SKRIPSI. Rt. MAHARANI KUSUMA NIM

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. Penguasaan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (IPTEK) saat ini menjadi

SCIENTIAE EDUCATIA VOLUME 5 NOMOR 2 TAHUN 2015

2015 PENERAPAN LEVELS OF INQUIRY UNTUK MENINGKATKAN LITERASI SAINS PESERTA DIDIK SMP PADA TEMA LIMBAH DAN UPAYA PENANGGULANGANNYA

JURUSAN TADRIS IPA-BIOLOGI FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI SYEKH NURJATI CIREBON 2015 / 1436 H

FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) SYEKH NURJATI CIREBON 2015 M/1436 H

BAB I PENDAHULUAN. Pembelajaran sains di Indonesia dewasa ini kurang berhasil meningkatkan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Siska Sintia Depi, 2014

SKRIPSI AYANI NIM KEMENTERIAN AGAMA REPUBLIK INDONESIA INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) SYEKH NURJATI CIREBON 2013 M / 1434 H

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. teknologi (Depdiknas, 2006). Pendidikan IPA memiliki potensi yang besar

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan bertujuan untuk mempersiapkan seseorang menjadi manusia

BAB I PENDAHULUAN. sering dimunculkan dengan istilah literasi sains (scientific literacy). Literasi

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. dengan memiliki sumber daya manusia yang berkualitas. Salah satu cara

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Inelda Yulita, 2015

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. pemberian pengalaman langsung untuk mengembangkan kompetensi siswa

BAB I PENDAHULUAN. Skor Maksimal Internasional

PENGARUH MODEL GUIDED INQUIRY DISERTAI FISHBONE DIAGRAM TERHADAP KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS DAN HASIL BELAJAR PADA PEMBELAJARAN BIOLOGI

BAB I PENDAHULUAN. 1 Evy Yosita, Zulkardi, Darmawijoyo, Pengembangan Soal Matematika Model PISA

BAB I PENDAHULUAN. dalam pengembangan kurikulum matematika pada dasarnya digunakan. sebagai tolok ukur dalam upaya pengembangan aspek pengetahuan dan

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Pada dasarnya Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) merupakan cara mencari

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. pembenahan di segala bidang termasuk bidang pendidikan. Hal ini juga dilakukan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Siti Nurhasanah, 2013

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Ayu Eka Putri, 2014

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. dasarnya pendidikan sains merupakan salah satu komponen dasar dari sistem

2015 PENGARUH PEMBELAJARAN IPA TERPAD U TIPE INTEGRATED TERHAD AP PENGUASAAN KONSEP D AN BERPIKIR KRITIS SISWA SMP PAD A TOPIK TEKANAN

BAB I PENDAHULUAN. sangat banyak. Tuntutan tersebut diantaranya adalah anak membutuhkan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) merupakan ilmu yang mempelajari

BAB I PENDAHULUAN. Peningkatan kualitas pendidikan merupakan masalah yang harus diselesaikan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Biologi merupakan salah satu cabang ilmu pengetahuan yang paling penting

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

JURUSAN TADRIS IPA BIOLOGI FAKULTAS TARBIYAH KEMENTERIAN AGAMA REPUBLIK INDONESIA INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI SYEKH NURJATI CIREBON 2013 M/1434 H

BAB I PENDAHULUAN. Di sekolah dasar, Ilmu Pengetahuan Alam atau sains merupakan salah satu

SKRIPSI E. FEBRY RISMAN PRAMANA NIM

BAB I PENDAHULUAN. sumber daya manusia yang melek terhadap sains dan teknologi (UNESCO,

PENGARUH MODEL PROBLEM BASED LEARNING TERHADAP KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS DAN BERPIKIR KREATIF SISWA PADA PEMBELAJARAN BIOLOGI

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Julia Artati, 2013

2015 PENGARUH PEMBELAJARAN DISCOVERY LEARNING TERHADAP PENGUASAAN KONSEP SISWA PADA POKOK BAHASAN ENZIM

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Ilmu pengetahuan alam (IPA) berkaitan dengan cara mencari tahu tentang

BAB I PENDAHULUAN. teknologi. Oleh karena itu, SDM (Sumber Daya Manusia) perlu disiapkan

BAB I PENDAHULUAN. bidang sains berada pada posisi ke-35 dari 49 negera peserta. dalam bidang sains berada pada urutan ke-53 dari 57 negara peserta.

