BAB II KAJIAN PUSTAKA. mengetahui hal-hal baru serta dapat mengerti dan memahami tentang sesuatu

dokumen-dokumen yang mirip
BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Menurut UU Nomor 20 tahun 2003 tentang Sisdiknas, pembelajaran adalah proses

II. KAJIAN PUSTAKA. dari diri siswa hasil belajar merupakan puncak proses belajar.

jadikan sebagai indikator aktivitas belajar siswa adalah:

KAJIAN PUSTAKA. makna tersebut dapat dilakukan oleh siswa itu sendiri atau bersama orang

BAB II KAJIAN PUSTAKA. tinggi antara guru dengan siswa ataupun dengan siswa itu sendiri. Hal ini akan

TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR. Pembelajaran kooperatif merupakan bentuk pengajaran dimana para siswa bekerja

BAB II KAJIAN PUSTAKA. dengan tujuan dan bahan acuan interaksi. Di dalamnya dikembangkan

BAB. II KAJIAN PUSTAKA

MODEL PEMBELAJARAN TEMATIK SD KELAS I-III

I. KAJIAN PUSTAKA. dilakukan organisme termasuk tindakan, pikiran, atau perasaan dapat dan harus

BAB II KAJIAN PUSTAKA. siswa yang tidak tergolong dalam berbagai kegiatan kelompoknya, tetapi siswa ini

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Secara umum, semua aktivitas yang melibatkan psiko-fisik yang menghasilkan

PEMBELAJARAN TEMATIK TERPADU

BAB II KAJIAN PUSTAKA. A. Model Pembelajaran Contextual Teaching And Learning (CTL) 1. Pengertian Contextual Teaching And Learning (CTL)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. bertanya, mengajukan pendapat, dan menimbulkan diskusi dengan guru.

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Model pembelajaran kooperatif merupakan suatu model pembelajaran yang

BAB II KAJIAN PUSTAKA. belum diketahui serta memaksimalkan potensi yang dimiliki seseorang.

II. TINJAUAN PUSTAKA. TTW merupakan model pembelajaran kooperatif dimana perencanaan dari

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. pesan (Sadiman, 2002: 6). Secara umum alat peraga pembelajaran dalam

BAB II KAJIAN PUSTAKA. dilakukan atau kegiatan-kegiatan yang terjadi pada fisik maupun non-fisik, merupakan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. memecahkan suatu permasalahan yang diberikan guru.

BAB II KAJIAN PUSTAKA. adalah berbuat, berbuat untuk mengubah tingkah laku, jadi melakukan. dapat menunjang hasil belajar (Sadirman, 1994: 99).

BAB II KAJIAN PUSTAKA

KAJIAN PUSTAKA. mendalam mengenai makna hasil belajar, akan dibahas. Menurut Dimyati dan Mudjiono (2006: 3), hasil belajar merupakan hasil dari

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Kata media berasal dari bahasa latin yaitu medium yang secara harfiah berarti

II. TINJAUAN PUSTAKA. perubahan tingkah laku pada diri sendiri berkat pengalaman dan latihan.

II. TINJAUAN PUSTAKA. Kreativitas menurut para ahli psikologi penjelasannya masih berbeda-beda

PENINGKATAN AKTIVITAS BELAJAR SISWA KELAS IV PADA TEMA INDAHNYA NEGERIKU MELALUI PENDEKATAN SCIENTIFC DI SDN 07 SUNGAI AUR PASAMAN BARAT ABSTRACT

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Biologi berasal dari bahasa yunani, yaitu dari kata bios yang berarti

II. TINJAUAN PUSTAKA. Model pembelajaran mempunyai andil yang cukup besar dalam kegiatan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Model pembelajaran kooperatif merupakan suatu model pembelajaran di mana

II. TINJAUAN PUSTAKA. Pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw mengajarkan siswa untuk bekerjasama

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Secara umum menurut Gagne dan Briggs (2009:3) yang disebut konstruktivisme

II. TINJAUAN PUSTAKA. kemempuan belajar sendiri atau melakukan aktivitas seluas-luasnya kepada

KURIKULUM 2013 KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN 2015

II. TINJAUAN PUSTAKA. juga mengalami sehingga akan menyebabkan proses perubahan tingkah laku pada

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan sebagai

BAB II KAJIAN PUSTAKA. tepat untuk diterapkan guna mencapai apa yang diharapkan yaitu menciptakan manusia

