PERBANDINGAN PENGECORAN MENGGUNAKAN TOWER CRANE DAN CONCRETE PUMP

dokumen-dokumen yang mirip
BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB IV PERALATAN YANG DIGUNAKAN. Pada setiap pelaksanaan proyek konstruksi, alat-alat menjadi faktor yang sangat

TUGAS AKHIR PERBANDINGAN BIAYA DAN WAKTU PEMAKAIAN ALAT BERAT TOWER CRANE DAN MOBIL CRANE PADA PROYEK RUMAH SAKIT. Oleh : Muhammad Ridha

ANALISA WAKTU PENGECORAN PADA LANTAI EMPAT PROYEK GEDUNG SEKOLAH DI SURABAYA

ANALISIS PRODUKTIVITAS METODE PELAKSANAAN PENGECORAN BETON READY MIX PADA BALOK DAN PELAT LANTAI GEDUNG

BAB IV TINJAUAN BAHAN BANGUNAN DAN ALAT-ALAT

BAB IV TINJAUAN BAHAN BANGUNAN DAN ALAT-ALAT. manajemen yang baik untuk menunjang kelancaran

TINJAUAN BAHAN BANGUNAN DAN ALAT-ALAT. Penyediaan alat kerja dan bahan bangunan pada suatu proyek memerlukan

BAB IV TINJAUAN BAHAN BANGUNAN DAN ALAT-ALAT. sesuai dengan fungsi masing-masing peralatan. Adapun alat-alat yang dipergunakan

BAB IV ALAT DAN BAHAN PELAKSANAAN. Pada proyek Lexington Residences hampir semua item pekerjaan menggunakan


BAB IV MATERIAL DAN PERALATAN

BAB IV TINJAUAN BAHAN BANGUNAN DAN ALAT ALAT. Proyek Menara Sentraya dilakukan oleh PT. Pionir Beton Industri

BAB IV TINJAUAN BAHAN BANGUNAN DAN ALAT-ALAT. alat - alat tertentu sesuai kebutuhan untuk mendukung pembangunan tersebut.

BAB II STUDI PUSTAKA

BAB II STUDI PUSTAKA

BAB 3 STUDI LAPANGAN. Gambar 3.1 Kerangka pemikiran studi lapangan. pelaksanaannya segala sesuatu perlu direncanakan dengan tepat dan cermat.

BAB V PELAKSANAAN PEKERJAAN

BAB IV TINJAUAN BAHAN BANGUNAN DAN ALAT-ALAT. Penyediaan dan pemenuhan bahan bangunan serta alat kerja pada suatu proyek

BAB IV. PERALATAN dan MATERIAL

BAB V METODE PELAKSANAAN KONSTRUKSI

TINJAUAN BAHAN BANGUNAN DAN ALAT YANG DIGUNAKAN. tinggi dapat menghasilkan struktur yang memenuhi syarat kekuatan, ketahanan,

BAB V METODE PELAKSANAAN KONSTRUKSI KOLOM DAN BALOK. perencanaan dalam bentuk gambar shop drawing. Gambar shop

BAB VII PEMBAHASAN MASALAH. sebuah lahan sementara di sebuah proyek bangunan lalu dipasang pada proyek

BAB V METODE PELAKSANAAN. Metode pelaksanaan kontruksi merupakan salah satu proses pelaksanaan kontruksi

BAB V PERALATAN DAN MATERIAL

BAB I PENDAHULUAN PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB IV TINJAUAN BAHAN BANGUNAN DAN ALAT ALAT YANG DIGUNAKAN

BAB V METODE PELAKSANAAN STRUKTUR ATAS. dalam mencapai sasaran pelaksanaan proyek konstruksi. Dimana sasaran proyek

BAB V PELAKSANAAN PEKERJAAN. Pada prinsipnya, pekerjaan struktur atas sebuah bangunan terdiri terdiri dari

BAB IV METODE PENGECORAN KOLOM, DINDING CORE WALL, BALOK DAN PLAT LANTAI APARTEMENT GREEN BAY PLUIT LANTAI 15 - LANTAI 25

BAB IV PERALATAN DAN MATERIAL. Dalam melaksanakan proyek pembangunan dapat dipastikan digunakan alat-alat

BAB V PELAKSANAAN PEKERJAAN. Kolom merupakan suatu elemen struktur yang memikul beban Drop Panel dan

BAB VII PEMBAHASAN MASALAH

BAB V METODE PELAKSANAAN PEKERJAAN

BAB V METODE PELAKSANAAN

Analisa & Pembahasan Proyek Pekerjaan Pelat Lantai

BAB IV TINJAUAN BAHAN BANGUNAN DAN ALAT-ALAT. bangunan yang bermutu agar tahap konstruksi dapat berjalan dengan lancar dan

BAB IV TINJAUAN BAHAN BANGUNAN DAN ALAT-ALAT. Penyediaan alat kerja dan bahan bangunan pada suatu proyek memerlukan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB IV TINJAUAN BAHAN BANGUNAN DAN ALAT - ALAT YANG DIGUNAKAN

BAB IV TINJAUAN KONDISI PROYEK ALAT DAN BAHAN BANGUNAN

BAB IV PERALATAN DAN MATERIAL

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB IV PERALATAN dan MATERIAL

BAB IV PERALATAN DAN MATERIAL

Oleh : AGUSTINA DWI ATMAJI NRP DAHNIAR ADE AYU R NRP

BAB IV PERALATAN DAN MATERIAL. Dalam setiap pekerjaan proyek konstruksi selalu diperlukan peralatan guna

BAB 2 STUDI PUSTAKA. 2.1 Pengertian, Prinsip Kerja, Serta Penggunaan Tower Crane Pada

BAB IV TINJAUAN KHUSUS

BAB VII TINJAUAN KHUSUS METODE PELAKSANAAN PEKERJAAN BALOK

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II PEMBAHASAN MATERI. dalam setiap industri modern. Desain mesin pemindah bahan yang beragam

HUBUNGAN KUAT TEKAN BETON DENGAN JEDA WAKTU PENGECORAN

BAB 2 TINJAUAN KEPUSTAKAAN Pengetahuan Umum Rencana Anggaran Biaya ( RAB ) diberikan sebagai dasar pemikiran lebih lanjut.

BAB IV MATERIAL DAN PERALATAN

BAB VI KEMAJUAN PEKERJAAN DAN PENGENDALIAN PROYEK

BAB IV PERALATAN DAN MATERIAL


BAB V PELAKSANAAN PEKERJAAN STRUKTUR ATAS

Tabel 5.7 Perhitungan Biaya dan Waktu Pondasi Tiang Pancang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB IV MATERIAL DAN PERALATAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Spektrum Sipil, ISSN Vol. 1, No. 1 : 13-20, Maret 2014

Bidang Teknik PERENCANAAN DAN PENGENDALIAN MUTU BETON

Proses Kerja Mesin Batching Plant Untuk Pembuatan Komposit Beton Ready Mix Di PT.SCG ReadyMix Indonesia

BAB IV TINJAUAN BAHAN DAN ALAT-ALAT

BAB 2 TINJAUAN KEPUSTAKAAN

BAB VII PEMBAHASAN MASALAH METODE PELAKSANAAN SHEAR WALL DAN CORE WALL

BAB VII TINJAUAN KHUSUS

Metode pengujian kuat lentur kayu konstruksi Berukuran struktural

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB VI PENGENDALIAN MUTU PROYEK

BAB V PERALATAN DAN MATERIAL

BONDEK DAN HOLLOW CORE SLAB

BAB IV PERALATAN DAN MATERIAL

BAB VI PENGENDALIAN MUTU PROYEK

LAPORAN KERJA PRAKTEK METODE BEKISTING ALLUMA SYSTEM PADA BALOK DAN PLAT LANTAI PROYEK PEMBANGUNAN MENTENG PARK APARTEMEN

DAFTAR ISI JUDUL HALAMAN PENGESAHAN HALAMAN PERSETUJUAN MOTO DAN PERSEMBAHAN ABSTRAK ABSTRACT KATA PENGANTAR

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB IV TINJAUAN BAHAN BANGUNAN DAN ALAT-ALAT. Manajemen pelaksanaan dilakukan dalam rangka menjamin kelancaran

Nama Pekerjaan : Pembangunan Abutmen Jembatan Air Jernih Gumpang Lempuh Perusahaan : CV. RABO PERKASA Lokasi : Gumpang Lempuh Tahun Anggaran : 2017

TATA CARA PENGADUKAN PENGECORAN BETON BAB I DESKRIPSI

PERBAIKAN BETON PASCA PEMBAKARAN DENGAN MENGGUNAKAN LAPISAN MORTAR UTAMA (MU-301) TERHADAP KUAT TEKAN BETON JURNAL TUGAS AKHIR

BAB VII TINJAUAN KHUSUS METODE PELAKSANAAN PILE CAP DAN RETAINING WALL. Dalam setiap proyek konstruksi, metode pelaksanaan konstruksi

BAB VI TINJAUAN KHUSUS PERBANDINGAN SISTEM PLAT LANTAI (SISTEM PLAT DAN BALOK (KONVENSIONAL) DAN SISTEM FLAT SLAB)

BAB I PENDAHULUAN. manajemen konstruksi. Setidaknya upaya yang dilakukan merupakan usaha untuk

BAB 4 STUDI KASUS. Untuk studi kasus mengenai tinjauan jumlah tower crane yang digunakan pada

BAB V METODE PELAKSANAAN PEKERJAAN. Dalam melaksanakan suatu proyek konstruksi, diperlukan adanya suatu

BAB IV MATERIAL DAN PERALATAN

BAB V METODE PELAKSANAAN PEKERJAAN

IV Material. Bab. dan peralatan BAB IV BAHAN. diperoleh. pelaksanaan. Pada proyek. Excavator tanah ke. ditempat lain.

