MEMAHAMI HAKIKAT, KONSEP TATA BAHASA DAN PRAGMATIK

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. untuk berinteraksi antar sesama. Kridalaksana (dalam Chaer, 2003: 32)

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Linguistik sebagai ilmu kajian bahasa memiliki berbagai cabang.

BAB I PENDAHULUAN. Pembelajaran bahasa Indonesia mencakup empat keterampilan berbahasa

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. interaksi antarpesona dan memelihara hubungan sosial. Tujuan percakapan bukan

BAB I PENDAHULUAN. untuk hidup bersama. Untuk menjalani kehidupan sehari-hari antara orang yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA

PENDAHULUAN. Saat ini, komunikasi merupakan hal yang sangat penting dikarenakan

IMPLIKATUR, TEKNIK PENERJEMAHAN, DAN PENGARUHNYA TERHADAP KUALITAS TERJEMAHAN (Suatu Kajian Pragmatik Dalam Teks penerjemahan)

BAB I PENDAHULUAN. Pragmatik memiliki lima bidang kajian salah satunya deiksis. berarti penunjukan atau hal petunjuk dalam sebuah wacana atau tuturan.

BAB I PENDAHULUAN. ucap yang bersifat arbiter dan konvensional, yang dipakai sebagai alat komunikasi

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa merupakan sarana bagi manusia untuk dapat berkomunikasi dan

BAB I PENDAHULUAN. pengetahuan, harapan, pesan-pesan, dan sebagainya. Bahasa adalah salah satu

BAB I PENDAHULUAN. Manusia dilahirkan di dalam dunia sosial yang harus bergaul dengan

BAB I PENDAHULUAN. sekolah, sidang di pengadilan, seminar proposal dan sebagainya.

BAB I PENDAHULUAN. Bangsa Indonesia terdiri atas berbagai suku.setiap suku memiliki

BAB I PENDAHULUAN. mengekspresikan tulisanya baik lisan maupun tulisan dengan memanfaatkan

PRINSIP KERJA SAMA DAN PRESUPOSISI PADA PAPAN NAMA TOKO DAN PAPAN NAMA PENJUAL JASA DI KABUPATEN KEDIRI (TINJAUAN PRAGMATIK) SKRIPSI

BAB I PENDAHULUAN. peristiwa berkomunikasi. Di dalam berkomunikasi dan berinteraksi, manusia

BAB I PENDAHULUAN. karena bahasa merupakan sistem suara, kata-kata serta pola yang digunakan oleh

BAB I PENDAHULUAN. berkomunikasi, dan mengidentifikasi diri (Kridalaksana dalam Chaer, 2003:

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. selalu berkaitan dengan menggunakan referensi yang berhubungan, sehingga

I. PENDAHULUAN. lain, sehingga orang lain mengetahui informasi untuk memenuhi kebutuhan

Bahasa sebagai Sistem. Bayu Dwi Nurwicaksono, M.Pd. Dosen Penerbitan Politeknik Negeri Media Kreatif

BAB I PENDAHULUAN. wujud kreativitas yang mampu membantu manusia dalam berkembang.

BAB I PENDAHULUAN. langsung antar penutur dan mitratutur. Penutur dan mitra tutur berintraksi

BAB V PENUTUP. pembahasan dalam tesis ini. Adapun, saran akan berisi masukan-masukan dari. penulis untuk pengembangan penelitian selanjutnya.

BAB I PENDAHULUAN. dari pembicaraan orang dan umumnya mengenai objek-objek dan kejadiankejadian.

BAB I PENDAHULUAN. Linguistik, semantik adalah bidang yang fokus mempelajari tentang makna baik yang berupa text

Pengertian Universal dalam Bahasa

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. (Alwi, dkk. 203:588). Sesuai dengan topik dalam tulisan ini digunakan beberapa

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG. Dalam kehidupan bermasyarakat, manusia tidak terlepas dengan

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Persoalan tindak tutur (speech act) dalam wacana pertuturan telah banyak

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

PEMAKAIAN DEIKSIS SOSIAL DALAM TAJUK RENCANA HARIAN KOMPAS EDISI JANUARI FEBRUARI 2010 SKRIPSI. Untuk memenuhi sebagian persyaratan

BAB I PENDAHULUAN. yang belum mengecap ilmu pengetahuan di sekolah atau perguruan tinggi

RELASI MAKNA KLAUSA DALAM KALIMAT MAJEMUK PADA TERJEMAHAN SURAT LUQMAN

BAB I PENDAHULUAN. ada dua proses yang terjadi, yaitu proses kompetensi dan proses performansi.