II. TINJAUAN PUSTAKA. Rosenberg (dalam Surjono, 2009: 3), mendefinisikan e-learning sebagai

BAB.II. KAJIAN PUSTAKA. seseorang, sehinga menyebabkan munculnya perubahan prilaku (Wina Sanjaya,

II. TINJAUAN PUSTAKA. belajar anggota lainnya dalam kelompok tersebut. Sehubungan dengan pengertian

I. TINJAUAN PUSTAKA. tersebut bukan diperoleh langsung dari proses pertumbuhan seseorang secara

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Belajar merupakan kegiatan esensial dalam pembelajaran, juga terkait dengan

II. TINJAUAN PUSTAKA. Model pembelajaran kooperatif saat ini banyak diterapkan oleh guru dalam

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Pembelajaran model koooperatif tipe STAD merupakan salah satu

II. TINJAUAN PUSTAKA. Model dimaknakan sebagai objek atau konsep yang digunakan untuk

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. belajar. Pada prinsipnya belajar adalah berbuat, tidak ada belajar jika tidak

II. TINJAUAN PUSTAKA. mampu merangsang peserta didik untuk menggali potensi diri yang sebenarnya

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Karakteristik Perkembangan anak usia kelas awal SD

BAB I PENDAHULUAN. pada tahun-tahun awal kehidupan anak. Sekitar 50% variabilitas kecerdasan

II. TINJAUAN PUSTAKA. dapat membawa hasil atau berdaya guna. Efektif juga dapat diartikan dengan

II. TINJAUAN PUSTAKA. Salah satu model dalam pembelajaran kooperatif adalah TSTS, di dalam

BAB II KAJIAN PUSTAKA. seperti peningkatan kecakapan, pengetahuan, sikap, kebiasaan, pemahaman,

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. menuju ke arah yang lebih baik. Menurut Hamalik (2001: 37) belajar

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. setiap manusia memiliki kemampuan yang berbeda-beda tergantung pada usia

II. TINJAUAN PUSTAKA. Huda (2014) mengatakan bahwa tidak semua belajar kelompok bisa dianggap

II. TINJAUAN PUSTAKA. satunya adalah metode diskusi. Hasibuan dan Moedjiono (2004:20) mengatakan

Oleh Saryana PENDAHULUAN

II. TINJAUAN PUSTAKA. Pembelajaran kooperatif merupakan pemanfaatan kelompok kecil dua hingga

TINJAUAN PUSTAKA. Banyak orang belum mengetahui apa itu leaflet dan apa perbedaannya dengan

II. TINJAUAN PUSTAKA. Efektivitas pembelajaran yaitu terlaksana tidaknya suatu perencanaan

II. TINJAUAN PUSTAKA. Pembelajaran kooperatif merupakan model pembelajaran yang mengacu pada

II. TINJAUAN PUSTAKA. Keberhasilan belajar tidak akan tercapai begitu saja jika pembelajaran tidak

BAB II KAJIAN PUSTAKA

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN PBL UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR MAHASISWA PENDIDIKAN TATANIAGA

Noflion 1, Pebriyenni 1, Hendra Hidayat 1. Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Bung Hatta

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. Komunikasi akan lancar apabila perbendaharaan katanya cukup memadai. Hal ini

MODEL PEMBELAJARAN TEMATIK UNTUK SISWA SD KELAS AWAL

II. TINJAUAN PUSTAKA. Kata media berasal dari bahasa latin medius yang secara harfiah berarti

KAJIAN PUSTAKA. Aktivitas mengikuti proses pembelajaran meliputi mendengarkan

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa memiliki peranan penting dalam kehidupan manusia, karena

MODEL PEMBELAJARAN TEMATIK SD KELAS I-III. Sosialisasi KTSP

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN INTERAKTIF DALAM IPS

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Seorang guru SD yang akan mengajarkan matematika kepada siswanya,

JURNAL PENDIDIKAN MATEMATIKA

BAB II KERANGKA TEORITIS. Perubahan tersebut mencakup aspek tingkah laku, keterampilan dan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. siswa tidak cukup hanya mendengarkan dan mencatat seperti yang sering

II. TINJAUAN PUSTAKA. dan sasarannya. Sutikno (2005: 29) mengemukakan bahwa pembelajaran efektif

BAB II KAJIAN PUSTAKA. perubahan seluruh tingkah laku individu yang relatif menetap sebagai hasil

BAB II KAJIAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA. Pembelajaran tematik merupakan salah satu model dari pembelajaran. penting dalam membangun kompetensi peserta didik.