BAB V METODE PELAKSANAAN KONSTRUKSI BASEMENT

BAB IV PERALATAN DAN MATERIAL

BAB V PELAKSANAAN PEKERJAAN STRUKTUR ATAS

LEMBAR PENGESAHAN TUGAS AKHIR EFISIENSI TATA LETAK FASILITAS DAN PENGGUNAAN ALAT BERAT PADA PROYEK GEDUNG BERTINGKAT

BAB VI BAHAN DAN PERALATAN

RENCANA ANGGARAN BIAYA DAN METODE PELAKSANAAN PADA PROYEK PEMBANGUNAN JEMBATAN LAMNYONG KOTA BANDA ACEH

Transkripsi:

PERBANDINGAN PENGECORAN MENGGUNAKAN TOWER CRANE DAN CONCRETE PUMP Oleh : Ir. I Gusti Ketut Sudipta, MT PROGRAM STUDI TEKNIK SIPIL FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS UDAYANA 2018

KATA PENGANTAR Puji syukur penulis panjatkan kehadapan Ida Sang Hyang Widhi Wasa/Tuhan Yang Maha Esa, karena atas berkat dan rahmat-nya laporan penelitian ini dapat diselesaikan. Penelitian dengan judul Perbandingan Pengecoran Menggunakan Tower Crane dan Concrete Pump, bertujuan untuk mengetahui perbandingan biaya dan waktu pelaksanaan pengecoran gedung bertingkat menggunakan tower crane dan concrete pump. Dalam penelitian ini dilakukan analisis terhadap produktivitas pekerja, waktu siklus, upah pekerja dan sewa alat berat pada pengecoran balok dan pelat lantai bangunan bertingkat. Akhir kata penulis sampaikan terimakasih kepada semua pihak yang telah membantu pelaksanaan penelitian ini. Denpasar, Maret 2018 Penulis ii

ABSTRAK Pengecoran pada proyek pembangunan sekolah internasional Australian Independent School menggunakan dua jenis alat berat pengecoran, yaitu tower crane dan concrete pump. Penggunaan kedua alat ini memiliki kelebihan dan kekurangan dari segi biaya dan waktu. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbandingan biaya dan waktu pengecoran menggunakan tower crane dan concrete pump. Data penelitian ini diperoleh dari pengamatan langsung pengecoran balok dan pelat lantai menggunakan tower crane dan concrete pump, masing-masing terhadap 20 truck mixer berkapasitas 6m 3. Analisis data meliputi produktivitas pekerja, waktu siklus, upah pekerja dan sewa alat berat. Hasil analisis menunjukkan bahwa, biaya pengecoran tiap 1 m 3 adalah Rp. 1.234.433,- untuk pengecoran mengggunakan tower crane dan Rp. 915.471,- untuk pengecoran menggunakan concrete pump. Waktu pengecoran menggunakan tower crane adalah 3,26 kali dari menggunakan concrete pump. Total waktu tunggu truck mixer adalah 2,10 jam untuk pengecoran mengggunakan tower crane dan 2,79 jam untuk pengecoran menggunakan concrete pump. Total kerugian biaya akibat waktu tunggu truck mixer adalah Rp. 788.625,- untuk tower crane dan Rp. 1.046.250,- untuk concrete pump. Kata kunci : biaya, waktu, pengecoran, tower crane, concrete pump iii

DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL KATA PENGANTAR... ii ABSTRAK... iii DAFTAR ISI... iv DAFTAR GAMBAR... vi DAFTAR TABEL... vii BAB I PENDAHULUAN... 1 1.1 Latar Belakang... 1 1.2 Rumusan Masalah... 2 1.3 Tujuan Penelitian... 2 1.4 Manfaat Penelitian... 2 1.5 Batasan Masalah... 3 BAB II TINJAUAN PUSTAKA... 4 2.1 Beton... 4 2.1.1 Pengertian Beton... 4 2.1.2 Beton Ready Mix... 5 2.2 Pengecoran Beton... 8 2.2.1 Proses Pengecoran Beton... 8 2.2.2 Alat Berat Pengecoran Beton... 9 2.3 Produktivitas Peralatan... 14 2.4 Analisis Biaya dan Waktu Pelaksanaan... 17 BAB III METODE PENELITIAN... 20 3.1 Umum... 20 3.2 Studi Pustaka... 20 3.3 Penentuan Objek Penelitian... 20 3.4 Pengumpulan dan Pengolahan Data... 20 3.4.1 Pengumpulan Data... 21 3.4.2 Pengolahan Data... 21 3.5 Analisis Data... 24 3.6 Hasil Analisis... 25 3.7 Kerangka Penelitian... 26 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN... 28 4.1 Gambaran Umum... 28 4.2 Pengumpulan Data... 28 4.3 Pengecoran menggunakan Tower crane... 29 4.3.1 Waktu Siklus... 30 iv

4.3.2 Harga Satuan Pengecoran Menggunakan Tower Crane... 32 4.3.3 Waktu Pengecoran menggunakan Tower Crane... 35 4.3.4 Kerugian akibat Waktu Tunggu Truck... 35 4.4 Pengecoran menggunakan Concrete pump... 36 4.4.1 Waktu Siklus... 37 4.4.2 Harga Satuan Pengecoran Menggunakan Concrete Pump... 41 4.4.3 Waktu Pengecoran per m 3 menggunakan Concrete Pump... 41 4.4.4 Kerugian akibat Waktu Tunggu Truck... 41 4.5 Perbandingan Pengecoran menggunakan Tower Crane dan Concrete Pump... 43 BAB V PENUTUP... 45 5.1 Kesimpulan... 45 5.2 Saran... 45 DAFTAR PUSTAKA... 46 LAMPIRAN... 47 v

DAFTAR GAMBAR Gambar 2.1 Truck Mixer... 6 Gambar 2.2 Tower Crane... 10 Gambar 2.3 Bagian-bagian Tower Crane... 11 Gambar 3.1 Kerangka Penelitian... 27 vi

DAFTAR TABEL Tabel 2.1 Efisiensi Kerja... 17 Tabel 3.1 Tabel Pengamatan Durasi Waktu Pengecoran... 22 Tabel 3.2 Harga Beton Ready Mix... 22 Tabel 3.3 Koefisien Tenaga Kerja untuk 1 m 3 Pengecoran... 23 Tabel 3.4 Total Upah Tenaga Kerja per 1 m 3 Pengecoran... 24 Tabel 3.5 Perbandingan waktu dan biaya pengecoran... 25 Tabel 4.1 Perhitungan waktu siklus untuk 6 m 3 pengecoran pada lantai I dengan tower crane... 30 Tabel 4.2 Rekapitulasi waktu siklus pengecoran dengan tower crane... 31 Tabel 4.3 Koefisien Tenaga Kerja untuk 1 m 3 Pengecoran dengan Tower Crane... 33 Tabel 4.5 Rincian Satuan Harga Beton per 1m 3 Pengecoran menggunakan Tower Crane... 35 Tabel 4.6 Rekapitulasi Waktu Tunggu truck Pengecoran dengan Tower Crane... 40 Tabel 4.7 Waktu Siklus Pengecoran Lantai I Gedung SLC dengan Concrete Pump... 42 Tabel 4.8 Rekapitulasi Waktu Pengecoran Lantai I Gedung SLC dengan Concrete Pump... 43 Tabel 4.9 Koefisien Tenaga Kerja untuk 1 m3 Pengecoran dengan Concrete Pump... 40 Tabel 4.10 Upah Tenaga Kerja untuk 1 m3 Pengecoran dengan Concrete Pump... 40 Tabel 4.11 Rincian Satuan Harga Beton per 1 m 3 Pengecoran menggunakan Concrete Pump... 41 Tabel 4.12 Rekapitulasi Waktu Tunggu Truck Pengecoran dengan Concrete Pump... 42 Tabel 4.13 Perbandingan Biaya Pengecoran menggunakan TC dan CP... 43 Tabel 4.14 Perbandingan waktu pengecoran menggunakan TC dan CP... 44 Tabel 4.15 Perbandingan Waktu Tunggu Truck Pengecoran menggunakan TC dan CP... 44 Tabel 4.16 Perbandingan biaya akibat waktu tunggu truck pengecoran menggunakan TC dan CP... 44 vii

