PENGARUH KEAKTIFAN OLAH RAGA SENAM JANTUNG SEHAT TERHADAP TEKANAN DARAH PADA LANJUT USIA HIPERTENSI DI KLUB SENAM JANTUNG SEHAT MERTOYUDAN MAGELANG

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. Indonesia adalah meningkatnya usia harapan hidup (UHH) manusia. Indonesia. Hampir setiap tahunnya negara Indonesia selalu menempati

BAB I PENDAHULUAN. lingkungan untuk dapatbertahan hidup. (Nugroho,2008). struktur dan jumlah penduduk lanjut usia setelah RRC, India, dan Amerika

SKRIPSI. DiajukanSebagai Salah Satu Syarat Untuk Meraih Gelar sarjana Keperawatan. Oleh: JOKO PURNOMO J

BAB I PENDAHULUAN. dengan meningkatnya taraf hidup dan pelayanan kesehatan. Berdasarkan

populasi yang rentan atau vulnerable sebagai akibat terpajan risiko atau akibat buruk dari masalah kesehatan dari keseluruhan populasi (Stanhope dan

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan kesehatan menuju hidup sehat 2010 yaitu meningkatkan

BAB I PENDAHULUAN. lansia meningkat secara konsisten dari waktu ke waktu (Dinkes, 2011).

HUBUNGAN PENGETAHUAN LANSIA TENTANG OSTEOPOROSIS DENGAN PERILAKU MENGKONSUMSI MAKANAN BERKALSIUM DI PANTI WREDHA X YOGYAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. gizi terjadi pula peningkatan kasus penyakit tidak menular (Non-Communicable

HUBUNGAN PENGETAHUAN HIPERTENSI DENGAN POLA HIDUP SEHAT LANSIA DI UNIT REHABILITASI SOSIAL PUCANG GADING SEMARANG ABSTRAK

BAB I PENDAHULUAN. sangat pesat, baik di negara maju maupun di negara berkembang. Kemajuan

BAB I PENDAHULUAN. Jepang 129%, Jerman 66%, dan Swedia 33% (Depkes,2003). Indonesia termasuk salah satu negara Asia yang pertumbuhan penduduk

BAB I PENDAHULUAN. Pola penyakit yang diderita masyarakat telah bergeser ke arah. penyakit tidak menular seperti penyakit jantung dan pembuluh darah,

BAB I PENDAHULUAN. telah mewujudkan hasil yang positif di berbagai bidang, yaitu adanya. dan bertambah cenderung lebih cepat (Nugroho, 2000).

BAB I PENDAHULUAN. (Armilawati, 2007). Hipertensi merupakan salah satu penyakit degeneratif

BAB I PENDAHULUAN. terjadi peningkatan secara cepat pada abad ke-21 ini, yang merupakan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. meningkatkan kualitas hidup manusia, baik kemajuan dalam bidang sosioekonomi

I. PENDAHULUAN. WHO (2006) menyatakan terdapat lebih dari 200 juta orang dengan Diabetes

BAB I PENDAHULUAN. hiperglikemi yang berkaitan dengan ketidakseimbangan metabolisme

BAB 1 PENDAHULUAN. Indonesia populasi lanjut usia juga mengalami peningkatan (Tanaya, 1997).

BAB 1 PENDAHULUAN. sebagai istilah bergesernya umur sebuah populasi menuju usia tua. (1)

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu dari aktifitas olahraga aerobik yang memasyarakat adalah

BAB I PENDAHULUAN. psikologis dan sosial. Hal tersebut menimbulkan keterbatasan-keterbatasan yang

BAB 1 PENDAHULUAN. Penyakit yang berkaitan dengan faktor penuaanpun meningkat, seiring

BAB I PENDAHULUAN. jantung koroner (untuk pembuluh darah jantung) dan hipertrofi/left ventricle

BAB I PENDAHULUAN. semakin meningkatnya angka harapan hidup (life expectancy); semakin banyak

BAB I PENDAHULUAN. perubahan struktur umur penduduk yang ditunjukkan dengan meningkatnya jumlah

BAB I PENDAHULUAN. masalah ganda (Double Burden). Disamping masalah penyakit menular dan

BAB I PENDAHULUAN. menular (PTM) yang meliputi penyakit degeneratif dan man made diseases.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Hipertensi merupakan suatu keadaan terjadinya peningkatan tekanan

2016 GAMBARAN PENGETAHUAN WANITA LANJUT USIA TENTANG DIET HIPERTENSI DI PANTI SOSIAL TRESNA WREDHA BUDI PERTIWI BANDUNG.

BAB 1 PENDAHULUAN. perdarahan atau non perdarahan (Junaidi Iskandar, 2002: 4).