PENINGKATAN AKTIVITAS BELAJAR SISWA PADPEMBELAJARAN PKn MELALUI MODEL EVERYONE IS TEACHER HERE DI SDN 08 KINALI PASAMAN BARAT

BAB II KAJIAN PUSTAKA

(produk, proses dan sikap ilmiah). Pembelajaran IPA berawal dari rasa ingin tahu,

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE NUMBERED HEADS TOGETHER (NHT) UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS BELAJAR FISIKA SISWA

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan adalah usaha sadar yang dilakukan oleh keluarga, masyarakat,

BAB II KAJIAN PUSTAKA. pembelajaran yang secara sengaja mengaitkan beberapa aspek, baik

TINJAUAN PUSTAKA. TPS adalah suatu struktur yang dikembangkan pertama kali oleh Profesor

BAB II KAJIAN PUSTAKA. aktivitas merupakan prinsip yang sangat penting di dalam interaksi belajar. aktivitas tersebut. Beberapa diantaranya ialah:

Transkripsi:

1 BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Pretasi Belajar 2.1.1 Pengertian Belajar Setiap manusia memerlukan belajar untuk mengetahui segala sesuatu yang belum diketahuinya. Oleh karena itu, dengan melalui proses belajar maka seseorang akan mengetahui hal-hal baru serta dapat mengerti dan memahami tentang sesuatu tersebut dengan baik. Adapun yang dimaksud dengan belajar menurut EP. Hutabarat,(1984:12) dalam bukunya Cara Belajar, adalah sebagai berikut : Belajar adalah suatu proses aktif, artinya orang yang belajar itu ikut serta dalam proses itu. Orang yang belajar itu mempelajari apa yang sedang dilakukannya, apa yang dirasakannya dan apa yang dipikirkannya. Ia memberikan reaksi atau tanggapan terhadap apa yang terjadi sewaktu berlangsungnya proses belajar. Jika tidak ada tanggapan, maka hasil belajar tidak ada. Sedangkan menurut Ketut Sukardi, (1983:15) pengertian dari belajar adalah perubahan tingkah laku sebagai hasil pengalaman, kecuali perubahan tingkah laku yang disebabkan oleh proses menjadi matangnya seseorang atau perubahan yang instinktif atau yang bersifat temporer.

2 Sehubungan dengan pengertian di atas, selanjutnya penulis dapat menyimpulkan bahwa belajar : perubahan tingkah laku yang terjadi pada diri seseorang sebagai akibat dari latihan dan pengalaman yang dilakukannya berulang-ulang. Belajar yang dimaksud dalam penelitian ini adalah : belajar pada mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) kelas 1 SDN 1 Langkapura kecamatan Kemiling Bandar Lampung tahun pelajaran 2010-2011. 2.1.2 Prinsip - Prinsip Belajar Menurut Udin S. Winataputra (2004 : 2.10) Prinsip belajar merupakan ketentuan atau hukum yang harus dijadikan pegangan di dalam pelaksanaan kegiatan belajar. Beberapa prisip-prinsip belajar adalah : a. Motivasi Motivasi adalah suatu proses untuk menggerakan motif-motif menjadi perilaku yang mengatur perilaku untuk memuaskan kebutuhan dalam rangka mencapai tujuan. Motifasi berfungsi sebagai motor penggerak aktifitas. b. Perhatian Perhatian adalah pemusatan energi psikis (fikiran dan perasaan) terhadap suatu objek. Makin terpusat perhatian pada pelajaran, proses makin baik. c. Aktivitas Seperti telah dibahas didepan, bahwa belajar itu sendiri adalah aktivitas yaitu aktivitas mental dan aktivitas emosional. Kegiatan mendengarkan penjelasan guru, sudah menunjukan adanya aktivitas belajar.