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Persaingan pada dunia konstruksi yang semakin ketat, menuntut perusahaan-perusahaan bidang konstruksi untuk meningkatkan efektifitas pada segala tahap penyelesaian proyek. Alat berat dan pengawasan, merupakan suatu hal yang sangat penting untuk menunjang waktu penyelesaian proyek dan mutu yang dihasilkan. Beberapa faktor penting dalam menentukan pilihan alat berat adalah kapasitas alat, jumlah dan jenis peralatan. Pembangunan gedung-gedung di Bali masih didominasi oleh struktur beton, karena struktur beton menghasilkan gedung yang kokoh, lebih mudah dalam perencanaannya, maupun pada pelaksanaanya serta dari segi biaya, gedung berstruktur beton lebih murah dan ekonomis. Pengecoran struktur balok dan plat lantai banyak menggunakan beton ready mix. Beton ready mix adalah beton siap pakai yang pencampurannya dikelola oleh orang lain diluar proyek, dan akan didistribusikan ke proyek menggunakan truck mixer, serta mutu yang terjamin sesuai yang direncanakan. Lokasi proyek serta pemilihan truck mixer dapat mempengaruhi biaya dan waktu penyelesaian proyek. Untuk pengecoran dapat menggunakan alat pengecoran berupa tower crane, ataupun concrete pump. Tower crane adalah alat yang sangat dibutuhkan pada proyek proyek bangunan, khususnya pada proyek pembangunan gedung bertingkat tinggi yang lantai bangunannya mencapai puluhan. Keberadaan dari tower crane itu sendiri menjadi sangat penting karena banyaknya fungsi yang bisa digunakan melalui alat tower crane ini. Fungsi utama dari alat ini adalah sebagai media pengangkutan material bangunan dari bawah ke atas ataupun sebaliknya dari atas ke bawah, seperti pada pengerjaan pengecoran beton, campuran beton dapat diangkat dengan menggunakan concrete bucket dari truck mixer menuju area pengecoran. Kelebihan dari pengecoran menggunakan tower crane adalah lebih mudah untuk mengecor daerah cor yang bergelombang dan mempermudah pengecoran pada 1

daerah vertical seperti kolom, kekurangannya adalah lebih lambat. Concrete Pump adalah sebuah mesin/alat yang digunakan untuk menyalurkan adonan beton segar dari bawah ke tempat pengecoran atau tempat pengecoran yang letaknya sulit dijangkau oleh truck mixer. Kelebihan dari concrete pump adalah lebih cepat dibandingkan tower crane. Sedangkan kekurangannya adalah kesulitan dalam mengecor daerah yang bergelombang. Concrete pump jenis mobile berupa alat pompa beton yang menjadi satu kesatuan dengan truk sehingga lebih mudah untuk berpindah tempat. Sedangkan concrete pump jenis fixed berupa alat pompa beton yang biasanya dalam posisi menetap. Proyek pembangunan Australian Independent School, merupakan proyek pembangunan sekolah international, yang berlokasi di Jalan Imam Bonjol, Denpasar, yang metode pengecorannya menggunakan dua alat pengecoran yaitu tower crane dan concrete pump dalam satu lokasi proyek untuk mempercepat proses pengecoran namun tetap diperhitungkan agar kedua alat berjalan efisien. Oleh karena itu maka perlu dilakukan penelitian untuk membandingkan biaya dan waktu pengecoran menggunakan tower crane dan concrete pump. 1.2 Rumusan Masalah Berdasarkan uraian dalam latar belakang, masalah yang diangkat dalam penelitian ini adalah bagaimanakah perbandingan biaya dan waktu pelaksanaan pengecoran gedung bertingkat menggunakan tower crane dan concrete pump. 1.3 Tujuan Penelitian Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui perbandingan biaya dan waktu pelaksanaan pengecoran gedung bertingkat menggunakan tower crane dan concrete pump. 1.4 Manfaat Penelitian Manfaat penelitian ini adalah untuk mengetahui produktivitas, waktu siklus, dan biaya dari masing-masing alat agar nantinya dapat memilih alat yang sesuai untuk digunakan, dan lebih efisien. 2

1.5 Batasan Masalah Adapun batasan-batasan masalah dari penelitian ini sebagai berikut: 1. Pengecoran yang diamati menggunakan mutu beton fc=25 dan menggunakan Ready mix 2. Biaya sewa tower crane dihitung sesuai dengan waktu yang dibutuhkan untuk pengecoran. 3. Pelaksanaan pengecoran diasumsikan tidak ada kendala atau hambatan yang terjadi (akses, areal kerja, cuaca, dan kerusakan peralatan) kecuali mobilisasi material 4. Kapasitas volume truck mixer yang digunakan adalah 6 m 3. 5. Concrete pump yang digunakan adalah tipe standart dengan tinggi jangkauan pompa 20m 6. Concrete pump diasumsikan tidak berpindah tempat. 3

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Beton Beton merupakan campuran antara semen portland, air, dan agregat, dan kadang-kadang diberi bahan tambahan. Pencampuran bahan material beton dapat dilakukan di lokasi proyek atau di lokasi perusahaan batching plan. 2.1.1 Pengertian Beton Beton merupakan campuran antara semen portland, air, dan agregat, dan kadang-kadang bahan tambahan (admixture) yang sangat bervariasi mulai dari bahan kimia tambahan, serat, sampai bahan buangan non kimia pada perbandingan tertentu. Semen Portland adalah semen hidrolis yang dihasilkan dengan cara menghaluskan klinker yang terutama terdiri dari silikat-silikat kalsium yang bersifat hidrolis dengan gips sebagai bahan tambahan. Air diperlukan untuk bereaksi dengan semen, serta untuk bahan pelumas antara butir-butir agregat agar dapat mudah dikerjakan dan dipadatkan. Kadar air dalam beton tidak boleh terlalu banyak karena mengakibatkan kekuatan beton akan rendah serta betonnya porous (berlubang-lubang). Agregat dapat didefinisikan sebagai bahan yang dipakai sebagai pengisi, dipakai bersama dengan bahan perekat, dan bahan membentuk suatu massa yang keras, padat bersatu yang disebut adukan beton. Sifat yang penting pada beton adalah kuat tekan. Bila kuat tekan tinggi maka sifat-sifat yang lain pada umumnya juga baik. Faktor-faktor yang mempengaruhi kuat tekan beton terdiri dari kualitas bahan penyusun, nilai faktor air semen, gradasi agregat, ukuran maksimum agregat, cara pengerjaan (pencampuran, pengangkutan, pemadatan, dan perawatan) serta umur beton (Tjokrodimulyo, 1996). Admixture sendiri berfungsi untuk memodifikasi sifat dan karakteristik beton seperti memperbaiki workability beton, mengatur faktor air semen pada beton segar, mengatur waktu pengikat adukan beton, meningkatkan kekuatan keras beton, maupun untuk mempercepat waktu pengerasan beton. Campuran tersebut 4

apabila dituangkan ke dalam cetakan kemudian didiamkan akan menjadi keras seperti batuan. Proses pengerasan terjadi karena adanya reaksi kimiawi antara air dengan semen yang berlangsung dari waktu ke waktu yang menyebabkan kekuatan beton terus bertambah sejalan dengan waktu. Beton juga dapat dipandang sebagai batuan-batuan dimana adanya rongga pada partikel yang besar (agregat) halus akan diisi oleh pasta (campuran air dan semen) yang juga berfungsi sebagai bahan perekat sehingga penyusun dapat menyatu menjadi massa yang padat dan membuat beton berfungsi optimal sesuai dengan mutu yang sudah direncanakan. 2.1.2 Beton Ready Mix Beton ready mix menurut Nilson, dkk. (2008) dalam Nastiti (2004) adalah beton yang dibuat atau pencampuran bahan materialnya di lokasi perusahaan batching plan, kemudian beton ready mix diangkut menggunakan truk pengangkut ke lokasi proyek yang memesan beton ready mix dalam bentuk beton segar. Penerapan beton ready mix pada konstruksi bangunan sangat menguntungkan jika dibandingkan dengan beton yang diproduksi sendiri, terutama jika dipergunakan pada konstruksi pracetak. Keuntungan ini didapat dari waktu yang seharusnya dipergunakan untuk proses pembuatan beton dapat dihilangkan sehingga pekerjaan hanya dibutuhkan saat proses pengecoran beton. Selain itu mutu beton yang diharapkan dapat dipenuhi. Beton ready mix dapat disiapkan dengan beberapa jalan, yaitu (Peurifoy et. al. 1996) : 1. Central-mixed concrete, dimana beton dicampur sepenuhnya di dalam suatu mixer dan diangkut ke proyek dengan menggunakan truk molen. 2. Shrink-mixed concrete, dimana setengah pencampuran beton dilakukan didalam suatu mixer kemudian beton dicampur sepenuhnya di dalam truck mixer, pencampuran ini biasanya dilakukan dalam perjalanan ke lokasi proyek. 3. Truck-mixed concrete, dimana beton dicampur sepenuhnya di dalam truck 5

