BAB I PENDAHULUAN. Gunungkidul hanya mencapai wisatawan dan pada tahun 2012 kunjungan

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. global. Adapun pengertian Industri Pariwisata menurut Undang-Undang RI

BAB I PENDAHULUAN. Pada tahun 2013 lembaga konservasi lingkungan hidup Ocean of Life

BAB I PENDAHULUAN. budaya yang semakin arif dan bijaksana. Kegiatan pariwisata tersebut

BAB IV PENUTUP. Bobung dikunjungi oleh wisatawan laki-laki maupun perempuan, sebagian besar

BAB I PENDAHULUAN. tahun ke tahun. Dari tahun wisatawan yang berkunjung ke Yogyakarta

BAB II KAJIAN PUSTAKA. penelitian ini, penulis menggunakan pengertian pariwisata menurut Undang Undang No. 10

BAB I PENDAHULUAN. perekonomian di Indonesia (Pratminingsih et al., 2014). Pariwisata juga menjadi. memuaskan diri dan menghabiskan waktu luang.

BAB I PENDAHULUAN. berdaya saing, berkelanjutan, mampu mendorong pembangunan daerah

BAB I PENDAHULUAN. pada sektor pariwisata. Desa wisata biasanya dikembangkan pada kawasan

BAB I PENDAHULUAN. Pariwisata kini telah menjadi sebuah industri yang mendunia. di Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. primer dan sekunder yang berbeda (R.M. Soedarsono, 2001: 170).

BAB I PENDAHULUAN. pemasukan bagi negara. Pariwisata memiliki peranan penting dalam membawa

BAB I PENDAHULUAN. sementara, tidak bekerja yang sifatnya menghasilkan upah, dilakukan perorangan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pariwisata di Indonesia merupakan sektor ekonomi yang penting dalam

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat. Di tengah kesibukan seseorang dalam bekerja diikuti pula

BAB IV PENUTUP A. Kesimpulan

KONSEP PEMASARAN KAWASAN WISATA TEMATIK

BAB 1 PENDAHULUAN. Kabupaten Grobogan merupakan salah satu kabupaten di wilayah Jawa

BAB I PENDAHULUAN. perekonomiannya melalui industri pariwisata. Sebagai negara kepulauan,

BAB I PENDAHULUAN. memiliki potensi wisata alam berupa pantai-pantai. Objek wisata pantai yang ada

BAB І PENDAHULUAN. Industri pariwisata menjadi perhatian khusus dalam Pemerintahan

BAB I PENDAHULUAN. yang perlu dikembangkan adalah jasa pelayanan penginapan.

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Sejak kepariwisataan menjadi suatu industri yang populer karena manfaat

UKDW BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Industri pariwisata saat ini semakin menjadi salah satu industri yang dapat

BAB I PENDAHULUAN. buatan dan peninggalan sejarah. Wilayah Kabupaten Sleman terdapat banyak

BAB I PENDAHULUAN. minat khusus, wisata desa dan wisata lain yang tersebar di kota kota di

BAB 1 PENDAHULUAN. Seiring pertumbuhan dan perkembangan di era globalisasi ini, perkembangan

BAB I PENDAHULUAN. Yogyakarta semakin banyak dan berkembang pesat guna menunjang

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan September 2016 sampai dengan

BAB I PENDAHULUAN. memiliki ragam budaya yang berbeda satu sama lain. Keragaman budaya ini

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia memiliki daerah tujuan wisata yang sangat potensial. Potensi wisata

BAB I PENDAHULUAN. kepariwisataan saat ini mengalami kenaikan yang cukup pesat. Banyak

BAB I PENDAHULUAN. sepenuhnya kegiatan pariwisata dengan mendirikan organisasi-organisasi

PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG PERATURAN DAERAH KABUPATEN BELITUNG TIMUR NOMOR 1 TAHUN 2016 TENTANG DESA WISATA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia setelah Bali. Aliran uang yang masuk ke provinsi DIY dari sektor

BAB I PENDAHULUAN. perekonomian suatu negara. Berdasarkan pernyataan dari Menteri Pariwisata dan

KRITERIA PENGEMBANGAN DESA SLOPENG SEBAGAI DESA WISATA DI KABUPATEN SUMENEP MIRA HAWANIAR

BAB I PENDAHULUAN. Istimewa Yogyakarta dan banyak memiliki potensi wisata walaupun semua

BAB I PENDAHULUAN. wisata dan US$ 300 milyar penerimaan ke seluruh dunia (Pusat Perencanaan dan

