58. Jurnal Online Agroekoteknologi Vol.1, No.2, Maret 2013 ISSN No

dokumen-dokumen yang mirip
SKRIPSI OLEH: NENY YANTI SIREGAR AGROEKOTEKNOLOGI - HPT

DEPARTEMEN AGROEKOTEKNOLOGI FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 2014

SKRIPSI OLEH : ADE CHRISTIAN MANIK

UJI KETAHANAN BEBERAPA GENOTIPE TANAMAN KARET TERHADAP PENYAKIT Corynespora cassiicola DAN Colletotrichum gloeosporioides DI KEBUN ENTRES SEI PUTIH

RESPONS PERTUMBUHAN STUM MATA TIDUR KARET (Hevea brasiliensis Muell Arg.) DENGAN PEMBERIAN AIR KELAPA DAN PUPUK ORGANIK CAIR

DAN PEMBERIAN ARANG BATOK KELAPA SEBAGAI PENGENDALIAN HAYATI PENYAKIT LANAS

*Corresponding author : ABSTRACT

RESPOMS PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI SAAWI (Brassica Juncea. L) TERHADAP INTERVAL PENYIRAMAN DAN KONSENTRASILARUTAN PUPUK NPK SECARA HIDROPONIK

Pengaruh Lama Penyimpanan dan Diameter Stum Mata Tidur terhadap Pertumbuhan Bibit Karet (Hevea brasiliensis Muell. Arg.)

DEPARTEMEN HAMA DAN PENYAKIT TUMBUHAN FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SUMATRA UTARA M E D A N

CARA APLIKASI Trichoderma spp. UNTUK MENEKAN INFEKSI BUSUK PANGKAL BATANG (Athelia rolfsii (Curzi)) PADA BEBERAPA VARIETAS KEDELAI DI RUMAH KASSA

DEPARTEMEN HAMA DAN PENYAKIT TUMBUHAN FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA M E D A N

Jurnal AGRIFOR Volume XV Nomor 2, Oktober 2016 ISSN P ISSN O

PERTUMBUHAN STUMP KARET PADA BERBAGAI KEDALAMAN DAN KOMPOSISI MEDIA TANAM SKRIPSI OLEH : JENNI SAGITA SINAGA/ AGROEKOTEKNOLOGI-BPP

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di kebun percobaan Fakultas Pertanian

SKRIPSI OLEH: M. ZAHRIN SARAGIH HPT

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

serum medium koloni Corynebacterium diphtheria tampak putih keabuabuan, spesimenklinis (Joklik WK, Willett HP, Amos DB, Wilfert CM, 1988)

BAB III BAHAN DAN METODE. Medan Area yang berlokasi di Jalan Kolam No. 1 Medan Estate, Kecamatan

PENGARUH PEMATAHAN DORMANSI TERHADAP DAYA KECAMBAH DAN PERTUMBUHAN VEGETATIF TANAMAN MUCUNA (Mucuna bracteata D.C) SKRIPSI

METODE MAGANG Tempat dan Waktu Metode Pelaksanaan Pengamatan dan Pengumpulan Data

SINERGI ANTARA NEMATODA

PENGARUH TEPUNG DAUN CENGKEH TERHADAP PERTUMBUHAN DAN HASIL TOMAT ORGANIK

SKRIPSI OLEH : DESMAN KARIAMAN TUMANGGER Universitas Sumatera Utara

UJI EFEKTIVITAS BEBERAPA JENIS FUNGISIDA NABATI DENGAN DOSIS YANG BERBEDA UNTUK MENGENDALIKAN PENYAKIT BERCAK DAUN

RESPONS PERTUMBUHAN BIBIT MUCUNA (Mucuna bracteata D.C) SECARA STEK PADA MEDIA TANAM LIMBAH KELAPA SAWIT DAN MIKORIZA SKRIPSI OLEH :

PENGARUH JENIS ZAT PENGATUR TUMBUH DAN UKURAN BAHAN STEK TERHADAP PERTUMBUHAN STEK TANAMAN NAGA SKRIPSI

PENGARUH RADIASI ULTRA VIOLET TERHADAP VIRULENSI. Fusarium oxysporum f.sp passiflora DI LABORATORIUM SKRIPSI OLEH : MUKLIS ADI PUTRA HPT

I. PENDAHULUAN. seluruh dunia dan tergolong spesies dengan keragaman genetis yang besar.

DEPARTEMEN HAMA DAN PENYAKIT TUMBUHAN FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN 2010

PENGARUH JARAK TANAM DAN DOSIS PUPUK NITROGEN TERHADAP PERTUMBUHAN BUD CHIP TEBU (Saccharum officinarum L.) SKRIPSI OLEH:

RESPONS PERTUMBUHAN BIBIT KAKAO (Theobroma cacao L.) TERHADAP PEMBERIAN PUPUK ORGANIK VERMIKOMPOS DAN INTERVAL PENYIRAMAN PADA TANAH SUBSOIL SKRIPSI