mixer, dengan 70 sampai 100 putaran pada suatu kecepatan yang cukup untuk mencampur beton. Beton jenis ini pada umumnya disebut " transit mixer concrete karena dicampur dalam perjalanan. Truck mixer merupakan alat yang digunakan untuk membawa campuran beton basah dari pabrik pembuatan ready mix (batching plan) ke lokasi proyek dengan sistem bak yang terus berputar dengan kecepatan yang sudah diatur sedemikian rupa supaya campuran beton selama dalam perjalanan tidak berkurang kualitasnya. Gambar 2.1 Truck Mixer Sumber : Dokumentasi Proyek Truck mixer dibuat dalam berbagai ukuran dengan kapasitas mulai 3,0 m 2 sampai 7,0 m 2. Drum berputar dengan tenaga penggerak yang bersumber dari kendaraan yang bersangkutan. Beton ready mix dapat dipesan dengan beberapa cara, yaitu (Peufifoy, et.al., 1996) : 1. Recipe batch, yaitu pembeli bertanggung jawab dalam menentukan proporsi campuran beton, termasuk menetapkan isi semen, jumlah maksimum air yang diijinkan, dan campuran bahan kimia yang dibutuhkan Pembeli juga boleh menetapkan jumlah dan jenis dari agregat kasar dan agregat halus. Dalam hal ini pembeli bertanggung jawab penuh terhadap kekuatan dan ketahanan campuran. 2. Performance batch, yaitu pembeli menetapkan kebutuhan dari kekuatan 6

beton, dan pabrik bertanggung jawab penuh dalam menentukan proporsi campuran. 3. Part performance and part recipe, yaitu pembeli menetapkan isi semen minimum, campuran yang diperlukan, kekuatan yang dibutuhkan dan membiarkan pabrik menentukan proporsi campuran beton. Kebanyakan pembeli menggunakan pendekatan yang ketiga, yaitu part performance and part recipe, dengan memperhatikan ketahanan minimum sambil memberi kesempatan kepada penyalur beton ready mix untuk menyediakan campuran yang paling ekonomis. Keuntungan pemakaian beton ready mix dapat dilihat dari segi: 1. Mutu Mutu beton yang terjamin karena beton ready mix diproduksi di pabrik beton ready mix di bawah pengawasan ahli dan menggunakan mesinmesin yang bekerja secara otomatis dalam melakukan penakaran material beton sesuai dengan mutu yang dibutuhkan oleh konsumen, sehingga dapat memberikan jaminan ketepatan mutu beton yang diinginkan. 2. Waktu Waktu untuk memperoses material beton menjadi lebih cepat dibandingkan dengan cara konvensional, sehingga pekerjaan akan cepat selesai. 3. Bahan Beton ready mix sangat cocok dan praktis diterapkan di daerah atau lokasi peoyek yang lahannya terbatas atau lahannya tidak cukup luas untuk penimbunan material. Selain memiliki keuntungan, beton ready mix juga memiliki kelemahan seperti : 1. Apabila terjadi kesalahan dalam perhitungan volume pengecoran yang dibutuhkan terutama apabila terjadi kelebihan campuran beton maka resiko ini ditanggung oleh pihak konsumen. 2. Jika terjadi masalah yang menyangkut penyediaan campuran ke lokasi proyek, misalnya terjadi kemacetan lalu lintas sepanjang perjalanan 7

menuju lokasi proyek atau kerusakan pada mesin truck mixer, hal ini dapat menghambat campuran beton ke lokasi pengecoran. Sebelum melakukan pengecoran dengan menggunakan beton ready mix pada beberapa hal yang perlu diperhatikan sehubungan dengan penggunaan concrete mixer truck (truk molen pengangkut beton ready mix) di lapangan adalah: - Perlu adanya koordinasi antara pengawas lapangan dengan site manager khususnya mengenai perhitungan volume beton yang diperlukan pada saat pengecoran. Hal ini sangat penting dilakukan agar volume beton yang dipesan sesuai dengan yang direncanakan. - Pengaturan keluar masuknya truck mixer ke lokasi proyek agar berjalan lancar. - Jarak lokasi pengecoran dengan lokasi perusahaan beton ready mix berada serta waktu tempuh yang diperlukan truck mixer dari perusahaan beton ready mix untuk sampai ke lokasi pengecoran. Hal ini sangat penting untuk diketahui agar perusahaan beton ready mix dapat memperkirakan waktu siklus satu truck mixer yang akan dikirim ke lokasi pengecoran. 2.2 Pengecoran Beton Pengecoran beton pada balok dan pelat lantai dapat dilaksanakan setelah struktur kolom selesai dikerjakan. Dilanjutkan dengan pemasangan perancah dan bekisting, terakhir dilanjutkan dengan penulangan balok dan pelat lantai. Setelah semua tahapan pekerjaan selesai, baru dilanjutkan dengan pengecoran beton. 2.2.1 Proses Pengecoran Beton Proses pengecoran beton dimulai saat beton plastis dituangkan ke dalam cetakan baik menggunakan bucket (dibantu dengan alat berat) maupun melalui pipa, beton yang sudah dituang ke area pengecoran kemudian dikonsolidasikan dan diratakan. Konsolidasi dilakukan bertujuan untuk 8

mengurangi rongga dalam beton, dapat dilakukan secara manual dengan cara menusuk menggunakan besi batang atau sekop, dan dapat dilalarkan dengan alat penggetar (vibrator). Setelah proses konsolidasi maka permukaan beton diratakan dan dibiarkan mengering. Pada saat beton mengering suhu dan kelembaban pada permukaan beton harus dijaga untuk menghindari retak dengan cara memberi penutup yang basah langsung di atas beton atau menyemprotkan air di permukaan beton. 2.2.2 Alat Berat Pengecoran Beton Pengaruh perkembangan teknologi yang semakin maju dan memberikan kemudahan dalam pelaksanaan pekerjaan industri konstruksi. Suatu konstruksi menggunakan bantuan peralatan tersebut dalam hal proses pengecoran beton. Penggunaan peralatan tersebut disesuaikan dengan kebutuhan di lapangan. 1. Jenis Peralatan Peralatan pengecoran yang digunakan dalam pelaksanaan pengecoran konstruksi gedung bertingkat dilapangan yaitu tower crane dan concrete pump. Masing-masing memiliki spesifikasi, Produktivitas dan teknis pengecoran yang berbeda-beda 1. Tower Crane Tower crane merupakan suatu alat yang digunakan untuk mengangkat material secara vertikal dan horisontal ke suatu tempat yang tinggi pada ruang gerak terbatas (Rostiyanti, 2008). Disebut karena memiliki rangka vertikal dengan bentuk standar dan ditancapkan pada perletakan yang tetap. Fungsi utama dari tower crane adalah mendistribusikan material dan peralatan yang dibutuhkan oleh proyek baik dalam arah vertikal maupun horisontal. Tower crane dapat dijadikan sebagai alat bantu dalam proses pengecoran beton, yaitu mendstribusikan beton yang ditampung dalam bucket ke area pengecoran. Tower crane juga memiliki beberapa jenis, yang dapat disesuaikan dengan keadaan lokasi proyek. Namun biaya pengadaan tower crane yang mahal mengharuskan perencana untuk merencanakan waktu penggunaan 9

tower crane ini secara maksimal dan optimal agar tidak terjadi pemborosan biaya pekerjaan. Gambar 2.2 Tower Crane Sumber : Dokumentasi Proyek Jenis-jenis tower crane dibagi berdasarkan cara crane tersebut berdiri yaitu (Rostiyanti, 2008) : 1. Free Standing Crane Crane yang berdiri bebas (free standing crane) berdiri diatas pondasi yang khusus dipersiapkan untuk alat tersebut. Jika crane harus mencapai ketinggian yang besar maka kadang-kadang digunakan pondasi dalam seperti tiang pancang. 2. Rail Mounted Crane Penggunaan rel pada rail mounted crane mempermudah alat untuk bergerak sepanjang rel tersebut. Tetapi supaya tetap seimbang gerakan crane tidak dapat terlalu cepat. Kelemahan dari crane tipe ini adalah harga rel yang cukup mahal, rel harus diletakkan pada permukaan yang datar sehingga tiang tidak terjadi miring. Keuntungannya adalah adanya rel yang membuat jangkauan crane menjadi lebih besar. 10

