa kelas VIII SMPN 2 Sungguminasa Kabupaten Gowa berada pada kategori Tidak Mampu. Adapun hasil ini diperoleh dari temuan perolehan siswa dalam menulis wacana deskriptif yang dikategorikan tidak mampu sebanyak (17,80%) dan perolehan siswa dalam menulis wacana deskriptif dikategorikan tidak mampu sebanyak (82,20%). 1

1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kegiatan pembelajaran pada setiap jenjang pendidikan dilaksanakan secara terencana dan bertahap berdasarkan kurikulum yang berlaku baik pada pendidikan tingkat dasar, tingkat menengah, maupun di perguruan tinggi. Biasanya pada setiap kurikulum yang berlaku, dalam proses pembelajaran termasuk pembelajaran bahasa daerah selalu memiliki standar kompetensi yang meliputi kompetensi berbicara, kompetensi menyimak, kompetensi membaca, dan kompetensi menulis. Keempat aspek keterampilan ini menjadi faktor pendukung dalam menyampaikan pikiran, gagasan, dan pendapat baik secara lisan maupun tertulis. Dalam proses pembelajaran bahasa, biasanyagurumengukur kemampuan siswanya menggunakan tes yang dibuat sendiri. Tes berperan penting dalam pengukuran dan penilaian dalam pendidikan, dan sebagian besar tes yang dibuat biasanya dikembangkan oleh guru-guru kelas itu sendiri. Tes prestasi guru dibagi menjadi dua yaitu, tes objektif dan tes subjektif yang menekankan atau menuntut wacana singkat sebagai jawabannya, dan oleh sebab itu seorang gurutidak hanyaberbicara tentang keterampilan berbicara, keterampilan membaca, ataupun keterampitan menyimak tetapi juga menyangkut aspek keterampilan menulis siswa. Keempat aspek ini sangat berperan penting dalam proses pembelajaran. Selain itu, pada pembelajaran utamanya pembelajaran bahasa daerah, siswa di tuntutharus memiliki wawasan yang luas dandapat digunakan 2

untuk membantu dalam menulis wacana dan menjawab tes yang diberikan oleh guru termasuk untuk mendeskripsikan sesuatu. Kemampuan menulis harus mendapatkan perhatian lebih sebagai salah-satu aspek kemampuan berbahasa, karena menulis memerlukan niat yang sungguh-sungguh apabila ingin terampil. Menulis memang merupakan suatu hal yang dapat dikuasai oleh semua orang terlebih lagi jika seseorang memiliki kemampuan intelektual yang memadai namun berbeda dengan diimbangidengan latihan yang terus-menerus tanpa putus asa sehingga apabila menemukan kesulitan maka tidak akan ada rasa putus asa. Kemampuan menulis pada hakikatnya bukan hanya sekedar kemampuan menulis simbolsimbol grafis sehingga berbentuk kata, dan kata-kata dapat disusun menjadi kalimat menurut peraturan tertentu, melainkan kemampuan menuangkan buah pikiran ke dalam bahasa tulis melalui kalimatkalimat yang dirangkai secara utuh, lengkap, dan jelas sehingga buah kemampuan menyimak dan pikiran tersebutdapat berbicara, menulis tidak dapat diperoleh secara alami tetapi memerlukan latihan.jadi, apabila ingin terampil dalam hal menulis pertama-tama membutuhkan niat dikomunikasikan kepada pembaca dan dapat membuahkan hasil. Seperti yang di ungkapkan Lado dalam (Tarigan, 2008: 23) bahwa menulis ialah menurunkan atau yang sungguh-sungguh dari melukiskan lambang-lambang pembelajar. Niat disini bukan hanya sekedar niat, namun harus grafik yang menggambarkan suatu bahasa yang dipahami oleh 3

