BAB II KAJIAN PUSTAKA

dokumen-dokumen yang mirip
Menurut Wina Sanjaya (2007 : ) mengemukakan bahwa ada beberapa hal yang menjadi ciri utama dari metode inkuiri, yaitu :

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah proses penemuan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. belajar. Pada prinsipnya belajar adalah berbuat, tidak ada belajar jika tidak

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS TINDAKAN. dari penelitian tindakan kelas ini yang terdiri dari : Hasil Belajar, Belajar dan

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN TEORI. A. Hakikat Model Pembelajaran Contextual Teaching and Learning (CTL) 1. Pengertian Contextual Teaching and Learning (CTL)

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. Sebagaimana tujuan pembelajaran IPA di atas yakni menumbuh kembangkan pengetahuan dan keterampilan, maka hal ini sesuai dengan

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Eva Agustina,2013

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. yaitu 19 orang siswa mendapat nilai di bawah 65 atau 47,5%. Sedangkan nilai

PENERAPAN METODE EKSPERIMEN UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA DALAM PEMBELAJARAN IPA MATERI DAUR AIR

BAB II PENERAPAN METODE INKUIRI UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA DI SEKOLAH DASAR

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Langeveld pendidikan adalah pemberian bimbingan dan bantuan

BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori Pembelajaran IPA IPA merupakan ilmu yang mempelajari tentang alam yang sesuai dengan kenyataan dan

Mata Pelajaran IPA di SMALB bertujuan agar peserta didik memiliki kemampuan sebagai berikut.

Meningkatkan Hasil Belajar IPA Dengan Mengunakan Metode Inkuiri Pada Siswa Kelas V SDN No 1 Balukang

MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR IPA MATERI GAYA MAGNET MELALUI METODE INKUIRI TERBIMBING

BAB II KAJIAN PUSTAKA. mengikuti suatu proses, mengamati suatu objek, keadaan atau proses sesuatu,

BAB II KAJIAN TEORI. dan berbuat. Motivasi adalah dorongan dasar yang menggerakkan seseorang. tema sesuai dengan motivasi yang mendasarinya.

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Eka Atika Sari

BAB II KAJIAN PUSTAKA

Jurnal Ilmiah Guru COPE, No. 01/Tahun XVII/Mei 2013 PENGEMBANGAN KETERAMPILAN PROSES MELALUI STRATEGI INQUIRI DALAM PEMBELAJARAN IPA SMP

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

2015 PENERAPAN MODEL INQUIRY PADA PEMBELAJARAN IPA UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN PROSES SAINS SISWA SD

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. yang mengarah pada proses belajar seperti bertanya, mengajukan pendapat,

42. Mata Pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam untuk Sekolah Dasar (SD)/Madrasah Ibtidaiyah (MI)

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Secara umum, semua aktivitas yang melibatkan psiko-fisik yang menghasilkan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah Laharja Ridwan Mustofa, 2013

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

Penerapan Pendekatan Inquiri untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa pada Pembelajaran IPA di SDN Siumbatu

42. Mata Pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam untuk Sekolah Dasar (SD)/Madrasah Ibtidaiyah (MI)

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA

INKUIRI MERUPAKAN PENDEKATAN PEMBELAJARAN IPA (FISIKA) SD/MI AMANAH DALAM KTSP. Disusun Oleh: Edi Istiyono, M.Si.

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori Pembelajaran IPA di SD Pembelajaran IPA di Sekolah Dasar dengan menggunakan sumber belajar dapat

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. terlihat pada rendahnya kualitas pendidikan, dengan adanya kenyataan bahwa

II. TINJAUAN PUSTAKA. sendiri pengetahuannya. Rasa ingin tahu tentan. g alam sekitar di sekelilingnya merupakan kodrat manusia sejak ia lahir ke

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB II UPAYA MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA DENGAN MENERAPKAN METODE INKUIRI PADA PEMBELAJARAN IPA TENTANG POKOK BAHASAN SIFAT-SIFAT CAHAYA

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dewi Diyanti, 2014

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN TEORI 2.1 Kajian Pustaka Pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam (IPA)

47. Mata Pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam untuk Sekolah Menengah Pertama Luar Biasa Tunanetra (SMPLB A)

STRATEGI PEMBELAJARAN INKUIRI

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan di Indonesia dewasa ini telah mendapat perhatian yang

BAB 1 Pendahuluan 1.1 Latar Belakang Tujuan utama pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) agar siswa memahami konsep-konsep IPA secara sederhana dan

PENINGKATAN MINAT DALAM PEMBELAJARAN ILMU PENGETAHUAN ALAM MENGGUNAKAN METODE INQUIRY KELAS IV SEKOLAH DASAR ARTIKEL PENELITIAN

BAB II KAJIAN PUSTAKA. a. Pengertian Mata Pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam (IPA)

cara kerja suatu alat kepada kelompok siswa.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Belajar merupakan suatu proses usaha yang dilakukan oleh individu untuk memperoleh suatu

Mata Pelajaran IPA di SMALB bertujuan agar peserta didik memiliki kemampuan sebagai berikut.

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB II KAJIAN PUSTAKA. pemahaman terhadap informasi yang diterimanya dan pengalaman yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Ilmu Pengetahuan Alam merupakan salah satu bidang studi yang ada

BAB II KAJIAN TEORI 2.1. Kajian Teori Hakikat Ilmu Pengetahuan Alam Ruang Lingkup IPA SD/MI

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN INKUIRI UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA PADA MATERI GAYA GESEK

BAB I PENDAHULUAN. kualitas sumber daya manusia (SDM), karena sumber daya yang berkualitas

BAB I PENDAHULUAN. nilai-nilai yang dibutuhkan oleh siswa dalam menempuh kehidupan (Sani, RA.

