BAB V KAJIAN TEORI Uraian Interpretasi dan Elaorasi Teori Tema Desain. menerapkan tema desain Maniera oleh Arata Isozaki.

dokumen-dokumen yang mirip
KONSEP RANCANGAN. Latar Belakang. Konteks. Tema Rancangan Surabaya Youth Center

BAB IV KONSEP PERANCANGAN

BAB II TINJAUAN HAKIKAT PASAR KERAJINAN DAN SENI

BAB 5 KONSEP PERANCANGAN. merupakan salah satu pendekatan dalam perancangan arsitektur yang

PERANCANGAN INTERIOR ART SHOP YANA ART GALLERY DI GIANYAR, BALI

BAB VI HASIL PERANCANGAN. simbolisme dari kalimat Minazh zhulumati ilan nur pada surat Al Baqarah 257.

BAB IV KONSEP 4.1 IDE AWAL

BAB 6 HASIL PERANCANGAN. konsep Hibridisasi arsitektur candi zaman Isana sampai Rajasa, adalah candi jawa

dan perancangan Pasar Seni di Muntilan adalah bagaimana wujud rancangan sebagai tempat pemasaran dan wisata berdasarkan kontinuitas antar ruang

BAB VI HASIL PERANCANGAN Hasil Perancangan Tata Masa dalam tapak. mengambil objek Candi Jawa Timur (cagar budaya)sebagai rujukannya, untuk

BAB VI HASIL RANCANGAN

BAB VI HASIL RANCANGAN. wadah untuk menyimpan serta mendokumentasikan alat-alat permainan, musik,

Penerapan Budaya Sunda dalam Perancangan Pasar Rakyat Kasus: Pasar Sederhana, Bandung

BAB V HASIL RANCANGAN

BAB VI DESAIN PERANCANGAN

BAB V KAJIAN TEORI. Batik di Cirebon adalah langgam arsitektur Neo-Vernakular. Dalam bahasa. Yunani, neo memiliki arti baru, sedangkan vernakular

BAB V KONSEP PERANCANGAN. Tapak perancangan merupakan area yang berada jauh dari kota. Lokasi ini

BAB 5 KONSEP PERANCANGAN. a. Aksesibilitas d. View g. Vegetasi

MUSEUM GERABAH NUSANTARA Penerapan arsitektur bangunan berbahan gerabah pada bentuk bangunan

1. ASPEK PENAMPAKAN SIMBOL KULTURAL

BAB IV KONSEP PERANCANGAN. Bagan 4.1 Kerangka Berpikir Konsep

KONSEP DESAIN Konsep Organisasi Ruang Organisasi Ruang BAB III

5. HASIL RANCANGAN. Gambar 47 Perspektif Mata Burung

BAB IV KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN AREA PENDIDIKAN R. PUBLIK. Gambar 3.0. Zoning Bangunan Sumber: Analisa Penulis

Penjelasan Skema : Konsep Citra yang diangkat merupakan representasi dari filosofi kehidupan suku Asmat yang berpusat pada 3 hal yaitu : Asmat sebagai

BAB VI HASIL PERANCANGAN

BAB IV KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

BAB VI KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

HOME OF MOVIE. Ekspresi Bentuk BAB III TINJAUAN KHUSUS. Ekspresi Bentuk. III.1 Pengertian Tema. Pengertian Ekspresi, adalah :

BABV ADAPTIVE RE-USE. Upaya yang akan dilakukan untuk perencanaan perubahan fungsi bangunan Omah Dhuwur Gallery adalah sebagai berikut:

ELEMEN PEMBENTUK RUANG INTERIOR

BAB V PENUTUP. Gambar V.1 Aplikasi Ide (Sumber : Penulis) commit to user

BAB IV KONSEP PERANCANGAN

BAB 1 PENDAHULUAN BAB 1 PENDAHULUAN

BAB III KONSEP. Konsep edukasi pada redisain galeri Saptohoedojo ini ditekankan pada

BAB IV: PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA

BAB III KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

BAB III: DATA DAN ANALISA

BAB VI HASIL PERANCANGAN. konsep lagu blues Everyday I Have Blues, menerapkan nilai serta karakter lagu

BAB VI HASIL PERANCANGAN. Hasil Perancangan Galeri Seni Dwi Matra di Batu merupakan aplikasi dari

MAKASSAR merupakan salah satu kota yang mengalami perkembangan pesat dalam berbagai bidang. meningkatkan jumlah pengunjung/wisatawan

ANYER BEACH RESORT BAB V KONSEP PERANCANGAN

BAB VI KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN PUSAT SENI RUPA DI YOGYAKARTA DENGAN ANALOGI BENTUK

BAB V KONSEP PERANCANGAN PASAR. event FESTIVAL. dll. seni pertunjukan

BAB VI PENERAPAN KONSEP PADA RANCANGAN. memproduksi, memamerkan dan mengadakan kegiatan atau pelayanan yang

