BAB III PEMBAHASAN 3.1 Gambaran Umum Pajak Pengertian Pajak

dokumen-dokumen yang mirip
BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Pengertian Pajak menurut beberapa ahli antara lain :

BAB II TINJAUAN PUSATAKA. Menurut Moekijat (1989:194), ciri-ciri prosedur meliputi : tidak berdasarkan dugaan-dugaan atau keinginan.

BAB II PENERIMAAN DAERAH DAN PENGALIHAN PBB-P2

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II BAHAN RUJUKAN

BUPATI JEMBRANA PERATURAN DAERAH KABUPATEN JEMBRANA NOMOR 12 TAHUN 2011 TENTANG PAJAK BUMI DAN BANGUNAN PERDESAAN DAN PERKOTAAN

OLEH: Yulazri M.Ak. CPA

BAB III GAMBARAN DATA PAJAK BUMI DAN BANGUNAN SEKTOR PERDESAAN DAN PERKOTAAN. A. Ketentuan Umum Pajak Bumi dan Bangunan sektor Perdesaan dan

DASAR HUKUM DAN TERMINOLOGI PBB

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BUPATI MANGGARAI BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN MANGGARAI BARAT NOMOR 3 TAHUN 2013 TENTANG PAJAK BUMI DAN BANGUNAN PERDESAAN DAN PERKOTAAN

BAB II GAMBARAN UMUM TENTANG PAJAK

BAB II LANDASAN TEORI DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG BARAT NOMOR 22 TAHUN 2011 TENTANG PAJAK BUMI DAN BANGUNAN PERDESAAN DAN PERKOTAAN

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KARIMUN NOMOR 3 TAHUN 2013 TENTANG

PEMERINTAH KABUPATEN BENGKULU TENGAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BENGKULU TENGAH,

BUPATI JEMBRANA PROVINSI BALI PERATURAN DAERAH KABUPATEN JEMBRANA NOMOR 1 TAHUN 2016 TENTANG

DEFINISI PAJAK BUMI DAN BANGUNAN

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KLUNGKUNG NOMOR 9 TAHUN 2012 TENTANG PAJAK BUMI DAN BANGUNAN PERDESAAN DAN PERKOTAAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB II LANDASAN TEORI. keempat atas Undang-Undang Nomor 6 tahun 1983 ketentuan Umum dan Tata

PERATURAN DAERAH KOTA TASIKMALAYA NOMOR : 6 TAHUN 2012 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN DAERAH NOMOR 4 TAHUN 2011 TENTANG PAJAK DAERAH

QANUN KOTA BANDA ACEH NOMOR 12 TAHUN 2011 TENTANG PAJAK BUMI DAN BANGUNAN PERDESAAN DAN PERKOTAAN

BUPATI GOWA PERATURAN DAERAH KABUPATEN GOWA NOMOR 11 TAHUN 2012 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH PRAKTIK KERJA LAPANGAN. Dalam situasi Negara Republik Indonesia yang sedang melaksanakan

-1- PERATURAN DAERAH KABUPATEN KARANGASEM NOMOR 12 TAHUN 2012 TENTANG PAJAK BUMI DAN BANGUNAN PERDESAAN DAN PERKOTAAN

PERATURAN DAERAH KOTA PEKANBARU NOMOR 8 TAHUN 2011 TENTANG PAJAK BUMI DAN BANGUNAN PERDESAAN DAN PERKOTAAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB II BAHAN RUJUKAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. timbal (kontraprestasi) yang langsung dapat ditunjukkan dan digunakan untuk. membayar pengeluaran umum (Mardiasmo, 2011).

BAB III PEMBAHASAN. 3.1 Gambaran Umum Pajak Bumi dan Bangunan Perdesaan dan Perkotaan (PBB-P2)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BUPATI MAROS PERATURAN DAERAH KABUPATEN MAROS NOMOR 01 TAHUN 2013 TENTANG PAJAK BUMI DAN BANGUNAN PERDESAAN DAN PERKOTAAN

BUPATI BADUNG PERATURAN DAERAH KABUPATEN BADUNG NOMOR 3 TAHUN 2012 TENTANG PAJAK BUMI DAN BANGUNAN PERDESAAN DAN PERKOTAAN

BAB II LANDASAN TEORI. Pajak adalah iuran rakyat kepada kas Negara berdasarkan Undang-undang