3. Climbing Tower Crane Crane diletakkan didalam struktur bangunan yaitu pada core atau inti bangunan. Crane ini bergerak naik bersamaan dengan struktur naik. Pengangkatan crane dimungkinkan dengan adanya dongkrak hidrolis atau hydraulic jacks. 4. Tied In Crane Crane tipe ini mampu berdiri bebas pada ketinggian kurang dari 100 meter. Jika diperlukan crane dengan ketinggian lebih dari 100 meter, maka crane harus ditambatkan atau dijangkan pada struktur bangunan. Fungsinya untuk menahan gaya horizontal. Gambar 2.3 Bagian-bagian Tower Crane Sumber : Rostiyanti (2008) Untuk memindahkan beton dengan tower crane menuju ke tempat pengecoran, dipergunakanlah concrete bucket yang dikaitkan pada hook atau kait pada tower crane. Concrete bucket adalah alat yang digunakan untuk membawa atau menampung campuran beton dari truck mixer yang kemudian didistribusikan ke lokasi pengecoran oleh tower crane. Kapasitas concrete bucket yang digunakan diantaranya adalah 0,5-1 m 3. Pada saat pengecoran kapasitas bucket yang terisi oleh campuran beton adalah sekitar 80% - 90% dari kapasitas bucket. 11

Mekanisme kerja tower crane terdiri dari : 1. Hoising Mechanism (mekanisme angkat) Mekanisme ini digunakan untuk mengangkat beban. Gerakan ini adalah gerakan naik/turun beban yang telah dipasang pada kait diangkat atau diturunkan dengan menggunakan drum/hook dalam hal ini putaran drum disesuaikan dengan drum/hook yang sudah direncanakan. Hook digerakkan oleh motor listrik dan gerakan drum/hook dihentikan dengan rem sehingga beban tidak akan naik/turun setelah posisi yang ditentukan sesuai dengan yang direncanakan. 2. Slewing Mechanism (mekanisme putar) Mekanisme ini digunakan untuk memutar jib dan counter jib sehingga dapat mencapai radius yang diinginkan 3. Trolley Traveling Mechanism (mekanisme jalan trolley) Mekanisme ini digunakan untuk menjalankan trolley maju dan mundur sepanjang jib 4. Traveling Mechanism (mekanisme jalan) Mekanisme ini digunakan untuk menjalankan boogie (kereta) untuk traveling tower crane Pada pelakasanaan pengecoran dengan menggunakan tower crane melibatkan proses, antara lain : mobilisasi, erection, operasional, dismalting, dan demobilisasi. Pemilihan tower crane sebagai alat untuk pengecoran harus direncanakan sebelum proyek dimulai. Hal tersebut disebabkan karena pengoperasian crane harus diletakkan di suatu tempat yang tetap selama proyek berlangsung, sehingga crane harus mampu memenuhi kebutuhan akan pemindahan material dari suatu tempat ke tempat berikutnya sesuai daya jangkau yang ditetapkan. 2. Pemilihan Peralatan Menurut Rostiyanti (2008), pemilihan peralatan untuk suatu proyek 12

harus sesuai dengan kondisi lapangan, agar dapat berproduksi seoptimal dan seefisien mungkin. Faktor-faktor yang mempengaruhi yaitu : 1. Spesifikasi alat disesuaikan dengan jenis pekerjaannya, seperti pemindahan tanah, penggalian, produksi agregat, penempatan beton 2. Syarat - syarat kerja serta rencana kerja yang tertulis dalam kontrak 3. Kondisi lapangan seperti keadaan tanah, keterbatasan lahan 4. Letak daerah/lokasi, meliputi keadaan cuaca, temperatur, angin, ketinggian, sumber daya 5. Jadwal rencana pelaksanaan yang digunakan 6. Keberadaan alat untuk dikombinasikan dengan alat yang lain 7. Pergerakan dari peralatan, meliputi mobilisasi dan demobilisasi 8. Kemampuan satu alat untuk mengerjakan bermacam-macam pekerjaan Peralatan yang dipakai dalam pengecoran beton harus memberikan kemudahan dalam pelakanaannya, dan juga tidak merugikan bagi beton itu sendiri, misalnya pengecoran yang tidak sempurna sehingga dapat mengurangi mutu beton. Perlu diketahui bahwa pemilihan peralatan untuk dipakai pada pengangkutan bahan cor beton dari mixer ke bidang yang hendak di cor memerlukan tiga pertimbangan yakni (Rochmanhadi, 1992) : 1. Jarak antara mixer dan bidang pengecoran 2. Volume pengecoran 3. Metode yang dipakai dalam pencampuran beton dan cara pengecoran beton Hal yang perlu diperhatikan dalam pengecoran ini adalah masalah transportasi dari tempat pengadukan ke tempat yang hendak dicor, apalagi tempat yang akan dicor terletak jauh atau berada di lantai dua, tiga dan seterusnya. Jadi dapat diperhitungkan berapa banyak pekerja dan alat angkut beton yang diperlukan untuk mempercepat pelaksanaan pengecoran karena ada batas waktu sehubungan dengan waktu ikat beton. 3. Sumber Peralatan Dalam pelaksanaan pembangunan suatu proyek dapat memperoleh 13

peralatan dengan jalan menyewa maupun membeli. Pada kondisi tertentu, pembelian peralatan dapat menguntungkan secara finansial sedangkan pada kondisi yang lain dapat lebih ekonomis dan efisien untuk menyewanya. Terdapat tiga alternatif dalam kepemilikan alat berat yaitu (Rostiyanti, 2008). 1. Membeli alat berat Perusahaan konstruksi dapat membeli alat berat sebagai aset perusahaan. Keuntungan dari pembelian ini adalah biaya pemakaian per jam yang sangat kecil jika alat tersebut digunakan secara optimal. 2. Menyewa-membeli (leasing) alat berat Pengadaan alat juga dapat berasal dari perusahaan leasing alat berat, sewa-beli alat umumnya dilakukan jika pemakaian alat tersebut berlangsung dalam jangka waktu lama sewa-beli yang dimaksud adalah pengadaan alat dengan pembayaran pada perusahaan leasing dalam jangka waktu lama dan di akhir masa sewa-beli tersebut alat menjadi milik pihak penyewa Biaya pemakaian umumnya lebih tinggi daripada memiliki alat tersebut, namun terhindar dari resiko investasi alat yang besar diawal. 3. Menyewa alat berat Perusahaan konstruksi juga dapat mengadakan alat berat dari perusahaan penyewaan Alat berat yang disewa umumnya dalam jangka waktu yang tidak lama. Biaya pemakaian alat berat sewa adalah yang tertinggi, tetapi tidak akan berlangsung lama karena penyewaan dilakukan pada waktu yang singkat. Metode ini dapat membuat perusahaan konstruksi terbebas dari biaya investasi alat yang cukup besar. 2.3 Produktivitas Peralatan Produktivitas adalah perbandingan antar hasil yang dicapai (output) dengan seluruh sumber daya yang digunakan (input). Produktivitas alat tergantung pada kapasitas dan waktu siklus alat. Rumus dasar untuk mencari Produktivitas alat adalah (Rostiyanti, 2008): 14

(2.1) atau (2.2) Umumnya waktu siklus alat ditetapkan dalam menit sedangkan produktivitas alat dihitung dalam produksi/jam sehingga perlu adanya perubahan dari menit ke jam. Jika faktor efisiensi alat dimasukan maka rumus diatas menjadi: Produktivitas = kapasitas x x efisiensi (2.3) Keterangan : Produktivitas alat dihitung dalam m 3 /jam Kapasitas = kapasitas bucket untuk menampung beton dalam m 3 60 = umumnya waktu alat ditetapkan dalam menit sedangkan produktivitas dalam produksi/jam CT = cyclus time/waktu siklus (menit) Efisiensi = waktu efektif alat bekerja dalam satu jam (menit/jam) Siklus kerja dalam pemindahan material merupakan suatu kegiatan yang dilakukan berulang. Pekerjaan utama dalam kegiatan tersebut adalah memuat, memindahkan, membongkar muatan dan kembali lagi ke kegiatan awal. Semua kegiatan tersebut dilakukan oleh satu alat atau beberapa alat. Waktu yang diperlukan dalam siklus kegiatan tersebut disebut siklus atau cycle time (CT). Waktu siklus atau cycle time (CT) dirumuskan sebagai berikut (Rostiyanti, 2008). CT = LT + HT + DT + RT + ST Keterangan : 1. Waktu muat atau loading time (LT), yaitu waktu yang dibutuhkan oleh suatu alat untuk memuat materia1 kedalam alat angkut sesuai kapasitas alat angkut. 15