seseorang sehingga orang-orang manfaat, seperti mengembangkan kreativitas, menanamkan lain dapat membaca lambanglambang grafik tersebut kalau mereka memahami bahasa dan grafik itu. Gambar atau lukisan mungkin dapat menyampaikan makna-makna, tetapi tidak dapat menggambarkan kesatuan-kesatuan bahasa. Selain itu, menulis merupakan kegiatan yang dapat bertujuan untuk mengukur kemampuan siswa, baik dari aspek pengetahuan, sikap, maupun keberanian, percaya diri, menjernihkan pikiran, melatih cara berpikir, kecerdasan, dan kepekaan emosi siswa. Pembelajaran menulis juga dilakukan untuk membantu mereka menuangkan ide atau gagasan, pikiran, pengalaman, perasaan dan cara memandang kehidupan, (Tarigan, 2008: 28). Jika seorang guru ingin mengukur tingkat kemampuan menulis pada siswa, maka wacana keterampilan. Pembelajaran merupakan salah satu unsur sebagai suatu proses penyesuaian diri secara timbal balik (memberi dan menerima pengetahuan). Dengan penyesuaian diri ini akan potensi pembawaannya (kekuatan, bakat, kesanggupan dan minat), Freeman Butt (dalam Djuramsjah, 2004: 27). Pembelajaran menulis di sekolah banyak memberikan penting yang menjadi penunjang. Wacana yang merupakan hasil mengarang, cerita, buah pena, ciptaan, gubahan, cerita mengadaada, dan hasil rangkaian. Oleh sebab itu, kegiatan menulis tidak akan pernah terlepas dari sebuah cerita dan disampaikan kedalam satu bentuk tulisan berupa wacana. Maka selain dapat menilai tingkat 4

tulisan yang dimiliki, seseorang juga dapat menilai tingkat kecerdasan dan ketertarikan seorang siswa terhadap sesuatu memberi pengaruh pada emosi dan menciptakan imajinasi pembaca bagaikan melihat, mendengar, atau merasakan langsung apa yang termasuk mata pelajaran. Pada disampaikan penulis hakikatnya wacana merupakan suatu hal yang tercipta dari proses kemampuan seseorang dalam menggabungkan kata atau kalimat menjadi sebuah paragraf yang berkaitan dan menjadi satu kesatuan. Wacana deskriptif adalah mengungkapkan bahwa deskripsi merupakan gaya atau corak tulisan yang bertujuan menggambarkan sejelas-jelasnya suatu objek. Dari observasi awal yang dilakukan oleh peneliti, pembelajaran menulis pada SMP Negeri 2 Sungguminasa memiliki wacana yang menyajikan peristiwa banyak permasalahan. atau objek hasil penginderaan dengan cara melukiskan, menggambarkan, atau memberikan sehingga pembaca seperti menyaksikan, mengindra, atau mengalami sendiri secara langsung. Seperti yang diungkapkan oleh semi, 2007: 53 deskriptif adalah tulisan yang tujuannyauntuk memberikan rincianatau detail tentang objek sehingga dapat Permasalahan tersebut meliputi berbagai aspek mulai dari siswa tidak dapat membedakan keempat jenis wacana tersebut, membentuk atau membuat kalimat menjadi satu paragraf, dan teknis tata bahasa karena mereka menggambarkan wacana hanya seputar menuliskan pengalaman secara umum. Mata pelajaran bahasa daerah di sekolah-sekolah dasar 5

dan menengah biasanya bukanlah mata pelajaran wajib tetapi hanya sebagai mata pelajaran penunjang. Keadaan ini terjadi di tingkat Sekolah Dasar (SD) maupun Sekolah Menengah Pertama (SMP). Hal tersebut menimbulkan keraguan dan menimbulkan pertanyaan, apakah pembelajaran bahasa daerah dapat terlaksana dengan baik seperti mata pelajaran lain misalnya Bahasa Inggris, Bahasa Indonesia atau sebaliknya. Selain itu, pertanyaan yang muncul ialah apakah pada setiap pembelajaran bahasa daerah yang berlangsung diminati oleh siswanya atau tidak. Dari observasi awal yang dilakukan oleh peneliti salah satu guru Bahasa daerah SMP Negeri 2 Sungguminasa mengatakan bahwa siswanya 80 % telah menguasai bahasa Makassar dan menurutnya telah menjadi bahasa sehari-hari. Oleh karena hal itu peneliti menarik kesimpulan bahwa apabila siswa telah mahir berbahasa Makassar maka akan mudah untuk menyimak dan membaca berbeda halnya dengan kemampuan menulis. Pada penelitian ini, penulis menitik beratkan pada kemampuan siswa dalam menulis wacana deskripsi bahasa Makassar, karena wacana deskripsi merupakan salah-satu jenis wacana yang dapat menggambarkan kepada pembaca tentang suatu hal yang mereka lihat atau pun rasakan sehingga siswa tidak perlu berfikir terlalu keras untuk membuat sebuah tulisan. Selain itu, untuk pendidikan jenjang menengah khususnya kelas VIII bukan merupakan hal yang baru dan mereka telah diajarkan sejak sekolah dasar dan kelas VII pada mata pelajaran bahasa Indonesia 6