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. Sesuai dengan paparan mengenai pendidikan tersebut maka guru. mengembangkan seluruh potensi yang ada dalam dirinya.

TINJAUAN PUSTAKA. A. Model Pembelajaran Inkuiri dalam Pembelajaran IPA. menemukan sendiri jawaban dari suatu masalah yang dipertanyakan.

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. yang wajib dipelajari di Sekolah Dasar. Siswa akan dapat mempelajari diri

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Yuanita, 2013

BAB I PENDAHULUAN. peserta didik, sehingga yang bersangkutan mampu menghadapi dan memecahkan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. Belajar akan lebih bermakna jika anak mengalami dan menemukan sendiri apa

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan sebagai

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan pengalaman pada kegiatan proses pembelajaran IPA. khususnya pada pelajaran Fisika di kelas VIII disalah satu

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA

FISIKA SEKOLAH 1 FI SKS

BAB II KAJIAN TEORI. jawab dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa (Mulyasa, 2005 :70).

BAB I PENDAHULUAN. lebih lanjut dalam menerapkannya di dalam kehidupan sehari-hari. Pendidikan

Peningkatan Hasil Belajar Ipa Siswa Kelas V Dengan Menggunakan Metode Inkuiri. Zaiyasni PGSD FIP UNP Padang

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan secara historis telah menjadi landasan moral dan etik dalam

BAB I PENDAHULUAN. tentang Sistem Pendidikan Nasional, dengan jelas dikatakan bahwa :

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

Transkripsi:

7 BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Pembelajaran IPA 2.1.1.1 Latar Belakang Pembelajaran IPA Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) berhubungan dengan cara mencari tahu tentang alam secara sistematis, sehingga IPA bukan hanya penguasaan kumpulan pengetahuan yang berupa fakta-fakta, konsep-konsep, atau prinsip-prinsip saja tetap juga merupakan suatu proses penemuan. Pendidikan IPA diharapkan dapat menjadi wahana bagi peserta didik untuk mempelajari diri sendiri dan alam sekitar, serta prospek pengembangan lebih lanjut dalam menerapkannya di dalam kehidupan seharihari. Proses pembelajarannya menekankan pada pemberian pengalaman langsung untuk mengembangkan kompetensi agar menjelajahi dan memahami alam sekitar secara ilmiah. Pendidikan IPA diarahkan untuk inkuiri dan berbuat sehingga dapat membantu peserta didik untuk memperoleh pemahaman yang lebih mendalam tentang alam sekitar, dengan demikian siswa tidak hanya menghafal ilmu pengetahuan saja, namun siswa juga melihat, mengalami dan melakukan sesuatu. IPA didefinisikan sebagai kumpulan pengetahuan yang tersusun secara terbimbing. Hal ini sejalan dengan Standar Isi dalam Peraturan Pemerintah RI No. 22 Tahun 2006 bahwa IPA berhubungan dengan cara mencari tahu tentang alam secara sistematis, sehingga bukan hanya penguasaan kumpulan pengetahuan yang berupa fakta, konsep, atau prinsip saja tetapi juga merupakan suatu proses penemuan. Selain IPA diperlukan dalam kehidupan sehari-hari untuk memenuhi kebutuhan manusia melalui pemecahan masalah-masalah yang dapat diidentifikasikan. Penerapan IPA perlu dilakukan secara bijaksana agar tidak berdampak buruk terhadap lingkungan. Di tingkat SD/MI diharapkan ada penekanan pembelajaran Salingtemas (Sains, Lingkungan, Teknologi, dan Masyarakat) yang diarahkan pada pengalaman belajar untuk merancang dan membuat suatu karya melalui penerapan konsep IPA dan kompetensi bekerja ilmiah secara bijaksana.

8 Dengan demikian, siswa tidak hanya menerima materi saja, namun diberikan kesempatan untuk membuat rancangan IPA nya sendiri dan membuat rancangan itu ke dalam sebuah bentuk karya, dalam hal ini siswa mengembangkan hasilnya. Pembelajaran IPA sebaiknya dilaksanakan secara inkuiri ilmiah (scientific inquiry) untuk menumbuhkan kemampuan berpikir, bekerja dan bersikap ilmiah serta mengkomunikasikannya sebagai aspek penting kecakapan hidup. Oleh karena itu pembelajaran IPA di SD/MI menekankan pada pemberian pengalaman belajar secara langsung melalui penggunaan dan pengembangan ketrampilan proses dan sikap ilmiah. 2.1.1.2 Tujuan Pembelajaran IPA Mendasarkan pada latar belakang pembelajaran IPA, maka Mata Pelajaran IPA di SD/MI diarahkan untuk bertujuan agar peserta didik memiliki kemampuan sebagai berikut: 1. Memperoleh keyakinan terhadap kebesaran Tuhan yang Maha Esa berdasarkan keberadaan, keindahan, dan keteraturan alam ciptaan-nya. 2. Mengembangkan pengetahuan dan pemahaman konsep-konsep IPA yang bermanfaat dan dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari. 3. Mengembangkan rasa ingin tahu, sikap positif dan kesadaran tentang adanya hubungan yang saling mempengaruhi antara IPA, lingkungan, teknologi, dan masyarakat. 4. Mengembangkan ketrampilan proses untuk menyelidiki alam sekitar memecahkan masalah dan membuat keputusan. 5. Meningkatkan kesadaran untuk berperan serta dalam memelihara, menjaga, dan melestarikan lingkungan alam. 6. Meningkatkan kesadaran untuk menghargai alam dan segala keteraturannya sebagai salah satu ciptaan Tuhan. 7. Memperoleh bekal pengetahuan, konsep, dan ketrampilan IPA sebagai dasar untuk melanjutkan pendidikan ke SMP/MTs. (Peraturan Pemerintah RI No. 22 Tahun 2006 tentang Standar Isi).