III. BAHAN DAN METODE PENELITIAN. Penelitian Laboratorium dilaksanakan di Laboratorium Agroteknologi,

UJI KETAHANAN BEBERAPA GENOTIPE TANAMAN KARET TERHADAP PENYAKIT Corynespora cassiicola DAN Colletotrichum gloeosporioides DI KEBUN ENTRES SEI PUTIH

BAB I PENDAHULUAN. Teknologi pertanian, khususnya dalam pengendalian penyakit tanaman di

Jurusan Hama dan Penyakit Tumbuhan, Fakultas Pertanian Universitas Padjadjaran, Indonesia ABSTRACT

PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI BAWANG MERAH DENGAN PENGOLAHAN TANAH YANG BERBEDA DAN PEMBERIAN PUPUK NPK

Program Studi Agroekoteknologi Fakultas Pertanian USU, Medan ABSTRACT

PEMERINTAH KABUPATEN PROBOLINGGO

PEMBERIAN PUPUK P DAN Zn UNTUK MENINGKATKAN KETERSEDIAAN P DAN Zn DI TANAH SAWAH SKRIPSI OLEH : KIKI DAMAYANTI

PERTUMBUHAN BIBIT BUD CHIPS TEBU (Saccharum officinarum L. ) PADA BERBAGAI UMUR BAHAN TANAMAN DENGAN PEMBERIAN BAP

PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI BEBERAPA AKSESI BAWANG MERAH (Allium ascalonicum L.) LOKAL HUMBANG HASUNDUTAN PADA BERBAGAI DOSIS IRADIASI SINAR GAMMA

SKRIPSI. Oleh : TSABITA BENAZIR MUNAWWARAH SYA BI AGROEKOTEKNOLOGI-ILMU TANAH

RESPON PERTUMBUHAN STUMPKARET

UJI KETAHANAN BEBERAPA VARIETAS JAGUNG (Zea mays L.) TERHADAP PENYAKIT KARAT DAUN (Puccinia polysora Underw.) DI DATARAN RENDAH ABSTRACT

PENGARUH BENTUK DAN KETINGGIAN PERANGKAP STICKY TRAP KUNING TERHADAP LALAT BUAH

PENGARUH KONSENTRASI PUPUK ORGANIK CAIR DAN MACAM VARIETAS TERHADAP PERTUMBUHAN DAN HASIL TANAMAN BAWANG MERAH (Allium ascalonicum L.

UJI PATOGENITAS BIOFUNGISIDA (PROMAX) DENGAN BAHAN AKTIF

TANGGAP PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI SAWI (Brassica juncea L.) TERHADAP PEMBERIAN PUPUK CAIR SKRIPSI MUHAMMAD RIZKY ANDRY AGROEKOTEKNOLOGI - BPP

UJI DAYA TUMBUH BIBIT TEBU YANG TERSERANG HAMA PENGGEREK BATANG BERGARIS (Chilo sacchariphagus Bojer.)

III. BAHAN DAN METODE PENELITIAN. Universitas Medan Area yang berlokasi di jalan Kolam No. 1 Medan Estate,

III. METODE PENELITIAN. Kecamatan Medan Percut Sei Tuan dengan ketinggian tempat kira-kira 12 m dpl,

PERTUMBUHAN STUM MATA TIDUR KARET (Hevea brasiliensis Muell Arg.) DENGAN PEMBERIAN AIR KELAPA DAN LAMA PENYIMPANAN PADA KERTAS KORAN

UJI PENGARUH BEBERAPA HERBISIDA TERHADAP Trichoderma sp SECARA IN VITRO SKRIPSI MUHAMMAD MAJID

EFEKTIVITAS PEMBERIAN EM (Effective Microorganism) TERHADAP PERTUMBUHAN Anthurium plowmanii PADA MEDIA CAMPURAN PAKIS CACAH DAN ARANG SEKAM SKRIPSI

PENGARUH PEMBERIAN NAA DAN KINETIN TERHADAP PERTUMBUHAN EKSPLAN BUAH NAGA (Hylocereus costaricensis) MELALUI TEKNIK KULTUR JARINGAN SECARA IN VITRO

I. PENDAFIULUAN. Tanaman kelapa sawit {Elaeis guineensis Jacq') merapakan tanaman

III. BAHAN DAN METODE. laut, dengan topografi datar. Penelitian dilakukan mulai bulan Mei 2015 sampai

RESPONS JARAK TANAM DAN DOSIS PUPUK ORGANIK GRANUL YANG BERBEDA TERHADAP PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI TANAMAN JAGUNG MANIS

DAN CABANG PADA ENAM KLON KARET ABSTRACT

Respon Pertumbuhan dan Produksi Tanaman Jagung Terhadap Frekuensi Pemberian Pupuk Organik Cair dan Aplikasi Pupuk NPK

III. BAHAN DAN METODE. Tuan dengan ketinggian 25 mdpl, topografi datar dan jenis tanah alluvial.

PENGARUH PUPUK KANDANG KELINCI DAN PUPUK NPK (16:16:16) TERHADAP PERTUMBUHAN BIBIT KAKAO (Theobroma cacao L.)