WALIKOTA BAUBAU PERATURAN DAERAH KOTA BAUBAU NOMOR : 7 TAHUN 2013 TENTANG PAJAK BUMI DAN BANGUNAN PERDESAAN DAN PERKOTAAN

PERATURAN DAERAH KABUPATEN HULU SUNGAI UTARA NOMOR 9 TAHUN 2012 TENTANG PAJAK BUMI DAN BANGUNAN PERDESAAN DAN PERKOTAAN

PEMERINTAH KABUPATEN KAYONG UTARA

BAB II BAHAN RUJUKAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN TABANAN NOMOR 4 TAHUN 2012 TENTANG PAJAK BUMI DAN BANGUNAN PERDESAAN DAN PERKOTAAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

MENGENAL SEKILAS TENTANG KEBIJAKAN PEDAERAHAN PAJAK PUSAT

BAB II TINJAUAN TENTANG PAJAK A. TINJAUAN UMUM TENTANG PERANAN PBB P2 DALAM MENINGKATKAN PAD DI KABUPATEN KUNINGAN JAWA BARAT

BUPATI MALUKU TENGGARA

II. TINJAUAN PUSTAKA. Pajak adalah iuran rakyat kepada kas negara berdasarkan Undang- Undang (dapat dipaksakan)

Landasan Filosofi Pajak Bumi dan Bangunan (PBB) adalah sebagai berikut:

PEMERINTAH KABUPATEN PONOROGO

PERATURAN DAERAH KOTA PEKANBARU NOMOR 08 TAHUN 2011 TENTANG PAJAK BUMI DAN BANGUNAN PERDESAAN DAN PERKOTAAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN TEMANGGUNG NOMOR 19 TAHUN 2011 TENTANG PAJAK BUMI DAN BANGUNAN PERDESAAN DAN PERKOTAAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN WAKATOBI

PEMERINTAH DAERAH KABUPATEN KONAWE UTARA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM)

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II BAHAN RUJUKAN

BAB II KAJIAN PUSTAKA. 1. Pengertian Pajak Bumi Bangunan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN LAMPUNG TIMUR NOMOR 16 TAHUN 2013 TENTANG PAJAK BUMI DAN BANGUNAN PERDESAAN DAN PERKOTAAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

QANUN KABUPATEN BIREUEN NOMOR 6 TAHUN 2011 TENTANG PAJAK BUMI DAN BANGUNAN (PBB) PERDESAAN DAN PERKOTAAN

BAB III MEKANISME PENDATAAN OBJEK PAJAK BARU DISERTAI PERHITUNGAN PAJAK BUMI DAN BANGUNAN PADA POS PELAYANAN PBB CABANG BAPENDA KOTA SEMARANG

WALIKOTA PALANGKA RAYA

BUPATI KUDUS PERATURAN DAERAH KABUPATEN KUDUS NOMOR 5 TAHUN 2012 TENTANG PAJAK BUMI DAN BANGUNAN PERDESAAN DAN PERKOTAAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Pengertian pajak telah banyak dikemukakan oleh para ahli hukum. Antara lain

Perpajakan Elearning # 11

BAB II KAJIAN PUSTAKA

WALIKOTA DENPASAR PERATURAN DAERAH KOTA DENPASAR NOMOR 4 TAHUN 2012 TENTANG PAJAK BUMI DAN BANGUNAN PERDESAAN DAN PERKOTAAN

BUPATI TANA TORAJA PERATURAN DAERAH KABUPATEN TANA TORAJA NOMOR 4 TAHUN 2013 TENTANG PAJAK BUMI DAN BANGUNAN PERDESAAN DAN PERKOTAAN

BAB III GAMBARAN DATA PAJAK BUMI DAN BANGUNAN PERDESAAN DAN PERKOTAAN. A. Pengertian Pajak Bumi dan Bangunan Perdesaan dan Perkotaan

PEMERINTAH KOTA SINGKAWANG

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG PRAKTIK KERJA LAPANGAN MANDIRI. Republik Indonesia berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar

BAB I PENDAHULUAN. diharapkan suatu daerah otonom dapat berkembang sesuai dengan kemampuan

PERATURAN DAERAH KABUPATEN PULANG PISAU NOMOR 1 TAHUN 2013 TENTANG PAJAK BUMI DAN BANGUNAN PERDESAAN DAN PERKOTAAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG NILAI JUAL OBYEK PAJAK (NJOP) DALAM PAJAK BUMI DAN BANGUNAN