baik itu berupa biografi, cerpen, dan lain sebagainya. Demikian pula pada tingkat kemampuan bahasa daerah pada tingkatan ini mereka telah matang dalam menguasai bahasa daerah. Oleh karena itu, siswa kelas VIII merupakan objek yang paling tepat untuk diukur kapasitas kemampuan menulisnya dan mengingat mereka sudah melewati kelas VII dan belum terganggu Ujian Nasional. Penelitian ini berfokus pada kemampuan menulis wacana deskripsi siswa dengan memperhatikan berbagai aspek yaitu: kesesuaian isi dengan tema, pemilihan kata, organisasi wacana, dan kesesuaian dengan tata bahasa Sebelumya, telah ada beberapa orang yang meneliti tentang kemampuan menulis siswa. Penelitia relevan yang menyangkut hal tersebut salah satu diantaranya di tulis oleh Imran (2016) yang berjudul kemampuan menulis karangan deskriptif melalui media gambar SMP Negeri 1 Pallangga Kabupaten Gowa.Penelitian ini bertujuan untuk memperoleh data tentang sejauh mana kemampuan menulis karangan deskripsi siswa menggunakan media gambar. Disajikan dalam bentuk deskriptif kuantitatif tulisan ini juga menggunakan teknik cluster random sampling. Dan dari penelitian yang telah dilakukan peneliti menyimpulkan bahwa kemampuan menulis karangan (Gramatika). Dengan deskripsi bahasa Makassar siswa kelas mempertimbangkan hal tersebut diharapkan dapat diperoleh hasil yang memuaskan dan apa yang VII SMP Negeri 1 Pallangga Kabupaten Gowa dikategorikan belum mampu. menjadi tujuan dalam penelitian ini dapat dicapai. 7

1.2 Masalah terutama dalam aspek Masalah pada penelitian ini adalah kemampuan menulis mengukur sejauh mana kemampuan siswa dalam menulis wacana deskriptif Bahasa Makassar. Fokus masalah tersebut yaitu bagaimanakah kemampuan menulis wacana deskriptif wacana deskriptif serta menambah wawasan dan melatih siswa berpikir dalam menulis sebuah wacana deskriptif pada bahasa Makassar berdasarkan pembelajaran Bahasa pengamatan lingkungan sekitar siswa Daerah serta dapat kelas VIII SMP Negeri 2 Sungguminasa Kabupaten Gowa? menambah pengetahuan, sumber pengalaman 1.3 Tujuan Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui sejauh mana kemampuan menulis wacana deskriptif bahasa Makassar berdasarkan pengamatan lingkungan sekitar pada siswa kelas VIII SMP Negeri 2 Sungguminasa Kabupaten Gowa. 1.4 Manfaat Penelitian 1. Manfaat Teoretis Hasil dari penelitian ini diharapkan bermanfaat dalam membangkitkan minat belajar siswa, dalam hal menulis sebuah wacana. 2. Manfaat Praktis Dari segi praktis, manfaat yang akan disampaikan adalah sebagai berikut Siswa dapat lebih mudah dan bersemangat dalam mengikuti materi pelajaran Bahasa Makassar khususnya pada kegiatan menulis dan bagi guru dapat memahami hal-hal yang perlu dilakukan untuk menyampaikan pembelajaran secara aktif dan menarik siswa sehingga siswa 8