3 d. Umpan Balik Siswa perlu dengan segera mengetahui apakah apakah yang ia lakukan di dalam proses pembelajaran atau yang ia peroleh dari proses pembelajaran tersebut sudah benar atau belum. Untuk itu siswa perlu sekali memperoleh umpan balik dengan segera supaya ia tidak terlanjur berbuat kesalahan yang dapat menimbulkan kegagalan belajar. e. Perbedaan Individual Belajar tidak dapat diwakilkan kepada orang lain. Tidak belajar berarti tidak akan memperoleh kemampuan. 2.1.3 Pengertian Prestasi Belajar Menurut Winarno Surachmad (1986:76), yang dimaksud dengan prestasi belajar adalah Hasil yang dicapai setelah mengikuti pelajaran, yang diukur berdasarkan hasil nilai pada ujian akhir semester atau catur wulan. Sedangkan pengertian prestasi belajar menurut Abu Ahmadi, (1975:21) adalah : Hasil yang dicapai dalam suatu kegiatan belajar dan belajar itu sendiri adalah berusaha mengadakan perubahan situasi dalam proses perkembangan dirinya untuk mencapai tujuan. Berdasarkan beberapa pengertian mengenai prestasi belajar yang dikemukakan di atas, maka penulis menyimpulkan bahwa prestasi belajar adalah : suatu hasil yang dicapai oleh siswa dalam suatu kegiatan atau usaha terhadap pelajaran yang diberikan oleh guru, sehingga timbul perubahan pada dirinya.

4 Lebih lanjut EP. Hutabarat, (1984:12) mengemukakan mengenai empat golongan hasil belajar atau prestasi belajar, yaitu : a. Pengetahuan, yaitu dalam bentuk bahan informasi, fakta, gagasan, keyakinan, prosedur, hukum, kaidah, standar, dan konsep lainnya. b. Kemampuan, yaitu dalam bentuk kemampuan untuk menganalisis, memproduksi, mencipta, mengatur, membuat, generalisasi, berfikir rasional dan menyesuaikan. c. Kebiasan dan keterampilan yaitu dalam bentuk kebiasaan prilaku dan keterampilan dalam menggunakan semua kemampuan. d. Sikap yaitu dalam bentuk apresiasi, minat, pertimbangan dan selera. Dari kutipan di atas, berarti empat golongan hasil belajar atau prestasi, jelas kelihatan bahwa hasil belajar atau prestasi belajar yang dicapai siswa tersebut bukan hanya berbentuk pengetahuan dan keterampilan saja melainkan juga dalam bentuk kemampuan, kebiasaan dan sikap. 2.1.4 Faktor yang Mempengaruhi Prestasi Belajar Menurut Slameto (2003:12), faktor yang mempengaruhi prestasi belajar adalah faktor internal dan eksternal. Faktor internal adalah yang berasal dari dalam diri siswa yang terbagi dalam beberapa bagian yaitu: 2.2 Intelegensi kemampuan untuk mencapai prestasi. 2.3 Minat yaitu: kecenderungan yang mantap pada subyek untuk tertarik pada bidang tertentu. 2.4 Keadaan fisik dan psykis yaitu: keadaan fisik menunjukkan pada tahap pertumbuhan kesehatan jasmani. Keadaan psykis menunjukkan pada keadaan stabilitas mental siswa.

5 Faktor Ekternal adalah faktor dari luar dimana siswa yang mempengaruhi presati belajar, terbagi beberapa bagian: 1. Faktor guru: guru sebagai tenaga pendidik yang memiliki tugas menyelenggarakan kegiatan belajar. 2. Faktor lingkungan: lingkungan sangat penting dan sangat berpengaruh terhadap prestasi belajar, terutama lingkungan rumah karena sebagian besar dilaksanakan di rumah. 3. Faktor sumber-sumber belajar adalah: tersedianya sumber belajar yang memadai. 2.2 Pendekatan Pembelajaran Tematik 2.2.1 Pengertian Pembelajaran tematik merupakan implementasi dari Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). Dasar pertimbangan pelaksanaan pembelajaran tematik ini merujuk pada tiga landasan, yaitu landasan filosofis, psikologis, dan yuridis. Sesuai dengan tahapan perkembangan anak, karakteristik cara anak belajar, konsep belajar dan pembelajaran bermakna, maka kegiatan pembelajaran bagi anak kelas awal SD sebaiknya dilakukan dengan Pembelajaran tematik. Tematik adalah ilmu logika tentang bentuk susunan, besaran dan konsep-konsep yang saling berhubungan satu sama lainnya, tematik dapat dibagi kedalam tiga bidang, yaitu aljabar, analisis dan geometri. James dan James (dalam Ruseffendi. 27:1993) menyatakan bahwa tematik bukanlah pengetahuan menyendiri yang dapat sempurna karena dirinya sendiri, tetapi adanya tematik untuk membantu masalah sosial, ekonomi dan alam. Pembelajaran tematik merupakan implementasi dari Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). Dasar pertimbangan pelaksanaan pembelajaran tematik ini merujuk pada tiga landasan, yaitu landasan filosofis, psikologis, dan yuridis.