BAB I PENDAHULUAN. pembelajaran pada satuan pendidikan untuk mencapai standar kompetensi

PENERAPAN SCIENCE TECHNOLOGY SOCIETY DISERTAI CONCEPT MAP TERHADAP HASIL BELAJAR BIOLOGI DAN SIKAP PEDULI LINGKUNGAN SISWA SMPN 1 KEBAKKRAMAT

BAB I PENDAHULUAN. martabat manusia secara holistik. Hal ini dapat dilihat dari filosofi

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan proses dimana seseorang memperoleh

2014 EFEKTIVITAS PROBLEM BASED LEARNING UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN READING COMPREHENSION

BAB I PENDAHULUAN. menjadi pemicu dalam kemajuan ilmu pendidikan. Mutu pendidikan perlu

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Erie Syaadah, 2013

I. PENDAHULUAN. mengatur dan menyelesaikan tugas-tugas yang mempengaruhi kehidupannya

BAB I PENDAHULUAN. Di era global ini, tantangan dunia pendidikan begitu besar, hal ini yang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. derajat persaingan mutupun terjadi secara signifikan. Tidak lagi persaingan. sudah lulus) kepada pelanggan (siswa dan masyarakat).

BAB I PENDAHULUAN. pengetahuan dan keterampilan sepanjang hayat (Rustaman, 2006: 1). Sistem

I. PENDAHULUAN. Pada hakikatnya, Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) dibangun atas dasar produk

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi telah mendatangkan

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Tiara Nurhada,2013

BAB 1 PENDAHULUAN. semua potensi, kecakapan, serta karakteristik sumber daya manusia kearah yang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dewi Elyani Nurjannah, 2013

BAB I PENDAHULUAN. Pada abad XXI dikenal sebagai abad globalisasi dan abad teknologi

2015 PENERAPAN MOD EL INKUIRI ABD UKTIF UNTUK MENINGKATKAN PENGUASAAN KONSEP D AN LITERASI SAINS SISWA SMA PAD A MATERI HUKUM NEWTON

I. PENDAHULUAN. kehidupan. Setyawati (2013:1) menyatakan bahwa peningkatan kualitas

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. harapan sangat bergantung pada kualitas pendidikan yang ditempuh. imbas teknologi berbasis sains (Abdullah, 2012 : 3).

BAB I PENDAHULUAN. khususnya Fisika memegang peranan penting. Indonesia sebagai negara

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi (IPTEK) telah

BAB I PENDAHULUAN. Undang-Undang tersebut, tugas utama guru adalah mendidik, mengajar,

BAB I PENDAHULUAN. Tahun 2003 Bab I Pasal I Ayat 1 menjelaskan bahwa pendidikan adalah usaha

BAB I PENDAHULUAN. Untuk mewujudkan upaya tersebut, Undang-Undang Dasar 1945 Pasal 31. Ayat (3) mengamanatkan agar pemerintah mengusahakan dan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. Ilmu Pengetahuan Alam (Sains) merupakan ilmu yang berhubungan dengan

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. berbagai masalah seperti tidak dapat melanjutkan studi, tidak dapat menyelesaikan

I. PENDAHULUAN. kita lakukan. Bukan untuk mencari jawaban semata, tetapi yang terlebih utama

BAB I PENDAHULUAN. menyelesaikan permasalahan-permasalahan yang ada di sekitarnya. Dengan

SRIE MULYATI, 2015 KONSTRUKSI ALAT UKUR PENILAIAN LITERASI SAINS SISWA SMA PADA KONTEN SEL VOLTA MENGGUNAKAN KONTEKS BATERAI LI-ION RAMAH LINGKUNGAN

I. PENDAHULUAN. berkembang dengan pesat. Hal ini tidak terlepas dari peranan dunia

I. PENDAHULUAN. menguasai informasi dan pengetahuan. Dengan demikian diperlukan suatu. tersebut membutuhkan pemikiran yang kritis, sistematis, logis,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. terbuka, artinya setiap orang akan lebih mudah dalam mengakses informasi

BAB I PENDAHULUAN. mengajar merupakan salah satu komponen yang sangat penting dalam

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Stevida Sendi, 2013

BAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan Undang-Undang Republik Indonesia No. 20 tahun 2003 tentang Sistem

SKRIPSI. Diajukan Untuk Melengkapi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Islam (S.Pd.I) Pada Jurusan Tadris IPA-Biologi

BAB I PENDAHULUAN. knowledge, dan science and interaction with technology and society. Oleh

ANALISIS KEMAMPUAN LITERASI SAINS DAN SIKAP CALON GURU NON IPA TERHADAP LINGKUNGAN PADA KERANGKA SAINS SEBAGAI PENDIDIKAN UMUM

Penerapan asesmen kinerja dalam menilai Literasi kuantitatif siswa pada konsep ekosistem

Transkripsi:

PENERAPAN PEMBELAJARAN TERPADU TIPE NESTED (TERSARANG) UNTUK MENINGKATKAN LITERASI SAINS SISWA PADA KONSEP EKOSISTEM DI KELAS X SMA NEGERI 5 KOTA CIREBON SKRIPSI Rt. MAHARANI KUSUMA NIM 14111620091 JURUSAN TADRIS IPA-BIOLOGI FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI SYEKH NURJATI CIREBON 2015 M / 1436 H

PENERAPAN PEMBELAJARAN TERPADU TIPE NESTED (TERSARANG) UNTUK MENINGKATKAN LITERASI SAINS SISWA PADA KONSEP EKOSISTEM DI KELAS X SMA NEGERI 5 KOTA CIREBON SKRIPSI Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Islam (S.Pd.I) pada Jurusan Tadris IPA Biologi Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Rt. MAHARANI KUSUMA NIM 14111620091 KEMENTERIAN AGAMA REPUBLIK INDONESIA INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI SYEKH NURJATI CIREBON 2015 M / 1436 H

ABSTRAK Rt. MAHARANI KUSUMA: Penerapan Pembelajaran Terpadu Tipe Nested (Tersarang) untuk Meningkatkan Literasi Sains Siswa pada Konsep Ekosistem di Kelas X SMA Negeri 5 Kota Cirebon Pendidikan sains di sekolah memiliki tujuan membangun masyarakat yang melek sains. Melihat hasil tes literasi yang diselenggarakan oleh PISA pada tahun 2012, negara Indonesia mendapat peringkat ke 64 dari 65 negara. Hal ini menunjukan betapa buruknya pendidikan sains di Indonesia. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengkaji (1) aktivitas siswa pada saat penerapan pembelajaran terpadu tipe nested (tersarang) pada konsep ekosistem di kelas X SMA Negeri 5 Kota Cirebon, (2) perbedaan peningkatan kemampuan literasi sains antara siswa yang diterapkan pembelajaran terpadu tipe nested (tersarang) dengan siswa yang tidak diterapkan pembelajaran terpadu tipe nested (tersarang) pada konsep ekosistem di kelas X SMA Negeri 5 Kota Cirebon, (3) respon siswa terhadap penerapan pembelajaran terpadu tipe nested (tersarang) pada konsep ekosistem di kelas X SMA Negeri 5 Kota Cirebon. Hal yang perlu dilakukan untuk mengatasi permasalahan tersebut salah satunya adalah dengan menerapkan pembelajaran yang dapat mengcover sains tidak hanya dari sisi teori, tetapi dari aplikasinya juga yaitu dengan pembelajaran terpadu tipe nested (tersarang). Kemampuan pengetahuan siswa dalam mengamati dan menjelaskan fenomena secara ilmiah dapat berimplikasi pada kesiapan mereka menghadapi globalisasi dan perubahan alam yang akan terjadi. Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah observasi, tes literasi sains, dan angket. Populasi penelitian ini adalah siswa kelas X, sampel diambil dengan menggunakan teknik Simple Random Sampling. Data hasil tes dianalisis dengan uji Independent T-test (uji t). Uji statistik menunjukkan sig. 0,000 < 0,05, Ha diterima yaitu terdapat perbedaan peningkatan kemampuan literasi sains yang signifikan antara siswa yang menggunakan pembelajaran terpadu tipe nested (tersarang) dengan siswa yang tidak menggunakan pembelajaran terpadu tipe nested (tersarang) pada konsep ekosistem di kelas X SMA Negeri 5 Kota Cirebon. Kata Kunci : Literasi sains, pembelajaran terpadu tipe nested (tersarang)

PENGESAHAI\ Skripsi berjudul Penerapan Pembelajaran Terpadu Tipe Nested (Tersarang) untuk Meningkatkan Literasi Sains Siswa pada Konsep Ekosistem Di Kelas X SMA Negeri 5 Kota Cirehon oleh Rt. Maharani Kusuma, NIM. 14111620091 telah dimunaqasahkan pada Jumat, 31 Juli 2015 di hadapan dewan penguji dan dinyatakan LULUS. Skripsi ini telah memenuhi salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan Islam (S.Pd.I) pada Jurusan Tadris IPA Biologi Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan IAIN Syekh Nurjati Cirebon. Ketua Jurusan Dr. Kartimi, M.Pd. NIP. 19680514 199301 2 001 Sekretaris Jurusan Asep Mulyani, M.Pd. NrP.19790918 201101 1 004 Tanggal tr-o8-lats (O-o8-lorS Penguji 1 Novianti Muspiroh, MP NIP. 197211 14 200003 2 00r Penguji 2 Asep Mulyani, M.Pd. NIP. 19790918 201101 r 004 Pembimbing I Prof. Dr, H. \Yahidin, M.Pd NrP. 19651002 198803 t 0A2 O1 -ob"zotg 01 -ot-20i, o7- ob-totr,/w/, Pembimbing 2 Hj. Ria Yulia Gloria, SP, M.Pd. NrP.19690828 200901 2 001 to-ob- )_ctf, Mengetahui, Ilmu Tarbiyah dan Keguruan _/ Nafi'a, M.Ag rp.19721220 199803 1 004