PUPUK ORGANIK CAIR DAN PUPUK KANDANG AYAM BERPENGARUH KEPADA PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI KEDELAI ( Glycine max L. )

Pengaruh Konsentrasi dan Waktu Penyemprotan Pupuk Organik Cair Super ACI terhadap Pertumbuhan dan Hasil Jagung Manis

HASIL DAN PEMBAHASAN

BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Alat dan Bahan Metode Penelitian

UJI PERBEDAAN SISTEM JAJAR LEGOWO TERHADAP BEBERAPA VARIETAS TANAMAN PADI (Oryza sativa L.) PADA SAWAH TADAH HUJAN SKRIPSI SARLYONES KAFISA

Trichoderma spp. ENDOFIT AMPUH SEBAGAI AGENS PENGENDALI HAYATI (APH)

I. PENDAHULUAN. Tembakau (Nicotiana tabacum L.) merupakan jenis tanaman yang dipanen

PENDAHULUAN. Glycine ururiencis, merupakan kedelai yang menurunkan berbagai kedelai yang

PEMBERIAN FERMENTASI URIN MANUSIA SEBAGAI PUPUK ORGANIK CAIR UNTUK MENINGKATKAN PERTUMBUHAN TANAMAN JAGUNG DI TANAH INSEPTISOL KWALA BEKALA SKRIPSI

DEPARTEMEN HAMA DAN PENYAKIT TUMBUHAN FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN 2010

SKRIPSI. PERTUMBUHAN DAN HASIL TANAMAN MENTIMUN (CucumisSativus L.) DENGAN PEMBERIAN DUA INTERVAL DAN BEBERAPA DOSIS URINE SAPI

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

III. BAHAN DAN METODE

RESPON PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI TANAMAN SELADA (Lactuca sativa L.)TERHADAP MEDIA TANAM DAN PEMBERIAN PUPUK ORGANIK CAIR SKRIPSI OLEH

PENGARUH JARAK TANAM DAN POSISI RUAS STEK TERHADAP PERTUMBUHAN DAN HASIL RUMPUT GAJAH (Pennisetum purpureum) SKRIPSI

PENGARUH KERAPATAN DAN KEDALAMAN TANAM TERHADAP PERTUMBUHAN DAN HASIL KACANG HIJAU (Vigna radiata L.)

RESPONS PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI BEBERAPA VARIETAS UBI JALAR (Ipomoea batatas L. Lam) TERHADAP PEMBERIAN KOMPOS JERAMI PADI SKRIPSI OLEH:

BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian Bahan dan Alat Metode Penelitian Penyiapan tanaman uji

III. MATERI DAN METODE

RESPONS PERTUMBUHAN BIBIT KAKAO (Theobroma cacao L.) TERHADAP PEMBERIAN ABU JANJANG KELAPA SAWIT DAN PUPUK UREA PADA MEDIA PEMBIBITAN SKRIPSI OLEH :

RESPON BEBERAPA VARIETAS PADI DAN PEMBERIAN AMELIORAN JERAMI PADI PADA TANAH SALIN

DAMPAK PEMBERIAN LARUTAN MIKRO ORGANISME LOKAL (MOL) DAN ASAP CAIR (LIQUID SMOKE) PADA PERTUMBUHAN DAN HASIL TANAMAN PADI (Oryza sativa.

SKRIPSI OLEH : SAMUEL T Z PURBA AGROEKOTEKNOLOGI ILMU TANAH

PENGARUH TEKNIK BUDIDAYA TANAMAN CABAI (Capsicum annuum) PADA TUMPANGSARI TERHADAP INTENSITAS SERANGAN HAMA SKRIPSI OLEH:

I. PENDAHULUAN. memilih bahan pangan yang aman bagi kesehatan dan ramah lingkungan. Gaya

BAB I PENDAHULUAN. 2009). Kedelai dapat dikonsumsi langsung atau dalam bentuk olahan seperti

TEKNIK PRODUKSI KOMPOS. Bio-TRIBA BT1. (Bahan aktif, Bacillus pantotkenticus dan Trichoderma lactae)

PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI BAWANG MERAH (Allium ascalonicum L.) PADA PEMBERIAN HIDROGEL DAN FREKUENSI PENYIRAMAN DENGAN SISTEM VERTIKULTUR SKRIPSI

Aplikasi Pupuk Kandang dan Pupuk SP-36 Untuk Meningkatkan Unsur Hara P Dan Pertumbuhan Tanaman Jagung (Zea mays L.) di Tanah Inceptisol Kwala Bekala