BAB I PENDAHULUAN. dan masih banyak lagi. Gelar kota pariwisata dapat diraih karena memang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian

BAB 1 PENDAHULUAN. dengan jumlah pulau sebanyak yang dikelilingi oleh laut seluas 7,7

BAB 1 PENDAHULUAN. SDM yang baik atau SDA yang menguntungkan. Banyak sekali sektor pariwisata

BAB V KESIMPULAN DAN IMPLIKASI MANAJERIAL

BAB I PENDAHULUAN. atraksi-atraksi yang memikat sebagai tujuan kunjungan wisata. Terdapat

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pariwisata merupakan salah satu langkah strategis dalam menunjang

BAB I PENDAHULUAN. sebagai salah satu sumber pendapatan daerah.program pengembangan dan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. sehari-hari membutuhkan refreshing dengan salah satu jalannya adalah dengan

BAB I PENDAHULUAN. atau melihat pemandangan semata, akan tetapi wisatawan juga ingin mencari dan

JOKO PRAYITNO. Kementerian Pariwisata

BAB I PENDAHULUAN. umumnya yang disesuaikan dengan tingkat pendapatan masing-masing individu.

BAB I PENDAHULUAN. Pariwisata merupakan salah satu bisnis yang tumbuh sangat cepat, dengan

BAB I PENDAHULUAN. bisnis global yang menjanjikan. Perjalanan sekarang menjadi faktor pelengkap

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Judul Hotel Resort Pantai Wedi Ombo Gunung Kidul dengan pendekatan arsitektur tropis.

BAB VI KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. 6.1 Kesimpulan. 1. Rendahnya tingkat kunjungan wisatawan ke Kabupaten Kulon Progo dapat

BAB I PENDAHULUAN. Pariwisata kini telah menjadi salah satu industri terbesar dan merupakan

BAB I PENDAHULUAN. menjangkau kalangan bawah. Masyarakat di sekitar obyek-obyek wisata

BAB I PENDAHULUAN. bagi masyarakat golongan atas dan menjadi kebutuhan tersier bagi. penawaran keberagaman Daya Tarik Wisata (DTW) di suatu wilayah.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. bertambah. Berikut tabel jumlah kunjungan wisatawan ke Jawa Tengah. Tabel 1.1 Jumlah wisatawan ke Jawa Tengah Tahun

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN GUNUNGKIDUL (Berita Resmi Pemerintah Kabupaten Gunungkidul)

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN Perbandingan Temuan dengan Proposisi

V. KESIMPULAN DAN SARAN. Berdasarkan hasil analisis dan pembahasan, dapat disimpulkan bahwa :

BAB I PENDAHULUAN. dengan sistem CBT (Community Based Tourism) terhadap kondisi berdaya

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Kebutuhan manusia akan rekreasi dan relaksasi Perkembangan pariwisata di Gunungkidul

BAB I PENGANTAR Latar Belakang. dipandang sebagai pemenuhan terhadap keinginan (hasrat) mendapatkan nilai

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. daerah dan warga masyarakat di sekitar tempat objek wisata itu berada

Kriteria Pengembangan Desa Slopeng sebagai Desa Wisata di Kabupaten Sumenep

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan industri pariwisata di Indonesia kian meningkat pesat setiap

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia diproduksi di berbagai daerah di Indonesia dengan motif yang berbedabeda.

DAFTAR ISI ABSTRAK KATA PENGANTAR DAFTAR ISI DAFTAR TABEL DAFTAR GAMBAR DAFTAR LAMPIRAN

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Pariwisata merupakan salah satu sektor pembangunan yang saat ini sedang digalakkan

BAB I PENDAHULUAN. Ekowisata adalah salah satu bentuk wisata minat khusus yang saat ini tengah

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan perekonomian bangsa dan peningkatan kesejahteraan masyarakat

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. BAB I Pendahuluan. Youdastyo / Kompleks Wisata Perikanan Kalitirto I- 1

BAB I LATAR BELAKANG

BAB 1 PENDAHULUAN. secara serius melibatkan industri lainnya yang terkait. Pengenalan potensi

BAB 1 PENDAHULUAN. seni dan budaya yang dimiliki merupakan ciri kepribadian bangsa. Salah satu

BAB I PENDAHULUAN. berdiri dimasing-masing daerah yang tersebar di seluruh Indonesia. Sebagai