DAFTAR ISI Halaman ABSTRAK KATA PENGANTAR... i DAFTAR ISI... ii DAFTAR TABEL... iv DAFTAR GAMBAR... v DAFTAR LAMPIRAN... vi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang... 1 B. Perumusan Masalah... 4 C. Tujuan Penelitian... 5 D. Manfaat Penelitian... 6 E. Definisi Operasional... 6 F. Kerangka Berpikir... 7 G. Hipotesis... 8 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Karakteristik Pembelajaran IPA... 9 B. Pembelajaran Terpadu Tipe Nested (Tersarang)... 10 C. Literasi Sains... 13 1. Konteks... 15 2. Kompetensi... 17 3. Pengetahuan... 17 4. Sikap... 20 D. Analisis Materi Ekosistem di SMA... 20 E. Penelitian Lain yang Relevan... 24 BAB III METODE PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian... 27 B. Kondisi Umum Wilayah Penelitian... 27 C. Desain Penelitian... 28 D. Langkah-langkah Pelaksanaan Penelitian... 28 1. Menetapkan Sumber Data... 28 ii

2. Menentukan Populasi dan Sampel... 29 3. Melakukan Pengumpulan Data... 29 4. Melakukan Teknik Pengolahan Data... 31 E. Prosedur Penelitian... 33 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi Hasil Penelitian... 36 1. Aktivitas Siswa pada Penerapan Pembelajaran Terpadu Tipe Nested (Tersarang) pada Konsep Ekosistem di Kelas X SMA Negeri 5 Kota Cirebon... 36 2. Perbedaan Peningkatan Literasi Sains... 37 a. Deskripsi Peningkatan Literasi Sains Berdasarkan Keseluruhan Aspek Literasi Sains... 37 b. Deskripsi Peningkatan Literasi Sains Setiap Aspek... 41 3. Respon Siswa Kelas X SMA Negeri 5 Kota Cirebon Terhadap Penerapan Pembelajaran Terpadu Tipe Nested (Tersarang) pada Konsep Ekosistem... 50 B. Pembahasan... 52 1. Aktivitas Siswa pada Penerapan Pembelajaran Terpadu Tipe Nested (Tersarang) pada Konsep Ekosistem di Kelas X SMA Negeri 5 Kota Cirebon... 52 2. Perbedaan Peningkatan Kemampuan Literasi Sains antara Siswa yang Diterapkan Pembelajaran Terpadu Tipe Nested (tersarang) dengan Siswa yang tidak Diterapkan Pembelajaran Terpadu Tipe Nestes (Tersarang) pada Konsep Ekosistem di Kelas X SMA Negeri 5 Kota Cirebon... 54 3. Respon Siswa Kelas X SMA Negeri 5 Kota Cirebon Terhadap Penerapan Pembelajaran Terpadu Tipe Nested (Tersarang) pada Konsep Ekosistem... 58 BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan... 60 B. Saran... 60 DAFTAR PUSTAKA... 61 LAMPIRAN iii