HUBUNGAN ANTARA GAYA HIDUP DENGAN TINGKAT KETERGANTUNGAN DALAM AKTIVITAS KEHIDUPAN SEHARI HARI LANSIA DI KELURAHAN KOPEN TERAS BOYOLALI

HUBUNGAN OLAHRAGA TERHADAP TEKANAN DARAH PENDERITA HIPERTENSI RAWAT JALAN DI RUMAH SAKIT PKU MUHAMMADIYAH SURAKARTA NASKAH PUBLIKASI

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Miftahul Rohmawati, 2015

BAB I PENDAHULUAN. berkembang yang memiliki angka harapan hidup penduduk semakin

BAB I PENDAHULUAN. penyakit degeneratif akan meningkat. Penyakit degeneratif yang sering

BAB I PENDAHULUAN. diabetes mellitus semakin meningkat. Diabetes mellitus. adanya kadar glukosa darah yang tinggi (hiperglikemia)

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Hipertensi atau tekanan darah tinggi merupakan salah satu

PENDERITA JANTUNG MENJADI BUGAR MELALUI OLAHRAGA

BAB I PENDAHULUAN. degeneratif seperti jantung koroner dan stroke sekarang ini banyak terjadi

BAB I PENDAHULUAN. alami yang dialami oleh semua makhluk hidup. Di Indonesia, hal-hal yang

BAB 1 PENDAHULUAN. Pembangunan kesehatan adalah upaya yang dilaksanakan oleh semua komponen

EFEKTIVITAS DAN KENYAMANAN TRANCUTANEUS ELECTRICAL NERVE STIMULATION (TENS) DALAM MENGURANGI NYERI KRONIK MUSKULOSKELETAL PADA USIA LANJUT

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan, temasuk penemuan obat-obatan seperti antibiotik yang mampu

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Usia harapan hidup orang Indonesia semakin meningkat seiring

2013 GAMBARAN PENGETAHUAN TENTANG PENYAKIT REUMATIK PADA WANITA LANJUT USIA DI PANTI SOSIAL TRESNA WREDHA BUDI PERTIWI BANDUNG

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Ada sekitar 1 milyar penduduk di seluruh dunia menderita hipertensi,

GIZI DAUR HIDUP: Gizi Lansia/Manula

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Keberhasilan pemerintah dalam pembangunan Nasional telah mewujudkan

BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN

PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. pada beban ganda, disatu pihak penyakit menular masih merupakan

BAB I PENDAHULUAN. Keberhasilan pemerintah dalam pembangunan nasional dapat dilihat dari

BAB I PENDAHULUAN. masih cukup tinggi (Paramurthi, 2014). Pada tahun 2014, lebih dari 1,9 miliar

BAB I PENDAHULUAN. terjadi pada berbagai kalangan, terjadi pada wanita dan pria yang berumur. membuat metabolisme dalam tubuh menurun, sehingga proses

BAB I PENDAHULUAN. pencegahan penyakit dan pelayanan kesehatan mengakibatkan. meningkatnya usia harapan hidup manusia (life expectancy).

PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENGANTAR. menjadi faktor resiko ketiga terbesar penyebab kematian dini (Kartikasari A.N.,

BAB 1 PENDAHULUAN. Pembangunan kesehatan adalah upaya yang dilaksanakan oleh semua

BAB I PENDAHULUAN. Tahun 2020 Indonesia diperkirakan merupakan negara urutan ke-4

BAB I PENDAHULUAN. tubuh untuk beradaptasi dengan stress lingkungan. Penurunan tersebut

BAB I PENDAHULUAN. terus menerus mengalami peningkatan. Hal ini terlihat dari data WHO