KAIDAH FONOTAKTIK GUGUS KONSONAN KATA-KATA BAHASA INDONESIA YANG BERSUKU DUA

PRAGMATIK. Penjelasan. Sistem Bahasa. Dunia bunyi. Dunia makna. Untuk mengkaji pragmatik... Contoh-contoh sapaan tersebut...

BAB 1 PENDAHULUAN. Setiap manusia berkomunikasi menggunakan bahasa. Bahasa yang digunakan

BAB I PENDAHULUAN. penting. Peranan tersebut, antara lain: untuk menyampaikan beragam informasi

Septianingrum Kartika Nugraha Universitas Sebelas Maret Surakarta

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa selalu digunakan manusia dalam kehidupan sehari-hari untuk

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Bahasa adalah suatu alat komunikasi pada manusia untuk menyatakan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. sekunder yang akan mendukung penelitian, juga diperlukan untuk mengetahui sampai

BAB I PENDAHULUAN. bermasyarakat agar terjalin suatu kehidupan yang nyaman. komunitas selalu terlibat dalam pemakaian bahasa, baik dia bertindak

BAB 1 PENDAHULUAN. Masa Orientasi Siswa (selanjutnya disebut MOS) merupakan suatu

OBJEK LINGUISTIK = BAHASA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Manusia merupakan makhluk yang selalu melakukan. komunikasi, baik itu komunikasi dengan orang-orang yang ada di

BAB I PENDAHULUAN. Manusia sebagai makhluk sosial membutuhkan alat untuk berinteraksi dengan

BAB I PENDAHULUAN. diperlukan adanya sarana agar komunikasi tersebut dapat berjalan dengan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Komunikasi berfungsi sebagai hubungan antara seseorang dengan orang lain untuk mengetahui hal yang terjadi.

FILSAFAT BAHASA DAN BAHASA MENURUT LUDWIG WITTGENSTEIN

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, DAN KERANGKA TEORI. dalam penelitian ini. Hasil penelitian yang memiliki kaitan dengan penelitian ini,

METODOLOGI PENELITIAN. kualitatif. Menurut pakar Jalaludin Rahmat penelitin deskriptif adalah

BAB I PENDAHULUAN. menjadi bagian dari ilmu linguistik. Cabang-cabang ilmu linguistik tersebut di

ERIZA MUTAQIN A

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI DAN TINJAUAN PUSTAKA

Rancangan Silabus BAHASA INDONESIA SEBAGAI MATAKULIAH UMUM Suatu Tinjauan Pendekatan Pragmatik Oleh : Yuniseffendri. Abstrak

BAB II KAJIAN PUSTAKA

ANALISIS PENGGUNAAN DIKSI PADA ARTIKEL SURAT KABAR SOLOPOS EDISI APRIL - MEI 2010

BAB I PENDAHULUAN. pada masa sekarang ini walaupun pada kira-kira dua dekade yang silam ilmu

BAB I PENDAHULUAN. sikap terhadap apa yang dituturkannya. kegiatan di dalam masyarakat. Bahasa tidak hanya dipandang sebagai gejala

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. gejala sosial, yang dinyatakan dalam istilah atau kata (Malo, 1985:46). Untuk

BAB I PENDAHULUAN. Manusia sebagai makhluk sosial mutlak memiliki kemampuan untuk dapat

BAB I PENDAHULUAN. yang digunakan dalam kehidupan sehari-hari dibedakan menjadi dua sarana,

BAB I PENDAHULUAN. Sarana yang paling utama dan vital untuk memenuhi kebutuhan tersebut adalah

Pengertian Morfologi dan Ruang Lingkupnya

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pada dasarnya manusia tidak dapat hidup sendiri di dunia ini, manusia

Apa yang Dipelajari oleh Ilmu Bahasa (linguistik)? (Bahan Kuliah Sosiolinguistik)

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. Konsep adalah: 1) rancangan atau buram surat, dsb; 2) ide atau pengertian

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan Bahasa Indonesia di sekolah merupakan salah satu aspek

PEMAKAIAN DEIKSIS PERSONA, LOKASIONAL, DAN TEMPORAL DALAM NOVEL AYAT-AYAT CINTA KARYA HABIBURRAHMAN EL SHIRAZY SKRIPSI

BAB I PENDAHULUAN. Dalam kehidupan bermasyarakat manusia membutuhkan alat. komunikasi untuk berinteraksi dengan lingkungan sekitarnya.

