Kerangka Acuan Kerja/ Term Of Reference Layanan Pengendalian Penyakit Filariasis Dan Kecacingan Kegiatan Ta : Kementerian Kesehatan RI

dokumen-dokumen yang mirip
GAMBARAN PEMBERIAN OBAT MASAL PENCEGAHAN KAKI GAJAH DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS WELAMOSA KECAMATAN WEWARIA KABUPATEN ENDE TAHUN ABSTRAK

INDIKATOR KINERJA KEGIATAN (IKK)

Kebijakan Penanggulangan Kecacingan Terintegrasi di 100 Kabupaten Stunting

Proses Penularan Penyakit

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan yang disebabkan oleh berjangkitnya penyakit-penyakit tropis. Salah satu

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Pada tahun 2013 jumlah kasus baru filariasis ditemukan sebanyak 24 kasus,

SOP POMP FILARIASIS. Diposting pada Oktober 7th 2014 pukul oleh kesehatan

KERANGKA ACUAN KERJA ( KAK ) KEGIATAN POMP FILARIASIS PUSKESMAS KAWUA

Terlampir. Terlampir

Revisi ke 03 Tanggal : 06 Oktober 2016

BAB 1 : PENDAHULUAN. Filariasis adalah penyakit yang disebabkan oleh cacing filaria yang

Revisi ke 03 Tanggal : 06 Oktober 2016

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA,

2017, No Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 29 Tahun 2004 tentang Praktik Kedokteran (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 116,

Revisi ke 01 Tanggal : 24 Mei 2017

PENYAKIT-PENYAKIT DITULARKAN VEKTOR

SATUAN ACARA PENYULUHAN (SAP) PENYAKIT CACINGAN

RANCANGAN INDIKATOR RENCANA AKSI KEGIATAN UPT BTKLPP

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. menular (emerging infection diseases) dengan munculnya kembali penyakit menular

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Filariasis (penyakit kaki gajah) adalah penyakit menular yang

BAB I PENDAHULUAN. penyakit yang disebabkan oleh infeksi cacing filaria yang penularannya melalui

BAB 1 PENDAHULUAN. dibutuhkan zat gizi yang lebih banyak, sistem imun masih lemah sehingga lebih mudah terkena

BAB 1 PENDAHULUAN. Deklarasi Milenium yang merupakan kesepakatan para kepala negara dan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Filariasis merupakan penyakit zoonosis menular yang banyak

BAB 1 PENDAHULUAN. disebabkan oleh infeksi cacing filaria dan ditularkan oleh berbagai jenis nyamuk.

SURAT PENGESAHAN DAFTAR ISIAN PELAKSANAAN ANGGARAN (SP-DIPA) INDUK TAHUN ANGGARAN 2016 NOMOR : SP DIPA /2016

BAB 1 PENDAHULUAN. penyebarannya melalui media tanah masih menjadi masalah di dalam dunia kesehatan

PERAN KANTOR KESEHATAN PELABUHAN DALAM UPAYA PENINGKATAN PEMBANGUNAN KESEHATAN DI DAERAH

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Kesehatan merupakan sumber kesenangan, kenikmatan dan kebahagiaan,

Penyebab, gejala dan cara mencegah polio Friday, 04 March :26. Pengertian Polio

Rancangan KEPUTUSAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TENTANG

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penyakit Filariasis Limfatik atau penyakit Kaki Gajah merupakan salah

KERANGKA ACUAN KEGIATAN PROGRAM KECACINGAN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) merupakan salah satu

BAB I PENDAHULUAN. Akibat yang paling fatal bagi penderita yaitu kecacatan permanen yang sangat. mengganggu produktivitas (Widoyono, 2008).

BAB I PENDAHULUAN. disebabkan oleh cacing filaria dan ditularkan oleh nyamuk Mansonia, Anopheles,

SURAT PENGESAHAN DAFTAR ISIAN PELAKSANAAN ANGGARAN PETIKAN TAHUN ANGGARAN 2016 NOMOR : SP DIPA /2016

BAB I PENDAHULUAN. menetap dan berjangka lama terbesar kedua di dunia setelah kecacatan mental (WHO,

BUKU PEDOMAN PENGOBATAN MASAL FILARIASIS BAGI BIDAN DESA DAN TENAGA PEMBANTU ELIMINASI

BAB I PENDAHULUAN Latar belakang

Revisi ke 08 Tanggal : 07 Desember 2016

BAB 1 PENDAHULUAN. diarahkan guna tercapainya kesadaran dan kemampuan untuk hidup sehat bagi setiap