BAB 3 METODE PENELITIAN

I. PENDAHULUAN. Indonesia dan lingkup internasional. Di Indonesia karet merupakan salah satu

RESPON PERTUMBUHAN PRODUKSI TANAMAN JAGUNG TERHADAP FREKUENSI PEMUPUKAN PUPUK ORGANIK CAIR DAN APLIKASI PUPUK DASAR NPK SKRIPSI

Vol 3 No 1. Januari - Maret 2014 ISSN :

PERTUMBUHAN BIBIT KELAPA SAWIT DENGAN PUPUK HAYATI PADA PERBEDAAN VOLUME MEDIA TANAM SKRIPSI OLEH :

Bagan Penelitian BI CI CII DIII

PENGARUH PEMBERIAN NAA DAN KINETIN TERHADAP PERTUMBUHAN EKSPLAN BUAH NAGA (Hylocereus costaricensis) MELALUI TEKNIK KULTUR JARINGAN SECARA IN VITRO

KAJIAN PEMBERIAN ZEOLIT DAN ARANG SEKAM PADA TANAH SAWAH TERCEMAR LIMBAH PABRIK TERHADAP Pb TANAH DAN TANAMAN PADI SKRIPSI OLEH :

Transkripsi:

58. Jurnal Online Agroekoteknologi Vol.1, No.2, Maret 2013 ISSN No. 2337-6597 UJI DOSIS DAN CARA APLIKASI BIOFUNGISIDA Bacillus sp. TERHADAP PENYAKIT JAMUR AKAR PUTIH (Rigidoporus lignosus) PADA TANAMAN KARET DI PEMBIBITAN Benny 1*, Lahmuddin Lubis 2, Syahrial Oemry 2, Zaidah Fairuzah 3 1 Alumnus Program Studi Agroekoteknologi, Fakultas Pertanian USU Medan 20155 2 Program Studi Agroekoteknologi, Fakultas Pertanian USU Medan 20155 3 Staf Peneliti Balai Penelitian Karet Sei Putih *Corresponding author : E-mail: bennylodevwijaya@ymail.com ABSTRACT Dose Test and Application Ways Biofungiside Bacillus sp. Against White Root Fungi (Rigidoporus lignosus) on Rubber of Plants in the Nursery. This study aims to determine the effect of dose and ways application biofungiside with of Bacillus sp. against white root fungi (Rigidoporus lignosus) on rubber of plants in the nursery, as well as determine the effect of the white root fungi disease on the bud tall of rubber stump. The research was conducted using Randomized Block Design (RAK) factorial consisting of two factors and 4 replications. The first factor, namely P0: control, P1: 20ml/1 liter water, P2: 30ml/1 liter water, P3: 40ml/1 liter water and the second factor A1 (spraying) and A2 (deeping). The result showed the dose treatment contained the highest intencity of the attacks on the P0 of 88,54% and lowest in P3 at 20,83%. Ways application treatment intensity of the attacks on the A1 of 35,94% and A2 at 54,69%. Interactions of dose and ways application of the highest intensity of attacks are on P0A2 of 89,59% and lowest in P3A1 at 6,25%. The highest bud tall on dose treatments contained in P3 of 17,78 cm, the lowest in the P0 of 3,52 cm. Ways application treatment in A1 of 14,78 cm and A2 of 9,87 cm. Interactions in the bud tall of dose and ways application was highest in P3A1 of 21,04 cm, the lowest in P0A2 of 3,00 cm. Keywords: dose, ways Application, Bacillus sp., white root fungi, rubber ABSTRAK Uji Dosis dan Cara Aplikasi Biofungisida Berbahan Bacillus sp. Terhadap Penyakit Jamur Akar Putih (Rigidoporus lignosus) pada Tanaman Karet di Pembibitan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh dosis dan cara aplikasi biofungisida Bacillus sp. terhadap penyakit jamur akar putih (Rigidoporus lignosus) pada tanaman karet di pembibitan, serta mengetahui pengaruh penyakit jamur akar putih terhadap tinggi tunas stump karet. Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Kelompok (RAK) faktorial yang terdiri dari 2 faktor dan 4 ulangan. Faktor pertama yaitu P0: kontrol, P1: 20ml/1 liter air, P2: 30ml/1 liter air, P3: 40ml/1 liter air dan faktor kedua A1 (penyiraman) dan A2 (perendaman). Hasil penelitian menunjukkan pada perlakuan dosis biofungisida intensitas serangan tertinggi terdapat pada P0 sebesar 88,54% dan terendah pada P3 sebesar 20,83%. Perlakuan cara aplikasi intensitas serangan A1 sebesar 35,94% dan A2 sebesar 54,69%. Interaksi dosis dan cara aplikasi terhadap intensitas tertinggi terdapat pada perlakuan P0A2 sebesar 89,59% dan terendah pada P3A1 sebesar 6,25%. Tinggi tunas tertinggi pada perlakuan dosis terdapat pada P3 sebesar 17,78 cm, terendah pada perlakuan P0 sebesar 3,52 cm. Tinggi tunas perlakuan cara aplikasi A1 sebesar 14,78 cm dan A2 sebesar 9,87 cm. Interaksi dosis dan cara aplikasi tinggi tunas tertinggi pada P3A1 sebesar 21,04 cm dan terendah pada P0A2 sebesar 3,00 cm. Kata kunci: dosis, cara aplikasi, Bacillus sp., jamur akar putih, karet