BAB I PENDAHULUAN. Prosa dalam pengertian kesusastraan disebut fiksi (fiction), teks naratif

BAB I PENDAHULUAN. (6) definisi operasional. Masing-masing dipaparkan sebagai berikut.

BAB II LANDASAN TEORI

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. dengan orang lain. Mereka saling berinteraksi dengan orang di sekitarnya maupun

BAB II LANDASAN TEORI. 2.1 Peristiwa Tutur Peristiwa tutur (speech event) adalah terjadinya atau berlangsungnya interaksi

BAB I PENDAHULUAN. dapat berupa tujuan jangka pendek, menengah, dan panjang. Dalam mata

PELANGGARAN PRINSIP KERJA SAMA DALAM PROSES PERKULIAHAN DI POLITEKNIK INDONUSA SURAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. secara eksternal, yakni bagaimana satuan kebahasaan digunakan dalam

1. Identitas Mata Kuliah 2. Tujuan Mata Kuliah 3. Deskripsi Mata Kuliah 4. Pendekatan Pembelajaran

BAB I PENDAHULUAN. terjadi pergeseran makna pada BT, oleh sebab itu seorang penerjemah harus

BAB I PENDAHULUAN. bukan perlu membutuhkan pemahaman yang menyeluruh. Dalam

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. dari peristiwa komunikasi. Di dalam komunikasi manusia memerlukan sarana

BAB I PENDAHULUAN. arbitrer yang digunakan oleh suatu anggota masyarakat untuk bekerja sama,

BAB I PENDAHULUAN. komunikasi, sebab bahasa adalah alat komunikasi yang sangat penting,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Pemikiran Bahasa merupakan alat komunikasi antarmanusia dalam kehidupan sehari-hari. Hal

I. PENDAHULUAN. Komunikasi merupakan kebutuhan mendasar bagi manusia. Sebagai makhluk. konvensi (kesepakatan) dari masyarakat pemakai bahasa tersebut.

BAB 1 PENDAHULUAN. kehidupan manusia, karena melalui bahasa manusia dapat saling berhubungan

BAB I PENDAHULUAN. komunikasi. Di dalam komunikasi manusia memerlukan sarana untuk

BAB I PENDAHULUAN. interaksi dan kerjasama dalam kehidupan sehari-hari. Dengan berinteraksi,

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA TEORETIK

Transkripsi:

MEMAHAMI HAKIKAT, KONSEP TATA BAHASA DAN PRAGMATIK 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN Bahasa merupakan alat utama dalam komunikasi dan memiliki daya ekspresi dan dan informatif yang besar. Bahasa sangat dibutuhkan oleh manusia karena dengan bahasa manusia bisa menemukan kebutuhan mereka dengan cara berkomunikasi antara satu dengan lainnya. Sebagai anggota masyarakat yang aktif dalam kehidupan sehari-hari, di dalam masyarakat orang sangat bergantung pada penggunaan bahasa. Para linguis biasanya memberikan batasan tentang bahasa sebagai suatu sistem lambang bunyi yang bersifat arbitrer yang digunakan oleh sekelompok anggota msyarakat untuk berinteraksi serta mengidentifikasikan diri. Di sisi lain, setiap sistem dan lambang bahasa menyiratkan bahwa setiap lambang bahasa, baik kata, frase, klausa, kalimat, dan wacana saelalu memiliki makna tertentu, yang bisa saja berubah pada saat dan situasi terentu bahkan juga tidak berubah sama sekali. Namun demikian, biasanya tidak banyak orang yang mempermasalahkan bagaimana bahasa dapat digunakan sebagai media berkomunikasi yang efektif, sehingga sebagai akibatnya penutur sebuah bahasa sering mengalami kesalahpahaman dalam suasana dan kontekstuturannya. Salah satu cara untuk mengetahui tentang hal itu adalah melalui sudut pandang pragmatik dengan mengetahui hakikat tatabahasa. Dengan demikian maka akan dibahas dalam makalah ini tentang Hakikat dan Konsep Tata Bahasa dan Pragmatik. 1.2 Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang di atas, kami dapat merumuskan beberapa rumusan masalah di antaranya sebagai berikut. 1.2.1 Apakah hakikat tata bahasa dan pragmatik itu? 1.2.2 Bagaimana konsep tata bahasa dan pragmatik itu? 1.3 Tujuan Tujuan dari penulisan makalah ini di antaranya sebagai berikut. 1.3.1 Menjelaskan hakikat tata bahasa dan Pragmatik. 1.3.2 Menjelaskan konsep tata bahasa dan pragmatik.