bergairah mengikuti mata pelajaran yang berlangsung dan apa yang diharapkan dapat tercapai serta bagi sekolah dapat dijadikan masukan yang berguna bagi penyusun mata pelajaran, penyusun kurikulum pelajaran bahasa dan sastra daerah dan bagi lembaga dapat dijadikan masukan yang berguna pada pembelajaran bahasa dan sastra daerah khususnya dalam hal kemampuan menulis wacana 1.5 Metode Langkah-langkah yang dilakukan dalam pengumpulan data sebagai berikut; 1. Melakukan observasi awal di lapangan. 2. Siswa diberikan sebuah tes tertulis yakni membuat sebuah karangan deskriptif. 3. Analis data 4. Memberikan skor penilaian deskriptif. kriteria penilaian tes kemampuan menulis wacana deskriptif No Aspek yang dinilai Skor 1. Isi gagasan yang dikemukakan a. Kesesuaian isi dengan judul, pengembangan gagasan 20 15-20 yang cermat sesuai dengan tema wacana. b. Kesesuaian judul, pengembangan gagasan terbatas, 10-14 banyak mengetahui subjek, sesuai dengan tema namun kurang rinci. c. Kurang sesuai dengan judul, pegembangan gagasan 5-9 terbatas, pengembangan topik kurang memadai. d. Sama sekali tidak menunjukkan kesesuaian dengan 1 4 judul. 9

2. Orgenisasi Isi a. Organisasi sesuai dengan gagasan pokok, 20 15 20 keseluruhan susunan kalimat jelas, urutan logis, kohesi tinggi. b. Organisasi isi sesuai gagasan pokoki namun kurang 10-14 rinci, lengkap, kohesi kurang tinggi. c. Organisasi kurang sesuai dengan gagasan pokok, 5 9 susunan kalimat membingungkan atau tidak berhubungan, kurang urut dan kurang logis. d. Organisasi isi tidak sesuai dengan gagasan pokok, 1 4 tidak mengkomunikasikan apa-apa, urutan tidak logis. 3. Tata Bahasa a. Tata bahasa Makassar kompleks dan efektif b. Tata bahasa Makassar kompleks dan hanya terjadi 20 15-20 10 14 sedikit kesalahan. c. Tata bahasa bugis terjadi banyak kesalahan namun 5 9 komunikatif. d. Tata bahasa Makassar tidak komunikatif dan terjadi 1 4 banyak kesalahan. 10

4. Diksi atau Pilihan Kata a. Pemilihan dan penggunaan kata bahasa Makassar 20 15 20 efektif, tepat, dan menguasai pembentukan kata. b. Pemilihan dan penggunaan kata bahasa Makassar 10 14 kadang keliru namun tidak mempengaruhi atau mengaburkan arti. c. Pemilihan dan penggunaan kata bahasa Makassar 5 9 kurang tepat dan banyak kata bermakna ganda. d. Pemilihan dan penggunaan kata bahasa Makassar 1 4 tidak tepat sehingga sulit dipahami. 5. Ejaan dan Tanda Baca a. Penggunaan ejaan dan tanda baca bahasa Makassar 20 15 20 sangat baik, sesuai dengan kaidah penulisan. b. Ejaan sesuai, hanya terdapat sedikit kesalahan dan 10 14 tidak mengakibatkan pengaburan makna. c. Sering terjadi kesalahan ejaan dan tanda baca bahasa 5 9 Makassar tetapi masih bisa dipahami. d. Terdapat banyak kesalahan tanda baca bahasa 1 4 Makassar dan tidak sesuai aturan. (diadaptasi dari Rofiudin 1996: 273) 1) Membuat distribusi frekuensi skor mentah 2) Menghitung nilai kemampuan siswa. Keterangan pedoman penilaian tes bahasa Makassar siswa kelas VIII sebagai berikut; Rumus yang digunakan untuk menghitung nilai kemampuan siswa secara kemampuan menulis wacana deskriptif 11