HUBUNGAN LAMA KERJA DAN POLA ISTIRAHAT DENGAN DERAJAT HIPERTENSI DI POLI PENYAKIT DALAM RSUD ULIN BANJARMASIN

BAB I PENDAHULUAN. morbiditas dan mortalitas. Menurut The Seventh Report of The Joint National

BAB I PENDAHULUAN. atau tekanan darah tinggi (Dalimartha, 2008). makanan siap saji dan mempunyai kebiasaan makan berlebihan kurang olahraga

BAB I PENDAHULUAN. berupa pembengkakan yang disertai nyeri pada bagian-bagian tubuh seperti lutut, jari

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. pesat. Penyakit degeneratif biasanya disebut dengan penyakit yang

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit asam urat atau biasa dikenal sebagai gout arthritis merupakan

BAB I PENDAHULUAN. sedangkan penyakit non infeksi (penyakit tidak menular) justru semakin

BAB 1 PENDAHULUAN. pemerintah untuk menyejahterakan kehidupan bangsa. Pembangunan suatu bangsa

BAB I PENDAHULUAN. 11,34% atau tercatat 28,8 juta orang, yang menyebakan jumlah penduduk

PERBEDAAN LINGKUP GERAK SENDI FUNGSIONAL TRUNK PADA LANSIA DI POSYANDU ASOKA DAN POSYANDU JAGA RAGA VII

BAB I PENDAHULUAN. fungsi organ tubuh tetapi lansia tetap dapat menjalani hidup sehat. Salah satu

BAB I PENDAHULUAN. bertambah dan pertambahan ini relatif lebih tinggi di negara berkembang,

BAB 1 PENDAHULUAN. transisi epidemiologi. Secara garis besar proses transisi epidemiologi adalah

SKRIPSI. Disusun Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Gelar Sarjana Sains Terapan Fisioterapi. Disusun Oleh:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Taufik Hidayat, 2013

PENGARUH TIPE KEPRIBADIAN DENGAN DERAJAT HIPERTENSI PADA PASIEN HIPERTENSI WANITA USIA TAHUN DI PUSKESMAS GILINGAN SURAKARTA SKRIPSI

SENAM TAI CHI TERHADAP FLEKSIBILITAS PUNGGUNG LANSIA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

WIJI LESTARI J

BAB I PENDAHULUAN. tahun. Lanjut usia biasanya mengalami perubahan-perubahan fisik yang wajar,

BAB I PENDAHULUAN. 7%, sehingga Indonesia mulai masuk dalam kelompok negara berstruktur

BAB I PENDAHULUAN. kematian umum, angka kematian bayi, dan angka kelahiran. Hal ini. meningkatnya jumlah penduduk golongan lanjut usia.

BAB I PENDAHULUAN. Pola penyakit saat ini telah mengalami perubahan yaitu adanya transisi

PENGARUH SENAM AEROBIK INTENSITAS RINGAN DAN SEDANG TERHADAP PENURUNAN PERSENTASE LEMAK BADAN DI AEROBIC AND FITNESS CENTRE FORTUNA SKRIPSI

BAB I PENDAHULUAN. telah meningkatkan kualitas hidup manusia dan menjadikan rata-rata umur

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. dari persentase pria dan wanita dari penduduk lanjut usia berdasarkan estimasi

BAB 1 PENDAHULUAN. secara tidak langsung dapat meningkatkan angka usia harapan hidup. Di tahun

BAB I PENDAHULUAN. pada abad ini. Dijelaskan oleh WHO, di dunia penyakit tidak menular telah

EKA SETYAWAN J Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Meraih Derajat Sarjana S-1 Keperawatan. Disusun oleh:

UKDW BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Manusia terus mengalami pertumbuhan dan perkembangan sejak bayi,

I. PENDAHULUAN. usia harapan hidup. Dengan meningkatnya usia harapan hidup, berarti semakin

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. penyakit infeksi ke penyakit tidak menular ( PTM ) meliputi penyakit

Transkripsi:

PENGARUH KEAKTIFAN OLAH RAGA SENAM JANTUNG SEHAT TERHADAP TEKANAN DARAH PADA LANJUT USIA HIPERTENSI DI KLUB SENAM JANTUNG SEHAT MERTOYUDAN MAGELANG SKRIPSI Untuk memenuhi sebagian persyaratan Meraih Derajat Sarjana S-1 Keperawatan Disusun oleh : DYAN EKA SAPUTRI J 210 040 034 FAKULTAS ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA 2009