59. Jurnal Online Agroekoteknologi Vol.1, No.2, Maret 2013 ISSN No. 2337-6597 PENDAHULUAN Awal mulanya karet hanya hidup di Amerika Selatan, namun sekarang sudah berhasil dikembangkan di Asia Tenggara. Kehadiran karet di Asia Tenggara dibawa oleh Henry Wickham. Saat ini negara-negara Asia menghasilkan 93% produksi karet alam, yang terbesar adalah Thailand, diikuti oleh Indonesia, dan Malaysia (Santi, 2009). Luas area perkebunan karet tahun 2005 tercatat mencapai lebih dari 3.2 juta ha yang tersebar di seluruh wilayah Indonesia. Diantaranya 85% merupakan perkebunan karet milik rakyat, dan hanya 7% perkebunan besar negara serta 8% perkebunan besar milik swasta. Produksi karet secara nasional pada tahun 2005 mencapai 2.2 juta ton (Anwar, 2006). Pengelolaan perkebunan karet sering mengalami kendala, terutama masalah penyakit. Penyakit tanaman karet telah menyebabkan kerugian ekonomi, tidak hanya disebabkan kehilangan produksi akibat kerusakan tanaman tetapi juga mahalnya biaya yang diperlukan dalam pengendaliannya. Diperkirakan kehilangan produksi setiap tahunnya akibat kerusakan oleh penyakit karet mencapai 5-15 %. Penyakit tanaman karet yang umum ditemukan pada perkebunan diantaranya adalah Jamur Akar Putih (JAP). Penyakit JAP disebabkan oleh jamur Rigidoporus lignosus (Muharni dan Widjajanti, 2011). Penggunaan agensia hayati didalam mengendalikan patogen tanaman telah banyak dilakukan. Beberapa keberhasilan pengendalian hayati sebagai salah satu cara pengendalian penyakit tanaman yang telah berkembang. Patogen akar umumnya bersifat tular-tanah dan menyebabkan penyakit akar (Soesanto, 2008). Diantara berbagai bakteri penghasil biofungisida, Bacillus merupakan genus yang mempunyai potensi besar untuk pengendalian penyakit akar. Bacillus juga tumbuh cepat pada medium cair, dan aman digunakan sebagai agen biofungisida. Selain menghasilkan antibiotik yang beragam, Bacillus spp. juga mempunyai ketahanan yang tinggi terhadap panas (Widawati, 2010).

60. Jurnal Online Agroekoteknologi Vol.1, No.2, Maret 2013 ISSN No. 2337-6597 BAHAN DAN METODE Penelitian ini dilakukan di Lahan Percobaan Balai Penelitian Karet Sungei Putih, Galang pada ketinggian tempat ± 80 dpl dari bulan Mei 2012 sampai Agustus 2012. Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah stump PB 260 terinfeksi JAP kategori 2, biofungisida Bacillus sp. Persiapan Lahan Percobaan. Lahan dibersihkan dari gulma dan dibentuk datar. Polibeg diisi topsoil sebanyak 96 polibeg dengan ketinggian 40 cm dari dasar polibeg. Kemudian polibeg disusun berdasarkan unit percobaan yang telah ditentukan. Persiapan Bahan Tanam. Bahan tanam yang digunakan adalah stump mata tidur PB 260 hasil seleksi Balai Penelitian Karet Sei Putih yang terinfeksi penyakit JAP pada kategori serangan 2. Stump yang terkena serangan JAP diseleksi sehingga diperoleh 96 stump seragam yang diperlukan dalam percobaan. Persiapan Biofungisida. Biofungisida bahan percobaan dilarutkan kedalam air dengan dosis 20 ml/1l, 30 ml/1l, 40ml/1L setiap stump dan diletakan pada ember untuk aplikasi perendaman. Pada saat penanaman disediakan larutan biofungisida pada dosis yang sama untuk aplikasi penyiraman pada media tanam. Aplikasi Biofungisida dan Penanaman Stump. Pada aplikasi perendaman, setiap stump direndam selama 24 jam sesuai dengan dosis yang telah ditentukan. Kemudian ditanam pada media dan perlakuan yang telah ditentukan. Sedangkan pada aplikasi penyiraman, stump ditanam dan media penanaman disiram dengan larutan biofungisida pada sekeliling leher akar stump sesuai dengan dosis yang telah ditentukan. Pemeliharaan. Penyiraman tanaman dilakukan setiap hari dengan interval satu kali pada pagi hari apabila tidak ada hujan. Dilakukan pembersihan gulma pada polibeg dan lahan percobaan secara manual yaitu mencabut gulma dengan tangan. Metode yang digunakan adalah Rancangan Acak Kelompok (RAK) faktorial dengan 2 faktor sebagai berikut: 1) Perlakuan dosis biofungisida: P0 = kontrol, P1 = perlakuan biofungisida dengan dosis 20 ml/1l air, P2 = perlakuan biofungisida dengan dosis 30 ml/1l air, P3 =