Sama seperti pajak, namun terdapat imbalan (kontra-prestasi) secara langsung yang dapat dirasakan oleh pembayar retribusi

BUPATI BADUNG PERATURAN DAERAH KABUPATEN BADUNG NOMOR 3 TAHUN 2012 TENTANG PAJAK BUMI DAN BANGUNAN PERDESAAN DAN PERKOTAAN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Praktik Kerja Lapangan Mandiri. Pelaksanaan praktek kerja lapangan mandiri ( PKLM ) merupakan salah satu

WALIKOTA PANGKALPINANG

Dengan adanya pajak sebagai sumber PAD, daerah dapat membiayai. pembangunan secara optimal. Dalam Undang-undang RI Nomor 28 Tahun

PEMERINTAH KABUPATEN TANGGAMUS

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. digunakan untuk membayar pengeluaran umum.

BUPATI TANAH BUMBU PERATURAN DAERAH KABUPATEN TANAH BUMBU NOMOR 1 TAHUN 2013 TENTANG PAJAK BUMI DAN BANGUNAN PERDESAAN DAN PERKOTAAN

PEMERINTAH KABUPATEN BANGKA SELATAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANGKA SELATAN NOMOR 15 TAHUN 2011 TENTANG

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS

BUPATI PURWOREJO PERATURAN DAERAH KABUPATEN PURWOREJO NOMOR 6 TAHUN 2012 TENTANG PAJAK BUMI DAN BANGUNAN PERDESAAN DAN PERKOTAAN

PEMERINTAH KOTA SUNGAI PENUH

BAB II LANDASAN TEORI. untuk pengeluran umum (Mardiasmo, 2011; 1). menutup pengeluaran-pengeluaran umum (Ilyas&Burton, 2010 ; 6).

WALIKOTA JAMBI PERATURAN DAERAH KOTA JAMBI NOMOR 4 TAHUN 2013 TENTANG PAJAK BUMI DAN BANGUNAN PERKOTAAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANYUASIN NOMOR 16 TAHUN 2012 TENTANG PAJAK BUMI DAN BANGUNAN PERDESAAN DAN PERKOTAAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian. Peran pemerintah daerah semakin meningkat dengan adanya kebijakan otonomi

PEMERINTAH KOTA TEBING TINGGI

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KUTAI TIMUR NOMOR 2 TAHUN 2011 TENTANG PAJAK BUMI DAN BANGUNAN PERDESAAN DAN PERKOTAAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB II BAHAN RUJUKAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Sedangkan pengertian pajak menurut Marihot P. Siahaan (2010:7) adalah: 1. Yang berhak memungut pajak hanyalah negara.

BAB II BAHAN RUJUKAN 2.1. Pajak Pengertian Pajak Rochmat Soemitro (1990;5)

MATERI: Pajak Daerah, PBB, BPHTB, PPhTB, & Bea Meterai

BAB I PENDAHULUAN. pada sensus penduduk yang dilakukan pada 1 Mei 15 Juni 2010 tercatat paling

BAB II LANDASAN TEORI. Pajak memiliki definisi yang dikemukakan oleh beberapa ahli antara lain :

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB II BAHAN RUJUKAN

BUPATI SUKAMARA PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUKAMARA NOMOR 10 TAHUN 2012 TENTANG PAJAK BUMI DAN BANGUNAN PERDESAAN DAN PERKOTAAN

PERATURAN DAERAH KABUPATEN PURBALINGGA NOMOR 15 TAHUN 2012 TENTANG PAJAK BUMI DAN BANGUNAN PERDESAAN DAN PERKOTAAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KUDUS NOMOR TAHUN TENTANG PAJAK BUMI DAN BANGUNAN PERDESAAN DAN PERKOTAAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KUDUS

Transkripsi:

BAB III PEMBAHASAN 3.1 Gambaran Umum Pajak 3.1.1 Pengertian Pajak Membahas mengenai perpajakan tidak terlepas mengenai pengertian pajak itu sendiri. Berikut beberapa pengertian pajak menurut beberapa ahli: 1. Undang-Undang No.28 Tahun 2007 Pasal 1 Tentang Perpajakan. Menurut undang-undang tersebut, pajak adalah sebuah konstribusi wajib kepada negara yang terhutang oleh setiap orang ataupun badan yang memiliki sifat memaksa, tetapi tetap berdasarkan dengan Undang-Undang dan tidak mndapat imblaan secara langsung serta digunakan guna kebutuhan negara dan kemakmuran rakyat. 2. Prof. Dr. P. J. A dalam buku Waluyo dan Wirawan yang berjudul Perpajakan Indonesia (2003). Menurut Prof. Dr. P. J. A, pajak adalah iuran kepada negara (yang dapat dipaksakan) yang terutang oleh yang wajib membayarnya menurut peraturan-peraturan, dengan tidakmendapatkan prestasi kembali, yang langsung dapat ditunjuk, dan yang gunanya adalah untuk membiayai pengeluaran-pengeluaran umum berhubungan dengan tugas negara untuk menyelenggarakan pemerintahan. 3. Prof. Dr. Rochmat Soemitro, SH dalam bukunya Mardiasmo (2011 : 1) Pajak adalah iuran rakyat kepada kas Negara berdasarkan Undang-undang (yang dapat dipaksakan) dengan tiada mendapat jasa timbal (kontra Prestasi) yang langsung dapat ditunjukkan dan yang digunakan untuk membayar pengeluaran umum. Berdasarkan pengertian-pengertian di atas, dapat disimpulkan bahwa ciri-ciri yang melekat pada pengertian pajak: 1. Pajak dipunggut berdasarkan undang-undang serta aturan pelaksanaanya yang bersifat dapat dipaksakan (bersifat yuridis). 2. Dalam pembayaran pajak tidak dapat ditunjukkan adanya kontraprestasi atau jasa timbal individual oleh pemerintah. 22

23 3. Pajak dipunggut oleh negara, baik Pemerintah Pusat maupun Pemerintah Daerah. Pajak dipergunakan untuk membiayai pengeluaran-pengeluaran umum pemerintah. 3.1.2 Fungsi Pajak Pajak merupakan sumber penerimaan Negara yang mempunyai dua fungsi (Mardiasmo, 2011 : 1), yaitu : 1. Fungsi anggaran (budgetair) Pajak sebagai sumber dana bagi pemerintah untuk membiayai pengeluaran-pengeluarannya. 2. Fungsi mengatur (regulerend) Pajak sebagai alat pengatur atau melaksanakan pemerintah dalam bidang sosial ekonomi. 3.1.3 Asas Pemungutan Pajak Dalam memunggut pajak, dikenal beberapa asas pemungutan pajak (Mardiasmo, 2011:1) yaitu: 1. Asas Domisili (Asas Tempat Tinggal). Negara berhak mengenakan pajak atas seluruh penghasilan wajib pajak yang bertempat tinggal di wilayahnya, baik penghasilan yang berasal dari dalam maupun dari luar negeri. Asas ini berlaku untuk wajib pajak dalam negeri. 2. Asas Sumber Negara berhak mengenakan pajak atas penghasilan yang bersumber di wilayahnya tanpa memperhatikan tempat tinggal wajib pajak. 3. Asas Kebangsaan Pengenaan pajak dihubungkan dengan kebangsaan suatu negara. 3.1.4 Sistem Pemungutan Pajak yaitu: Menurut Mardiasmo (2012:7) terdapat tiga sistem pemungutan pajak

24 1. Official Assessment System Official Assessment System adalah suatu system pemungutan yang memberi wewenang kepada pemerintah (fiskus) untuk menentukan besarnya pajak yang terutang oleh Wajib Pajak. Ciricirinya: a. Wewenang untuk menentukan besarnya pajak terutang ada pada fiskus. b. Wajib Pajak bersifat pasif. c. Utang pajak timbul setelah dikeluarkan surat ketetapan pajak oleh fiskus. 2. Self Assessment System Self Assessment System adalah suatu system pemungutan pajak yang member wewenang kepada Wajib Pajak untuk menentukan sendiri besarnya pajak yang terutang. Ciri-cirinya: a. Wewenang untuk menetukan besarnya pajak terutang ada pada Wajib Pajak sendiri. b. Wajib Pajak aktif, mulai dari menghitung, menyetor dan melaporkan sendir pajak yang terutang. c. Fiskus tidak ikut campur dan hanya mengawasi. 3. With Holding System With Holding System adalah suatu sistem pemungutan yang memberi wewenangkepada pihak ketiga (bukan fiskus dan bukan Wajib Pajak yangbersangkutan) untuk menentukan besarnya pajak yang terutangoleh Wajib Pajak. Ciri-cirinya: a Wewenang menentukan besarnya pajak yang terutang ada pada pihak ketiga, pihak selain fiskus danwajib Pajak. 3.1.5 Penggelompokan Pajak 1. Pajak Pusat Pajak Pusat adalah pajak yang dipunggut oleh Pemerintah Pusat dan dipergunakan untuk membiayai rumah tangga negara. 2. Pajak Daerah Pajak Daerah adalah pajak-pajak yang dipungut oleh pemerintah daerah yang diatur berdasarkan peraturan daerah masing-masing dan hasil