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Abad 21 ditandai oleh pesatnya perkembangan sains dan teknologi dalam bidang kehidupan di masyarakat, terutama teknologi informasi dan komunikasi, sehingga diperlukan cara pembelajaran yang dapat menyiapkan peserta didik untuk melek sains dan teknologi, mampu berpikir logis, kritis, kreatif, serta dapat berargumentasi secara benar. Kenyataannya tidak banyak peserta didik yang menyukai bidang kajian sains, karena dianggap sukar, keterbatasan kemampuan peserta didik, atau karena merasa tak berminat menjadi ilmuan atau ahli teknologi, akan tetapi mereka tetap berharap agar pembelajaran sains di sekolah dapat disajikan secara menarik, efisien, dan efektif. (Trianto, 2011: 154) Kehidupan masyarakat di era globalisasi yang antara lain ditandai oleh kehidupan yang sangat akrab dengan perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni, telah menuntut warganya untuk memiliki kemampuan dasar agar dapat survive di tengah masyarakat. Kemampuan ini seyogyanya diperoleh di sekolah-sekolah formal sebelum seorang siswa memasuki pendidikan tinggi dan mulai bersosialisasi dengan masyarakat. Kemampuan dasar ini tidak saja akan sangat berpengaruh terhadap kesiapan siswa memasuki jenjang pendidikan selanjutnya yang penuh persaingan, tetapi juga kesiapannya mengahadapi kehidupan di masyarakat. Pendidikan dasar seyogyanya dapat memberikan bekal kemampuan dasar tersebut untuk mengembangkan potensi kehidupannya agar mereka juga mampu belajar sepanjang hayat. (Hayat, 2010: 24) Tujuan mata pelajaran Pendidikan IPA menurut Wahidin (2006 : 17) adalah membangun masyarakat melek sains. Melek sains dimaksudkan sebagai sadar terhadap perkembangan dunia informasi, dan peradaban manusia secara menyeluruh. Orang yang melek sains tidak akan alergi dengan perubahan, karena perubahan adalah sunatullah. Kenyataannya masyarakat kita masih takut dengan perubahan. Orang yang sadar terhadap perkembangan dunia tidak akan tinggal diam, tetapi selalu menyesuaikan diri dengan terus meningkatkan kemampuan diri. Kebermaknaan dalam pembelajaran sains bagi siswa dapat diperoleh jika siswa memiliki kemampuan literasi sains yang baik. Literasi sains dalam PISA 2003 dalam Hayat (2010: 315) menyatakan bahwa literasi sains didefinisikan sebagai kapasitas 1

2 untuk menggunakan pengetahuan ilmiah, mengidentifikasi pernyataan, dan menarik kesimpulan berdasarkan fakta dalam rangka memahami alam semesta dan perubahan yang terjadi karena aktivitas manusia. Penilaian literasi sains dalam PISA lebih difokuskan pada aplikasi pengetahuan dan keterampilan sains dalam situasi nyata serta tidak menguji aspek-aspek yang diberikan di dalam kurikulum tertentu. PISA (Programme for Internasional Student Assessment) bertujuan meneliti secara berkala tentang kemampuan siswa usia 15 tahun dalam kemampuan literasi sains. PISA mengukur kemampuan siswa pada akhir usia wajib belajar untuk mengetahui kesiapan siswa menghadapi tantangan masyarakat-pengetahuan (knowledge society). Hasil studi PISA pada tahun 2000 mengungkapkan bahwa literasi sains Negara Indonesia menduduki peringkat ke- 39 dari 42 negara yang mengikuti tes dengan skor rata-rata 371 (Hayat, 2010: 11). Hasil studi PISA yang terbaru (dikutip dari PISA result 2012), negara Indonesia mendapat peringkat ke 64 dari 65 negara. Ini mungkin dikarenakan salah satu penyebabnya adalah sistem pembelajaran di Indonesia yang cenderung fokus pada teori dan hafalan. Pernyataan ini sejalan dengan pendapat Trianto dalam bukunya (2011: 154) yang mengatakan bahwa kecenderungan pembelajaran sains pada masa kini adalah peserta didik hanya mempelajari sains sebagai produk, menghafal konsep, teori, dan hukum. Keadaan ini diperparah oleh pembelajaran yang berorientasi pada tes/ujian. Sains sebagai proses, sikap, dan aplikasi tidak tersentuh dalam pembelajaran. Hasil belajar IPA yang dicapai oleh peserta didik di Indonesia yang tergolong rendah dipengaruhi oleh banyak faktor, yaitu karakteristik peserta didik dan keluarga, kemampuan membaca, motivasi belajar, minat dan konsep diri, strategi belajar, tingkat kehadiran, dan rasa memiliki. (Hayat & Yusuf (2010) dalam Widi Wisudawati & Sulistyowati, 2014: 11) Pembelajaran sains khususnya biologi di sekolah, seharusnya tidak hanya sekedar teori, tetapi juga harus disertai praktikum dan mengkaitkan pembelajaran dengan fenomena alam, sehingga apa yang siswa pelajari dapat diaplikasikan dalam kehidupannya. Pernyataan ini sejalan dengan pendapat Rizema Putra (2013: 51) yang mengatakan bahwa sains adalah pengetahuan yang mempelajari, menjelaskan, serta menginvestasikan fenomena alam dengan segala aspeknya yang bersifat empiris. Sains dikatakan sebagai proses atau metode dan produk, dengan menggunakan metode ilmiah yang sarat keterampilan proses, mengamati, mengajukan masalah, mengajukan hipotesis, mengumpulkan dan menganalisis, serta mengevaluasi data dan menarik