BAB 6 HASIL RANCANGAN. Perubahan Konsep Tapak pada Hasil Rancangan. bab sebelumnya didasarkan pada sebuah tema arsitektur organik yang menerapkan

BAB V KAJIAN TEORI. yang dipadukan dengan sentuhan arsitektur modern yang. dalam kehidupan masyarakat serta keselarasan antara alam, bangunan, dan

Transformasi pada objek

BAB IV Konsep dan Tema Perancangan

REDESAIN RUMAH SAKIT SLAMET RIYADI DI SURAKARTA

BAB IV KONSEP PERANCANGAN

BAB VI HASIL RANCANGAN

Kondisi eksisting bangunan lama Pasar Tanjung, sudah banyak mengalami. kerusakan. Tatanan ruang pada pasar juga kurang tertata rapi dan tidak teratur

BAB 5 KONSEP PERANCANGAN. Terakota di Trawas Mojokerto ini adalah lokalitas dan sinergi. Konsep tersebut

G E O M E T R I FALLINGWATER FRANK LLOYD WRIGHT

BAB I PENDAHULUAN Potensi Kota Yogyakarta Sebagai Kota Budaya Dan Seni

S K E M A T I K D E S A I N

BAB V KONSEP PERANCANGAN

BAB 5 HASIL RANCANGAN

BAB III ELABORASI TEMA

BAB V : KONSEP. 5.1 Konsep Dasar Perancangan

BAB VI HASIL PERANCANGAN. Konsep tersebut berawal dari tema utama yaitu Analogy pergerakan air laut, dimana tema

PUSAT PERBELANJAAN KELUARGA MUSLIM Dl JOGJAKARTA BAB ANALISIS BENTUK TAMANSARI III.1. TAMANSARI. GAMBAR III.1. Umbul Winangun

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB VI HASIL RANCANGAN. Perancangan Kembali Citra Muslim Fashion Center di Kota Malang ini

BAB V KONSEP PERANCANGAN BANGUNAN

Architecture. Home Diary #007 / 2014

BAB V KONSEP PERANCANGAN V.1 Organisasi Ruang a. organisasi ruang

BAB IV. KONSEP PERANCANGAN

BAB VI KONSEP. Gambar 6.2 Penempatan Akses Masuk Sumber : Gregorius,

BAB V KONSEP PERANCANGAN

BAB I PENDAHULUAN. baru, maka keberadaan seni dan budaya dari masa ke masa juga mengalami

UKDW. Menyediakan sarana olahraga dan hiburan bagi masyarakat Kota Jepara melalui fasilitas gelanggang olahraga

BAB 3 TINJAUAN TEMA. 3.2 Latar belakang permasalahan Tema

BAB IV KONSEP PERANCANGAN

TEKNOLOGI BAHAN BUATAN YOYOGI NATIONAL GYMNASIUM

KLINIK ULTRAMODERN Penulis : Imelda Anwar Fotografer : M. Ifran Nurdin

BAB VI HASIL RANCANGAN. dengan ruang-ruang produksi kerajinan rakyat khas Malang yang fungsi

BAB V KONSEP PERANCANGAN

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

BAB IV: KONSEP PERANCANGAN

5.1.1 Perubahan pada denah Perubahan pada struktur dan penutup atap D Interior dan exterior ruangan

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN

sekitarnya serta ketersediaannya yang belum optimal (pada perbatasan tertentu tidak terdapat elemen gate). d. Elemen nodes dan landmark yang

Udang di Balik Batu. Parahita Galuh Kusumaningtyas

BAB IV KONSEP PERANCANGAN

BAB III TINJAUAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORERIKAL PENDEKATAN ARSITEKTUR ORGANIK PADA TATA RUANG LUAR DAN DALAM HOMESTAY DAN EKOWISATA SAWAH

Citra Lokal Pasar Rakyat pada Pasar Simpang Aur Bukittinggi

GALERI SENI UKIR BATU PUTIH. BAB I.