2.1 Hakikat Tata Bahasa dan Pragmatik 2.1.1 Hakikat Tata Bahasa BAB II PEMBAHASAN Bahasa merupakan sekumpulan tanda, aturan, struktur dan pola yang terbentuk dalam satu kesatuan yang utuh. Dalam pembelajaran bahasa tentu tidak akan terlepas dari tata bahasa yang dalam bahasa Jermannya disebut Grammtik. Menurut Keraf (dalam Misriyah, 2011: 1), tata bahasa merupakan suatu himpunan dari patokan-patokan dalam stuktur bahasa. Stuktur bahasa itu meliputi bidang-bidang tata bunyi, tata bentuk, tata kata, dan tata kalimat serta tata makna. Dengan kata lain, menurut Keraf (dalam Misriyah, 2011: 1) bahasa meliputi bidang-bidang fonologi, morfologi, dan sintaksis. Jadi, dapat disimpulkan bahwa tata bahasa sangat penting sebagai modal awal yang harus dikuasai oleh seorang penutur untuk bisa berkomunikasi dengan baik karena tata bahasa merupakan ilmu yang mempelajari kaidah-kaidah yang berupa struktur kebahasaan yang meliputi bidang ilmu Fonetik, Morfologi dan Sintaksis. 2.1.2 Hakikat Pragmatik Berikut beberapa pengertian dari Levinson (dalam Suwanto, 2009: 1) tentang pragmatik di antaranya sebagai berikut. 1. Pragmatik adalah kajian mengenai hubungan antara tanda (lambang) dengan penafsirnya, sedangkan semantik adalah kajian mengenai hubungan antara tanda (lambang) dengan objek yang diacu oleh tanda tersebut. 2. Pragmatik adalah kajian mengenai penggunaan bahasa, sedangkan semantik adalah kajian mengenai makna. 3. Pragmatik adalah kajian bahasa dan perspektif fungsional, artinya kajian ini mencoba menjelaskan aspek-aspek struktur linguistik dengan mengacu ke pengaruh-pengaruh dan sebab-sebab nonlinguistik. 4. Pragmatik adalah kajian mengenai hubungan antara bahasa dengan konteks yang menjadi dasar dari penjelasan tentang pemahaman bahasa. 5. Pragmatik adalah kajian mengenai deiksis, implikatur, praanggapan, tindak tutur, dan aspek-aspek struktur wacana. Sedangkan Menurut Leech ( dalam Abdurrahman, 2009: 1), Pragmatik adalah studi tentang makna dalam hubungannya dengan situasi-situasi ujar (speech situations) yang meliputi unsur-unsur penyapa dan yang disapa, konteks, tujuan, tindak ilokusi, tuturan, waktu, dan tempat. Yule (1996:3-4) menyebutkan empat definisi pragmatik, yaitu: 1. Bidang yang mengkaji makna penutur; 2. Bidang yang mengkaji makna menurut konteksnya;