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB 1 PENDAHULUAN. Filariasis atau yang dikenal juga dengan sebutan elephantiasis atau yang

1. BAB I PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN. Prioritas pembangunan kesehatan dalam rencana strategis kementerian

KATA PENGANTAR. Kepala Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan. dr. Pattiselanno Roberth Johan, MARS NIP

BAB II HIDUP SEHAT UNTUK MENCEGAH PENYAKIT CACINGAN. merugikan, manusia merupakan hospes (inang) beberapa nematoda

Gambaran Pengobatan Massal Filariasis ( Studi Di Desa Sababilah Kabupaten Barito Selatan Kalimantan Tengah )

BAB 1 PENDAHULUAN. adalah masalah kejadian demam tifoid (Ma rufi, 2015). Demam Tifoid atau

BAB 1 PENDAHULUAN. kaki gajah, dan di beberapa daerah menyebutnya untut adalah penyakit yang

Tuberkulosis Dapat Disembuhkan

Bab I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB 1 PENDAHULUAN. nematoda yang hidup di usus dan ditularkan melalui tanah. Spesies cacing

BAB I PENDAHULUAN. yang disebabkan infeksi cacing filaria yang ditularkan melalui gigitan

Filariasis cases In Tanta Subdistrict, Tabalong District on 2009 After 5 Years Of Treatment

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Malaria merupakan salah satu penyakit menular yang tersebar hampir di beberapa Negara tropis dan subtropis saat

NYAMUK SI PEMBAWA PENYAKIT Selasa,

PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 82 TAHUN 2014 TENTANG PENANGGULANGAN PENYAKIT MENULAR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB 1 : PENDAHULUAN. Berdarah Dengue (DBD). Jumlah penderita dan luas daerah penyebarannya

BAB I PENDAHULUAN. karena adanya interaksi antara manusia dengan lingkungan. Terutama

Kehamilan Resiko Tinggi. Oleh Dokter Muda Ilmu Kesehatan Masyarakat Fakultas Kedokteran Universitas Andalas 2013

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia terbentang antara 6 o garis Lintang Utara sampai 11 o. terletak antara dua benua yaitu benua Asia dan Australia.

Materi Penyuluhan Konsep Tuberkulosis Paru

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang

Ciri-ciri umum cestoda usus

STRUKTUR ORGANISASI KEMENTERIAN KESEHATAN

Pada siklus tidak langsung larva rabditiform di tanah berubah menjadi cacing jantan dan

BAB 1 PENDAHULUAN. Di Indonesia masih banyak penyakit yang merupakan masalah kesehatan,

BAB 1 PENDAHULUAN. ditularkan melalui tanah. Penyakit ini dapat menyebabkan penurunan kesehatan,

BUPATI KUANTAN SINGINGI PROVINSI RIAU

BAB I PENDAHULUAN. harus dipenuhi oleh setiap bangsa dan negara. Termasuk kewajiban negara untuk

Prevalensi pre_treatment

BAB I PENDAHULUAN.

KERANGKA ACUAN PROGRAM PEMBERANTASAN PENYAKIT DIARE

BAB I PENDAHULUAN. 1

PERNYATAAN KESEDIAAN MENJADI RESPONDEN

BAB I PENDAHULUAN. Tenggara. Terdapat empat jenis virus dengue, masing-masing dapat. DBD, baik ringan maupun fatal ( Depkes, 2013).

FAKTOR DOMINAN YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN FILARIASIS DI KOTA PADANG TAHUN

BAB 1 PENDAHULUAN. kesadaran (Rampengan, 2007). Demam tifoid disebabkan oleh bakteri Salmonella

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu upaya pemerintah untuk meningkatkan kesejahteraan. keluarga dengan melaksanakan pembangunan yang berwawasan kesehatan,

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

JUMLAH tahun tahun tahun

KEPUTUSAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR HK.01.07/MENKES/423/2017 TENTANG TIM TEKNIS ADAPTASI DAMPAK PERUBAHAN IKLIM BIDANG KESEHATAN

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Infeksi cacing merupakan salah satu penyakit yang paling umum tersebar dan

BAB I PENDAHULUAN. A. Visi dan Misi. Laporan Kinerja Direktorat PPBB 2015

BAB 1 PENDAHULUAN. Demam Berdarah Dengue (DBD) merupakan salah satu penyakit yang

Analisis Spasial Distribusi Kasus Filariasis di Provinsi Nusa Tenggara Timur Tahun