9 Tujuan tersebut menuntut taraf berfikir untuk pengembangan sikap dan ketrampilan yang memadai dari siswa, oleh karena itu pengembangan pendekatan pembelajaran inkuiri sangat dibutuhkan. 2.1.1.3 Ruang Lingkup Pembelajaran IPA memiliki ruang lingkup bahan kajian yang luas, untuk itu perlu ada pembatasan ruang lingkup pembelajaran IPA khusus SD/MI yakni meliputi aspek-aspek berikut: 1. Makhluk hidup dan proses kehidupan, yaitu manusia, hewan, tumbuhan, dan interaksinya dengan lingkungan, serta kesehatan. 2. Benda/materi, sifat-sifat dan kegunaannya meliputi: cair, padat, dan gas. 3. Energi dan perubahannya meliputi: gaya, bumi, panas, magnet, listrik, cahaya, dan pesawat sederhana. 4. Bumi dan alam semesta meliputi: tanah, bumi, tata surya, dan benda-benda langit lainnya. (Peraturan Pemerintah RI No. 22 Tahun 2006 tentang Standar Isi) 2.1.1.4 Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar Pencapaian tujuan IPA yang telah ditetapkan oleh Badan Standar Nasional Pendidikan (BSNP) tersebut harus dimiliki oleh kemampuan peserta didik yang berstandar nasional dinamakan dengan Standar Kompetensi (SK) dan dirinci ke dalam Kompetensi Dasar (KD). Standar kompetensi (SK) merupakan ketentuan pokok untuk dijabarkan lebih lanjut dalam serangkaian kemampuan untuk melaksanakan tugas atau pekerjaan secara efektif. Penjabaran lebih lanjut ke dalam kompetensi dasar. Kompetensi dasar adalah kemampuan minimal yang diperlukan untuk melaksanakan tugas atau pekerjaan dengan efektif Kompetensi dasar ini merupakan standar minimum yang secara nasional harus dicapai oleh siswa dan menjadi acuan dalam pengembangan kurikulum di setiap satuan pendidikan. Pencapaian SK dan KD didasarkan pada pemberdayaan peserta didik untuk membangun kemampuan, bekerja ilmiah, dan pengetahuan sendiri yang difasilitasi oleh guru. Oleh karena itu, dalam pembelajaran di satuan pendidikan harus mengacu pada SK dan KD yang diterbitkan oleh BSNP.

10 Secara rinci SK dan KD untuk mata pelajaran IPA yang ditujukan bagi siswa kelas IV SD disajikan melalui tabel 2.1 berikut ini. (Peraturan Pemerintah RI No. 22 Tahun 2006 tentang Standar Isi) Tabel.1 SK dan KD mata pelajaran IPA Kelas 4 Semester 2 No Standar Kompetensi Kompetensi Dasar 1 8. Memahami berbagai bentuk energi dan cara penggunaannya dalam kehidupan sehari-hari 8.1. Mendeskripsikan energi panas dan bunyi yang terdapat di lingkungan sekitar serta sifat-sifatnya 8.2 Menjelaskan berbagai energi alternatif dan cara penggunaannya 8.3 Membuat suatu karya/ model untuk menunjukkan perubahan energi gerak akibat pengaruh udara, misalnya roket dari kertas /baling-baling /pesawat kertas/parasut 8.4 Menjelaskan perubahan energi bunyi melalui penggunaan alat musik 2.1.1.5 Hasil belajar 1. Pengertian hasil belajar Hasil belajar merupakan perubahan perilaku yang diperoleh pebelajar setelah mengalami aktivitas belajar (Anni, 2007: 5). Oleh karena itu pembelajar mempelajari pengetahuan tentang konsep. Maka perubahan perilaku yang diperoleh adalah berupa penguasaan konsep.