6 Ditinjau dari pengertiannya, pembelajaran adalah pengembangan pengetahuan, keterampilan, atau sikap baru pada saat seseorang individu berinteraksi dengan informasi dan lingkungan. Tema adalah pokok pikiran atau gagasan pokok yang menjadi pokok pembicaraan Depdiknas (226: 2007). Dalam pembelajaran, tema diberikan dengan maksud menyatukan isi kurikulum dalam satu kesatuan yang utuh, memperkaya perbendaharaan bahasa anak didik dan membuat pembelajaran yang melibatkan beberapa mata pelajaran untuk memberikan pengalaman yang bermakna kepada siswa. Keterpaduan dalam pembelajaran ini dapat dilihat dari aspek proses atau waktu, aspek kurikulum, dan aspek belajar mengajar. Jadi, pembelajaran tematik adalah pembelajatan terpadu yang menggunakan tema sebagai pemersatu materi yang terdapat di dalam beberapa mata pelajaran dan diberikan dalam satu kali tatap muka. Pembelajaran tematik dikemas dalam suatu tema atau bisa disebut dengan istilah tematik. Pendekatan tematik ini merupakan satu usaha untuk mengintegrasikan pengetahuan, kemahiran dan nilai pembelajaran serta pemikiran yang kreatif dengan menggunakan tema. Dengan kata lain pembelajaran tematik adalah pembelajaran yang menggunakan tema dalam mengaitkan beberapa mata pelajaran sehingga dapat memberikan pengalaman bermakna bagi peserta didik. Dikatakan bermakna karena dalam pembelajaran tematik, peserta didik akan memahami konsep-konsep yang mereka pelajari melalui pengalaman langsung dan menghubungkannya dengan konsep lain yang telah dipahaminya. Pendekatan ini berangkat dari teori pembelajaran yang menolak proses latihan/hafalan (drill)

7 sebagai dasar pembentukan pengetahuan dan struktur intelektual anak. Teori pembelajaran ini dimotori para tokoh Psikologi Gestalt, termasuk Piaget yang menekankan bahwa pembelajaran itu haruslah bermakna dan berorientasi pada kebutuhan dan perkembangan anak. Pendekatan pembelajaran tematik lebih menekankan pada penerapan konsep belajar sambil melakukan sesuatu (learning by doing). Dalam pelaksanaannya, pendekatan pembelajaran tematik ini bertolak dari suatu tema yang dipilih dan dikembangkan oleh guru bersama peserta didik dengan memperhatikan keterkaitannya dengan isi mata pelajaran. Tema dalam pembelajaran tematik menjadi sentral yang harus dikembangkan. Dengan tema diharapkan akan memberikan banyak keuntungan, di antaranya: 1) Siswa mudah memusatkan perhatian pada suatu tema tertentu, 2) Siswa mampu mempelajari pengetahuan dan mengembangkan berbagai kompetensi dasar antar matapelajaran dalam tema yang sama, 3) pemahaman terhadap materi pelajaran lebih mendalam dan berkesan, 4) kompetensi dasar dapat dikembangkan lebih baik dengan mengkaitkan matapelajaran lain dengan pengalaman pribadi siswa, 5) Siswa mampu lebih merasakan manfaat dan makna belajar karena materi disajikan dalam konteks tema yang jelas, 6) Siswa lebih bergairah belajar karena dapat berkomunikasi dalam situasi nyata, untuk mengembangkan suatu kemampuan dalam satu mata pelajaran sekaligus mempelajari matapelajaran lain, 7) guru dapat menghemat waktu karena mata pelajaran yang disajikan secara tematik dapat dipersiapkaan sekaligus dan diberikan dalam dua atau tiga pertemuan, waktu selebihnya dapat digunakan untuk kegiatan remedial, pemantapan, atau pengayaan. (Kunandar, 311 : 2007) Penggabungan beberapa kompetensi dasar, indikator serta isi mata pelajaran dalam pembelajaran tematik akan terjadi penghematan karena tumpang tindih materi dapat dikurangi bahkan dihilangkan. Siswa mampu melihat hubunganhubungan yang bermakna sebab isi/materi pembelajaran lebih berperan sebagai