61. Jurnal Online Agroekoteknologi Vol.1, No.2, Maret 2013 ISSN No. 2337-6597 perlakuan biofungisida dengan dosis 40 ml/1l air. 2) Perlakuan aplikasi: A1 = Tanpa perendaman (siram), A2 = Direndam selama 24 jam. Kombinasi dari perlakuan diperoleh :P0A1, P1A1, P2A1, P3A1, P0A2, P1A2, P2A2, P3A2. Diulang sebanyak 4 kali. Sehingga diperoleh 32 unit percobaan. 1. Intensitas Serangan (JAP)(%) HASIL DAN PEMBAHASAN a. Pengaruh Dosis Bacillus sp. terhadap Intensitas Serangan JAP pada Tanaman Karet (%) Dari hasil analisis sidik ragam dapat dilihat bahwa dosis Bacillus sp memberi pengaruh sangat nyata pada pengamatan 4-12 minggu setelah aplikasi (msa) (Tabel 1). Tabel 1. Pengaruh dosis Bacillus sp. terhadap intensitas serangan JAP (%) pada pengamatan 4-12 msa. Perlakuan Intensitas Serangan (%) 4 Msa 8Msa 12Msa P0 59,37A 78,12A 88,54A P1 45,84B 40,63B 41,67B P2 42,71B 35,42B 30,21C P3 34,37C 25,00C 20,83D nyata, menurut uji Duncan pada taraf 1%. Pada Tabel 1 menunjukkan bahwa pada pengamatan 12 msa intensitas serangan tertinggi JAP terdapat pada perlakuan P0 (kontrol) sebesar 88,54 % dan terendah pada perlakuan P3 (40 ml Bacillus sp. dalam 1 liter air/polibeg) sebesar 20,83 %. Begitu juga dengan P2 (30 ml Bacillus sp. dalam 1 liter air/polibeg) berbeda sangat nyata dengan P1 (20 ml Bacillus sp. dalam 1 liter air/polibeg). Hal ini disebabkan karena semakin tinggi dosis Bacillus sp. maka jumlah sel bakteri semakin tinggi sehingga jumlah antibiotik pengendali patogen jamur meningkat sesuai kenaikan dosis bakteri. Jumlah koloni bakteri yang diperoleh yaitu P0: 0, P1: 2,45 x 10 6 sel/ liter air, P2: 5,95 x 10 6 sel/ liter air, dan P3: 1,355 x 10 7 sel/ liter air. Hal ini sesuai dengan laporan Yuliar (2008) dimana jumlah bakteri yang semakin banyak akan menghasilkan jumlah metabolit sekunder yang semakin banyak pula. Hasil percobaan Yuliar (2008) menunjukkan daya hambat terbesar (95,67%) dihasilkan oleh isolat yang memiliki jumlah bakteri terbanyak (1195 x 10 6 ).

62. Jurnal Online Agroekoteknologi Vol.1, No.2, Maret 2013 ISSN No. 2337-6597 b. Pengaruh Cara Aplikasi Bacillus sp. terhadap Intensitas Serangan JAP pada Tanaman Karet (%) Dari hasil analisis sidik ragam dapat dilihat bahwa dengan cara aplikasi dapat memberikan pengaruh terhadap intensitas serangan pada pengamatan 4-12 msa (Tabel 2). Tabel 2. Pengaruh cara aplikasi Bacillus sp. terhadap intensitas serangan JAP (%) pada pengamatan 4-12 msa. Perlakuan Intensitas Serangan (%) 4 Msa 8 Msa 12 Msa A1 45,83 42,19 35,94B A2 45,31 47,40 54,69A nyata, menurut uji Duncan pada taraf 1 %. Pada Tabel 2 menunjukkan bahwa pada pengamatan 12 msa intensitas serangan tertinggi terdapat pada perlakuan A2 dan terendah pada perlakuan A1. Hal ini karena penyiraman biofungisida Bacillus sp dapat bertahan dalam kondisi lingkungan di lapangan. Bakteri Bacillus sp. memiliki kemampuan membentuk endospora yang membantu proses metabolisme bakteri pada kondisi lingkungan yang ekstrim. Hal ini sesuai dengan pernyataan Sonenshein et al. (2002) dalam Putra (2011) yaitu Bacillus spp. adalah kelompok bakteri yang umum ditemukan di berbagai lingkungan ekologi, baik di tanah, air, maupun udara. Bakteri ini dapat membentuk endospora yang berbentuk oval di bagian sentral sel. Spora berfungsi untuk bertahan hidup antara lain pada suhu dan kondisi lingkungan yang ekstrim. c. Pengaruh Dosis dan Cara Aplikasi Bacillus sp. terhadap Intensitas Serangan JAP pada Tanaman Karet (%) Dari hasil analisis sidik ragam dapat dilihat bahwa dengan dosis dan cara aplikasi dapat memberikan pengaruh terhadap intensitas serangan pada pengamatan 4-12 msa (Tabel 3).