11 Tujuan pembelajaran merupakan deskripsi tentang perubahan tingkah laku yang diinginkan atau deskripsi produk yang menunjukkan bahwa belajar telah terjadi. ( gerlach dan Ely, 1980 dalam Anni, 2007: 5-6). Hasil belajar menurut Anni (2007: 4) merupakan perubahan perilaku yang diperoleh pembelajar setelah mengalami aktivitas belajar. Perolehan aspek aspek perilaku tergantung pada apa yang dipelajari oleh pembelajar. Menurut Dimyati dan Mudjiono (2009: 29) hasil belajar merupakan hal yang dapat dipandang dari dua sisi yaitu sisi siswa dan sisi guru. Dari sisi siswa, hasil belajar merupakan tingkat perkembangan mental yang lebih baik bila dibandingkan pada saat sebelum belajar. Menurut Hamalik, hasil belajar adalah bila seseorang telah belajar akan terjadi perubahan tingkah laku pada orang tersebut, misalnya dari tidak tahu menjadi tahu, dari tidak mengerti menjadi mengerti, dan lain sebagainya. Berdasarkan teori di atas hasil belajar adalah suatu perubahan setelah. Mengalami aktifitas yang dapat dilihat guru apakah siswa mengalami perkembangan mental antara setelah belajar dan sebelum belajar sehingga akan terjadi perubahan tingkah laku dalam sifat dan kemampuan Faktor yg mempengaruhi hasil belajar IPA (Inquiri) Pengukuran hasil belajar IPA Keberhasilan seseorang dapat diketahui melalui pengukuran. Secara sederhana menurut Wardani NS (2010: 24) diartikan sebagai kegiatan atau upaya untuk memberikan angka-angka pada suatu peristiwa yang terjadi. Selanjutnya allen dan Yen (1979) menyatakan bahwa pengukuran adalah penetapan angka dengan cara yang sistematik untuk menyatakan keadaan individu. Jadi pengukuran itu adalah kekuatan untuk memberikan angka pada suatu aspek dengan mengikuti cara cara yang urut. Yang diantaranya bisa melalui tes, skala dan tes kinerja 2.1.1.6 Pengukuran Dalam pengukuran penellitian ini menggunakan penilaian proses, berupa tes dan bukan tes dengan tujuan untuk bisa melihat perkembangan siswa dalam pelaksanaan pembelajaran. Tes tersebut dapat berupa tertulis dan juga perbuatan. Adapun penilaian juga dapat dilakukan berdasarkan indikator yang merupakan tujuan pembelajaran baik dari segi kognitif, afaktif maupun psikimotor.

12 2.1.1.7 Pendekatan Pembelajaran Inkuiri Pendekatan inkuiri memberikan kesempatan kepada siswa untuk belajar mengembangkan potensi intelektualnya dalam jalinan kegiatan yang disusunnya sendiri untuk menemukan sesuatu. Siswa didorong untuk bertindak aktif mencari jawaban atas masalah-masalah yang dihadapinya dan menarik kesimpulan sendiri melalui proses berpikir ilmiah yang kritis, logis, dan sistematis. Siswa tidak lagi bersifat dan bersikap pasif, menerima dan menghafal pelajaran yang diberikan oleh gurunya. Siswa dibagi kedalam kelompok, setiap kelompok mengerjakan tugas yang sudah ditentukan guru. Menurut Piaget (Wafi, 2009) pendekatan inkuiri merupakan 12 suatu pendekatan yang mempersiapkan siswa pada situasi untuk melakukan eksperimen sendiri secara luas agar dapat melihat apa yang terjadi, ingin melakukan sesuatu, mengajukan pertanyaan-pertanyaan, dan mencari jawabannya sendiri, serta menghubungkan penemuan yang satu dengan penemuan yang lain, membandingkan apa yang ditemukannya dengan yang ditentukan peserta didik. Menurut B. Joyce and M. Weil (1996) pendekatan inkuiri adalah sebuah pendekatan yang intinya melibatkan siswa kedalam masalah asli dan menghadapkan mereka dengan sebuah penyelidikan, membantu mereka mengidentifikasi konseptual atau pendekatan pemecahan masalah yang terdapat dalam penyelidikan, dan mengarahkan siswa mencari jalan keluar dari masalah tersebut. Wina Sanjaya (2008) mengemukakan pendekatan inkuiri adalah rangkaian kegiatan pembelajaran yang menekankan pada proses berpikir secara kritis dan analitis untuk mencari dan menemukan sendiri jawaban dari suatu masalah yang dipertanyakan. Proses berpikir itu sendiri biasanya dilakukan melalui tanya jawab antara guru dan siswa. Menurut E. Mulyasa (dalam Siti 2009), Pendekatan inkuiri merupakan pendekatan penyelidikan yang melibatkan proses mental dengan kegiatankegiatan sebagai berikut: 1. Mengajukan pertanyaan-pertanyan dengan fenomena alam 2. Merumuskan masalah yang ditemukan 3. Merumuskan hipotesis

13 4. Merancang dan melakukan eksperimen 5. Mengumpulkan dan menganalisis data 6. Menarik kesimpulan mengembangkan sikap ilmiah, yakni: objektif, jujur, hasrat ingin tahu, terbuka, berkemauan dan tanggung jawab. 2.1.1.8 Macam-macam pendekatan inkuiri Menurut Nanang dan Cucu (2009), pendekatan inkuiri dibagi menjadi tiga jenis berdasarkan besarnya bimbingan yang diberikan guru kepada siswanya. Ketiga jenis pendekatan itu adalah: 1. Inkuiri terbimbing. Pendekatan inkuiri terbimbing merupakan pendekatan dimana guru membimbing siswa melakukan kegiatan dengan memberi pertanyaan awal dan mengarahkan pada suatu diskusi. Guru mempunyai peran aktif dalam menentukan permasalahan dan tahap-tahap pemecahannya. Pendekatan inkuiri terbimbing ini digunakan bagi siswa yang kurang berpengalaman belajar dengan pendekatan inkuiri. Dengan pendekatan ini siswa belajar lebih beorientasi pada bimbingan dan petunjuk dari guru hingga siswa dapat memahami konsep-konsep pelajaran. Pada pendekatan ini siswa akan dihadapkan pada tugas-tugas yang relevan untuk diselesaikan baik melalui diskusi kelompok maupun secara individual agar mampu menyelesaikan masalah dan menarik suatu kesimpulan secara mandiri. 2. Inkuiri bebas Pada pendekatan ini, siswa diberi kebebasan untuk menentukan sendiri masalah yang akan dimiliki, menemukan dan menyelesaikan masalah secara mandiri, merancang prosedur atau langkah-langkah yang akan diperlukan. Selama proses pembelajaran, guru hanya sedikit memberikan bimbingan. Salah satu keuntungan dari pendekatan ini adalah adanya kemungkinan siswa dalam memecahkan masalah dan mempunyai alternatif pemecahan masalah lebih dari satu, karena tergantung bagaimana cara mereka mengkonstruksikan jawabannya sendiri. 3. Inkuiri bebas yang dimodifikasi