3 kesimpulan terhadap fenomena alam, maka akan diperoleh produk sains, misalnya fakta, konsep, dan generalisasi yang kebenarannya bersifat tentatif. Berdasarkan hasil observasi dan wawancara dengan salah satu guru biologi di SMA Negeri 5 Kota Cirebon, pembelajaran biologi di sana masih konvensional dengan metode ceramah dan jarang melakukan praktikum, sehingga pemahaman siswa tentang konsep biologi kurang mendalam, hanya dipermukaan saja. Oleh karena itu, diperlukan suatu model pembelajaran yang dapat meningkatkan pemahaman siswa, khususnya kemampuan literasi sains siswa. Joni T. R dalam Trianto (2011: 56) menyatakan bahwa model pembelajaran terpadu merupakan sistem pembelajaran yang memungkinkan siswa, baik secara individu maupun kelompok, aktif mencari, menggali dan menemukan konsep serta prinsip keilmuan secara holistik, bermakna, dan otentik. Pembelajaran terpadu tipe nested menurut Fogarty (1991: 23) adalah pembelajaran yang memadukan keterampilan berpikir (thinking skill), keterampilan sosial (sosial skill), dan keterampilan mengorganisir (organizing skill). Pembelajaran terpadu tipe nested (tersarang) diharapkan dapat meningkatkan kemampuan literasi sains siswa. Pernyataan ini sejalan dengan penelitian sebelumnya yang pernah dilakukan oleh Paul Webb pada tahun 2009 yang berjudul Towards an Integrated Learning Strategies Approach To Promoting Science Literacy in the South African Context. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa pembelajaran terpadu dapat meningkatkan kemampuan literasi sains siswa. Penelitian lain yang dilakukan oleh Siti Rahmawati pada tahun 2010 mengenai pengembangan model pembelajaran terpadu connected untuk meningkatkan literasi sains siswa pada mata pelajaran IPA SMP. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa pembelajaran IPA terpadu model connected dapat dikatakan berhasil meningkatkan literasi sains siswa dan telah efektif digunakan. Tes yang dilakukan oleh PISA 2012 yang diantaranya mencakup beberapa pertanyaan yang didalamnya terdapat kombinasi antara teks, foto, tabel, grafik, dan diagram, pembelajaran terpadu tipe nested (tersarang) dapat meningkatkan kemampuan literasi sains siswa, karena dalam model pembelajaran terpadu tipe nested (tersarang) terdapat tiga keterampilan peserta didik yang dikembangan, yaitu keterampilan berpikir, keterampilan sosial, dan keterampilan mengorganisasi. Siswa mampu menganalisis fenomena alam secara ilmiah, juga terlatih dari sisi sikap terhadap lingkungan sosialnya, juga siswa mampu membaca data yang disajikan dalam bentuk foto, tabel, grafik, dan diagram. Materi ekosistem yang diambil sesuai

4 konsep yang terdapat dalam PISA 2012 dimana aspek konteksnya yaitu lingkungan, aspek kompetensi yaitu menjelaskan fenomena ilmiah mengenai global warming, banjir, dan hujan asam, dan aspek pengetahuan yaitu ekosistem. Berdasarkan paparan di atas, penulis tertarik untuk melakukan penelitian yang berjudul Penerapan Model Pembelajaran Terpadu Tipe Nested (Tersarang) untuk Meningkatkan Literasi Sains Siswa pada Konsep Ekosistem Di Kelas X SMA Negeri 5 Kota Cirebon. Pokok bahasan yang dipilih dalam penelitian ini adalah mengenai ekosistem dimana materi ini merupakan materi yang dapat ditemui dalam kehidupan nyata sehari-hari. Selain itu, materi tentang alam terdapat dalam cakupan pengetahuan yang ditetapkan oleh PISA sehingga materi yang dipilih untuk penelitian ini adalah ekosistem. B. Perumusan Masalah 1. Identifikasi Masalah a. Wilayah Kajian Wilayah kajian dalam penelitian ini adalah literasi sains, yaitu tentang peningkatan literasi sains siswa melalui model pembelajaran terpadu tipe nested (tersarang) pada konsep ekosistem di kelas X SMA Negeri 5 Kota Cirebon. b. Pendekatan Penelitian Pendekatan penelitian yang digunakan adalah pendekatan kuantitatif yaitu pendekatan yang memungkinkan dilakukan pencatatan dan analisis data hasil penelitian secara eksak dan menganalisis datanya menggunakan perhitungan statistik. c. Jenis Masalah Jenis masalah yang dikaji adalah masalah kemampuan literasi sains pelajar di Indonesia yang rendah. 2. Pembatasan Masalah Agar penelitian terarah dan dapat mencapai sasaran maka perlu adanya batasan masalah dalam penelitian ini yaitu sebagai berikut. a. Subjek penelitian ini adalah siswa kelas X 1 dan 2 di SMA Negeri 5 Kota Cirebon