1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Seiring dengan keberhasilan pemerintah dalam pembangunan nasional telah mewujudkan hasil yang positif di berbagai bidang. Keberhasilan tersebut misalnya tercapainya kemajuan di bidang ilmu pengetahuan dan teknologi, terutama dibidang medis atau ilmu kedokteran dan keperawatan. Hal tersebut dapat dibuktikan dengan meningkatnya kualitas kesehatan penduduk serta meningkatnya umur harapan hidup. Peningkatan umur harapan hidup berarti bertambah pula populasi lanjut usia (lansia). Penduduk indonesia telah mengalami transisi demografi sejalan dengan transisi penduduk tersebut penduduk diatas umur 60 tahun atau penduduk lansia semakin meningkat baik jumlah maupun prosentasenya. Kalau jumlah penduduk lansia pada tahun 1970 baru 3 juta maka pada tahun 2007 jumlahnya mencapai 17 juta atau meningkat hampir 6 kali lipat. Karena pengaruh pembangunan dalam bidang kesehatan, pendidikan dan keluarga berencana, pertambahan penduduk lansia ini dibarengi pula dengan perubahan ciri ciri penduduk lansia yang semakin sehat dan berpendidikan lebih tinggi serta memiliki pengalaman dan kemampuan dalam suatu keahlian dan kegiatan tertentu (Hipprada, 2007). Saat ini di seluruh dunia jumlah lansia diperkirakan dengan usia rata rata 60 tahun ada 500 juta dan diperkirakan pada tahun 2025 akan mencapai 1

2 1,2 milyar (Nugroho, 2000). Transisi demografi pada kelompok lansia terkait dengan status kesehatan lansia yang lebih terjamin, usia harapan hidup lansia lebih tinggi dibanding masa masa sebelumnya. Pertambahan jumlah lansia di Indonesia dalam kurun waktu tahun 1990 2025, tergolong tercepat di dunia dengan jumlah lansia sebesar 414% (Kinsella & Taeuber cit Darmojo, 2000). Pertambahan penduduk lansia secara bermakna akan disertai oleh berbagai masalah dan akan mempengaruhi berbagai aspek kehidupan lansia, baik dalam individu maupun bagi keluarga dan masyarakat antara lain meliputi fisik, biologis dan mental. Mengingat lansia merupakan salah satu kelompok rawan dalam keluarga, pembinaan lansia sangat memerlukan perhatian khusus sesuai keberadannya. Usaha untuk memperbaiki fungsi organ dapat ditempuh dengan cara aktivitas fisik atau olah raga yang teratur dan berkesinambungan (Wirakusumah, 2000). Pergeseran struktur demografi dan peningkatan rata rata usia harapan hidup, tidak hanya membawa konsekuensi bertambahnya usia lanjut (60 tahun ke atas) juga mempunyai implikasi pada problematik sosial yang ditimbulkanya seperti penyakit jantung, stroke, hipertensi. Di satu sisi memasuki usia lanjut melewati proses alamiah menuju perubahan gaya hidup, berhubungan dengan faktor fisik, mental dan sosial pada diri lanjut usia yang mengalami penurunan. Membicarakan mengenai status kesehatan para lansia tentang penyakit atau keluhan yang umum diderita adalah penyakit reumatik, hipertensi,