25 pemungutannya digunakan untuk pembiayaan rumahtangga daerah.(bambang Kesit,2005). Sedangkan menurut Undang-Undang No 18 Tahun 1997 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah sebagaimana diubah terakhir dengan Undang-Undang No 28 Tahun 2009, pajak daerah dalah iuran wajib yang dilakukan oleh daerah kepada orang pribadi atau badan tanpa imbalan langsung yang seimbang, yang dapat dipaksakan berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku, yang digunakan untuk membiayai penyelenggaraan pemerintah daerah dan pembangunan daerah. Dengan demikian, pajak daerah merupakan pajak yang ditetapkan oleh pemerintah daerah dengan peraturan daerah, yang wewenang pemungutannya dilaksanakan oleh pemerintah daerah dan hasilnya digunakan untuk membiayai pengeluaran pemerintah daerah dalam melaksanakan penyelenggaraan pemerintahan dan pembangunan di daerah. Pemerintah daerah di Indonesia terbagi menjadi dua, yaitu pemerintah provinsi dan pemerintah kabupaten/kota, yang diberi kewenangan untuk melaksanakan otonomi daerah, maka pajak daerah di Indonesia juga dibagi dua, yaitu pajak provinsi dan pajak kabupaten/kota. Jenis pajak daerah yang diatur dalam Undang-Undang No 28 Tahun 2009, yaitu: 1. Pajak Provinsi, yang tediri dari lima jenis pajak, yaitu: a. Pajak Kendaraan Bermotor; b. Bea Balik Nama Kendaraan Bermotor; c. Pajak Bahan Bakar Kendaraan Bermotor; d. Pajak Air Permukaan; e. Pajak Rokok. 2. Pajak Kabupaten/Kota, yang terdiri dari sebelas jenis pajak,yaitu: a. Pajak Hotel; b. Pajak Restoran; c. Pajak Hiburan; d. Pajak Reklame; e. Pajak Penerangan Jalan; f. Pajak Bukan Mineral Logam dan Batuan; g. Pajak Parkir; h. Pajak Air Tanah;

26 i. Pajak SarangBurung Walet; j. Pajak Bumi dan Bangunan Perdesaan dan Perkotaan; k. Bea Perolehan Hak atas Tanah dan/atau Bangunan. Daerah dilarang memungut pajak selain jenis pajak daerah di atas. Jenis pajak provinsi, kabupaten/kota dapat tidak dipungut apabila potensinya kurang memadai dan/atau dapat disesuaikan dengan kebijakan daerah yang ditetapkan dengan peraturan daerah. 3.2 Gambaran Umum Pajak Bumi dan Bangunan (PBB-P2) 3.2.1 Pengertian Pajak Bumi dan Bangunan Pajak Bumi dan Bangunan adalah pajak yang bersifat kebendaan, dalam arti besarnya pajak yang terutang ditentukan oleh keadaan objek yaitu bumi dan atau bangunan. Bumi adalah permukaan bumi yang meliputi tanah dan perairan pedalaman serta laut wilayah daerah. Bangunan adalah konstruksi teknik yang ditanam atau dilekatkan secara tetap pada tanah dan/atau perairan pedalamandan/atau laut. Pajak Bumi dan Bangunan Perdesaan dan Perkotaan (PBB-P2) adalah pajak atas bumi dan/atau bangunan yang dimiliki, dikuasai dan/ atau dimanfaatkan oleh orang pribadi atau badan, kecuali kawasan yang digunakan untuk kegiatan usaha perkebunan, perhutanan, dan pertambangan. (Undang- Undang No.28 Tahun 2009). 3.2.2 Dasar Hukum Pajak Bumi dan Bangunan (PBB-P2) Pajak Bumi dan Bangunan (PBB) pengenaannya didasarkan pada Undang-Undang No. 12 Tahun 1985 tentang Pajak Bumi dan Bangunan sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang No. 12 Tahun 1994. Pajak Bumi dan Bangunan (PBB) awalnya merupakan Pajak Pusat yang alokasi penerimaannya dialokasikan ke daerah-daerah dengan proporsi tertentu. Namun demikian dalam perkembangannya PBB sektor Perdesaan dan Perkotaan menjadi Pajak Daerah yang diatur dalam Undang-Undang No. 28 Tahun 2009 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah (PDRD) Pasal 77 sampai dengan Pasal 84.