14 Dalam pendekatan ini, guru membatasi bimbingan agar siswa berupaya terlebih dahulu secara mandiri, dengan harapan agar siswa menemukan sendiri jawaban. Namun, apabila siswa tidak dapat menyelesaikan masalahnya, maka bimbingan dapat diberikan secara tidak langsung yaitu dengan cara memberikan contoh-contoh yang relevan dengan permasalahan yang dihadapi, atau melalui diskusi dengan siswa dalam kelompok lain. 2.1.1.9 Langkah-langkah Pembelajaran Dengan Pendekatan Inkuiri Menurut Wina Sanjaya (2008), secara umum proses pembelajaran dengan menggunakan pendekatan inkuiri dapat mengikuti langkah-langkah sebagai berikut: 1. Orientasi Langkah orientasi adalah langkah untuk membina suasana atau iklim pembelajaran yang responsif. Pada langkah ini mengondisikan agar siswa siap melaksanakan proses pembelajaran. Langkah orientasi merupakan langkah penting, keberhasilan Pendekatan ini sangat tergantung pada kemauan siswa untuk beraktifitas menggunakan kemampuannya dalam memecahkan masalah. Beberapa hal yang dapat dilakukan dalam tahap orientasi adalah: a. Menjelaskan topik, tujuan, dan hasil belajar yang diharapkan dapat dicapai oleh siswa. b. Menjelaskan pokok-pokok kegiatan yang harus dilakukan oleh siswa untuk mencapai tujuan. c. Menjelaskan pentingnya topik dan kegiatan belajar. 2. Merumuskan masalah Merumuskan masalah merupakan langkah yang membawa siswa pada suatu persoalan yang mengandung teka-teki. Persoalan yang disajikan adalah persoalan yang menantang siswa untuk memecahkan teka-teki itu. Teka-teki dalam rumusan masalah tentu ada jawabannya, dan siswa didorong untuk mencari jawaban yang tepat. Proses mencari jawaban itulah yang sangat penting dalam pembelajaran inkuiri, oleh karena itu melalui proses tersebut siswa akan memperoleh pengalaman yang sangat berharga sebagai upaya mengembangkan mental melalui proses berpikir.

15 3. Merumuskan Hipotesis Hipotesis adalah jawaban sementara dari suatu permasalahan yang dikaji. Sebagai jawaban sementara, hipotesis perlu diuji kebenarannya. Salah satu cara yang dapat dilakukan guru untuk mengembangkan kemampuan menebak (berhipotesis) pada setiap anak adalah dengan mengajukan berbagai pertanyaan yang dapat mendorong siswa untuk dapat merumuskan jawaban sementara. 4. Mengumpulkan Data Mengumpulkan data adalah aktifitas menjaring informasi yang dibutuhkan untuk menguji hipotesis yang diajukan. Dalam pendekatan inkuiri, mengumpulkan data merupakan proses mental yang sangat penting dalam pengembangan intelektual. Proses pemgumpulan data bukan hanya memerlukan motivasi yang kuat dalam belajar, akan tetapi juga membutuhkan ketekunan dan kemampuan menggunakan potensi berpikirnya. 5. Menguji Hipotesis Menguji hipotesis adalah menentukan jawaban yang dianggap diterima sesuai dengan data atau informasi yang diperoleh berdasarkan pengumpulan data. Menguji hipotesis juga berarti mengembangkan kemampuan berpikir rasional. Artinya, kebenaran jawaban yang diberikan bukan hanya berdasarkan argumentasi, akan tetapi harus didukung oleh data yang ditemukan dan dapat dipertanggungjawabkan. 6. Merumuskan Kesimpulan Merumuskan kesimpulan adalah proses mendeskripsikan temuan yang diperoleh berdasarkan hasil pengujian hipotesis. Untuk mencapai kesimpulan yang akurat sebaiknya guru mampu menunjukkan pada siswa data mana yang relevan. Menurut Soewarso (2010), langkah-langkah yang digunakan dalam pembelajaran dengan pendekatan inkuiri adalah sebagai berikut: 1) Memperkenalkan masalah. Pada tahap ini, guru memberikan suatu masalah yang akan diselesaikan. 2) Mengumpulkan data. Pada tahap ini diharapkan semua siswa bertanya kepada guru. Jika siswa mendapat kesulitan dalam mengajukan pertanyaan, maka guru harus membantunya dengan memberikan suatu pernyataan yang berhubungan dengan tahap pertama.