3. Bidang yang melebihi kajian tentang makna yang diujarkan, mengkaji makna yang dikomunikasikan atau terkomunikasikan oleh pembicara; dan 4. Bidang yang mengkaji bentuk ekspresi menurut jarak sosial yang membatasi partisipan yang terlibat dalam percakapan tertentu. Jadi, pragmatik mengacu pada kajian penggunaan bahasa yang berdasarkan pada konteks. Bidang kajian yang berkenaan dengan hal itu yang kemudian lazim disebut bidang kajian pragmatik adalah deiksis (dexis), praanggapan (presupposition), tindak tutur (speech act), dan implikatur percakapan (conversational inplicature). 2.2 Konsep Tata Bahasa dan Pragmatik 2.2.1 Konsep Tata Bahasa Fonologi Fonologi adalah ilmu tentang perbendaharaan fonem sebuah bahasa dan distribusinya. Fonologi adalah bagian tata bahasa atau bidang ilmu bahasa yang menganalisis bunyi bahasa secara umum. Istilah fonologi, yang berasal dari gabungan kata Yunani yaitu phone berarti bunyi dan logos berarti ilmu, disebut juga tata bunyi. Bidang ini meliputi dua bagian: 1) Fonetik atau fonetika adalah bagian ilmu dalam linguistik yang mempelajari bunyi yang diproduksi oleh manusia. Fonetik mempelajari bagaimana bunyi-bunyi fonem sebuah bahasa direalisasikan atau dilafazkan. 2) Fonemik, yaitu bagian fonologi yang mempelajari bunyi ujaran menurut fungsinya sebagai pembeda arti. Bunyi ujaran yang bersifat netral, atau masih belum terbukti membedakan arti disebut fona, sedangkan fonem ialah satuan bunyi ujaran terkecil yang membedakan arti. Variasi fonem karena pengaruh lingkungan yang dimasuki disebut alofon. Gambar atau lambang fonem dinamakan huruf. Jadi fonem berbeda dengan huruf. Untuk menghasilkan suatu bunyi atau fonem, ada tiga unsur yang penting yaitu: 1. Udara 2. artikulator atau bagian alat ucap yang bergerak 3. titik artikulasi atau bagian alat ucap yang menjadi titik sentuh articulator Morfologi Morfologi secara harfiah berarti pengetahuan tentang bentuk. Morfologi adalah bidang linguistik atau tatabahasa yang mempelajari kata dan proses pembentukan kata secara gramatikal. Dalam beberapa buku tata bahasa, morfologi dinamakan juga tata bentukan.satuan ujaran yang mengandung makna (leksikal atau gramatikal) yang turut serta dalam pembentukan kata atau yang menjadi bagian dari kata disebut morfem. Berdasarkan potensinya untuk dapat berdiri sendiri dalam suatu tuturan, morfem dibedakan atas dua macam yaitu: Morfem terikat, morfem yang tidak mempunyai potensi untuk berdiri sendiri, sehingga harus selalu hadir dengan mengikatkan dirinya dengan morfem bebas lewat proses morfologis, atau proses pembentukan kata.

.Morfem bebas, yang secara potensial mampu berdiri sendiri sebagai kata dan secara gramatikal menduduki satu fungsi dalam kalimat. Dalam bahasa Indonesia morfem bebas disebut juga kata dasar. Satuan ujaran seperti buku, kantor, arsip, uji, ajar, kali, pantau, dan liput merupakan morfem bebas atau kata dasar; sedangkan me-, pe-, -an, ke an, di-, swa-, trans-, -logi, -isme merupakan morfem terikat. Sebuah morfem, jika bergabung dengan morfem lain, sering mengalami perubahan. Misalnya, morfem terikat me- dapat berubah menjadi men-, mem-, meny-, menge-, dan menge- sesuai dengan lingkungan yang dimasuki. Variasi morfem yang terjadi karena pengaruh lingkungan yang dimasuki disebut alomorf. Sintaksis Sintaksis berasal dari bahasa Yunani kuno yaitu syn berarti bersama dan taxis berarti pengaturan. Sintaks adalah ilmu mengenai prinsip dan peraturan untuk membuat kalimat. Selain aturan ini juga digunakan untuk merujuk langsung pada peraturan dan prinsip yang mencakup struktur kalimat dalam bahasa apapun. Penelitian modern dalam sintaks bertujuan untuk menjelaskan bahasa dalam aturan ini. Banyak pakar sintaksis berusaha menemukan aturan umum yang diterapkan disetiap bahasa. Semantik Semantik diambil dari bahasa Yunani semantikos yang berarti memberikan tanda. Semantik adalah cabang linguistik yang mempelajari makna yang terkandung pada suatu bahasa, kode, atau jenis representasi lain. Semantik biasanya dikontraskan dengan dua asapek lain dari ekspresi makna; sintaksis, pembentukan simbol kompleks dari simbol yang lebih sederhana, serta pragamatika, penggunaan praktis simbol oleh agen atau komunitas pada suatu kondisi atau konteks tertentu. 2.2.2 Konsep Pragmatik Menurut Rompas (2011: 1) adapun aspek-aspek dalam situasi ujar, di antaranya sebagai berikut. 1. Yang menyapa (penyapa) atau yang disapa (pesapa). Orang yang menyapa (penutur) dan orang (petutur). Jadi, penggunaan penutur dan petutur membatasi pragmatik pada bahasa lisan saja. 2. Konteks sebuah tuturan Berkaitan dengan lingkungan fisik dan sosial sebuah tuturan. Konteks diartikan sebagai suatu pengetahuan latar belakang yang sama-sama dimiliki oleh penutur dan petutur yang membantu petutur menafsir makna tuturan.