27 3.2.3 Objek Pajak Bumi dan Bangunan (PBB-P2) Objek Pajak Bumi dan Bangunan Perdesaan dan Perkotaan adalah bumi dan/atau bangunan yang dimiliki, dikuasai dan/ atau dimanfaatkan oleh orang pribadi atau badan, kecuali kawasan yang digunakan untuk kegiatan usaha perkebunan, perhutanan, dan pertambangan.bumi adalah permukaan bumi yang meliputi tanah dan perairan pedalaman serta laut wilayah daerah. Bangunan adalah konstruksi teknik yang ditanam atau dilekatkan secara tetap pada tanah dan/atau perairan pedalamandan/atau laut. Menurut Undang- Undang No. 28 Tahun 2009 Pasal 77 ayat (2) yang termasuk dalam pengertian bangunan adalah: a. Jalan lingkungan yang terletak dalam satu kompleks bangunan seperti hotel, pabrik, dan emplasemennya, yang merupakan suatu kesatuan dengan komplek bangunan tersebut; b. Jalan tol; c. Kolam renang; d. Pagar mewah; e. Tempat olahraga; f. Galangan kapal, dermaga; g. Taman mewah; h. Tempat penampungan/ kilang minyak, air, gas dan pipa minyak; dan i. Menara. 3.2.4 Bukan Objek Pajak Bumi dan Bangunan (PBB-P2) Objek pajak yang tidak dikenakan Pajak Bumi dan Bangunan Perdesaan dan Perkotaan adalah objek pajak yang: a. Digunakan oleh pemerintah dan daerah untuk penyelenggaraan pemerintahan, b. Digunakan semata-mata untuk melayani kepentingan umum di bidang ibadah, sosial, kesehatan, pendidikan dan kebudayaan nasional, yang tidak dimaksudkan untuk memperoleh keuntungan, c. Digunakan untuk kuburan, peninggalan purbakala, atau sejenisnya,

28 d. Merupakan hutan lindung, hutan suaka alam, hutan wisata, taman nasional, tanah penggembalaan yang dikuasai oleh desa dan tanah negara yang belum dibebani suatu hak, e. Digunakan oleh perwakilan diplomatik dan konsulat berdasarkan asas perlakuan timbal balik, dan f. Digunakan oleh badan atau perwakilan lembaga internasional yang ditetapkan dengan Peraturan Menteri Keuangan. 3.2.5 Subjek Pajak Bumi dan Bangunan (PBB-P2) Subjek Pajak Bumi dan Bangunan Perdesaan dan Perkotaan adalah orang pribadi atau badan yang secara nyata mempunyai suatu hak atas bumi dan atau memperoleh manfaat atas bumi, dan atau memiliki, menguasai, dan atau memperoleh manfaat atas bangunan. 3.2.6 Nomor Objek Pajak (NOP) dan Kegunaan Nomor Objek Pajak (NOP) Nomor Objek Pajak adalah nomor identifikasi objek Pajak Bumi dan Bangunan yang berguna untuk : 1. Mempermudah mengetahui letak objek pajak 2. Mempermudah pemantauan penyampaian SPOP dansppt 3. Mengintegrasikan data atributik dan spasial 4. Mengurangi kemungkinan ketetapan ganda 5. Memudahkan pemantauan data tunggakan 6. Sebagai identitas objek pajak yang dimiliki atau dikuasai wajib pajak. 3.2.7 Nilai Jual Objek Pajak (NJOP) Dasar Pengenaan Pajak Bumi dan Bangunan Perdesaan dan Perkotaan (PBB-P2) adalah NJOP yang mempunyai pengertian yaitu harga rata-rata yang diperoleh dari transaksi jual beli yang terjadi secara wajar, dan bilamana tidak terdapat nilai jual beli, NJOP ditentukan melalui perbandingan harga dengan objek lain yang sejenis, atau nilai perolehan baru, atau nilai jual objek pajak pengganti. Berdasarkan pengertian NJOP tersebut terdapat tiga pendekatan penilaian yang dapat dilakukan untuk menentukan besarnya nilai NJOP yaitu: 1. Pendekatan Data Pasar ( Market Data Approach ) 2. Pendekatan Biaya ( Cost Approach )