8 sarana atau alat, bukan merupakan tujuan akhir. Pembelajaran menjadi utuh sehingga siswa akan mendapat pengertian mengenai proses dan materi pelajaran secara utuh pula. Dengan adanya pemaduan antar mata pelajaran maka penguasaan konsep akan semakin baik dan meningkat. Karena pembelajaran tematik adalah pembelajaran yang dirancang berdasarkan tema-tema tertentu, maka dalam pembahasannya tema itu ditinjau dari berbagai mata pelajaran. Sebagai contoh, tema Air dapat ditinjau dari mata pelajaran fisika, biologi, kimia, dan tematik. Lebih luas lagi, tema itu dapat ditinjau dari bidang studi lain, seperti IPS, bahasa, dan seni. Pembelajaran tematik menyediakan keluasan dan kedalaman implementasi kurikulum, menawarkan kesempatan yang sangat banyak pada siswa untuk memunculkan dinamika dalam pendidikan. Unit yang tematik adalah epitome dari seluruh bahasa pembelajaran yang memfasilitasi siswa untuk secara produktif menjawab pertanyaan yang dimunculkan sendiri dan memuaskan rasa ingin tahu dengan penghayatan secara alamiah tentang dunia di sekitar mereka. 2.2.2 Kegunaan Pembelajaran Tematik a. Bagi Guru Keuntungan pembelajaran tematik bagi guru antara lain adalah sebagai berikut: 1. Tersedia waktu lebih banyak untuk pembelajaran. Materi pelajaran tidak dibatasi oleh jam pelajaran, melainkan dapat dilanjutkan sepanjang hari, mencakup berbagai mata pelajaran. 2. Hubungan antar mata pelajaran dan topik dapat diajarkan secara logis dan alami. 3. Dapat ditunjukkan bahwa belajar merupakan kegiatan yang kontinyu, tidak terbatas pada buku paket, jam pelajaran, atau bahkan empat dinding kelas. Guru dapat membantu siswa memperluas kesempatan belajar ke berbagai aspek kehidupan.

9 4. Guru bebas membantu siswa melihat masalah, situasi, atau topik dari berbagai sudut pandang. 5. Pengembangan masyarakat belajar terfasilitasi. Penekanan pada kompetisi bisa dikurangi dan diganti dengan kerja sama dan kolaborasi. (Kunandar, 317 : 2007) b. Bagi Siswa Keuntungan pembelajaran tematik bagi siswa antara lain adalah sebagai berikut: a. Bisa lebih memfokuskan diri pada proses belajar, dari pada hasil belajar. b. Menghilangkan batas semu antar bagian-bagian kurikulum dan menyediakan pendekatan proses belajar yang integrative. c. Menyediakan kurikulum yang berpusat pada siswa yang dikaitkan dengan minat, kebutuhan, kecerdasan; mereka didorong untuk membuat keputusan sendiri dan bertanggung jawab pada keberhasilan belajar. d. Merangsang penemuan dan penyelidikan di dalam dan diluar kelas. e. Membantu siswa membangun hubungan antara konsep dan ide, sehingga meningkatkan apresiasi dan pemahaman (Kunandar, 320 : 2007) 2.2.3 Tujuan Pembelajaran Tematik Dengan pembelajaran maka tujuan yang dapat diharapkan adalah sebagai berikut: 1. Siswa mudah mernusatkan perhatian pada suatu tema tertentu 2. Siswa mampu mempelajari pengetahuan dan mengembangkan berbagai kompetensi dasar antara matapelajaran dalam tema yang sama 3. Pemahaman terhadap materi pelajaran lebih mendalam dan berkesan 4. Kompetensi dasar dapat dikembangkan lebih baik dengan mengkaitkan mata pelajaran lain dengan pengalaman pribadi siswa 5. Siswa mampu lebih merasakan manfaat dan makna belajar karena materi disajikan dalam konteks tema yang jelas 6. Siswa lebih bergairah belajar karena dapat berkomunikasi dalam situasi nyata, untuk mengembangkan suatu kemampuan dalam suatu mata pelajaran, sekaligus mempelajari mata pelajaran lain. 7. Guru dapat menghemat waktu karena mata pelajaran yang disajikan secara tematik dapat dipersiapkan sekaligus dan diberikan dalam dua atau tiga pertemuan, waktu selebihnya dapat digunakan untuk kegiatan remedial, pemantapan atau pengayaan. http://ktiguru.blogspot.com/2011/11/pembelajaran-tematik.html Diakses 01-11-2011