BAB I PENDAHULUAN. distribusinya kosmopolit, jumlahnya lebih dari spesies, stadium larva

BAB 1 PENDAHULUAN. Mewujudkan misi Indonesia sehat 2010 maka ditetapkan empat misi

BAB I PENDAHULUAN. miliar atau 42% penduduk bumi memiliki risiko terkena malaria. WHO mencatat setiap tahunnya

KUESIONER PENELITIAN SKRIPSI HUBUNGAN PENGETAHUAN PENDERITA TENTANG TUBERKULOSIS PARU DENGAN PERILAKU KEPATUHAN MINUM OBAT

REPUBLIK INDONESIA 2. PRIORITAS NASIONAL KESEHATAN

UPTD PUSKESMAS SURADADI

BAB I PENDAHULUAN. Malaria adalah penyakit infeksi yang disebabkan oleh plasmodium yang

BAB I PENDAHULUAN. negara berkembang termasuk Indonesia (Depkes RI, 2007). dan balita. Di negara berkembang termasuk Indonesia anak-anak menderita

Kuesioner Penelitian Gambaran Perilaku Ibu Hamil dalam Melakukan Perawatan Kehamilan di Desa Manis Kabupaten Asahan Kecamatan Pulau Rakyat Tahun 2016

Transkripsi:

Kerangka Acuan Kerja/ Term Of Reference Layanan Pengendalian Penyakit Filariasis Dan Kegiatan Ta 2018 Kementerian Negara/Lembaga Unit Eselon I/II Program Sasaran Program : Kementerian Kesehatan RI : Direktorat Jenderal P2P Direktorat Pencegahan Dan Pengendalian Penyakit Tular Vektor Dan Zoonotik : Pencegahan Dan Pengendalian Penyakit : Menurunnya Penyakit Menular Dan Tidak Menular, Serta Meningkatnya Kesehatan Jiwa Indikator Kinerja Program : 1. Persentase Cakupan Keberhasilan Pengobatan Pasien TB/Succes Rate (SR) 2. Prevalensi HIV 3. Jumlah Kabupaten/Kota Mencapai Eliminasi Malaria 4. Jumlah Provinsi Dengan Eliminasi Kusta 5. Jumlah Kabupaten/Kota Dengan Eliminasi Filariasis 6. Penurunan Kasus Penyakit Yang Dapat Dicegah Dengan Imunisasi (PD3I) Tertentu 7. Kab/Kota Yang Mampu Melaksanakan Kesiapsiagaan Dalam Penanggulangan Kedaruratan Kesehatan Masyarakat Yang Berpotensi Wabah 8. Persentase Kab/Kota Yang Melaksanakan Kebijakan Kawasan Tanpa Rokok (KTR) Minimal 50 Persen Sekolah 9. Jumlah Kabupaten/Kota Yang Memiliki Puskesmas Yang Menyelenggarakan Upaya Kesehatan Jiwa Kegiatan Sasaran Kegiatan Indikator Kinerja Kegiatan Keluaran (Output) Indikator Keluaran (Output) Volume Keluaran (Output) : 2 Satuan Ukur Keluaran : Kab/Kota (Output) : Pencegahan Dan Pengendalian Penyakit Tular Vektor Dan Zoonotik : Menurunnya Penyakit Tular Vektor Dan Zoonotik : Jumlah Kabupaten/Kota Endemis Filaria Berhasil Menurunkan Angka Mikro filaria Menjadi 1% : Layanan Pengendalian Penyakit Filariaisis Dan : Jumlah Layanan Pengendalian Penyakit Filariaisis Dan A. Latar Belakang a. Dasar Hukum - Undang-Undang No 4 Tahun 1984 tentang Wabah Penyakit Menular; - Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan; - PP No. 40 Tahun 1991 tentang Penanggulangan Wabah Penyakit Menular; - Permenkes RI No. 1501/MENKES/PER/X/2010 tentang Jenis Penyakit Tertentu yang dapat menimbulkan wabah dan upaya penanggulangan; - Permenkes RI No.94 Tahun 2014 tentang Penanggulangan Filariasis; - Perpres No. 30 Tahun 2011 tentang Pengendalian Zoonosis; - International Health Regulatioan (IHR) 2005.