BAB II LANDASAN TEORI

BAB III TINJAUAN KHUSUS

BAB V KAJIAN TEORI. Pengembangan Batik adalah arsitektur neo vernakular. Ide dalam. penggunaan tema arsitektur neo vernakular diawali dari adanya

BAB 1 PENDAHULUAN. di perkotaan-perkotaan salah satunya adalah kota Yogyakarta. Ini

BAB IV KONSEP. 4.1 Ide Awal

BAB 5 SIMPULAN DAN SARAN. 5.1 Kesimpulan Dari Menggunakan Teori Kevin Lynch. Berdasarkan hasil analisa dari data dan hasil survey wawancara yang

BAB VI HASIL PERANCANGAN. konsep Combined Metaphore Reyog dan wawasan keislaman akan menghasilkan

Desain Interior Galeri Handicraft Lombok dengan Fasilitas Pelatihan yang Berlanggam Budaya Lombok

Fasilitas Ecomuseum Suku Dayak Kenyah Desa Pampang di Samarinda

BAB 5 KONSEP PERANCANGAN

BAB VI HASIL RANCANGAN. produksi gula untuk mempermudah proses produksi. Ditambah dengan

Transkripsi:

BAB V KAJIAN TEORI 5.1. Kajian Teori Penekanan/ Tema Desain 5.1.1. Uraian Interpretasi dan Elaorasi Teori Tema Desain Dalam perencanaan projek Pasar Seni Tradisional di Jepara ini, menerapkan tema desain Maniera oleh Arata Isozaki. Menurut skripsi dengan judul Maniera sebagai Manisfestasi Konsep MA pada Karya Interior Arata Isozaki, Arata Isozaki terkenal sebagai arsitek post modern yang terpengaruh oleh gaya barat dan beliau merupakan murid bimbingan dari Kenzo Tange tahun 1963. Ma sendiri adalah konsep ketiadaan dan di antara sehingga dapat menampilkan bentuk-bentuk yang tampak secara nyata. Selain itu Ma sendiri dapat berarti ruang dan waktu dimana dua hal tersebut merupakan satu kesatuan di dalam dimensi yang tidak bisa terpisahkan (Sulistyani, 1-2). Sedangkan menurut skirpsi projek Pasar Seni Manado, maniera sendiri berasal dari kata manner (bahasa italia) yang menuerut Kamus Besar Bahasa Indonesia memiliki arti gaya (style). Maniera sendiri dikemukakan oleh arsitek asal Jepang bernama Arata Isozaki yang lahir pada tahun 1931. Menurut beliau, terdapat metode dalam perancangan arsitektur dalam prinsip Maniera tersebut, yaitu: 153

Metabolism Di dalam desain aristektur, unsur publik dan privat dinyatakan dengan jelas di dalamnya dan juga terdapat analogi biologis sebagai bentuk struktur pada bangunannya. menjadi satu ditempat. Geometri Menurutnya, perancangan aristektur yang paling tepat adalah penggunaan bentuk-bentuk dasar yang nantinya ditransformasi di beberapa bagian. Pada desain sendiri, tetap mempertahankan bentuk-bentuk dasar dari bangunan tersebut dan juga mempertahankan tipologi bangunan itu sendiri (mempertahankan tipe bangunan yang berdasarkan fungsinya, bentuk, serta langgam yang dimiliki). Terdapat 2 (dua) langkah pada upaya mempertahankan tipologi bangunan yaitu identifikasi (bangunan) serta pengolahan (pada tipologi bangunan). Organis Perancangan desain arsitektur sendiri mengikuti lingkungannya sehingga bangunan terkesan menyatu dengan alam. Hal itu ditunjukan dengan penggunaan material / bahan alam pada masa bangunannya dan penggunaan elemen air baik di dalam maupun luar. Selain itu, terdapat juga prinsip-prinsip kontiunitas (kesniambungan dalam desain bangunannya) dan horisontalisme sehingga bangunan sendiri diharapkan dapat lebih menyatu dengan alam (karena didesain 154

dekat dengan tanah atau tidak meninggi). (Buloglabna, Tinangon, dan Takumangsang: 164-174). Konsep Maniera juga dapat dilihat pada perkembangan karya-karya Arata Isozaki sendiri. Menurut skripsi dengan judul Maniera sebagai Manisfestasi Konsep MA pada Karya Interior Arata Isozaki, karyanya memiliki bentuk yang dramatais dan menggunakan material baja serta beton. Desainnya penuh warna, plaza dan taman yang besar, dengan komposisi dan skala yang bebas serta tidak proporsional. Namun hubungan pada ruang-ruang di dalamnya bersifat terkelompok jika dilihat secara 2 (dua) dimensi (Sulistyani, 2). 5.1.2. Studi Preseden Menurut skirpsi projek Pasar Seni Manado prinsip Maniera oleh Arata Isozaki, ternyata diterapkan pada berbagai karya arsitekturnya seperti Museum Seni Kitakyushu Municipal. Dalam prinsip Maniera sendiri terdapat 3 (tiga) hal yang diterapkan di dalam karyanya, yaitu: Metabolism Dalam desain Museum Seni Kitakyushu Municipal, beliau menerapkan penyatuan antara unsur publik dan unsur privat yang sesuai dengan prinsip metabolism. Bentuk bangunan mengikuti analogi biologis, dengan bagian bawahnya melebar. 155