10 2.2.4 Prinsip - Prinsip Pembelajaran Tematik Sebagai suatu model pembelajaran di sekolah dasar, pembelajaran tematik memiliki prisip-prinsip sebagai berikut : 1. Berpusat pada siswa Pembelajaran tematik berpusat pada siswa, hal ini sesuai dengan pendekatan belajar modern yang lebih banyak menempatkan siswa sebagai subjek belajar sedangkan guru lebih banyak berperan sebagai fasilitator yaitu memberikan kemudahan-kemudahan kepada siswa untuk melakukan aktivitas belajar. 2. Memberikan pengalaman langsung Pembelajaran tematik dapat memberikan pengalaman langsung kepada siswa. Dengan pengalaman langsung ini, siswa dihadapkan pada sesuatu yang nyata sebagai dasar untuk memahami hal-hal yang lebih abstrak. 3. Pemisahan mata pelajaran yang tidak begitu jelas Dalam pembelajaran tematik, pemisahan antar mata pelajaran menjadi tidak begitu jelas. Fokus pembelajaran diarahkan kepada pembahasan tema-tema yang paling dekat berkaitan dengan kehidupan siswa. 4. Menyajikan konsep dari berbagai mata pelajaran Pembelajaran tematik menyajikan konsep-konsep dari berbagai mata pelajaran dalam suatu proses pembelajaran. 5. Bersifat fleksibel Pembelajaran tematik bersifat luwes (fleksibel) dimana guru dapat mengaitkan bahan ajar dari satu mata pelajaran dengan mata pelajaran yang lainnya, bahkan mengaitkannya dengan kehidupan siswa dan keadaaii lingkungan dimana sekolah dan siswa berada. 6. Hasil pembelajaran sesuai dengan minat dan kebutuhan siswa Siswa diberi kesempatan untuk mengoptimalkan potensi yang dimilikinya sesuai dengan minat dan kebutuhannya. 7. Menggunakan prinsip belajar sambil bermain dan menyenangkan. http://ktiguru.blogspot.com/2011/11/pembelajaran-tematik.html Diakses 01-11-2011

11 2.3 Aktivitas Belajar 2.3.1 Pengertian Menurut W.S. Winkel, (1993:48) Aktivitas belajar adalah : Segala kegiatan belajar. Siswa yang menghasilkan suatu perubahan khas yaitu hasil belajar akan tampak melalui prestasi yang akan dicapai. 2.3.2 Jenis - Jenis Aktivitas Belajar Jenis-jenis aktivitas belajar menurut pendapat Sardiman.A.M, (1987:100) dapat digolongkan antara lain: 1. Visual activities, misalnya : membaca, memperhatikan demosntrasi, percobaan, pekerjaan orang lain dan sebagainya. 2. Oral activities, seperti : mengatakan, merumuskan, bertanya, memberi saran, mengeluarkan pendapat, wawancara, diskusi, interupsi, dan sebagainya. 3. Listening activities, seperti : mendengarkan uraian, percakapan, pidato, diskusi, musik dan sebagainya. 4. Writing activities, seperti : menulis karangan, laporan, angket, menyalin pelajaran dan sebagainya. 5. Drawing activities, seperti : membuat grafik, menggambar, membuat diagram, membuat peta dan sebagainya. 6. Emosional activities, seperti : mempunyai minat, merasa bosan, gembira, sedih, dan sebagainya. 7. Mental activities, seperti : memecahkan masalah, mengingat, menaggapi, menganalisa, mengambil keputusan, melihat buhungan dan sebagainya. 8. Motor activities, seperti : melakukan percobaan, membuat bangun ruang/model, berkebun, beternak, membuat disain, dan sebagainya. Kriteria aktifitas belajar sebagai berikut : Tabel. 2.I Kriteria Aktifitas Belajar No Kriteria Tingkatannya 1 > 9,50 Istimewa 2 8,00 9,49 Amat Baik 3 6,50 7,99 Baik 4 5,50 6,49 Cukup 5 4,26 5,49 Kurang 6 < 4,01 Amat Kurang Udin Winataputra (2004) Strategi Belajar Mengajar