63. Jurnal Online Agroekoteknologi Vol.1, No.2, Maret 2013 ISSN No. 2337-6597 Tabel 3. Pengaruh dosis dan cara aplikasi Bacillus sp. terhadap intensitas serangan JAP (%) pada pengamatan 4-12 msa. Perlakuan Intensitas Serangan (%) 4 Msa 8 Msa 12 Msa P0A1 62,50A 79,17A 87,50A P1A1 45,84B 37,50B 29,17C P2A1 43,75B 33,33B 20,84D P3A1 31,25C 18,75C 6,25E P0A2 56,25A 77,08A 89,59A P1A2 45,84B 43,75B 54,17B P2A2 41,67B 37,50B 39,59C P3A2 37,50C 31,25C 35,42C nyata, pada taraf 1% menurut uji Duncan pada taraf 1%. Dari data yang diperoleh, stump dengan perlakuan P3A1 (dosis Bacillus sp. 30 ml dalam 1 liter air/polibeg dengan penyiraman) merupakan data intensitas serangan terendah sebesar 6,25%. Hal ini dikarenakan penyiraman media tanam dengan dosis Bacillus sp. cair yang tepat merupakan metode yang tepat dalam pengendalian JAP. Hal ini sesuai dengan laporan Schisler et al. (2004) yang menyatakan formulasi terbaik produk biokontrol berbahan aktif Bacillus sp. untuk pengendalian penyakit tanaman (fungi) adalah berbentuk cairan (liquid) karena sifatnya yang lebih stabil dan homogen. Serta didukung dengan pernyataan Direktorat Perlindungan Perkebunan (2003) dimana penyiraman fungisida merupakan metode terakhir dalam pengendalian JAP pada tanaman karet yang terinfeksi. 2. Tinggi Tunas Stump (cm) a. Pengaruh Dosis Bacillus sp. terhadap Tinggi Tunas Stump (cm) Dari analisis sidik ragam tinggi tunas stump dapat dilihat adanya perbedaan sangat nyata pada masing-masing perlakuan (Tabel 4).

64. Jurnal Online Agroekoteknologi Vol.1, No.2, Maret 2013 ISSN No. 2337-6597 Tabel 4. Pengaruh dosis Bacillus sp. terhadap tinggi tunas (cm) 12 msa. Perlakuan Tinggi Tunas (cm) P0 3,52D P1 12,56C P2 15,44B P3 17,78A nyata, menurut uji Duncan pada taraf 1%. Tabel 4 menunjukkan bahwa tinggi tunas tertinggi terdapat pada perlakuan P3 (30 ml Bacillus sp. dalam 1 liter air/polibeg) dan terendah terdapat pada perlakuan P0 (kontrol). Hal ini dikarenakan bakteri Bacillus sp. memiliki kemampuan melarutkan bahan organik dalam tanah yang berguna bagi stump. Hal ini sesuai dengan pernyataan Monteiro et al. (2005) yaitu genus Bacillus merupakan bakteri mampu membentuk endospora. Endospora adalah stuktur yang termotoleran, resisten terhadap kekeringan dan radiasi ultraviolet dan juga pelarut bahan organik dalam tanah. b. Pengaruh Cara Aplikasi Bacillus sp. terhadap Tinggi Tunas Stump (cm) Hasil pengamatan pengaruh cara aplikasi Bacillus sp. terhadap tinggi tunas stump dapat dilihat pada (Tabel 5). Tabel 5. Pengaruh Cara Aplikasi Bacillus sp. terhadap Tinggi Tunas (cm) 12 msa. Perlakuan Tinggi Tunas (cm) A1 14,78A A2 9,87B nyata, menurut uji Duncan pada taraf 1%. Tabel 5 menunjukkan bahwa perlakuan A1 (penyiramam) berbeda sangat nyata dengan perlakuan A2 (Perendaman) terhadap tinggi tunas. Hal ini menunjukkan bahwa aplikasi penyiraman Bacillus sp. efektif dalam menghambat perkembangan JAP yang menyebabkan tinggi tunas lebih tinggi. Sajimin et al. (2000) menyatakan bahwa pemberian biofertilizer Bacillus sp. mampu meningkatkan ketahanan rumput Panicum maximum terhadap mikroba penyebab penyakit dan meningkatkan pertumbuhan tanaman serta peningkatan produksi.