Geometri Museum Seni Kitakyushu Municipal memiliki bentuk geometris yang sederhana di mana terdapat 2 (dua) massa balok yang di susun secara sejajar dengan dimensi 32x32 feet yang memiliki panjang 200 feet. Terdapat penerapan geometri lain yang menjadi pelengkap yaitu bentuk geometri kubus, lengkungan, dan bentuk tabung. Organis Di dalam ruang pameran Museum Seni Kitakyushu Municipal tersebut, diterapkan prinsip organis di mana terdapat desain yang menyatu dengan alam (natural), dengan menggunakan material alam serta batu marmer berwarna putih yang berada di entrance. (Buloglabna, Tinangon, dan Takumangsang: 164-174). 156

Gambar 5.1 Museum Seni Kitakyushu Municipal Sumber: https://en.wikipedia.org/wiki/kitakyushu_municipal_museum_of_art Dalam perkembangannya karya arata isozaki memiliki perbedaan pada beberapa periode yang mempengaruhi prisnip maniera tersebut. Tabel 5.1 Perkembangan Gaya Arsitektur Arata Isozaki Periode Awal Periode Pencarian Periode Pengembangan 1960 1970-1990 1990-2000 Pengaruh Metabolisme Pengaruh pengetahuan Bentuk fluid dan platonic dari Kenzo Tange dari barat sehingga solid dipadukan Bangunan mega struktur menciptakan bentuk- sehingga tercipta bentuk sebagai respon dari bentuk baru dan yang dinamis. peningkatan jumlah tersendiri. Contoh: penduduk Bentuk berasal dari Kyoto Concert Hall penggabungan 157

Perubahan model kayu Arsitektur Erop dan Penggunaan bentuk dari gaya arsitektur Jepang kurva dan juga bentuk Jepang Geometri yang lain seperti silinder, Contoh: digunakan memiliki prisma, dan kubus. Oita medical Hall Elemen sturktur terdiri dari kolom dan balok bentuk yang sama. Contoh: Art Tower Mito Elemen dasar ruang Pengunaan bentuk bebrbentuk silnder. kubus, silinder, dan prisma sebagai dasar dan tercipta bentuk baru. Sumber: Harmilyanti Sulistyani (hal. 3) 5.1.3. Kemungkinan Penerapan Teori Tema Desain Berdasarkan objek yang akan dirancang yaitu Pasar Seni Tradisional di Jepara, didapat penerapan Tema Desain Maniera. Tema Maniera sendiri memiliki 3 (tiga) metode konsep yaitu konsep metabolism, konsep geometris, dan konsep organis. Dari tema desain dan metode-metode 158

yang dinilai baik tersebut, nantinya dapat dihasilkan desain yang terlihat baik pada ruang dalam (interior), ruang luar, serta fasade dari bangunan itu sendiri. Terdapat beberapa alasan mengapa tema desain ini dianggap tepat untuk bangunan Pasar Seni yang akan dirancang, salah satunya karena dapat menyatu dengan alam yang mana berkaitan dengan pola hidup masyarakat sendiri (kesenian/barang seni) sehingga dapat menampilkan ciri khas / keunikan di desain. Tema Maniera diambil dengan tujuan menghasilkan sebuah desain yang baik di projek Pasar Seni yang mana memberikan suasana yang harmonis bagi aktivitas-aktivitas di dalamnya (aktivitas utama adalah komersil seni dan rekreatif / hiburan). Untuk itu, 3 (tiga) konsep akan diterapkan pada projek Pasar Seni ini yang diantaranya: Metabolism Konsep metabolism dalam Pasar Seni (penerapan unsur publik dan privat) dapat diterapkan pada ruang-ruang yang ada di dalamnya serta material bangunan baja dan beton yang nanti nya juga digunakan. Unsur publik dan privat sendiri dapat saling dihubungkan sehingga tercipta ruang yang harmonis seperti pada area jual beli/dagang, workshop, taman (kegiatan event) dan sebagainya. Namun tetap ada pembagian ruang-ruang yang bersifat terkelompok tersebut secara 2 (dua ) dimensi sehingga akses pengunjung terbatas namun tidak terasa 159

demikian. Penggunaan material beton dan baja sebagai struktur utama dari bangunan projek memudahkan untuk di dapat di sekitar tapak. Geometris Penerapan konsep Geometris berada pada bentuk dasar bangunan Pasar Seni itu sendiri dimana berkaitan pula dengan tipologi serta fungsi dari bangunannya. Dengan metode ini, dapat memberikan desain yang mudah dikenali sebagai bangunan Pasar Seni Tradisional. Penerapannya juga tentu didasari dengan pola aktivitas atau kebiasaan dari masyarakat sendiri sehingga lebih meningkatkan pemaknaan tradisional itu sendiri. Dengan demikian, penikmat karya seni yang berkunjung ke bangunan Pasar Seni tersebut dapat menikmati barang-barang seni yang di jual di dalamnua sekaligus menikmati bangunan itu sendiri sebagai sebuah karya seni (Jepara). Bentuk geometris dari bangunan-bangunan yang ikonik di kota Jepara memiliki beberapa kesamaan. Bentuk-bentuk ini lah yang akan digunakan atau diterapkan pada bangunan projek demi menampilkan lokalitas arsitektur di dalamnya. Bentuk geometris pada bangunan yang ada di Jepara di ambil dari 3 bangunan yaitu bangunan Bupati Kabupaten Jepara, bangunan pendopo di Area Gedung Wanita Jepara, serta bangunan Gedung Wanita itu sendiri. 160