individual dikemukakan oleh Purwanto (2012-112) sebagai berikut: wacana deskriptif bahasa Makassar, yaitu individual siswa dianggap mampu apabila S = R N x100 memiliki penguasaan minimal 75 dari setiap aspek yang dinilai sesuai dengan Keterangan : S : Nilai yang dicari R : Skor mentah yang diperoleh N : Nilai maksimal 100 : Nilai tetap Membuat Tabel Klasifikasi Kemampuan Siswa, Tingkat kemampuan siswa menulis Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) mata pelajaran bahasa daerah kelas VIII SMP Negeri 2 Sungguminasa Kabupaten Gowa yang telah ditetapkan. Klasifikasi kemampuan siswa dapat dilihat pada table berikut; Klasifikasi Kemampuan Siswa Rentang Skor Kategori Kemampuan Frekuensi Presentase (%) 75-100 Mampu 35-74 Tidak Mampu Jumlah 100 Sumber : KKM Mata Pelajaran Bahasa Daerah SMP Negeri 2 SungguminasaKab. Tahun Ajaran 2017/2018 Gowa Pengelompokan tingkat SMP Negeri 2 Sungguminasa Kab.Gowa kemampuan siswa menulis wacana deskriptif bahasa Makassar, kategori mampu atau tidak didasarkan pada acuan yang dikemukakan dalam dokumen SMP Negeri 2 Sungguminasa Kab. Gowa tahun 2017/2018. 1. Seorang siswa dikatakan mampu menulis wacana deskriptif bahasa Makassar jika memperoleh nilai 75 ke atas. Kriteria Ketuntatasan Minimal (KKM) 12

2. Seorang siswa dikatakan tidak mampumenulis wacana deskriptif bahasa Makassar jika memperoleh nilai kurang dari 75 ke bawah. Secara keseluruhan, siswa dikatakan mampu apabila memiliki penguasaan 85% dari keseluruhan jumlah siswa sampel memperoleh nilai diatas 75 ke atas. Sebaliknya, dikatakan tidak mampu apabila kurang dari 85% siswa sampel memperoleh nilai 74 kebawah. Berdasarkan hasil klasifikasi kemampuan, penarikan kesimpulan akhir adalah apakah siswa dinyatakan mampu atau tidak dalam menulis wacana deskriptif bahasa Makassar siswa kelas VIII SMP Negeri 2 Sungguminasa Kab. Gowa. Menyimak merupakan suatu kegiatan mendengarkan lambanglambang lisan dengan penuh perhatian, pemahaman, apresiasi, sertai terpretasi untuk memperoleh informasi, menangkap isi atau pesan serta memahami makna komunikasi yang telah disampaikan oleh pembicara melalui ujaran atau bahasa lisan. 2. Keterampilan berbicara (Speaking Skills) Keterampilan berbicara adalah kemampuan atau kecakapan seseorang mengucapkan bunyi-bunyi artikulasi atau kata-kata untuk mengekspresikan, menyatakan serta menyampaikan pikiran, gagasan dan perasaan. 2. KERANGKA TEORI Tarigan (2008: 1) Keterampilan berbahasa mempunyai empat komponen; 1. Keterampilan Menyimak atau Mendengar ( Listening Skills) 3. Keterampilan Menulis (Writing Skills) Keterampilan menulis adalah kemampuan atau kecakapan seseorang mengungkapkan pikiran dan perasaan dalam tulisan yang 13

efektif. Melalui kegiatan menulis seseorang dapat menyampaikan pesan yang ingin disampaikan, dapat berupa tulisan yang menghibur, member informasi, mempengaruhi atau menambah pengetahuan. 4. Keterampilan Membaca (Reading Skills) Keterampilan membaca adalah salah satu aspek keterampilan berbahasa membaca merupakan suatu kegiatan memahami teks bacaan dengan tujuan untuk memperoleh informasi dari teks yang kita baca. Keterampilan berbahasa pada dasarnya terdiri atas keterampilan berbahasa tulis dan berbahasa lisan. Keterampilan bahasa tulis, pada dasarnya sama dengan keterampilan berbahasa lisan, hal berbahasa ini disebabkan sama-sama berbentuk pencurahan gagasan dengan menggunakan lambang bahasa. yang membedakannya, dalam bahasa lisan lambang bahasa yang digunakan ialah lambang bunyi, sedangkan dalam bahasa tulis lambang bahasa yang digunakan adalah lambang tulisan atau disebut grafem, walaupun wujud dasarnya sama, namun antara bahasa lisan dan bahasa tulisan memiliki perbedaan, Bahasa lisan disajikan dengan bertatap muka antar penutur dan penanggap, sedangkan dalam bahasa tulis antara penulis dan pembaca berjauhan antara situasi waktu berbahasa tidak sama. jadi, keterampilan berbahasa tulis terdiri dari keterampilan berbicara dan membaca. (Semi, 2007:42). 3. PEMBAHASAN Hasil tes siswa dalam menentukan nilai-nilai, kemudian dianalisis berdasarkan kriteria atau indikator penilaian yang telah ditetapkan sebelumnya yaitu apabila menjawab dengan tepat sesuai dengan aspek penilaian yang telah di tentukan sebelumnya. Berdasarkan tabel siswa SMPN 2 14