1. Tujuan sebuah tuturan Berkaitan dengan maksud penutur mengucapkan sesuatu. 1. Tuturan sebagai bentuk tindakan atau kegaiatn tindak ujar Pragmatik berurusan dengan tindak-tindak / performansi-performansi verbal yang terjadi dalam situasi dan waktu tertentu. 2. Tuturan sebagai produk tindak verbal Tindak ilokusi / ilokusi untuk mengacu pada tindakan-tindakan tuturan seperti yang dinyatakan dalam dan memakai istilah tuturan untuk mengacu pada tindakan tuturan seperti yang telah diterangkan dalam tindak ujar. Dengan memakai istilah tuturan untuk mengacu produk linguistic tindakan tersebut. Dengan demikian, dalam komunikasi yang berorientasi tujuan, meneliti sebuah tuturan merupakan usaha merekonstruksi tindakan apa yang menjadi tujuan penutur ketika ia merekonstruksi tindakan apa yang menjadi tujan penutur ketika ia memproduksi tuturannya. Adapun konsep pragmatik di antaranya sebagai berikut. Deiksis Deiksis adalah kata atau frasa yang menunjuk kepada kata, frasa, atau ungkapan yang telah dipakai atau yang akan diberikan. Ada juga pendapat ahli yang menjelaskan bahwa sebuah kata dikatakan bersifat deiksis apabila referennya berpindah-pindah atau berganti-ganti, tergantung pada siapa yang menjadi si pembicara dan tergantung pada saat dan tempat dituturkannya kata itu. Praanggapan (Presupposition) Praanggapan (presuposisi) berasal dari kata to pre-suppose, yang dalam bahasa Inggris berarti to suppose beforehand (menduga sebelumnya), dalam arti sebelum pembicara atau penulis mengujarkan sesuatu ia sudah memiliki dugaan sebelumnya tentang kawan bicara atau hal yang dibicarakan. Selain definisi tersebut, beberapa definisi lain tentang praanggapan di antaranya adalah Levinson (dalam Nababan, 2012: 1) memberikan konsep praanggapan yang disejajarkan maknanya dengan presupposition sebagai suatu macam anggapan atau pengetahuan latar belakang yang membuat suatu tindakan, teori, atau ungkapan mempunyai makna. Yule (1996:43) menyatakan bahwa praanggapan atau presupposisi adalah sesuatu yang diasumsikan oleh penutur sebagai kejadian sebelum menghasilkan suatu tuturan. Yang memiliki presuposisi adalah penutur bukan kalimat. Nababan (2012: 1), memberikan pengertian praanggapan sebagai dasar atau penyimpulan dasar mengenai konteks dan situasi berbahasa (menggunakan bahasa) yang membuat bentuk bahasa (kalimat atau ungkapan) mempunyai makna bagi pendengar atau penerima bahasa itu dan sebaliknya, membantu pembicara menentukan bentuk-bentuk bahasa yang dapat dipakainya untuk mengungkapkan makna atau pesan yang dimaksud.