2. Waktu angkut atau haulding time (HT), yaitu waktu yang diperlukan suatu alat untuk bergerak dari tempat pemuatan ke tempat pembongkaran material. 3. Waktu pembongkaran atau dumping time (DT), yaitu waktu yang diperlukan untuk pembongkaran material di tempat yang ditentukan. 4. Waktu kembali atau return time (RT), yaitu waktu yang diperlukan alat untuk kembali ke tempat pemuatan. 5. Waktu tunggu atau spotting time (ST), yaitu alat menunggu sampai alat diisi kembali. Produktivitas tenaga kerja akan besar pengaruhnya terhadap total biaya proyek, minimal pada aspek jumlah tenaga kerja dan fasilitas yang diperlukan. Salah satu pendekatan untuk mencoba mengukur hasil guna tenaga kerja adalah dengan memakai parameter indeks produktivitas (Sedarmayanti, 2001) antara lain: 1. Kemampuan operator pemakai alat 2. Pemilihan dan pemeliharaan alat 3. Perencanaan dan pengaturan letak alat 4. Topografi dan volume pekerjaan 5. Kondisi cuaca 6. Metode pelaksanaan alat Dalam kenyataan di lapangan sulit untuk menentukan besarnya efisiensi kerja alat, tetapi dengan dasar pengalaman-pengalaman dapat ditentukan efisiensi yang mendekati kenyataan seperti pada Tabel 2.1 (Rochmanhadi, 1985) 16

Tabel 2.1 Efisiensi Kerja Pemeliharaan Mesin Kondisi Baik Operasi Alat Baik Sedang Buruk Sekali Buruk Sekali Baik Sekali 0,83 0,81 0,76 0,70 0,63 Baik 0,78 0,75 0,71 0,65 0,60 Sedang 0,72 0,69 0,65 0,60 0,54 Buruk 0,63 0,61 0,57 0,52 0,45 Buruk Sekali 0,52 0,50 0,47 0,42 0,32 Sumber : Rochmanhadi 1985 2.4 Analisis Biaya dan Waktu Pelaksanaan Pada dasarnya setiap pembangunan tidak terlepas dari kecermatan seorang pelaksana untuk merancang suatu metode kerja yang efesien. Metode kerja yang sangat efesien sangat berpengaruh pada biaya yang diperlukan untuk melakukan pekerjaan tersebut. Menurut Soedrajat (1994), dalam menentukan harga satuan analisis didasarkan pada 5 komponen biaya yaitu biaya bahan/material, tenaga kerja, peralatan, biaya tak terduga (overhead) dan keuntungan (profit). 1. Biaya Material Untuk menaksir biaya material biasanya dibuat suatu daftar bahan yang menjelaskan mengenai banyaknya, ukuran, beratnya dan ukuran-ukuran yang diperlukan. Harga bahan yang dipakai merupakan harga bahan di tempat pekerjaan jadi harga ini sudah termasuk biaya angkutan, biaya menaikkan dan biaya menurunkan. 17

2. Upah Tenaga Kerja Produkifitas tenaga kerja adalah kemampuan tenaga kerja untuk menyelesaikan suatu unit produksi dalam satuan waktu tertentu. Dalam suatu proyek konstruksi dengan diketahuinya beberapa variabel seperti volume pekerjaan, durasi, produktivitas, maka jumlah tenaga kerja yang dibutuhkan dalam pelaksanaan suatu jenis pekerjaan dapat ditentukan, sehingga biaya yang dikeluarkan untuk upah tenaga kerja dapat dihitung. 3. Biaya Peralatan Suatu peralatan yang diperlukan untuk suatu jenis pekerjaan konstruksi, haruslah termasuk didalamnya bangunan-bangunan sementara, mesinmesin dan alat -alat tangan. Peralatan ini bisa merupakan peralatan milik sendiri maupun sewa dari pihak lain. Perhitungan analisis biaya peralatan dapat dibagi dalam dua kategori. yaitu biaya kepemilikan alat dan biaya pengoperasian alat. Jika peralatan yang digunakan merupakan sewa dari pihak lain, maka faktor biaya yang harus diperhitungkan adalah biaya sewa dan pajak yang harus ditanggung penyewa. 4. Biaya Tak Terduga Biaya tak terduga dimaksudkan untuk mengurangi resiko-resiko yang terjadi akibat suatu hal diluar perkiraan dan perencanaan, misalnya kenaikan harga bahan, upah, sewa alat dan sebagainya. Jumlah biaya tak terduga dapat ditentukan secara langsung dengan membandingkan jumlah biaya total. 5. Keuntungan Keuntungan biasanya dinyatakan dengan presentase dan jumlah biaya total. Jumlah presentase yang diambil berkisar antara 8% sampai 15% tergantung dari besarnya resiko pekerjaan, tingkat kesulitan yang akan dihadapi dalam menyelesaikan pekerjaan tersebut, dan cara pembayaran dari pemberi pekerjaan. Titik optimum merupakan kondisi terbaik dari suatu variabel yang menghasilkan laba maksimum (Taylor, 2001). Dalam pelaksanaan proyek ada 18

dua variabel yang berkaitan yaitu biaya dan waktu. Biaya dan waktu dapat dikatakan dalam kondisi optimum yaitu biaya minimum dari setiap pelaksanaan pekerjaan dan waktu tercepat yang dapat dilakukan dalam penyelesaian pekerjaan tersebut, sehingga dapat menghasilkan laba atau keuntungan maksimum. 19

BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Umum Penelitian ini berupa perbandingan waktu, biaya, dan mutu pelaksanaan pengecoran dengan menggunakan tower crane dan concrete pump pada konstruksi gedung bertingkat. Dalam penelitian ini juga memperhatikan nilai slump yang digunakan saat pengecoran, yang akan berpengaruh terhadap biaya material. Metode penelitian ini dimulai berdasarkan jenis data dan tahapan pelaksanaan. Kerangka pada tugas akhir ini dapat dilihat pada Gambar 3.1 3.2 Studi Pustaka Adapun penunjang pustaka yang digunakan antara lain : buku tentang peralatan untuk proyek konstruksi, system pengecoran beton, pencampuran beton, Produktivitas peralatan, biaya peralatan dan upah tenaga kerja. Dalam penelitian ini juga melakukan pengamatan langsung dilapangan untuk mengamati mekanisme pengecoran. 3.3 Penentuan Objek Penelitian Objek penelitian yang dipilih dalam penelitian ini adalah proyek pembangunan sekolah internasional yang terletak di Imam Bonjol, Denpasar, Bali yaitu proyek Australian Independent School. Proyek ini menggunakan kedua alat pengecoran yaitu tower crane dan concrete pump 3.4 Pengumpulan dan Pengolahan Data Pengumpulan dan pengolahan data dilakukan mulai dari lokasi pengumpulan data proyek yang terdiri dari data primer dan sekunder yang meliputi data waktu siklus, biaya satuan material,satuan upah, dan biaya peralatan. 20

3.4.1 Pengumpulan Data Pengumpulan data dilakukan mulai dari menentukan lokasi pengumpulan data proyek berdasarkan peralatan pengecoran, ketinggian bangunan, serta mutu bahan konstruksi yang digunakan (beton). Pada proyek tersebut data yang dikumpulkan terdiri dari dua jenis yaitu data primer dan data sekunder. Data primer merupakan data yang diperoleh langsung di lapangan. Data primer dalam permasalahan ini adalah jumlah tenaga kerja, peralatan pengecoran yang digunakan, waktu kerja peralatan pengecoran, produktivitas peralatan pengecoran, dan nilai slump di lapangan. Data sekunder merupakan data yang diperoleh oleh media perantara atau secara tidak langsung, baik berupa buku, catatan, bukti yang telah ada, ataupun arsip baik yang di publikasikan maupun yang tidak dipublikasikan. Data sekunder dalam penelitian ini adalah gambar struktur bangunan, upah tenaga kerja, biaya sewa, jenis peralatan yang digunakan (tower crane dan concrete pump). 3.4.2 Pengolahan Data Pengolahan data dilakukan mulai dari pengamatan waktu siklus pengecoran, biaya material, biaya upah kerja, dan biaya sewa peralatan. Pengamatan waktu siklus yang digunakan merupakan waktu siklus dari masingmasing peralatan saat pengecoran, sehingga dapat diketahui waktu peralatan, tenaga kerja, serta produktivitas yang dihasilkan. Dari perhitungan produktivitas dapat dihitung biaya upah tenaga kerja yang akan diperlukan. Perhitungan biaya material dihitung dari harga beli kontraktor, yang didapatkan dari RAB kontraktor. Sedangkan biaya sewa alat didapatkan juga dari RAB kontraktor yang merupakan harga sewa, namun hanya berdasarkan biaya sewa yang dikeluarkan saat pelaksanaan pengecoran saja. 1. Waktu Siklus Data pengamatan durasi waktu (waktu siklus) peralatan tiap lantai masingmasing peralatan pengecoran menggunakan tower crane dan concrete pump. Peneliti meneliti langsung di lapangan dengan menggunakan tabel pengamatan. 21