b. Gambaran Umum Filariasis adalah penyakit infeksi yang bersifat menahun, disebabkan oleh cacing Filaria ditularkan oleh nyamuk. Penyakit ini dapat menimbulkan cacat menetap berupa pembesaran kaki, lengan, kantong buah zakar dan payudara. Bisa menyerang semua orang. Provinsi Kepulauan Riau merupakan salah satu daerah endemis Filariasis, oleh sebab itu di selenggarakan kegiatan Program Minum Obat Massal Pencegahan (POMP) Filariasis selama 5 (lima) tahun di Tiga Kabupaten/Kota endemis Filariasis Adapun langkah-langkah dalam kegiatan POMP Filariasis ini dapat dijelaskan sebagai berikut : Pemberian Obat Masal Pencegahan ( POMP ) Filariasis merupakan bagian dari program Eliminasi filariasis, Program eliminasi filariasis terdiri dari : 1. Pendataan Penderita Filariasis Kabupaten/Kota melakukan pendataan penderita Filariasis tahap lanjut (Kronis) dan dilaporkan ke Dinkes Provinsi dan Kementrian Kesehatan. 2. Survey Darah Jari Untuk Kabupaten/Kota yang melaporkan adanya penderita Filariasis dilakukan pemeriksaan darah jari di desa-desa yang dipilih untuk mengetahui adanya penduduk yang mengandung anak cacing filaria dalam tubuhnya. 3. Pemberian Obat Masal Pencegahan Filariasis Di Kabupaten/Kota dengan hasil survey darah jari 1% dilaksanakan kegiatan Pemberian Obat Massal Pencegahan Filariasis (POPMFil) satu kali setahun selama 5 tahun berturutturut, di seluruh wilayah kabupaten/kota tsb. Survey Darah jari Survei darah jari dilakukan beberapa kali di satu kabupaten yang endemis yaitu sebelum program POMP Filariasis, pada tahun ketiga dan setelah pelaksanaan POPM Filariasis di tahun ke lima. Pemeriksaan adanya anak cacing filaria (mikrofilaria) dilakukan untuk semua orang dalam satu wilayah tertentu, baik yang sakit filariasis maupun orang-orang sehat Waktu pemeriksaan dilakukan di malam hari (jam 10 (malam) 2 (dini hari). Karena anak cacing berada di pembuluh darah tepi pada malam hari, di siang hari cacing bersembunyi di pembuluh darah organ dalam Pelaksanaan POMP filariasis Pemberian Obat Masal Pencegahan Filariasis adalah memberikan obat anti filariasis (DEC &Albendazole) kepada semua penduduk di daerah endemis filaria. Manfaat obat anti filariasis atau disebut juga obat pencegahan filariasis Menghentikan perkembangbiakan cacing filariasis Mencegah semua penduduk dari penularan filariasis Melindungi anak anda tertular filariasis Mengobati cacingan Pemberian Obat Masal Pencegahan Filariasis dilakukan terhadap semua penduduk, satu tahun sekali, sedikitnya selama 5 (lima) tahun berturutturut. Dosis obat: UMUR (Tahun) DEC (100 mg) Albendazole (400mg). Sasaran POPM Filariasis Seluruh penduduk yang tinggal di daerah endemis filariasis Penduduk yang ditunda minum obat filariasis adalah : anak-anak usia < 2 tahun ibu hamil Penderita gangguan fungsi hati Penderita gangguan fungsi ginjal orang yang sedang sakit berat sedang menjalani pengobatan intensif penderita filariasis dengan serangan akut (tunggu sampai sembuh) Balita marasmus/kwashiorkor Penduduk usia lanjut (75 tahun lebih) Penderita dalam serangan epilepsi (ayan). Tahap pelaksanaan dan pelaporan POPM Filariasis ( Petugas bersama dengan kader ) Melakukan Penyuluhan kepada masyarakat sebelum kegiatan POPM dilakukan Melakukan Pendataan sasaran dan masyarakat yang ditunda minum obat. Memberikan informasi tentang waktu dan tempat pelaksanaan POPM Membagikan dan mengawasi orang minum obat Kader menandai kolom status minum obat pada buku pendataan penduduk dengan keterangan yang sesuai Kader mencatat, mengawasi dan melaporkan adanya kejadian reaksi pengobatan yang mungkin timbul kepada petugas kesehatan dan langsung dilakukan terapi tindak lanjut oleh tenaga kesehatan Melaporkan hasil POPM Filariasis dan sweeping dari data yang dimasukan ke