16 3) Menganalisis data. Pada tahap ini siswa bekerja secara individu atau secara kelompok. 4) Membuat hipotesa 5) Menguji hipotesa. Pada tahap ini siswa akan menguji kebenaran hipotesa. 6) Membuat kesimpulan. Pada tahap ini, baik individu atau kelompok siswa membuat kesimpulan. Setelah itu siswa melaporkan hasil diskusi. Menurut Bruce Joyce dan Marsha Weil (2008), ada lima tahap pelaksanaan inkuiri yang berangkat dari fakta sampai terjadinya suatu teori. Lima tahapan tersebut adalah: 1) Menghadapkan pada permasalahan. Pada tahap guru memberi permasalahan dan menjelaskan prosedur pelaksanaan inkuiri pada siswa. 2) Pengumpulan data dan verifikasi. Pada tahap siswa mengumpulkan data atau informasi tentang peristiwa atau masalah yang telah mereka lihat atau alami, dengan mengajukan pertanyaan sedemikian rupa sehingga guru hanya menjawab ya atau tidak. 3) Pengumpulan data eksperimentasi. Pada tahap ini siswa mengajukan faktor atau unsur baru kedalam permasalahan agar dapat melihat apakah peristiwa itu dapat terjadi secara berbeda. 4) Mengorganisir, formulasi dan penjelasan. Pada tahap ini guru meminta siswa untuk mengorganisir data dan menyusun suatu penjelasan. Artinya, data tersebut telah diorganisir kemudian dideskripsikan sehingga menjadi suatu paparan hasil temuannya. 5) Analisis proses inkuiri. Pada tahap ini siswa diminta untuk menganalisis proses inkuiri. Menurut Suchman (dalam Hamzah, 2008), ada lima langkah mengajar dengan menggunakan pendekatan inkuiri, antara lain: 1) Tahap pertama adalah siswa dihadapkan pada suatu situasi yang membingungkan (teka-teki). 2) Tahap kedua pengumpulan data untuk verifikasi. Verifikasi merupakan proses menggali informasi tentang peristiwa yang mereka alami. Pada tahap ini, siswa menanyakan serangkaian pertanyaan yang dapat dijawab oleh guru dengan

17 jawaban Ya atau Tidak, sementara melakukan percobaan sesuai dengan permasalahan yang dihadpi oleh mereka.akan tetapi guru hendaknya menjelaskan prosedur penelitian yang harus dilakukan oleh siswa. 3) Untuk mendasarkan permasalahan yang dihadapi oleh siswa berawl dari ide yang paling sederhana. Tahap ketiga adalah pengumpulan data untuk eksperimentasi. Eksperimen (percobaan) merupakan proses memperkenalkan kepada siswa suatu unsur baru pada suatu situasi tertentu untuk menunjukkan bahwa suatu peristiwa dapat terjadi secara berbeda. Pada tahap ini, siswa menanyakan serangkaian pertanyan yang dapat dijawab oleh guru dengan jawaban Ya atau Tidak, sementara melakukan percobaan sesuai dengan permasalahan yang dihadapkan pada mereka. Namun, perlu dicatat bahwa pada tahap pertama, guru hendaknya menjelaskan prosedur penelitian yang harus dilakukan oleh siwa. Untuk itu, disarankan agar mendasarkan permasalahan yang dihadapkan kepada siswa berawal dari ide yang paling sederhana. 4) Tahap keempat, adalah tahap merumuskan penjelasan atau peristiwa yang telah mereka alami. Pada tahap ini, disarankan agar beberapa siswa memberikan penjelasan tentang apa yang dialami. Dengan demikian, akan diperolah beberapa penjelasan yang satu sama lain dapat saling mendukung sehingga menghasilkan suatu penjelasan yang lengkap. 5) Tahap kelima atau tahap terakhir adalah menganalisis proses penelitian yang telah mereka lakukan. Pada tahap ini, siswa diminta untuk menganalisis pola penelitian yang mereka lakukan. Tahap ini penting sekali dilakukan karena kita menginginkan agar siswa menyadari betul proses penelitian yang dilakukan secara sistematis dan guru telah mengajarkan kepada mereka menggunakan cara- cara yang lebih efektif. Dari keempat pendapat tentang langkah-langkah pembelajaran inkuiri tersebut intinya sama, mulai dari memperkenalkan masalah, mengumpulkan data, sampai dengan menarik suatu kesimpulan, sehingga dapat disimpulkan bahwa langkah-langkah pembelajaran inkuiri adalah sebagai berikut: a. tahap orientasi b. tahap verifikasi c. tahap eksperimentasi.

18 d. tahap merumuskan peristiwa yang terjadi e. tahap analisis proses penelitian, tahap ini siswa membuat kesimpulan dan menemukan hasil Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa pendekatan inkuiri merupakan sebuah pendekatan pembelajaran yang berpusat pada siswa yang mampu menciptakan siswa yang cerdas, terampil dan berpengetahuan luas serta dapat bekerja sesuai dengan prosedur sehingga dapat menemukan jawaban sendiri dari masalah yang dikaji. Pengetahuan dan ketrampilan siswa tidak diperoleh dari hasil mengingat fakta tetapi hasil menemukan sendiri dari fakta yang dihadapinya. Dengan pendekatan ini siswa dilatih untuk selalu berpikir kritis karena membiasakan siswa memecahkan masalah sendiri. Pendekatan ini bertujuan untuk melatih kemampuan siswa dalam meneliti, menjelaskan fenomena dan memecahkan masalah secara ilmiah. Seperti langkahlangkah pembelajaran inkuiri yang dikemukan oleh para ahli diatas, mulai dari orientasi, kemudian siswa melakukan verifikasi dan ekperimentasi, siswa mengumpulkan data dari kegiatan eksperimentasi sampai dengan menyimpulkan, guru hanya bertindak sebagai fasilitator, nara sumber dan penyuluh kelompok. Tujuan utama pembelajaran ini adalah untuk menolong siswa dalam mengembangkan disiplin intelektual dan kemampuan berpikir dengan memberikan pertanyaan-pertanyaan, menyelesaikan masalah dan menarik kesimpulan secara mandiri. Pada prinsipnya, inkuiri adalah pembelajaran yang berpusat pada siswa, maka peranan guru adalah sebagai pembimbing, stimulator dan fasilitator. Sedangkan siswa dalam pembelajaran inkuiri adalah sebagai pengambil inisiatif dalam menentukan sesuatu. Siswa aktif menggunakan cara mereka sendiri, dengan demikian diharapkan mereka mempunyai keberanian untuk mengajukan masalah, merespon masalah, dan berpikir untuk menyelesaikan masalah atau menemukan jawabannya melalui penyelidikan atau percobaan secara mandiri.