Tabel pengamatan dijabarkan pada Tabel 3.1. Tabel 3.1 Tabel Pengamatan Durasi Waktu Pengecoran Volume Volume Molen Bucket ke Waktu Siklus (dtk atau Molen Bucket Ke menit) (m 3 ) (m 3 ) 1 2 3 Total Waktu (dtk/mnt) Dst Sumber : Rostiyanti (2008) Perhitungan waktu siklus atau cycle time (CT) masing-masing peralatan pengecoran adalah sebagai berikut : CT = LT + HT + DT + RT + ST (Pers. 2.4) 2. Biaya Satuan Material Biaya material yang diperhitungkan dalam penelitian ini berdasarkan data sekunder harga satuan material yang diperoleh dari kontraktor. Tabel 3.2 Harga Beton Ready Mix No Bahan Satuan Harga 1 Beton f c = 25 Mpa m 3 Rp. 810.000,- 2 Beton f c = 35 Mpa m 3 Rp. 940.000,- 3. Biaya Satuan Upah Dari data pengamatan durasi waktu kerja peralatan dan pelaksanaan pengecoran diperoleh waktu pengecoran dan jumlah tenaga kerja tiap lantai pada masing-masing peralatan pengecoran. Perhitungan pada tiap lantainya menggunakan langkah-langkah perhitungan yang sama. 22

Pengecoran Balok dan Pelat Lantai II dan III Volume pekerjaan = m 3 Durasi pengamatan = menit Jumlah tenaga kerja : Mandor + Pekerja = Orang (pers. 2.1) (pers. 2.2) Prod. Tenaga kerja = prod alat = m 3 /hari Koefisien Tenaga Kerja Perhitungan koefisien tenaga kerja per 1 m 3 pekerjaan pengecoran pada masing-masing peralatan ditabelkan pada Tabel 3.3 Tabel 3.3 Koefisien Tenaga Kerja untuk 1 m 3 Pengecoran Jumlah Tenaga Kerja Produktivitas tenaga Koefisien tenaga kerja lantai kerja Mandor Pekerja (m 3 /hari) Mandor Pekerja II III Sumber : Rochmanhadi (1992) 23

Upah Tenaga Kerja Perhitungan upah tenaga kerja per 1 m 3 pekerjaan pengecoran pada masingmasing peralatan yang ditabelkan pada Tabel 3.4 Tabel 3.4 Total Upah Tenaga Kerja per 1 m 3 Pengecoran Jumlah Tenaga Kerja Harga Satuan Upah (Rp) Lantai Mandor Pekerjaan Mandor Pekerja II III Sumber : Rochmanhadi (1992) Total (Rp) 4. Biaya Peralatan Biaya peralatan yang diperhitungkan diasumsikan peralatan yang digunakan dengan menyewa. Biaya sewa peralatan tower crane dan concrete pump digunakan satu standar acuan harga sewa peralatan berdasarkan survey pada satu perusahaan penyewaan peralatan. Biaya sewa peralatan sudah termasuk biaya operasional dan bahan bakar dari peralatan tersebut. 3.5 Analisis Data Berdasarkan data biaya dan waktu yang diperoleh, akan dianalasis dengan untuk mendapatkan perbandingan dan titik impas biaya dan waktu masing-masing peralatan pengecoran tiap lantainya. Analisis data menggunakan analisis regresi dan korelasi. Analisis regresi bertujuan untuk mendapatkan persamaan garis fungsi dari data pengamatan waktu dan perhitungan biaya, sehingga bisa digunakan dalam menaksir perhitungan biaya dan waktu pengecoran dalam volume tertentu. Selain itu persamaan garis tersebut dapat digunakan dalam perhitungan titik impas (break even point) antara peralatan yang satu dengan yang lainnya. Analisis korelasi bertujuan untuk mengetahui kuat lemahnya hubungan antara biaya dan waktu terhadap volume pengecoran. 24

3.6 Hasil Analisis Berdasarkan analisis data biaya dan waktu pada persamaan regresi, dapat diperoleh perbandingan biaya dan waktu pengecoran tiap lantai pada masingmasing pengecoran. Hasil analisis ditampilkan dalam bentuk tabel yang menunjukan perbandingan biaya dan waktu pelaksanaan berbagai peralatan pengecoran pada Tabel 3.5 Tabel 3.5 Perbandingan waktu dan biaya pengecoran Lantai II Volume (m 3 ) Waktu Biaya (Jam) (Rp) 6 12 18 Dst. Sumber: Rochmanhadi (1992) Lantai III Waktu Biaya (Jam) (Rp) 25

3.7 Kerangka Penelitian Untuk menggambarkan langkah-langkah yang akan dilakukan dalam penelitian tugas akhir ini dapat dilihat pada Gambar 3.1 Ide Latar Belakang Identifikasi Masalah Studi Pustaka Penentuan Obyek Penelitian Pengumpulan Data Data Primer - Data Jumlah Tenaga dan Peralatan yang dibutuhkan - Data Waktu Kerja Alat - Data Kapasitas Alat - Nilai Slump yang digunakan di Lapangan Data Sekunder - Data Volume Pekerjaan - Data Jenis Peralatan - Data Biaya Sewa Peralatan - Data Upah Tenaga Kerja - Mix Desain Beton Produktivitas alat Pengolahan Data A 26

A Tower Crane - Perhitungan Siklus dan Produktifitas - Perhitungan Biaya satuan Beton - Perhitungan Upah Pekerja - Perhitungan Biaya Sewa Concrete Pump - Perhitungan Siklus dan Produktifitas - Perhitungan Biaya satuan Beton - Perhitungan Upah Pekerja - Perhitungan Biaya Sewa Peralatan Analisis - Pengamatan Langsung - Perbandingan Koefisien Hasil Analisis Kesimpulan dan Saran Gambar 3.1 Kerangka Penelitian Gambar 3.1 Kerangka Penelitian 27

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambaran Umum Pelaksanaan pengecoran menggunakan beberapa peralatan, antara lain truck mixer yang digunakan untuk mengangkut material beton ready mix dari batching plan ke lokasi proyek, concrete pump dan tower crane yang digunakan untuk memobilisasi beton ke area yang akan dicor. Penelitian dilakukan dalam proyek yang menggunakan tower crane dan concrete pump dalam pengecoran, diteliti dalam 1 lantai sebanyak 20 truck mixer. 4.2 Pengumpulan Data Sebelum pengolahan data dilakukkan, data-data yang diperlukan baik data primer maupun data sekunder harus sudah lengkap kita dapatkan untuk dapat menyelesaikan rumusan masalah. Data sekunder penelitian ini antara lain bersumber dari kontraktor perlaksana (PT. Kristef Mega Sejahtera), MK (Penjor Bali Mandiri Architecture & Project Management), supplier beton ready mix (PT. Harapan Jaya Beton). Data yang didapatkan berupa: 1. Gambar struktur bangunan untuk mengetahui luas dan volume area pengecoran di lapangan 2. Data mix design beton untuk mengetahui mix design beton dengan slump tertentu 3. Data jenis dan harga alat berat pengecoran 4. Data biaya dan upah tenaga kerja. Dari data gambar dapat diketahui volume pengecoran serta lokasi yang akan dilakukan pengecoran. Jenis peralatan yang digunakan tidak memperhitungkan merk dari peralatan tersebut dan Untuk sumber biaya, hanya menggunakan satu sumber biaya yaitu dari RAB kontraktor yang sudah 28

merupakan harga beli (deal), dan bukan merupakan harga penawaran. Untuk sewa tower crane mengkalkulasikan rata-rata pengeluaran 3 bulan kebelakang, satuan biaya upah kepala tukang Rp 125.000,- dan biaya upah tukang Rp 85.000 Rp 100.000 perhari. Data primer didapatkan dengan cara melakukan pengamatan dan wawancara langsung dengan pelaksana, mandor dan pekerja di lapangan. Adapun data tersebut adalah mengenai volume area pengecoran, data jumlah tenaga kerja dan peralatan yang dibutuhkan, durasi waktu peralatan dan tenaga kerja dalam pelaksanaan pengecoran, serta pengecekan nilai slump yang digunakan masing - masing alat pengecoran. 4.3 Pengecoran menggunakan Tower crane Analisis waktu yang digunakan berdasarkan lamanya waktu pengecoran yang digunakan peralatan dalam menyelesaikan pengecoran beton. Mulai dari beton ready mix dituangkan ke bucket lalu didistribusikan ke area pengecoran, sampai bucket kembali diisi lagi, dan begitu seterusnya sampai selesai. Segala bentuk permasalahan dalam mobilisasi diperhitungkan dalam penelitian in, seperti alat yang mengalami kerusakan, kehabisan bahan bakar, listrik yang padam dan lain-lain. Analisis biaya satuan pekerjaan terdiri dari biaya bahan, biaya upah dan biaya peralatan. Dalam menentukan besarnya biaya upah dan peralatan banyak hal yang harus diperhatikan, seperti jumlah tenaga atau regu kerja yang digunakan, waktu yang diperlukan, jumlah peralatan yang dipakai dan sebagainya. Aktifitas pengecoran dengan menggunakan Tower crane dimulai pada saat truck mixer memasuki area proyek menuju ke area antrian. Jika proses penuangan (pouring) beton menuju bucket tower crane masih berlangsung, maka truck mixer harus menunggu terlebih dahulu hingga proses penuangan beton menuju bucket tower crane selesai. Setelah bucket terisi beton, bucket tersebut kemudian dipindahkan menuju ke area yang akan dicor, dan dituangkan, bucket kembali lagi ke tempat awal untuk diisi kembali dengan truck mixer. Beton yang sudah dituang ke balok atau plat akan dipadatkan oleh pekerja. Setelah volume dalam 1 truck mixer habis, akan digantikan dengan truck mixer yang sudah ada pada area antrian, kemudian meninggalkan proyek. 29