Tabel 5.2 Geometri Bangunan Jepara Gedung Bupati JeparaPendopo Ged. Wanita Gedung Wanita Sumber: googlemap Bangunan Gedung Bangunan pendopo Bangunan Gedung Bupati yang berada di yang berada di Jalan Wanita memiliki bentuk pusat kota (depan HOS Cokroaminoto bangunan kubus alun-alun kota) yang berada di daerah dengan penambahan memiliki bentuk satu Gedung Wanita ini pada bagian atau lebih persegi atau memiliki bentuk utama sampingnya. Bentuk persegi panjang persegi sebagai atap diambil dari bentuk sebagai dasarnya. dasarnya dengan jalan joglo yang dirubah Secara 3 dimensi masuk lebih menonjol. sehingga bertemu di bentuk bangunan Bangunan berdiri satu titik atau adalah balok dengan dengan kolom-kolom membentuk limasan. atap yang melancip ke atas berupa limas dengan bagaian atap berupa limas bertingkat. ataupun pelana. 161

Kesimpulan yang didapat dari bentuk geometri bangunan di Jepara adalah bangunan dengan bentuk balok dan kubus yang terdapat penonjolan pada bagian pintu masuk. Dinding tegak lurus dengan bentuk atap yang diambil dari bentuk limasan atau pelana. Di bagian atas atap akan bertemu di satu titik atau melancip jika dilihat dari depan bangunan. Bentuk bangunan pendopo juga mempengaruhi bentuk geometis bangunan Jepara dimana terdapat kolom-kolom sebagai struktur dan tidak terdapat dinding masif yang menghalangi sehingga memaksimalkan bukaan. Organis Konsep organis yang mana menampilkan desain yang menyatu dengan alam, unsur kontiunitas dan horisontalisme dengan menggunakan bahan-bahan alam (sebagai material bangunan) serta penerapan elemen air diterapkan pada ruang dalam, ruang luar, serta fasade bangunan. Dengan menerapkan konsep organis, dapat meningkatkan suasana tradisional dalam Pasar Seni tersebut sehingga pengunjung dapat lebih merasa nyaman. Secara garis besar penerapan prinsip maniera pada tema desain projek Pasar Seni Tradisional di Jepara menerapkan konsep metabolism, geometris dan organis agar didapat desain yang baik. 162

Bagan 5.1 Tema desain dan penerapannya Maniera Metabolism Geometris Organis Penekanan Penekanan Penekanan Unsur privat dan publik Penerapan teknologi prefabrication Bentuk dasar bangunan Tipologi objek (Pasar Seni Tradisional) Menyatu dengan alam Horisontalisme Kontinuitas Manfaat Memberikan hubungan ruang yang baik di dalam Pasar Seni sehingga dapat menyajikan suasana tradisional. Penerapan Hubungan area dagang dengan fasilitas penunjang (workshop, dll) didekatkan sehingga dapat saling menguntungkan satu dengan lain. Manfaat Memberikan ciri khas pada bangunan sehingga dapat dikenali dan dapat memaknai bangunan sebagai Pasar Seni. Penerapan Menerapkan unsur kesenian lokal Jepara pada fasade bangunannya dan pola ruang yang sesuai dengan pola perilaku masyarakat Manfaat Memberikan suasana ruang yang tradisional dimana berkaitan dengan alam, pola kebiasaan masyarakat dan kesenian lokal. Penerapan Menerapkan material yang secara visual dekat dengan alam (motif kayu, batu, dll) pada tampak bangunan serta menambahkan elemen air (kolam). 163