19 Tabel 2 Penerapan pendekatan inkuiri sesuai dengan standar proses dalam pembelajaran IPA adalah sebagai berikut. NO TAHAPAN KEGIATAN 1 Pendahuluan 1. Guru membuka pelajaran dan menyampaikan salam 2. Guru Mengabsen siswa 3. Menyampaikan tujuan pembelajaran yang harus dicapai oleh siswa 4. Guru menyampaikan rencana pertemuan hari ini 5. Guru menanyakan masalah mengenai pengaruh gerakan angin terhadap benda dan alat musik siswa dan di kaitkanya dengan pelajaran yang akan berlangsung 2 Inti Eksplorasi 1. Guru meyuruh siswa membentuk kelompok 2. Siswa mengehadapkan masalalah yang harus dihadapkan siswa pengaruh gerakana angin tehadap alat musik 3. Siswa mengumpulkan mengenai gerakan angin permasalahan sesuai dengan yang mereka alami 4. Siswa mengajukan sejumlah pertanyaan pengaruh gerakan angin terhadap gerak benda dan pengaruhya terhdap alat musik sehingga guru menjawab iya atau tidak 5. Siswa secara berkelompok menganalisa mengenahi gerakan angin terhadap gerak benda dan pengaruhya terhadap alat musik 6. Siswa membuat hipotesa 7. Siswa menguji hasil hipotesa Elaborasi 1. Siswa membuat kesimpulan secara tertulis 2. Kesimpulan diubah jadi lagu/pantun/puisi/ peta konsep/drama/simulasi/deklamasi dll kesayangan siswa Konvirmasi 1. Siswa mempersentasikan hasil lagu yg dibuat dan diberi pujian oleh guru 3 Penutup 1. Dengan bantuan Guru siswa mengadakan refleksi tentang hikmah yang diperoleh dari belajar... 2. Guru mengadakan evaluasi (pertemuan terakhir) 3. Guru menyampaikan informasi pelajaran selanjutnya

20 2.2 Kajian Hasil-Hasil Penelitian Yang Relevan Penelitian yang dilakukan oleh Sullivan (2011) menemukan bahwa pendekatan inkuiri yang dilakukannya secara kolaboratif dalam pembelajaran IPA tentang pemecahan masalah robotik telah mendorong perkembangan hasil siswa kelas 4. Ada 4 aspek yang terbukti sangat penting dalam pendekatan inkuiri untuk mencapai pengembangan hasil siswa yaitu open ended, goal oriented task, teacher modelling dari teknik inkuiri, dan penggunaan media dan lingkungan yang dikemas dalam bentuk permainan. Penggunaan media dan lingkungan membuat siswa dapat mengembangkan pemahaman yang terintegrasi dengan temannya melalui media alat, komunikasi dan interaksi pengetahuan yang siswa miliki. Kelebihan dalam penelitian ini adalah ada hasil peneliti dalam mengembangkan materi pembelajaran yang digunakan dalam penelitian dan penggunaan lokasi penelitian di luar kelas. Penelitian yang dilakukan oleh Longo (2010) telah menemukan bahwa metode inkuiri membantu siswa dalam meningkatkan hasilnya. Proses pengukuran kemampuan siswa melalui tes telah membuat beban yang tidak mendorong berkembangnya hasil guru dan siswa selama pembelajaran. Dalam penelitian ini, metode inkuiri terbuti membantu siswa dalam menemukan pengetahuan sendiri, bukan hanya mengingat-ingat saja apa yang telah siswa terima dari guru. Pembelajaran inkuiri yang dilakukan oleh Longo terbukti telah meningkatkan motivasi, rasa ingin tahu dan ketertarikan siswa dengan tetap berpegang pada kurikulum yang dituntut untuk dipenuhi. Kelebihan dari penelitian ini adalah hasil peneliti dalam mengemas pembelajaran yang mendasarkan pada kurikulum untuk membuat siswa kreatif. Pengukuran kemampuan siswa dilakukan non tes yang jarang dilakukan oleh guru. Kelemahan dalam penelitian ini kurang menonjolkan aspek-aspek hasil yang dilakukan. Oleh karena itu, penelitian yang akan dilakukan menekankan pada aspek-aspek hasil siswa. Adanya keberhasilan ditunjukkan oleh adanya kedinamisan diskusi kelompok artinya dalam diskusi kelompok, siswa saling memberikan pendapat, merespon, dan bertanya. Ketika kelompok menemukan kesulitan, kelompok menanyakan kepada guru, sehingga jalannya diskusi lancar.