dalam buku pendaftaran penduduk Reaksi hasil Pengobatan Obat POPMFil akan membunuh anak cacing dan cacing filarial Cacing yang mati oleh obat POPMFil di dalam tubuh bisa menyebabkan reaksi yang disebut reaksi hasil pengobatan Reaksi hasil pengobatan yang mungkin terjadi adalah: sakit kepala, gata-gatal, mual Reaksi biasanya ringan Jenis-jenis reaksi pengobatan : Pusing/Sakit Kepala, Mual Muntah Demam Sakit Otot & TulangMengantuk / Lemas Diare/Berak-berak Keluar cacing Reaksi terlokalisir : Sekelan (pembesaran kelenjar getah bening) Bisul/Abses, Gatal-gatal Monitoring dan evaluasi POPMFilariasis : Monitoring dan evaluasi untuk POPMFil dilakukan Setelah pemberian obat tahun ketiga, Setelah pemberian obat tahun kelima. Cara dengan survei darah jari.hasil survei darah jari tahun kelima akan diteruskan dengan survei penilaian penularan (TAS) pada anak sekolah. Jika survei penilaian penularan (TAS) hasilnya negatif, maka kabupaten bisa menghentikan POPM Filariasis. adalah penyakit dimana seseorang mempunyai cacing dalam ususnya dan menimbulkan gejala atau tanpa gejala. merupakan masalah kesehatan yang perlu penanganan serius terutama untuk daerah tropis karena cukup banyak penduduk menderita kecacingan. menyebabkan turunnya daya tahan tubuh, terhambatnya tumbuh kembang anak, kurang gizi dan zat besi yang mengakibatkan anemia. 1. Gejala-gejala a. Mengeluarkan cacing pada saat buang air besar atau muntah b. Badan kurus dan perut buncit c. Kehilangan nafsu makan, lemas, lelah, pusing, nyeri kepala, gelisah dan sukar tidur d. Gatal-gatal disekitar dubur terutama malam hari (cacing kremi) e. Pada jenis cacing yang menghisap darah (cacing pita, cacing tambang, cacing cambuk) dapat terjadi anemia. Gejala spesifik untuk tiap jenis cacing adalah a. Gejala penderita cacing kremi (Oxyuris/Entrobius vermicularis) adalah rasa gatal sekitar anus terutama malam hari, gelisah dan sukar tidur. b. Gejala penderita cacing gelang (Askariasis) adalah gangguan lambung, kejang perut diselingi diare, kehilangan berat badan dan demam c. Gejala penderita cacing tambang (Nekatoriasis/Ankilostomiasis) adalah gangguan saluran cerna (mual, muntah, diare dan nyeri ulu hati), pusing nyeri kepala, lemah dan lelah, anemia, gatal di daerah masuknya cacing. 2. Penyebab Cacing penyebab penyakit pada manusia terdiri dari : Cacing gelang (Askariasis lumbriocoides) Cacing cambuk (Tricularis sp) Cacing kremi (Entrobius vermicularia) Cacing tambang (Nekatoria dan ankilostomia) Cacing pita (Taenia sp)trematoda Cacing masuk tubuh manusia dengan berbagai cara. Telur cacing gelang tertelan sewaktu makan makanan yang terkontaminasi oleh kotoran. Sedang larva cacing tambang hidup ditanah dan masuk lewat kulit yang menyebabkan infeksi. Cacing pita dan trematoda sebagian besar siklus hidupnya berada pada binatang dan masuk tubuh manusia karena makan daging/ikan mentah atau