Dari beberapa definisi praanggapan di atas dapat disimpulkan bahwa praanggapan adalah kesimpulan atau asumsi awal penutur sebelum melakukan tuturan bahwa apa yang akan disampaikan juga dipahami oleh mitra tutur. Untuk memperjelas hal ini, perhatikan contoh berikut : Tindak Tutur (Speech Act) Tindak tutur adalah adalah suatu tuturan /ujaran yang merupakan satuan fungsional dalam komunikasi. Teori tindak tutur di kemukakan oleh dua orang ahli filsafat bahasa yang bernama John Austin dan John Searle pada tahun 1960-an. Menurut teori tersebut, setiap kali pembicara mengucapkan suatu kalimat, Ia sedang berupaya mengerjakan sesuatu dengan kata-kata (dalam kalimat) itu. Menurut istilah Austin (dalam Nababan, 2012: 1), By saying something we do something. Seorang hakim yang mengatakan dengan ini saya menghukum kamu dengan hukuman penjara selama lima tahun sedang melakukan tindakan menghukum terdakwa. Kata-kata yang diucapkan oleh hakim tersebut menandai dihukumnya terdakwa. Terdakwa tidak akan masuk penjara tanpa adanya kata-kata dari hakim. Kata-kata yang diungkapkan oleh pembicara memiliki dua jenis makna sekaligus, yaitu makna proposisional atau makna lokusioner (locutionary meaning) dan makna ilokusioner (illocutionary meaning). Makna proposisional adalah makna harfiah kata-kata yang terucap itu. Untuk memahami makna ini pendengar cukup melakukan decoding terhadap kata-kata tersebut dengan bekal pengetahuan gramatikal dan kosa kata. Makna ilokusioner merupakan efek yang ditimbulkan oleh kata-kata yang diucapkan oleh pembicara kepada pendengar. Sebagai ilustrasi, dalam ungkapan saya haus makna proposisionalnya adalah pernyataan yang menggambarkan kondisi fisik pembicara bahwa Ia haus. Makna ilokusionernya adalah efek yang diharapkan muncul dari pernyataan tersebut terhadap pendengar. Pernyataan tersebut barangkali dimaksudkan sebagai permintaan kepada pendengar untuk menyediakan minuman bagi pembicara. Implikatur Implikatur adalah ujaran yang menyiratkan sesuatu yang berbeda dengan yang sebenarnya diucapkan. Sesuatu yang berbeda tersebut adalah maksud pembicara yang dikemukakan secara eksplisit. Dengan kata lain, implikatur adalah maksud, keinginan, atauungkapan-ungkapan hati yang tersembunyi

BAB III PENUTUP 3.1 Kesimpulan Berdasarkan pembahasan hakikat dan konsep tata bahasa dan pragmatik, kami dapat menyimpulkan beberapa hal di antaranya sebagai berikut. 1. Tata bahasa merupakan seperangkat kaidah yang mengatur tentang kebahasaan yang bersifat tradisional. Hal itu dapat dilihat dari segi fonologi, morfologi, sintaksis, dan semantik. 2. Pragmatik merupakan suatu kajian pemakaian bahasa oleh penutur pada mitra tutur yang cenderung lebih terikat pada konteks pembicaraan. 3. Konsep dasar tata bahasa sendiri lebih cenderung tekstual dan terikat oleh kaidahkaidah tertentu. 4. Konsep pragmatik lebih bersifat kontekstual atau terikat konteks dan diatur oleh prinsip-prinsip dasar komunikasi. 3.2 Saran Sebaiknya kita menguasai hakikat da konsep dasar dari tata bahasa, bagaimanapun tata bahasa merupakan dasar agar kita dapat memahami konsep pragmatik. Di dalam pragmatik memuat seperangkat prinsip-prinsip komunikasi yang mengedepankan konteks sebagai unsur utamanya.

DAFTAR PUSTAKA Abdurrahman. 2009. Pragmatik: Konsep Dasar Memahami Konteks Tuturan (Online) http://www.jurnallingua.com.html. Diakses tanggal 21 Maret 2013. Misriyah, Anis. 2011. Tata Bahasa (Online) http://anitamisriyahmissy.blogspot.com/html. Diakses tanggal 21 Maret 2013 Nababan, Darwin. 2012. Tatabahasa Baru Bahasa Indonesia (Online). http://contohmakalahq.blogspot.com./html. Diakses tanggal 20 Maret 2013. Suwanto, Yohanes. 2009. Pragmatik (Online) http://yswan.staff.uns.ac.id/2009/04/08/pragmatik/.diakses tanggal 21 Maret 2013) Yule, George. 1996. Pragmatik. Yogjakarta: Pustaka Pelajar