29 3. Pendekatan Pendapatan ( Income Approach) 3.2.8 Nilai Jual Objek Pajak Tidak Kena Pajak (NJOPTKP) NJOPTKP adalah batas NJOP atas bumi dan/atau bangunan yang tidak kena pajak. Besarnya NJOPTKP untuk setiap daerah Kabupaten/Kota paling rendah Rp 10.000.000,- dengan ketentuan sebagai berikut : 1. Setiap Wajib Pajak memperoleh pengurangan NJOPTKP sebanyak satu kali dalam satu Tahun Pajak. 2. Apabila Wajib Pajak mempunyai beberapa Objek Pajak, maka yang mendapatkan pengurangan NJOPTKP hanya satu Objek Pajak yang nilainya terbesar dan tidak bisa digabungkan dengan Objek Pajak lainnya. 3.2.9 Dasar Pengenaan Pajak Dasar pengenaan Pajak Bumi dan Bangunan Perdesaan dan Perkotaan adalah NJOP. Besarnya NJOP sebagaiman dimaksud ditetapkan setiap 3 (tiga) tahun, kecuali untuk objek pajak tertentu dapat ditetapkan setiap tahun sesuai dengan perkembangan wilayahnya. Penetapan besarnya NJOP sebagaimana dimaksud dilakukan oleh Kepala Daerah. 3.3 Prosedur Pemungutan PBB-P2 3.3.1 Deskripsi : Prosedur operasi ini menguraikan tata cara Pembayaran Pajak Bumi dan Bangunan (PBB-P2) di Bank Tempat Pembayaran. 3.3.2 Dasar Hukum : 1. Undang-undang Nomor 28 Tahun 2009 tentang Pajak dan Retribusi Daerah. 2. Perda Kabupaten Kendal Nomor 11 Tahun 2011 tentang Pajak Daerah. 3. Peraturan Bupati Kendal Nomor 15 Tahun 2013, tanggal 2 Mei 2013 tentang Tata Cara Pembayaran, Penyetoran, Tempat Pembayaran, Pembayaran dengan angsuran, dan Penundaan Pembayaran Pajak Bumi dan Bangunan Perdesaan dan Perkotaan di Kabupaten Kendal.

30 3.3.3 Pihak yang Terkait : 1. Wajib Pajak. 2. Bank Tempat Pembayaran. 3.3.4 Formulir yang Digunakan : Surat Pemberitahuan Pajak Terutang (SPPT) 3.3.5 Dokumen yang Dihasilkan : Surat Tanda Terima Setoran (STTS) 3.3.6 Prosedur Kerja : 1. Wajib Pajak melakukan pembayaran PBB-P2 di tempat-tempat pembayaran, loketloket mandiri pada kantor cabang pembantu kecamatan atau tempat-tempat lain yang telah dibentuk oleh Bank Jateng Cabang Kendal sebagai tempat pembayaran PBB-P2; 2. Tempat-tempat pembayaran menerima pembayaran dan mencatat pada buku rekening penampungan penerimaan PBB-P2. 3. Tempat-tempat Pembayaran menyerahkan bukti pembayaran berupa SSPD kepada Wajib Pajak setelah divalidasi dengan diberi cap dan tanda tangan. 4. Tempat-tempat pembayaran pada hari yang sama menyetorkan penerimaan PBB-P2 kepada Bank Jateng Cabang Kendal sebagai kas daerah. 5. Bank Jateng Cabang Kendal mencatat penerimaan PBB-P2 pada rekening pendapatan daerah sektor PBB-P2 6. Proses Selesai. Untuk memperjelas prosedur kerja pemungutan PBB pada Badan Keuangan Daerah Kabupaten Kendal disajikan Gambar 3.1 Tentang Bagan Arus (flowchart) Prosedur Pemungutan PBB pada Badan Keuangan Daerah Kabupaten Kendal.