5.2. Kajian Teori Permasalahan Dominan Di dalam bangunan Pasar Seni Tradisional ini menerapkan unsur seni di dalamnya. Unsur seni yang di pilih diambil dari kesenian lokal yang berasal dari Jepara. Sebagai penekanan terhadap pemaknaan Pasar Seni Tradisional sendiri, di dalamnya didominasi oleh kegiatan-jual beli barang seni antara pengunjung dan penjual. Sebagian besar kegiatan jual beli berada di area dagang yang terbagi menjadi 4 bagian (area dagang meubel ukir kayu, patung dan gerabah, perhiasan dan aksesoris, serta anyaman, tenun, dan batik. Situasi dan kondisi ruang tidak hanya didasari oleh kenyamanan bagi manusia (pengunjung dan penjual), namun juga memperhatikan material barang-barang yang dijual mulai dari kayu hingga kain. Untuk kenyamanan pengunjung dan pembeli tentunya ruang akan memperhatikan faktor kenyamanan thermal, kelembaban, dan visual mengingat tiga hal tersebut merupakan hal yang penting dalam Pasar Seni. 5.2.1. Uraian Interpretasi dan Elaorasi Teori Permasalahan Dominan Demi menciptakan ruang yang fungsional di dalam Pasar Seni, perlu diperhatikan aktifitas pengunjung dan pembeli maupun kebutuhan bagi barang-barang seni yang dijual belikan. Selain itu, dengan menampilkan unsur kesenian lokal pada bangunan akan menambahkan penakan pada makna Pasar Seni itu sendiri. Beberapa hal yang diperhatikan antara lain: 164

A. Aspek Arsitektur Fasade bangunan Bangunan Pasar Seni Tradisional di Jepara akan menampilkan akan menerapkan unsur seni pada fasade nya. Unsur seni yang dipilih bersifat lokal (kesenian Jepara) di mana juga dipadukan dengan dengan ciri khas bangunan yang ada di Jepara sendiri. Bentuk bangunan di Jepara memiliki ciri khas pada bagian atapnya dimana terdapat beberapa lapisan atap pada dengan bentuk limasan serta penggunaan material penutup atap genteng tanah liat. Selain bentuk limasan yang berlapis juga terdapat jgua ciri khas berupa bentuk atap joglo pada bangunan di Jepara yang memberikan sebuah kesan tradisional sesuai dengan budaya lokal (Jepara). Gambar 5.2 Bentuk Bangunan Lokal Selain itu, kesenian lokal yang akan diterapkan pada fasade bangunan sendiri diambil dari motif ukir Jepara dimana terdapat 3 (tiga) bagian di dalamnya yaitu tangkai relung (berbentuk panjang dan melingkar serta penampangnya berbentuk segitiga), jumbai 165

(bebrbentuk daun yang menyerupai kipas dengan ujung yang runcing terdiri dari 3 atau 5 jumbai), dan trubusan (berbentuk daun atau buah susun yang berjajar memanjang). Ciri khas motif jepara sendiri yaitu terdapat daun jumbai serta biasanya dipadukan dengan motif burung merak. Selain motif ukir jepara terdapat juga kesenian yang menjadi ciri khas Jepara yaitu macan kurung yang merupakan patung macan di dalam kurungan yang di rantai bola dan pada baigan atas terdapat hiasan berbentuk binatang (naga jawa, burung, ular, dan sebagainya). Kesenian ini merupakan bentuk perlawanan dari para pengerajin kayu Jepara terhadap penjajah (Belanda) pada jaman penjajahan dulu. Gambar 5.3 Motif Ukir Jepara dan Kesenian Macan Kurung Elemen - Elemen pembatas Elemen pembatas pada bangunan Pasar Seni berfungsi membatasi ruang satu dengan yang lain. Elemen pembatas memberikan jarak antara ruang satu dengan yang lain namun tidak 166

membatasi secara visual sehingga dapat menciptakan hubungan yang dekat dalam Pasar Seni. Elemen pembatas dapat menerapkan kesenian lokal yang ada sehingga bangunan sendiri dapat menjadi sebuah objek kesenian itu sendiri. - Elemen pengisi ruang Sebagai sebuah objek seni, bangunan Pasar Seni tersebut sesuai fungsinya menyediakan barang-barang seni lokal yang dipamerkan dan dijual di dalamnya. Elemen pengisi ruang adalah fasilitas fasilitas yang disediakan di Pasar Seni sebagai pendukung kegiatan yang ada. Sirkulasi Sebagai bentuk pemaknaan Pasar Seni Tradisional, dibentuknya sirkulasi yang tidak kaku (melingkar) sehingga para pengunjung dapat lebih menikmati barang-barang seni yang dijual dengan bebas sesuai dengan pemaknaan seni itu sendiri. Dengan bentuk demikian, diharapkan didapatkan sirkulasi yang tepat bagi kegiatan di dalamnya. B. Aspek Psikologis dan Perilaku Manusia Faktor Kenyamanan aktifitas pengunjung dan pembeli merupakan hal yang di perhitungkan supaya kegiatan yang ada dapat berjalan dengan baik. Hal tersebut dicapai dengan cara memberikan kemudahan bagi para pengunjung pasar seni untuk mendapatkan 167