5 b. Penerapan pembelajaran terpadu tipe nested (tersarang) yang meliputi tiga keterampilan yaitu thinking skill, social skill, dan organizing skill pada konsep ekosistem c. Kemampuan literasi sains siswa yang dibandingkan antara kelas kontrol dan kelas eksperimen mencakup aspek pengetahuan, kompetensi, dan konteks yang diukur melalui pretest dan posttest. 3. Pertanyaan Penelitian Berdasarkan pada permasalahan yang telah diuraikan di atas, maka dapat dikemukakan beberapa pertanyaan penelitian sebagai berikut. a. Bagaimana aktivitas siswa pada saat penerapan model pembelajaran terpadu tipe nested (tersarang) pada konsep ekosistem di kelas X SMA Negeri 5 Kota Cirebon? b. Bagaimana perbedaan peningkatan kemampuan literasi sains antara siswa yang diterapkan model pembelajaran terpadu tipe nested (tersarang) dengan siswa yang tidak diterapkan model pembelajaran terpadu tipe nested (tersarang) pada konsep ekosistem di kelas X SMA Negeri 5 Kota Cirebon? c. Bagaimana respon siswa terhadap penerapan model pembelajaran terpadu tipe nested (tersarang) pada konsep ekosistem di kelas X SMA Negeri 5 Kota Cirebon? C. Tujuan Penelitian Adapun tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut. 1. Untuk mengkaji aktivitas siswa pada saat penerapan model pembelajaran terpadu tipe nested (tersarang) pada konsep ekosistem di kelas X SMA Negeri 5 Kota Cirebon. 2. Untuk mengkaji perbedaan peningkatan kemampuan literasi sains antara siswa yang diterapkan model pembelajaran terpadu tipe nested (tersarang) dengan siswa yang tidak diterapkan model pembelajaran terpadu tipe nested (tersarang) pada konsep ekosistem di kelas X SMA Negeri 5 Kota Cirebon. 3. Untuk mengkaji respon siswa terhadap penerapan model pembelajaran terpadu tipe nested (tersarang) pada konsep ekosistem di kelas X SMA Negeri 5 Kota Cirebon.

6 D. Manfaat Penelitian Dengan tercapainya tujuan di atas, penulis berharap dapat memberikan manfaat bagi siswa, guru, dan lembaga yang bersangkutan antara lain sebagai berikut. 1. Bagi Siswa Siswa dapat meningkatkan kemampuan literasi sains dalam konteks, kompetensi, dan pengetahuan sains pada konsep ekosistem serta dapat mengaplikasikan pengetahuan yang didapat di sekolah dalam kehidupan nyata sehari-hari. 2. Bagi Guru Hasil penelitian ini dapat dijadikan bahan rekomendasi mengajar dalam meningkatkan kemampuan literasi sains siswa dan menjadikan siswa ikut berperan aktif dalam pembelajaran. 3. Bagi Lembaga Hasil penelitian ini dapat dijadikan bahan masukan untuk perbaikan mutu pendidikan dan memperkaya model pembelajaran biologi di SMA Negeri 5 Kota Cirebon. E. Definisi Operasional Pembelajaran terpadu tipe nested (tersarang) merupakan pengintegrasian kurikulum di dalam satu disiplin ilmu secara khusus meletakkan fokus pengintegrasian pada sejumlah keterampilan belajar yang ingin dilatihkan oleh seorang guru kepada siswanya dalam suatu unit pembelajaran untuk ketercapaian materi pelajaran (content). Keterampilan-keterampilan belajar itu meliputi keterampilan berpikir (thinking skill), keterampilan sosial (social thinking), dan keterampilan mengorganisir (organizing skill). (Fogarty, 1991: 23) Literasi sains menurut PISA 2012, menyatakan bahwa literasi sains mengacu pada pengetahuan ilmiah dimana pengetahuan ilmiah ini dibagi menjadi knowledge of science (pengetahuan sains) dan knowledge about science (pengetahuan tentang sains). Pengetahuan sains mengacu pada pengetahuan tentang alam di bidang utama, yaitu fisika, kimia, biologi, ilmu bumi dan ruang angkasa, dan teknologi berbasis ilmu pengetahuan. Pengetahuan tentang sains mengacu pada pengetahuan tentang cara penyelidikan ilmiah dan tujuan dari penjelasan