12 2.4 Metode Demonstrasi Dalam Penelitian 2.4.1 Pengertian Metode demonstrasi merupakan metode mengajar yang menyajikan bahan pelajaran dengan mempertunjukkan secara langsung objeknya atau caranya melakukan sesuatu untuk mempertunjukkan proses tertentu. Demonstrasi dapat digunakan pada semua mata pelajaran. Dalam pelaksanaan demonstrasi guru harus sudah yakin bahwa seluruh siswa dapat memperhatikan (mengamati) terhadap objek yang akan didemonstrasikan. Sebeum proses demonstrai guru harus sudah mempersiapkan alat-alat yang akan digunakan dalam demonstrasi tersebut. Guru dituntut untuk menguasai bahan pelajaran serta mengorganisasi kelas, jangan sampai guru terlena dengan demonstrasi tapi memperhatikan siswa secara menyeluruh. (Udin S. Winataputra, 2003 : 4.24) 2.4.2 Langkah - Langkah Dalam Menggunakan Metode Demonstrasi Metode demonstrasi dapat dilakukan pada semua mata pelajaran. Dalam pelaksanaan demonstrasi. Seorang guru harus sudah yakin bahwa seluruh siswa dapat memperhatikan (mengamati) terhadap obyek yang akan didemonstrasikan. Sebelum proses demonstrasi guru sudah mempersiapkan alat-alat yang akan digunakan dalam demonstrasi tersebut. Prosedur metode demonstrasi yang harus dilakukan dalam pembelajaran adalah : 1. Mempersiapkan alat bantu yang akan digunakan dalam pembelajaran 2. Memberikan penjelasan tentang topik yang akan didemonstrasikan 3. Pelaksanaan demonstrasi bersamaan dengan perhatian dan peniruan dari siswa

13 4. Penguatan (diskusi, tanya jawab, dan atau latihan) terhadap hasil demosntrasi 5. Kesimpulan Kemampuan guru yang perlu diperhatikan dalam menunjang keberhasilan demonstrasi adalah : a. Mampu secara proses tentang topik yang dipraktekkan b. Mampu mengelola kelas, menguasai siswa secara menyeluruh c. Mampu menggunakan alat bantu yang digunakan d. Mampu melaksanakan penilaian proses Kondisi dan kemampuan siswa yang harus diperhatikan untuk menunjang demonstrasi diantaranya adalah: 1. Siswa memiliki motivasi, perhatian dan minat terhadap topik yang akan didemonstrasikan 2. Memahami tentang tujuan/maksud yang akan didemonstrasikan 3. Mampu mengamati proses yang dilakukan oleh guru 4. Mampu mengidentifikasi kondisi dan alat yang digunakan dalam demonstrasi 2.4.3 Kelebihan dan Kekurangan Metode Demonstrasi A. Kelebihan Metode Demonstrasi a) Siswa dapat memahami obyek yang sebenarnya b) Dapat mengembangkan rasa ingin tahu siswa c) Siswa dibiasakan untuk kerja secara sistematis d) Siswa dapat mengamati sesuatu secara proses e) Siswa dapat membandingkan pada beberapa obyek

14 B. Kekurangan Metode Demonstrasi a) Dapat menimbulkan berfikir konkrit saja b) Bila jumlah siswa banyak, efektivitas demonstrasi sulit dicapai c) Bergantung pada alat bantu d) Bila demonstrasi guru tidak sistematis, demonstrasi tidak berhasil e) Banyak siswa yang kurang berani (Udin. S. Winataputra, M.A) 2.5 Kerangka Pikir Pada penelitian ini akan dibandingkan hasil belajar pecahan menggunakan alat peraga. Peningkatan kemampuan siswa memerlukan sarana belajar untuk mempercepat penguasaan materi yang diberikan. Penggunaan alat Bantu berupa alat peraga merupakan salah satu sarana belajar yang diperlukan untuk meningkatkan hasil belajar siswa pada mata pelajaran TEMATIK di SD Negeri 3 Sukajawa. 2.6 Hipotesis Berdasarkan landasan teori dan kerangka berpikir yang telah dikemukakan diatas, maka dapat dirumuskan hipotesis penelitian sebagai berikut : Aktivitas dan prestasi belajar tematik siswa di kelas I SD Negeri 3 Sukajawa akan meningkat apabila guru menggunakan metode demonstrasi.