3 penyakit jantung, penyakit paru, diabetes mellitus, paralysis / lumpuh separuh badan, patah tulang dan kanker. Penyakit penyakit tersebut lebih banyak diderita/ dikeluhkan wanita daripada kaum pria, kecuali bronkhitis yang di pengaruhi oleh kebiasaan merokok (Darmojo, 2006). Penyakit pada lansia sebagian besar disebabkan oleh proses degeneratif dan menurut Survei Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) tahun 1980 angka kesakitan pada usia 55 tahun ke atas sebesar 25,7% dan pada tahun 1986 sebesar 15,1% data selanjutnya dari SKRT tahun 1995 menyebutkan angka kesakitan pada usia 45 59 tahun sebesar11,6% dan diatas 60 tahun sebesar 9,2%. Hasil SKRT tahun 1995 menunjukkan prevalensi penyakit hipertensi atau tekanan darah tinggi di Indonesia cukup tinggi, yaitu 83 per 1.000 anggota rumah tangga. Pada umumnya perempuan lebih banyak menderita hipertensi dibandingkan dengan pria (Dep Kes RI, 2000). Selain penyakit diatas pada lansia terjadi penurunan massa otot serta kekuatannya, laju denyut jantung maksimal, toleransi latihan, kapasitas aerobik dan terjadinya peningkatan lemak tubuh. Perhatian khusus harus disesuaikan secara individual dan dengan tujuan yang khusus pada individu tersebut (Martono, 2006). Usia bertambah tingkat kesegaran jasmani akan turun. Penurunan kemampuan akan semakin terlihat setelah umur 40 tahun, sehingga saat lanjut usia kemampuan akan turun antara 30 50% oleh karena itu bila para lanjut usia berolahraga harus memilih sesuai dengan umur dan kemungkinan adanya penyakit (Darmojo, 2006). Diberikan dengan patokan antara lain beban yang

4 ringan atau sedang, waktu relatif lama bersifat aerobik tidak kompetisif contohnya jalan kaki dengan segala bentuk permainan yang ada unsur jalan kaki (Pudjiastuti, 2003). Dalam melakukan olah raga ada tiga hal yang perlu diperhatikan, yaitu intensitas, durasi, dan frekuensi. Intensitas adalah keras atau ringannya sebuah latihan. Lalu durasi dalam melakukan olah raga harus mencapai 45 60 menit, dan frekuensinya tiga kali seminggu. Semua itu dapat mencegah penyakit degeneratif yang umum terjadi pada lansia seperti hipertensi. Faktor pemicu hipertensi dapat dibedakan atas yang tidak dapat dikontrol (seperti keturunan, jenis kelamin, dan umur) dan yang dapat dikontrol (seperti kegemukan, kurang olahraga, merokok, serta konsumsi alkohol, dan garam). Hipertensi dapat dicegah dengan pengaturan pola makan yang baik dan aktivitas fisik yang cukup (seperti olah raga secara teratur) (Astawan, 2005). Menurut Hardin (2006), peneliti dari Arthritis Foundation, Atlanta, AS, olah raga membuat berat badan turun dan ini baik bagi sendi agar tidak kaku dan otot lebih kuat. Maka olah raga yang disarankan untuk para lansia antara lain berjalan kaki, yoga, tai chi, senam, aerobik dan olah raga ringan lainnya. Selain olah raga dapat juga mengkonsumsi ikan yang baik untuk kesehatan persendian, terutama ikan laut dalam, seperti tuna atau salmon. Karena kebanyakan lansia terserang nyeri radang sendi akibat gejala reumatik. Ditinjau dari kecenderungan masalah berbagai penyakit pada lanjut usia merupakan golongan yang rawan terhadap masalah penyakit degeneratif

5 seperti hipertensi. Karena pada lanjut usia terjadi penurunan kegiatan sel sel tubuh, maka perlu mendapat keseimbangan dari kebutuhan dalam memperbaiki fungsi organ dengan cara olah raga yang teratur. Dalam upaya pemerataan pelayanan kesehatan bagi seluruh penduduk khususnya lanjut usia maka dilakukan pembinanan kesehatan lansia yang bertujuan meningkatkan derajat kesehatan agar selama mungkin dapat aktif, mandiri dan berguna. Meningkatnya penduduk lanjut usia akan menimbulkan permasalahan antara lain teknis, mental psikologi dan sosial ekonomi sehingga memerlukan pelayanan khusus termasuk pelayanan kesehatan (DepKes RI, 1998). Menurut Ismuningrum (PKBI, 2002) secara biologis, ketuaan menjadikan manusia rentan terhadap berbagai penyakit. Demikian pula lansia yang kesehatannya rentan karena menurunnya fungsi organ tubuh dan berbagai perubahan fisik. Penurunan ini terjadi pada semua tingkat seluler, organ dan sistem. Produksi zat zat untuk daya tahan tubuh termasuk produksi hormon, enzim dan sebagainya akan menurun seiring dengan bertambahnya usia. Melihat kondisi yang telah dipaparkan diatas sangat jelas dibutuhkan perhatian dan pelayanan kesehatan yang intensif dan berkesinambungan, yang harus diberikan kepada penduduk lanjut usia hal tersebut agar lanjut usia dimasa tuanya menjadi lansia yang sehat, berguna bagi masyarakat sekitarnya, merasa bahagia dan sejahtera secara fisik, mental dan spiritual.