65. Jurnal Online Agroekoteknologi Vol.1, No.2, Maret 2013 ISSN No. 2337-6597 c. Pengaruh Dosis dan Cara Aplikasi Bacillus sp. terhadap Tinggi Tunas Stump (cm) Dari analisis sidik ragam tinggi tunas dapat dilihat adanya perbedaan sangat nyata pada masing-masing perlakuan dapat dilihat pada (Tabel 6). Tabel 6. Pengaruh dosis dan cara aplikasi Bacillus sp. terhadap tinggi tunas (cm) 12 msa. Perlakuan Tinggi Tunas (cm) P0A1 4,04F P1A1 15,78C P2A1 18,26B P3A1 21,04A P0A2 3,00F P1A2 9,35E P2A2 12,62D P3A2 14,52C nyata, menurut uji Duncan pada taraf 1%. Data sidik ragam menunjukkan perlakuan P3A1 tinggi tunas tertinggi sebesar 21,04 cm berbeda sangat nyata dengan perlakuan lainnya. Hal ini menunjukkan bahwa P3A1 merupakan dosis dan cara aplikasi Bacillus sp. yang sesuai pada media tanam untuk menghambat perkembangan JAP pada stump karet sehingga pertumbuhan tinggi tunas lebih baik. Hal ini sesuai dengan pernyataan Gardener (2004) menyatakan bahwa Bacillus sp. merupakan bakteri yang bersifat fungsional dalam menghambat aktivitas patogen tanah, memperkaya variasi substrat organik dan unsur mikro untuk pertumbuhan tanaman. KESIMPULAN Dosis biofungisida Bacillus sp. tertinggi (40 ml Bacillus sp. dalam 1 liter air/polibeg) paling efektif menekan perkembangan JAP pada tanaman karet di pembibitan yaitu penurunan sampai pada intensitas serangan 20,83%. Cara aplikasi dengan penyiraman Bacillus sp. mampu menghambat perkembangan JAP sampai menurunkan intensitas serangan 35,94%. Interaksi antara dosis dan cara aplikasi biofungisida berbahan aktif Bacillus sp. terhadap tinggi tunas yaitu pada

66. Jurnal Online Agroekoteknologi Vol.1, No.2, Maret 2013 ISSN No. 2337-6597 dosis 40 ml Bacillus sp. dalam 1 liter air/polibeg dengan cara aplikasi tanpa penyiraman sebesar 21,04 cm. DAFTAR PUSTAKA Anwar. 2006. Perkembangan Pasar dan Prospek Agribisnis Karet di Indonesia. Lokakarya Budidaya Tanaman Karet. Pusat Penelitian Karet. Medan. 2p. Direktorat Perlindungan Perkebunan. 2003. Pedoman Pengamatan dan Pengendalian Organisme Pengganggu Tanaman Karet. Departemen Pertanian. Jakarta. 3p. Gaedener, M. B. B. 2004. Ecology of Bacillus and Paenibacillus spp. in Agricultural System. Phytopathology Journal. 94(11): 1252-1258. Monteiro, L., Mariano, R. L. R., and Souto-Maior, A. M. 2005. Antagonism of Bacillus spp. Against Xanthomonas campestris pv. Campestris. Biology and Technology Journal. 48(1): 23-29. Muharni, dan H. Widjajanti. 2011. Skrining Bakteri Kitinolitik Antagonis Terhadap Pertumbuhan Jamur Akar Putih (Rigidoporus lignosus) dari Rizosfir Tanaman Karet. Jurnal Penelitian Sains. 14(1d): 51-56. Putra, M. C. 2011. Kompatibilitas Bacillus Spp. dan Aktionomiset sebagai Agens Hayati Xanthomonas oryzae pv. oryzae dan Pemicu Pertumbuhan Padi. Repository IPB. Bogor. 5-6p. Sajimin., Kompiang, I. P., Supriyati., dan Lugiyo. 2000. Pengaruh Pemberian Berbagai Cara dan Dosis Bacillus sp. Terhadap Produktivitas dan Kualitas Rumput Panicum maximum. Balai Penelitian Ternak. Bogor. 359-365p. Santi. 2009. Sejarah Karet Alam Abad 19. Balai Penelitian Teknologi Karet. Bogor Schisler, D. A., Slininger, P. J., Behle, R. W., and Jackson, M. A. 2004. Formulation of Bacillus spp. for Biocontrol of Plant Disease. Phytopathology Journal. 94(11): 1267-1271. Soesanto, L. 2008. Pengantar Pengendalian Hayati Penyakit Tanaman. Rajawali Press. Jakarta. Widawati, S. 2010. Teknologi inovatif Mikroba Biofertilizer Untuk mempercepat Reklamasi Lahan Pertanian Di Kawasan Penyangga Gunung Salak Dan Mikroba Endofitik Untuk Agen Biokontrol Fusarium oxysporum dan Rhizoctonia solani. Pusat Penelitian Biologi-LIPI. Jakarta. 6-8p. Yuliar. 2008. Skrining Bioantagonistik Bakteri Untuk Agen Biokontrol Rhizoctonia solani dan Kemampuannya Dalam Menghasilkan Surfaktin. Jurnal Penelitian Sains. 9(2): 83-86.