setengah matang. Di Indonesia masalah cacing masih merupakan masalah kesehatan umum, yang paling sering ditemukan adalah cacing gelang dan cacing kremi. Cacing kremi bertelur di sekitar dubur. Telur-telur ini terbawa oleh jari-jari bila penderita menggaruk, kemudian bila tidak dicuci kedua tangan tersebut maka bisa menularkan ke orang lain. Penyebab kecacingan juga biasanya karena makanan, minuman dan lingkungan yang tidak bersih. Pada umumnya yang terjangkit kecacingan adalah anak-anak. Penularan umumnya terjadi melalui makanan dan melalui kulit. 3. Hal Yang Dapat Dilakukan Menjaga kebersihan diri dengan memotong kuku, menggunakan sabun pada waktu mencuci tangan sebelum makan, setelah buang air besar dan pada waktu mandi Menghindari makanan yang telah dihinggapi lalat dan cuci bersih bahan makanan untuk menghindari telur cacing yang mungkin ada serta biasakan memasak makanan dan minuman Menggunakan karbol di tempat mandi Menggunakan alas kaki untuk menghindari sentuhan langsung dengan tanah saat bekerja dihalaman, perkebunan pertanian, pertambangan, dll B. Penerima Manfaat Anak Sekolah Dasar, keluarga dan masyarakat Dinas Kesehatan Provinsi, Kabupaten/ Kota, Puskesmas dan Kader C. Startegi Pencapaian Keluaran 1. Metode Pelaksanaan Kegiatan yang akan dilaksanakan ini dengan swakelola 2. Tahapan Dan Waktu Pelaksanaan 1. Sosialisasi dan Advokasi POPM Filariasis dalam upaya peningkatan cakupan minum obat filariasis Kegiatan ini dilaksanakan dengan swakelola dalam bentuk Pertemuan Sehari. Sosialisasi dan Advokasi ini di rencanakan diadakan di wilayah Provinsi Kepulauan Riau dengan peserta dilintas Sektor dan Lintas Program Terkait. Metode yang digunakan adalah dengan ceramah, diskusi, dan tanya jawab. 2. Evaluasi Pelaksanaan POPM Filariasis Kegiatan ini dilaksanakan secara swakelola dalam bentuk perjalanan dinas untuk memantau hasil pelaksanaan pemberian obat filariasis ke kabupaten yang melaksanaan POMP 3. Pelaksanaan POPM Filariasis kegiatan ini dilaksanakan secara swakelola dalam bentuk perjalanan dinas untuk pelaksanaan POPM filariasis 4. Sosialisasi dan Advokasi POPM Kegiatan ini dilaksanakan dengan swakelola dalam bentuk Pertemuan Sehari. Sosialisasi dan Advokasi ini di rencanakan diadakan di wilayah Provinsi Kepulauan Riau dengan peserta dilintas Sektor dan Lintas Program Terkait. Metode yang digunakan adalah dengan ceramah, diskusi, dan tanya jawab.

5. Pelaksanaan POPM daerah non Endemis Filariasis dan daerah Pasca POPM Filariasis Kegiatan ini dilaksanakan dengan swakelola dalam bentuk kerja lapangan dengan melakukan Pemberian obat massal berupa obat Albendazole secara massal direncanakan akan diadakan di wilayah Provinsi Banten. dengan dbantu oleh Dinkes Provinsi, Dinkes Kab/Kota, Puskesmas dan Kader Terkait yang akan melakukan Kegiatan POPM No Kegiatan Waktu Pelaksanaan 1 Sosialisasi dan Advokasi POPM Filariasis dalam upaya peningkatan cakupan minum obat filariasis 2 Evaluasi Pelaksanaan POPM Filariasis 3 Pelaksanaan POPM Filariasis 4 Sosialisasi dan Advokasi POPM 5 Pelaksanaan Pemberian POPM Jan Fe b Mar Apr Mei Jun Jul Agt Sep Okt Nov Des D. Kurun Waktu Pencapaian Keluaran Keluaran dari kegiatan ini direncanakan dapat diperoleh pada kurun waktu Mei s.d Desember tahun 2018. E. Biaya Yang Diperlukan Biaya pelaksanaan kegiatan dibebankan pada dana APBN Dekonsentrasi DIPA dengan rincian sebagai berikut : - Transportasi petugas provinsi ke kabupaten/kota mengacu pada PERGUB KEPRI No. Kab/Kota Transportasi 1. Tanjungpinang Rp 250.000 - Darat Laut Udara

2. Batam Rp 460.000 Rp 200.000; 3. Karimun - Rp 800.000 4. Lingga Rp 800.000 5. Natuna Rp 460.000 Rp 200.000; Rp 4.000.000 6. Anambas Rp 460.000 Rp 200.000; Rp. 4.000.000 - Pengiriman logistik - No. Kako Harga/kg Rata2 pengiriman/paket 1. Tanjungpinang Rp 7.000 50 kg 2. Batam Rp 10.000 50 kg 3. Karimun Rp 23.000 50 kg 4. Lingga Rp 25.000 50 kg 5. Natuna Rp 35.000 50 kg 6. Anambas Rp 28.000 50 kg 7. Bintan Rp 20.000 50 kg 8. Total Rp 15.000.000; Provinsi Kepulauan Riau Tahun 2018 sebesar Rp. 1.843.461.000, Rincian lebih lanjut atas biaya tersebut disajikan tersendiri dalam Rencana Anggaran Biaya (RAB). KEPALA DINAS KESEHATAN PROVINSI KEPULAUAN RIAU Dr. H. TJETJEP YUDIANA, M.Kes NIP. 19600630 198303 1 013