informasi dan barang seni yang ada sehingga penjual juga diuntungkan. Beberapa faktor yang diperhitungkan yaitu: - Jarak pandang yang jelas antara pengunjung dengan barang seni yang di jual - Sudut pandang yang dapat menampilkan keseluruhan dari bangunan Pasar Seni dengan memberikan pembatas agar memudahkan melihat objek. C. Aspek Fisika Bangunan Suhu Suhu di dalam ruang Pasar Seni diperhatikan agar dapat memberikan kenyamanan thermal bagi manusia (pengunjung dan penjual) serta memperhatikan barang-barang seni yang dijual sehingga tidak terjadi kerusakan atau penurunan kualitas. Suhu yang ditetapkan pada ruangan sekitar 25 o C. Cahaya Pencahayaan ruang sendiri bermacam-macam pada ruangan sesuai dengan kegiatannya dimulai dari melihati-lihat barang seni yang ada hingga kegiatan di workshop. Kebutuhan iluminasi diurai menjadi: - Penglihatan biasa - Kerja kasar dengan detail besar - Kerja umum dengan detail wajar - Kerja cukup keras dengan detail = = 100 lux = 200 lux = 400 lux 600 lux 168

(Prasasto Satwiko, Fisika Bangunan 1 Edisi 1, Penerbit Andi, Yogyakarta, 2004, hal. 93.). Maka dari itu kebutuhan pencahayaan pada ruang area dagang seni adalah : Tabel 5.3 Pencahayaan Ruang No Nama Ruang Kegiatan Kebutuhan cahaya 1 Kios dagang meubel Biasa 100 lux 2 Display room dagang meubel Biasa 100 lux 3 Los dagang patung dan dekorasi Biasa 100 lux 4 Kios dagang patung dan dekorasi Biasa 100 lux 5 Display room dagang patung dan Biasa dekorasi 100 lux 6 Pelataran dagang peralatan ukir kayu Biasa dan lain-lain 100 lux 11 Los dagang peralatan ukir kayu dan Biasa lain-lain 100 lux 12 Kios dagang peralatan ukir kayu dan Biasa lain-lain 100 lux 13 Ruang pendataan display room Kerja umum 400 lux detail wajar 14 Loading dock Biasa 100 lux 1 Workshop Kerja keras detail kecil 600 lux 2 Ruang Serba Guna Biasa 100 lux 3 Panggung dan Event Space Biasa 100 lux 169

4 Ruang Audio Kerja kasar detail 200 lux besar 5 Pujasera Biasa 100 lux 6 Ruang ATM Biasa 100 lux 7 Rest Area Biasa 100 lux 1 Ruang Kepala Dinas Pengelolaan Kerja Pasar umum 400 lux detail wajar 2 Ruang Wakil Dinas Pengelolaan Pasar Kerja umum 400 lux detail wajar 3 Ruang Sekertariat Kerja umum 400 lux detail wajar 4 Ruang Staff Penataan dan Kerja Pemeliharaan Pasar umum 400 lux detail wajar 5 Ruang Staff Keamanan, Ketertiban, dan Kerja Kebersihan Pasar umum 400 lux detail wajar 6 Ruang Staff Penetapan, Penagihan, Kerja dan Pelaporan Retribusi Pasar umum 400 lux detail wajar 7 Ruang Humas Kerja umum 400 lux detail wajar 170

8 Ruang Administrasi Kerja umum 400 lux detail wajar 9 Ruang Staff IT Kerja umum 400 lux detail wajar 10 Ruang Pelaksana Event Kerja kasar detail 200 lux besar 11 Ruang Rapat Kerja kasar detail 200 lux besar 1 Ruang Informasi Kerja kasar detail 200 lux besar 2 Ruang ME Biasa 100 lux 3 Ruang Kontrol Air Biasa 100 lux 4 Ruang Kontrol Listrik Biasa 100 lux 5 Ruang Security Biasa 100 lux 6 Toilet Biasa 100 lux 7 Musholla Biasa 100 lux 8 Ruang Istirahat Staff Biasa 100 lux Sedangkan untuk pencahayaan pada barang seni juga diperhitungkan agar tidak merusak atau menurukan kualitas dari barang seni tersebut. Besar kuat cahaya pada ruang didasari oleh 171

material yang dipamerkan atau dijual di masing-masing area dagang yang diruakian sebagai berikut: Tabel 5.4 Tingkatan Cahaya Ruang Material Tingkatan Cahaya (lux) Area dagang meubel kayu 161-215 Area dagang Patung kayu, logam, batu 161-215 (kayu), 323 dan Gerabah 538 (logam,batu) Area dagang perhiasan logam, batu 323-538 dan aksesoris Area dagang anyaman, kain, kulit, dsb 54-108 tenun, batik Kelembaban Karena banyak barang seni yang berharga di dalam Pasar Seni, tentunya diperhatikan kelembaban ruang sehingga barang-barang yang ada tetap terjaga. Kelembaban ruang yang dianjurkan adalah 45% sampai 60% untuk menghindari jamur atau kerusakan pada barang seni. 5.2.2. Studi Preseden Studi preseden yang dipilih adalan Pasar Seni Gabusan Yogyakarta dengan alasan Pasar Seni tersebut memberikan suasana yang tidak kaku dan memiliki ciri khas tersendiri yang di ambil dari budaya lokal yang ada di sana. Terdapat 16 los pada pasar Seni Gabusan yang 172