21 Hal ini ditunjang melalui kelancaran siswa dalam mendiskusikan jawaban dari pertanyaan yang diberikan, adanya kemampuan siswa dalam menebak sebab akibat dari suatu peristiwa dari materi perjuangan, dan mengembangkan manfaat suatu peristiwa (dari perjuangan). Jadi penggunaan diskusi kelompok dapat meningkatkan kemampuan siswa dalam membuat kategori menebak sebab akibat dari suatu peristiwa, meningkatkan kemampuan kerjasama, keaktifan dan meningkatkan kemampuan guru dalam membangun hubungan dengan siswa. Kelebihan dari penelitian tersebut terletak pada terfokusnya aspek hasil yang diukur pada aktivitas diskusi kelompok yakni menggali pertukaran ide atau pengalaman yang dimiliki oleh peserta diskusi. Sedangkan kelemahan yang ada pada penelitian tersebut, penelitian tersebut merupakan penelitian diskriptif saja yang sekedar menguraikan hasil penelitian secara kualitatif. 2.3 Kerangka Berpikir Kebiasaan pembelajaran yang berlangsung di kelas, adalah pembelajaran yang berpusat pada guru. Guru mendominasi seluruh waktu pembelajaran dengan menyampaikan materi IPA melalui ceramah. Kadang-kadang saja di tengah-tengah ceramah, guru menyelipkan pertanyaan-pertanyaan yang harus dijawab siswa. Tanggapan siswa terhadap pembelajaran yang dilakukan guru, adalah mengantuk, tidak segera dapat peduli dengan situasi yang ada baik yang diadakan oleh guru atau siswa yang lain, sehingga siswa cenderung untuk pasif saja. Kondisi ini jika siswa diberi pertanyaan atau tes, hasilnya tidak dapat mengerjakan secara optimal, sehingga skor yang diperoleh rendah. Perubahan paradigma pembelajaran menuntut siswa aktif, agar kompetensi yang diharapkan dalam kurikulum 2006 dapat tercapai. Suatu pembelajaran akan efektif bila siswa aktif berpartisipasi atau melibatkan diri secara langsung dalam proses pembelajaran. Siswa diharapkan dapat menemukan sendiri atau memahami sendiri konsep yang telah diajarkan yaitu dengan mengalami langsung. Pembelajaran dengan pendekatan konvensional yang pada umumnya dilaksanakan oleh guru masih kurang memperhatikan ketercapaian kompetensi siswa. Guru masih dominan sehingga membuat siswa menjadi pasif.

22 Siswa tidak mengalami pengalaman belajar sendiri untuk mendapatkan pengalaman baru dalam kegiatan belajar mengajar di sekolah, akibatnya hasil belajar siswa rendah. Untuk mengatasi paradigma di atas, guru mencoba menerapkan suatu pendekatan pembelajaran inkuiri. Pendekatan pembelajaran inkuiri adalah pendekatan pembelajaran yang berpusat pada siswa yang mampu menciptakan siswa yang cerdas, terampil dan berpengetahuan luas serta dapat bekerja sesuai dengan prosedur sehingga dapat menemukan jawaban sendiri dari masalah yang dikaji. Pengetahuan dan keterampilan siswa tidak diperoleh dari hasil mengingat fakta tetapi hasil menemukan sendiri dari fakta yang dihadapinya. Dengan pendekatan ini siswa dilatih untuk selalu berpikir kritis karena membiasakan siswa memecahkan masalah sendiri. Pendekatan ini bertujuan untuk menghadapkan siswa untuk mengetahui penyebab perubahan bunyi, menentukan alat dan bahan yang digunakan untuk membuata perubahan bunyi melalui benda. Hasil yang diharapkan adalah optimal. Oleh karena itu, untuk mengukurnya keberhasilan siswa dalam mencapai tujuan pembelajaran, maka pengukuran dilakukan dengan unjuk kerja dan tes formatif. Skor pencapaian pengukuran ini akan menunjukkan kenaikan skor yang signifikan. Dengan diterapkannya pembelajaran yang menggunakan pendekatan inkuiri ini, suasana kelas yang tidak membosankan, siswa dapat aktif dalam mengikuti kegiatan pembelajaran sehingga dapat meningkatkan hasil belajar. Melalui pembelajaran inquiri, siswa aktif mencari masalah tentang pengaruh gerakan angin dan pengaruh udara pada alat musik, mencatatnya, membuat dan menguji hipotesis, memperagakan, membuat kesimpulan, mengubah jadi puisi untuk lebih mengingat materi yang telah dipelajari, sehingga pemahaman materi menjadi lebih menarik, jelas dan tidak mudah terlupakan; dengan demikian daya serap meningkat, saat diuji kompetensinya pasti lebih baik dibanding sebelumnya dan hasil belajar siswa menjadi meningkat. 2.4 Hipotesis Tindakan

23 Berdasarkan kerangka berpikir yang diuraikan di atas, maka hipotesis tindakan yang diajukan dalam penelitian ini adalah Meningkatan hasil belajar IPA melalui pendekatan inkuiri siswa kelas 4 SD Negeri 2 Kaleng, Puring, Kebumen, Jawa Tengah Semester 2 tahun Pelajaran 2012 / 2013 Pembelajaran inovatif dengan menggunakan pendekatan Inkuiri dapat meningkatkan minat belajar siswa pada materi Pengaruh udara terhadap Gerak Benda dan pengaruh udara terhadap alat musik, Siswa kelas 4, SD Negeri 2 Kaleng, Kecamatan Puring, Kabupate Kebumen Semester 2 tahun pelajaran 2012/2013. Sebaiknya pendekatan Inkuiri tidak tepat jika di gunakan dalam pembelajaran pada semua siswa akan tetapi hanya cocok jika di gunakan untuk pembelajaran pada siswa yang mempunyai antusias tinggi dalam belajar sedang siswa yang lain di gunakan model pembelajaran yang sesuai.