4.3.1 Waktu Siklus Pengamatan pengecoran beton ready mix pada balok dan plat masing - masing lantai dengan tower crane menggunakan bantuan bucket untuk mendistribusikan beton ke area yang akan dicor. Kapasitas bucket yang digunakan sebesar 1 m 3, tetapi saat proses pengecoran hanya 80% - 90% dari volume bucket yang terisi beton. Untuk menyelesaikan pengecoran 6 m 3 beton ready mix rata- rata jumlah bucket bergerak bolak - balik sebanyak 7 kali. Diasumsikan kondisi operasi dan pemeliharaan peralatan baik, dengan nilai efesiensi kerja peralatan berdasarkan Tabel 2.1 digunakan 0,75. Adapun pengamatan waktu siklus untuk truck mixer pertama pada Gedung APK lantai I ditabelkan pada Tabel 4.1 Tabel 4.1 Perhitungan waktu siklus untuk 6 m 3 pengecoran pada lantai I dengan tower crane Bucket Ke Waktu (detik) Total Waktu (detik) 1 22 223,35 19 133,87 60 458,22 2 27 227,4 21 149,77 60 485,17 3 34 245 26 189,91 60 554,91 4 30 241,5 19 176,43 60 526,93 5 33 243 24 221,45 60 581,45 6 26 240,1 22 191,41 60 549,51 7 25 211,07 17 171,81 60 484,88 Waktu tunggu truck selanjutnya 357 Total 207 1631,42 148 1234,65 777 3998,07 Rata-rata 29,57 233,06 21,14 176,38 97,13 520,15 Dengan cara yang sama, perhitungan waktu siklus per bucket diamati untuk antrian truck yang selanjutnya pada pengecoran lantai 1 gedung APK. sebanyak 20 truck mixer dengan masing-masing berkapasitas 6m 3. Keterlambatan mobilisasi baik hambatan di jalan, kerusakan mesin, maupun masalah lainnya dimasukan ke dalam waktu tunggu truck, dan dimasukan dalam spotting time. Selengkapnya dapat dilihat dalam Tabel 4.2. 30

Tabel 4.2 Rekapitulasi waktu siklus pengecoran dengan tower crane Molen Ke Waktu siklus(detik) Total Waktu (dtk) A B C D E F=A+B+C+D+E 1 29,57 233,06 29,14 176,38 97,13 557,28 2 20,14 235,15 22,14 177,38 100,50 565,31 3 30,43 233,96 21,71 176,66 125,38 588,13 4 29,71 234,80 21,14 176,38 121,63 583,66 5 29,43 235,53 22,43 176,23 96,13 559,74 6 29,86 234,59 22,14 176,97 114,75 578,32 7 29,71 236,21 21,71 176,54 89,25 553,42 8 29,57 235,75 22,00 178,00 110,25 575,57 9 30,14 235,50 21,57 176,80 94,50 558,52 10 30,00 240,53 22,43 173,75 112,88 579,59 11 31,14 237,63 23,43 186,81 103,63 582,64 12 28,71 238,20 24,27 173,38 98,00 562,58 13 29,29 232,63 22,57 173,24 78,00 535,75 14 27,14 404,83 22,57 178,81 100,50 733,85 15 30,57 313,96 21,71 173,81 113,88 653,93 16 28,71 246,63 22,00 159,66 101,13 558,14 17 28,86 281,34 22,00 205,02 101,00 638,22 18 29,14 232,49 23,14 175,66 91,25 551,69 19 29,29 237,49 21,86 167,66 94,13 550,42 20 30,71 245,77 22,57 361,38 52,50 712,94 Rata-rata 29,61 251,30 22,23 186,03 99,82 588,98 Berdasarkan Tabel 4.2 dapat diketahui rata-rata waktu siklus per bucket dengan pengecoran menggunakan tower crane saat pengecoran beton ready mix pada Gedung APK lantai I yaitu: - Waktu siklus rata-rata 1 bucket: CT = LT + HT + DT + RT + ST (Pers. 2.4) = waktu (muat + angkut + bongkar + kembali + tunggu) = (29,61 + 251,30 + 22,23 + 86,03 + 99,82) detik = 588,98 detik - Jumlah mobilisasi bucket yang digunakan dalam pengecoran tiap 6 m 3 beton ready mix sebanyak 7 kali karena dengan asumsi per 1 bucket 1 m 3, hanya terisi sebanyak 80% dari kapasitas bucket. Untuk setiap pergantian truck mixer membutuhkan waktu sesuai tabel, tetapi waktu siklus dihitung 31

saat truck mixer sudah siap ditempat cor ditambah dengan waktu tunggu truck berikutnya. Maka total waktu tiap pengecoran 6 m 3 pada lantai I = 7 x 588,98 detik = 4122,86 detik 68,71 menit 4.3.2 Harga Satuan Pengecoran Menggunakan Tower Crane Harga satuan ini terdiri atas harga beli satuan beton ready mix, biaya satuan upah, dan biaya peralatan. 1. Biaya Satuan Beton Pengecoran balok dan plat pada Gedung APK lantai I menggunakan beton ready mix dari PT. Harapan Jaya. Nilai slump yang disyaratkan untuk pengecoran dengan tower crane adalah 12±2. Pengecekan nilai slump dilakukan saat beton ready mix yang diangkut oleh truck mixer tiba dilokasi pengecoran. Pengecekan tersebut dilakukan oleh teknisi dari pihak batching plan yang diawasi juga oleh Quality Control pihak kontraktor dan MK yang ditunjuk. Tujuan dari pengecekan nilai slump untuk mengetahui tingkat kekentalan beton agar sesuai dengan mutu yang akan dicapai. Mix desain beton f c = 25 Mpa dan f c = 35 Mpa dengan slump 12±2 diperoleh dari data sekunder. Adapun biaya satuan beton sesuai dengan mix desain dari harga beli (deal) kontraktor kepada batching plan dengan harga Rp. 810.000,- untuk f c = 25 Mpa dan Rp. 940.000,- untuk beton dengan mutu f c = 35 Mpa. Namun untuk pengecoran balok dan pelat pada penelitian ini, hanya menggunkan beton dengan mutu f c = 25 Mpa. 2. Biaya Satuan Upah Berdasarkan pengamatan di lapangan untuk pengecoran menggunakan tower crane pada Gedung APK lantai I dikerjakan oleh 13 pekerja cor dan 1 mandor sesuai dengan data primer yang didapat. 13 pekerja dibagi sesuai dengan tugas masing- masing dengan 1 orang untuk di truck mixer, 1 orang di bucket, 11 orang melakukan pengecoran, memadatkan dan meratakan beton pada balok dan plat lantai. Rata - rata waktu siklus yang dibutuhkan pekerja cor untuk menyelesaikan pengecoran dengan volume 6 m 3 pada lantai I adalah 68.71 menit 32

sesuai dengan perhitungan pada Tabel 4.2.. Adapun analisis biaya upah pekerja untuk masing-masing lantai dihitung bedasarkan : a. Perhitungan produktifitas alat dan tenaga kerja (grup) - Pengecoran balok dan plat Gedung A lantai II Volume pekerjaan Durasi pengamatan Waktu siklus Jumlah tenaga kerja = 6 m3 = 68,71 menit = 588,98 detik 9,81 menit = Mandor + Pekerja = 1 + 13 = 14 orang Produktifitas alat dan tenaga kerja (grup) (pers 2.1) b. Perhitungan koefisien tenaga kerja Koefisien tenaga kerja dihitung berdasarkan jumlah pekerja dibagi dengan produktifitas yang dihasilkan. Perhitungan koefisien tenaga kerja pengecoran Gedung APK lantai I dapat ditabelkan pada Tabel 4.3 Tabel 4.3 Koefisien Tenaga Kerja untuk 1 m 3 Pengecoran dengan Tower Crane Jumlah Tenaga Kerja Produktifitas grup Koefisien tenaga kerja Truck Mandor Pekerja Pekerja (m3/jam) Mandor Pekerja a b c d=a/c e=b/c 1-20 1 13 3,67 0,2725 3,5422 Sumber : Pengolahan Data (2015) 33