menampung kurang lebih 444 pengerajin lokal dan memiliki luas 4,5 hektar. Pasar tersebut dirancang agar pengerajin lokal dari berbagai ragam (kesenian kulit, logam, enceng gondok, kayu, sampai tanah liat) mendapatkan akses untuk pasar internasional. Pada pintu masuk Pasar Seni Gabusan terdapat area yang menjual aneka kuliner lokal dan gerbang yang memiliki desain yang unik. Bentuk entrance ke area dagang pasar seni berupa menara yang di bawahnya difungsikan sebagai pusat informasi. Bentuk dari area dagang pasar seni Gabusan sendiri memiliki atap pelana dengan kolom yang dimiringkan pada samping nya. Minimnya dinding pada bagian samping membuat sinar langit yang masuk dapat memberikan kenyamanan visual yang baik. Kawasan pasar seni Gabusan sendiri memiliki ruang terbuka yang luas dan terdapat area bermain maupun event yang tidak permanen. Gambar 5.4 Pasar Seni Gabusan 5.2.3. Kemungkinan Penerapan Teori Permasalahan Dominan Penerapan yang dilakukan berdasarkan aspek yang sebelumnya telah dibahas. 173

A. Aspek Arsitektur Fasade bangunan Sebelumnya telah dibahas ciri khas bangunan lokal (Jepara) serta kesenian lokal yang juga menjadi sebuah ciri khas di daerah tersebut (pola ukir Jepara dan kesenian macan kurung). Penerapan ciri bangunan lokal yang berada pada atapnya akan diterapkan kedalam bangunan Pasar Seni yang dibagi menjadi 2 massa yaitu bangunan utama (pasar seni) dan rest area yang merupakan fasilitas penunjang. Bentuk limasan bertingkat akan diterapkan pada atap bangunan pasar seni dan bentuk atap joglo diterapkan pada rest area yang disediakan. Untuk selebihnya bentuk atap akan menyesuaikan dengan tetap memperhatikan kesatuan pada bangunan. Sedangakn untuk penerapan kesenian lokal pada bangunan Pasar Seni sendiri terdapat pada desain bangunannya dimana pola ukir jepara akan diterapkan pada dinding terutama dibagian depan atau entrance sehingga bangunan itu sendiri dapat menjadi sebuah objek seni. Sedangkan kesenian macan kurung dapat diterapkan pada bentuk massa bangunannya dimana terdapat pembatas menyerupai kurungan yang di tengahnya terdapat patung macan. Selain menjadi sebuah ruangan yang dapat difungsikan sesuai kegiatan yang ada dan dapat menjadi sebuah ciri khas dari bangunan (Pasar Seni 174

Tradisional di Jepara), desain demikian dapat menjadikan bangunan sebagai sebuah objek seni. Gambar 5.5 Penerapan Kesenian Elemen - Elemen pembatas Elemen pembatas pada bangunan Pasar Seni berfungsi untuk memberikan batas ruang yang tidak membatasi secara visual sehingga dapat menciptakan suasana yang bebas dan tidak kaku sesuai dengan pemaknaan Pasar Seni itu sendiri. Penerapan tiang-tiang yang berbentuk seperti kurungan macan (kesenian macan kurung) dapat memberikan batas ruang tanpa menutup total secara visual. Selain itu dengan memperhatikan tinggi pembatas ruang dapat memberikan bukaan visual yang baik di dalam pasar Seni. Tinggi pembatas ruang yang digunakan adalah 80 cm. 175

Gambar 5.6 Elemen Pembatas - Elemen pengisi ruang Bangunan Pasar seni mayoritas diisi oleh barang barang seni yang di jual dimulai dari meubel, patung, gerabah, batik, perihasan, dan sebagainya. Sebagai bentuk pemaknaan Pasar Seni Tradisional barang-barang seni yang di jual adalah produk lokal sehingga menguntungkan masyrakat. Sirkulasi Pola sirkulasi di dalam Pasar Seni cenderung lebih bebas dengan menerapkan lajur yang melengkung. Lajur tidak lurus untuk menghindari kesan yang kaku dan hanya mementingkan tujuan komersil saja. Alur melengkung dan menyebar sesuai dengan pemaknaan Pasar Seni yang direncanakan. Gambar 5.7 Bentuk Sirkulasi Pasar Seni 176