31 Gambar 3.1 Bagan Arus (Flowchart) Prosedur Pemungutan PBB Pada Badan Keuangan Daerah Kabupaten Kendal Wajib Pajak Tempat Pembayaran Bank Jateng Cabang Kendal Mulai Membayar PBB-P2 dengan STTS Mencatat pada Buku Rek. Penampungan PBB-P2 Memvalidasi, memberi cap dan tanda tangan serta menyerahkan SSPD Menerima STTS bukti pembayaran PBB-P2 Menyetorkan penerimaan PBB-P2 Menerima setoran PBB-P2, mencatat pada Rek. Pendapatan Sumber : Badan Keuangan Daerah Kabupaten Kendal, April 2017

32 3.3 Ketetapan dan Realisasi Penerimaan PBB pada Badan Keuangan Daerah Kabupaten Kendal Dalam sub bab ini disajikan tabel ketetapan dan realisasi PBB Kabupaten Kendal sampai dengan tanggal 31 Desember 2016 seperti pada tabel 3.1 tentang ketetapan dan tabel 3.2 tentang realisasi. Tabel 3.1 NO. KECAMATAN KETETAPAN SPPT Rp 1 2 3 4 1 PATEAN 35.026 816.582.846 2 SINGOROJO 39.840 669.169.442 3 PEGANDON 20.309 421.431.524 4 NGAMPEL 19.721 414.719.281 5 GEMUH 24.229 993.742.671 6 RINGINARUM 17.713 660.469.330 7 WELERI 23.103 1.616.706.194 8 ROWOSARI 22.973 681.231.017 9 PAGERUYUNG 26.291 559.618.647 10 CEPIRING 22.516 966.189.328 11 KANGKUNG 28.066 653.294.083 12 PATEBON 29.837 1.159.646.114 13 KALIWUNGUSELATAN 23.532 581.549.262 14 KALIWUNGU 22.172 2.968.743.461 15 BOJA 42.333 1.675.888.728 16 PLANTUNGAN 29.980 427.813.311 17 SUKOREJO 45.548 1.076.305.123 18 BRANGSONG 24.858 904.569.475 19 LIMBANGAN 32.093 763.644.768 20 KENDAL 25.347 1.744.447.299 JUMLAH 555.487 19.755.761.904 Sumber: Badan Keuangan Daerah Kabupaten Kendal,April 2017

33

34 Tabel 3.2 NO. KECAMATAN REALISASI S.D MINGGU KE- 4,DESEMBER 2016 SPPT RP % 1 PATEAN 29.187 686.177.837 84,03 2 SINGOROJO 27.511 456.689.491 68,25 3 PEGANDON 19.164 387.960.789 92,06 4 NGAMPEL 17.029 356.776.280 88,20 5 GEMUH 14.112 593.463.083 59,72 6 RINGINARUM 10.882 403.325.772 61,07 7 WELERI 15.685 1.123.486.025 69,49 8 ROWOSARI 17.799 536.039.937 78,69 9 PAGERUYUNG 21.550 447.900.879 80,04 10 CEPIRING 14.480 634.263.111 65,65 11 KANGKUNG 28.061 652.469.685 99,87 12 PATEBON 18.243 752.862.960 64,92 13 KALIWUNGUSELATAN 14.692 352.366.430 60,59 14 KALIWUNGU 10.908 1.375.142.235 46,32 15 BOJA 22.203 921.810.320 55,00 16 PLANTUNGAN 26.309 367.828.478 85,98 17 SUKOREJO 34.214 787.899.165 73,20 18 BRANGSONG 18.073 663.962.504 73,40 19 LIMBANGAN 25.510 614.266.542 80,44 20 KENDAL 19.535 1.335.502.295 76,56 JUMLAH 405.147 13.459.193.998 68,13 Realisasi PBB Kabupaten Kendal Sampai Dengan Tanggal 31 Desember 2016 Pada Tabel Disajikan Realisasi PBB Kabupaten Kendal Sampai Dengan Tanggal 31 Desember 2016 Pada Tabel 3.2 Sumber: Badan Keuangan Daerah Kabupaten Kendal,April 2017