Sungguminasa Kabupaten Gowa dianggap tidak mampu dalam menulis wacana deskriptif Bahasa Makassar. Hal ini dapat dilihat dari kurangnya sampel yang memperoleh nilai 75 ke atas sebagai standar KKM. Dari 76 sampel yang telah diberikan tes, terdapat nilai yang bervariasi. Di samping itu, pada hasil analisis bahwa 1 dari 76 siswa tidak ada sampel yang berhasil mendapatkan nilai 100. Nilai tertinggi yaitu 90,5 hanya diperoleh oleh 1 orang sampel, dan nilai yang terendah yaitu 35,0 diperoleh 6 orang sampel. Perolehan nilai kemampuan memahami menulis wacana deskriptif Bahasa Makassar siswa kelas VIII SMPN 2 Sungguminasa Kab. Gowa secara keseluruhan hanya 17,80 % yang mampu mencapai nilai minimal 75, sedangkan 82,20 % siswa dari jumlah sampel memperoleh nilai tidak mencapai 75. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa tingkat kemampuan menulis wacana deskriptif bahasa Makassar siswa kelas VIII SMPN 2 Sungguminasa Kabupaten Gowa dikategorikan tidak mampu. Hal ini dengan hasil kemampuan, hanya 21 siswa mencapai kriteria ketuntasan secara keseluruhan yang telah ditetapkan di SMPN 2 Sungguminasa Kabupaten Gowa. Masih banyak siswa yang mengalami kesulitan dalam menulis wacana deskriptif bahasa Makassar siswa kelas VIII SMPN 2 Sungguminasa Kabupaten Gowa. Penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Jumatia (Kemampuan Menulis Karangan Argumentasi Siswa Kelas VIII SMP NegeriI 2 Maros, 2007) Populasi penelitian ini berjumlah 285 siswa dengan 15

penarikan sample secara acak (Random Sampling), dengan hasil yang menyatakan bahwa siswa kelas VIII SMP Negeri 2 Maros belum mampu. Penelitian lain yang juga terkait ialah (Kemampuan Menulis Karangan Deskripsi Menggunakan Media Gambar SMP Negeri 1 Pallangga Kabupaten GOWA. Imran: 2016), Populasi penelitian ini berjumlah 821 siswa dengan menggunakan tekhnik penarikan sampel cluster random sampling, dengan hasil yang menyatakan bahwa kemampuan menjadi siswa yang berbakat. Guru yang bersangkutan sebaiknya mencari strategi mengajar yang lebih variatif guna memperkaya dan meningkatkan pembelajaran menulis siswa khususnya menulis karangan deskripsi bahasa Makassar siswa kelas VIII SMP Negeri 2 Sungguminasa Kabupaten Gowa. Serta hasil penelitian ini diharapkan menjadi bahan perbandingan untuk meningkatkan kualitas pembelajaran khususnya dalam hal menulis sebuah wacana deskriptif. menulis karangan deskripsi kelas VIII SMP Negeri 2 Sungguminasa Kabupaten Gowa Tidak Mampu. 4. PENUTUP Setelah dilaksanakan, penelitian peneliti menyarankan siswa seharusnya selalu melatih diri untuk mengembangkan kemampuan menulisnya sehingga para siswa 16