Kriteria Pengembangan Desa Slopeng sebagai Desa Wisata di Kabupaten Sumenep

BAB 1 PENDAHULAN. 1.1 Latar Belakang. manusia serta menghidupkan berbagai bidang usaha. Di era globalisasi

2015 PENGARUH KOMPONEN PAKET WISATA TERHADAP KEPUASAN BERKUNJUNG WISATAWAN DI PULAU TIDUNG KEPULAUAN SERIBU

BAB I PENDAHULUAN. salah satu prioritas pengembangan yang keberadaannya diharapkan dapat

BAB I PENDAHULUAN. dan ekosistemnya ini dapat dikembangkan dan dimanfaatkan sebesar-besarnya

BAB I PENDAHULUAN UKDW

BAB I PENDAHULUAN. ribu kunjungan atau naik 11,95% dibandingkan jumlah kunjungan wisman

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. bisnis, perdagangan, pendidikan, dan industri di bagian timur pulau Jawa.

BAB I PENDAHULUAN. padat sehingga orang akan mencari sesuatu yang baru untuk menghibur

Dr. I Gusti Bagus Rai Utama, MA.

BAB I PENDAHULUAN. mengembangkan daya tarik wisatanya. Hal tersebut menjadi alternatif baru

BAB III METODE PENELITIAN. Objek yang akan dijadikan responden dalam penelitian ini adalah mahasiswa FEB

BAB I PENDAHULUAN. sektor pariwisata di Indonesia merupakan sektor ekonomi penting. Ini

BAB 1 PENDAHULUAN. Peranan sektor jasa semakin lama semakin luas dan canggih dalam kehidupan

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

BAB I PENDAHULUAN ± 153 % ( ) ± 33 % ( ) ± 14 % ( ) ± 6 % ( )

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kabupaten Gunungkidul merupakan salah satu kabupaten di Daerah Istimewa Yogyakarta yang pada saat ini mengalami perkembangan di sektor pariwisata. Hal tersebut dibuktikan dengan meningkatnya kunjungan wisatawan di Kabupaten Gunungkidul. Pada tahun 2008 kunjungan wisatawan di Kabupaten Gunungkidul hanya mencapai 427.071 wisatawan dan pada tahun 2012 kunjungan wisatawan mencapai 1.279.065 wisatawan (Dinas Pariwisata DIY, 2013: 79). Selain itu, berkembangnya pariwisata di Kabupaten Gunungkidul juga dibuktikan dengan bertambahnya destinasi-destinasi wisata baru yang menambah pilihan destinasi tujuan bagi wisatawan yang berkunjung ke Kabupaten Gunungkidul maupun Daerah Istimewa Yogyakarta. Kabupaten Gunungkidul dikenal dengan daya tarik wisata alam berupa wisata pantai dan wisata karst karena topografi Kabupaten Gunungkidul merupakan kawasan bentang alam karst. Wisata alam pantai di Kabupaten Gunungkidul diantaranya adalah Nglambor, Ngrenehan dan Ngobaran, Sepanjang, Siung, Slili dan Ngandong, Pok Tunggal, Sadeng, Drini, Kukup, Krakal, Ngusalan, Jungwok, Sedahan, Sinden, Watu Lumbung, Wediombo, Timang, dan Syawal, sedangkan wisata alam berbasis karst berada di Kawasan Karst 1

2 Pegunungan Sewu dan sekitarnya 1. Namun, Kabupaten Gunungkidul juga memiliki destinasi wisata lainnya yang menarik untuk dikunjungi oleh wisatawan yaitu Desa Wisata, salah satunya adalah Desa Wisata Bobung. Desa Wisata Bobung merupakan desa wisata yang termasuk dalam RIPPDA sebagai desa wisata kerajinan. Hal tersebut dijelaskan melalui Peraturan Daerah Istimewa Yogyakarta No. 1 Tahun 2012 tentang Rencana Induk Pembangunan Pariwisata Daerah, pasal 15 ayat 3 bahwa Kawasan Patuk dan sekitarnya dikembangkan sebagai kawasan desa wisata kerajinan dan agroekowisata. Pada pasal 17 ayat 13 dari peraturan yang sama disebutkan bahwa salah satu tempat yang termasuk dalam pengembangan Kawasan Patuk dan sekitarnya yaitu Desa Wisata Bobung sebagai kawasan Desa Wisata Kerajinan Batik Kayu. Desa Wisata Bobung diresmikan sebagai salah satu desa wisata di Kabupaten Gunungkidul pada tahun 2005. Desa Wisata Bobung memiliki daya tarik utama yaitu sebagai sentra kerajinan kayu karena sebagian besar penduduknya berprofesi sebagai pengrajin kayu. Kerajinan kayu di Desa Wisata Bobung meliputi kerajinan topeng kayu, batik kayu, dan patung kayu 2. Daya tarik dari Desa Wisata Bobung tersebut menambah keanekaragaman daya tarik wisata di Kabupaten Gunungkidul. 1 www.wisata.gunungkidulkab.go.id diakses pada tanggal 26 Juli 2015 pukul 00.43 WIB dan Peraturan Daerah Istimewa Yogyakarta No. 1 Tahun 2012 tentang Rencana Induk Pembangunan Pariwisata Daerah pasal 15 ayat 3 huruf j bahwa Kawasan Karst Pegunungan Sewu dan sekitarnya sebagai kawasan wisata berbasis karst 2 Hasil wawancara peneliti dengan Bapak Kemiran, Kepala Dusun Bobung, tanggal 4 November 2015, pukul 13.58 WIB, di Desa Wisata Bobung