7 ilmiah dalam sains (OECD, 2013: 99). PISA 2012 membagi literasi sains siswa menjadi empat aspek, yaitu konteks, kompetensi, pengetahuan, dan sikap. F. Kerangka Berpikir Konsep pembelajaran biologi terkadang hanya menitikberatkan pada penguasaan ranah kognitif dengan mengembangkan metode menghafal. Siswa hanya dilatih kemampuan berpikirnya saja dengan diberikan teori dan diharuskan untuk menghafalnya, tanpa siswa tahu apa manfaat dari mempelajari konsep sains yang diajarkan dalam kehidupan nyata dan keseharian siswa. Sehingga kemampuan literasi sains siswa rendah, sebagaimana hasil PISA 2012, yang mengatakan bahwa Negara Indonesia berada pada peringkat ke-64 dari 65 negara, Sains adalah pengetahuan yang mempelajari, menjelaskan, serta menginvestasikan fenomena alam dengan segala aspeknya yang bersifat empiris. Melihat definisi sains yang demikian, maka sudah seharusnya pembelajaran sains yang siswa pelajari di sekolah berkaitan dengan dunia nyata dan dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari. Seorang guru haruslah mampu untuk mengajar tidak hanya melatih kemampuan berpikir siswa, namun juga melatih kemampuan sosial dan kemampuan membaca grafik. Guna dalam kehidupan di masyarakat, siswa dapat membaca informasi yang disajikan dalam grafik. Siawa yang dilatih kemampuan sosialnya, siswa bisa mendapatkan pengetahuan yang lebih dengan sharing bersama temannya. Penelitian ini, ingin mengetahui informasi mengenai peningkatan literasi sains siswa pada konsep ekosistem dengan menggunakan model pembelajaran terpadu tipe nested (tersarang). Pembelajaran ini, dapat diterapkan pembelajaran yang dapat membantu siswa untuk memahami pelajaran tidak hanya dari satu sisi, karena dalam literasi sains siswa dapat mengembangkan pola pikirnya dari dimensi konteks, kompetensi, dan pengetahuan. Pembelajaran terpadu tipe nested ini menekankan pada tiga aspek keterampilan yang memungkinkan dapat membantu siswa dalam kemampuan literasi sainsnya. Keterampilan tersebut meliputi keterampilan berpikir (thinking skill), keterampilan sosial (sosial skill), dan keterampilan mengorganisir (organizing skill). Gambar 1.1 menunjukkan kerangka berpikir dari penelitian ini.

8 Literasi Sains Siswa Rendah Solusi Penerapan Pembelajaran Terpadu Tipe Nested (Tersarang) Guru Interaksi Siswa Evaluasi Literasi Sains Siswa Meningkat Gambar 1.1 Bagan Kerangka Berpikir G. Hipotesis Penelitian Hipotesis dalam penelitian ini adalah sebagai berikut : H a : Terdapat perbedaan peningkatan kemampuan literasi sains yang signifikan antara siswa yang menggunakan pembelajaran terpadu tipe nested (tersarang) dengan siswa yang tidak menggunakan pembelajaran terpadu tipe nested (tersarang) pada konsep ekosistem di kelas X SMA Negeri 5 Kota Cirebon

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. KESIMPULAN Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan, tentang penerapan pembelajaran terpadu tipe nested (tersarang) untuk meningkatkan literasi sains siswa pada konsep ekosistem di kelas X SMA Negeri 5 Kota Cirebon, dapat disimpulkan: 1. Aktivitas siswa pada penerapan model pembelajaran terpadu tipe nested (tersarang) termasuk ke dalam kriteria kuat dengan persentase rata-rata sebesar 75,63%. 2. Terdapat perbedaan peningkatan literasi sains siswa yang signifikan setelah diterapkan model pembelajaran terpadu tipe nested (tersarang), hal ini ditunjukan oleh rata-rata pretest sebesar 32,73, rata-rata posttest sebesar 67,91, dan rata-rata nilai gain sebesar 0,52. 3. Penerapan model pembelajaran terpadu tipe nested (tersarang) mendapatkan respon kuat dari siswa jika dilihat dari persentase keseluruhan siswa yang mencapai 76,40%. B. SARAN Saran yang dapat peneliti berikan sebagai bahan pertimbangan, sebagai berikut: 1. Penerapan model pembelajaran terpadu tipe nested (tersarang) dalam pembelajaran efektif digunakan. Oleh karena itu, pembelajaran ini dapat dipilih guru sebagai alternatif dalam pembelajaran untuk membantu proses kegiatan belajar mengajar. 2. Guru diharapkan mengajar tidak hanya melatih kemampuan berpikir siswa saja, melainkan juga melatih kemampuan sosial dan organisir siswa. Agar siswa mampu membuat maupun membaca soal dalam bentuk grafik. 3. Siswa sebaiknya mampu mengaitkan konsep yang diajarkan di sekolah dengan fenomena alam yang terjadi, sehingga dapat menjadi manusia yang peduli dan sadar terhadap perubahan alam. 60