6 Perhatian pemerintah terhadap keberadaan penduduk lansia semakin meningkat dengan dicanangkan Hari Lanjut Usia Nasional pada tanggal 29 Mei 1996 oleh Presiden RI, hal tersebut merupakan sisi positif yang dapat menunjang upaya pembinaan lanjut usia (Darmojo, 1999). Senam jantung sehat telah banyak dilakukan oleh instansi atau organisasi yang berkompeten dan menaruh minat terhadap pengembangan lansia seperti di daerah Mertoyudan yang merupakan wadah yang dibentuk oleh masyarakat untuk melakukan kegiatan olah raga khususnya bagi lanjut usia. Jumlah lanjut usia berdasarkan data 1 bulan terakhir yang mengikuti kegiatan olah raga sebanyak 125 lanjut usia, menyadari semakin besar jumlah lanjut usia sebagai salah satu hasil pembangunan nasional bidang kesehatan yaitu menurunkan angka kematian umum dan kematian bayi. Keberhasilan tersebut membantu peningkatan umur harapan hidup. Berdasarkan Susenas 2007 di propinsi Jawa Tengah lanjut usia (berusia lebih dari 60 tahun) berjumlah 1.894.293 orang atau 16,53 % dan di Magelang berjumlah 8.580 orang atau 13,54 %. Menurut data yang peneliti peroleh di Klub Senam Jantung Sehat Mertoyudan Magelang dengan hasil skrining terdapat 29 anggota yang menderita hipertensi dari 125 anggota. Dengan demikian penting untuk diteliti mengenai adanya pengaruh keaktifan olah raga senam jantung sehat terhadap tekanan darah pada lanjut usia hipertensi di klub senam jantung sehat Mertoyudan Magelang

7 B. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang tersebut maka masalah yang dapat dirumuskan adalah, Apakah ada Pengaruh Keaktifan Olah Raga Senam Jantung Sehat Terhadap Tekanan Darah Pada Lanjut Usia Hipertensi di Klub Senam Jantung Sehat Mertoyudan Magelang. C. Tujuan Penelitian 1. Tujuan umum Untuk mengetahui tekanan darah pada lansia hipertensi dengan adanya pengaruh olah raga senam jantung sehat di klub senam jantung sehat Mertoyudan magelang. 2. Tujuan khusus a. Untuk mengetahui deskripsi tekanan darah pada lansia setelah berolah raga di klub senam jantung sehat Mertoyudan Magelang. b. Untuk mengetahui keaktifan olah raga senam jantung sehat pada lansia di klub senam jantung sehat Mertoyudan Magelang. c. Untuk mengetahui pengaruh olah raga terhadap tekanan darah pada lansia di klub senam jantung sehat Metoyudan Magelang. D. Manfaat Penelitian 1. Bagi Penulis Dapat menambah pengalaman bagi penulis di dalam menerapan ilmu pengetahuan yang pernah penulis dapat di bangku kuliah.

8 2. Bagi Pemerintah Penelitian ini dapat sebagai masukan bagi pemerintah untuk memperhatikan penderita hipertensi tentang pentingnya olah raga bagi kesehatan. 3. Bagi Klub Senam Jantung Sehat Hasil penelitian ini diharapkan dapat ditingkatkan dalam latihan olah raga secara rutin untuk menjaga kondisi kesehatan para lansia khususnya penderita hipertensi. E. Keaslian Penelitian Hubungan Pelaksanaan Senam Lansia Dengan Tingkat Kebugaran di Panti Wreda Pakem Sleman, dengan peneliti Fitria Astuti pada tahun 2004. Metode yang digunakan penelitian survey research metodologi dengan pendekatan cross sectional. Total sampel yang digunakan 76 orang. Hasil didapatkan ada hubungan antara senam lansia dengan kebugaran. Perbedaan dengan penelitian ini adalah metode yang digunakan penulis kuasi eksperimen dengan deskriptif komparatif metode survey, post test only design.