3 Pada kenyataannya keberadaan Desa Wisata Bobung belum dapat menarik kunjungan wisatawan jika dibandingkan dengan Desa Wisata lainnya yang memiliki daya tarik yang sama di Daerah Istimewa Yogyakarta. Salah satunya yaitu Desa Wisata Krebet yang juga menonjolkan kerajinan batik kayu sebagai daya tarik bagi wisatawan. Pada tahun 2012 jumlah kunjungan wisatawan di Desa Wisata Krebet sebanyak 18.000 wisatawan 3. Pada tahun yang sama jumlah kunjungan wisatawan di Desa Wisata Bobung yaitu sebanyak 10.076 wisatawan (Dinas Pariwisata DIY, 2013: 69). Selain itu Desa Wisata Bobung dinilai belum dapat berkontribusi dalam memberikan pemasukan bagi Pendapatan Asli Desa (PADES) karena kurangnya pemasaran yang dilakukan oleh pemerintah desa setempat 4. Kurangnya kegiatan pemasaran yang dilakukan berdampak pada tingkat kunjungan wisatawan yang juga berdampak pada penghasilan yang didapatkan oleh daerah tersebut. Maka, dapat disimpulkan bahwa kegiatan pemasaran penting bagi suatu objek wisata untuk dapat menarik kunjungan wisatawan. Oleh karena itu, perlu adanya penelitian mengenai pemasaran Desa Wisata Bobung sebagai salah satu wisata kerajinan di Kabupaten Gunungkidul. 1.2 Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang di atas maka, rumusan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: 3 swa.co.id/business-strategy/management/desa-wisata-krebet-tonjolkan-batik-kayu diakses pada 22 Juli 2015 pukul 21.04 WIB 4 www.sorotgunungkidul.com/berita-gunungkidul-11311-segudang potensi-tapi-kurangpromosi.html diakses pada 22 Juli pukul 22.28 WIB

4 a. Apa upaya pemasaran yang telah dilakukan oleh pengelola Desa Wisata Bobung? b. Bagaimana keberhasilan upaya pemasaran yang telah dilakukan oleh pengelola Desa Wisata Bobung? c. Bagaimana rekomendasi pemasaran yang sesuai bagi Desa Wisata Bobung? 1.3 Tujuan Penelitian adalah: Berdasarkan rumusan masalah diatas adapun tujuan dari penelitian ini a. Mengetahui upaya pemasaran yang telah dilakukan oleh pengelola Desa Wisata Bobung. b. Mengetahui keberhasilan upaya pemasaran yang telah dilakukan oleh pengelola Desa Wisata Bobung. c. Merekomendasikan pemasaran yang sesuai bagi Desa Wisata Bobung. 1.4 Manfaat Penelitian berikut. Adapun manfaat yang diharapkan dalam penelitian ini adalah sebagai 1.4.1 Manfaat Teoritis Dalam bidang akademisi, penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan pemikiran serta kajian terhadap perkembangan ilmu pariwisata, khususnya mengenai pemasaran pariwisata.

5 1.4.2 Manfaat Praktis Dalam hal praktis, penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan masukan dalam pengembangan pemasaran Desa Wisata khususnya Desa Wisata Bobung sebagai Wisata Kerajinan di Kabupaten Gunungkidul. 1.5 Tinjauan Pustaka Pada bagian ini penulis menguraikan penelitian-penelitian sebelumnya yang telah dilakukan oleh peneliti terdahulu dengan lokasi penelitian di wilayah Desa Putat, Kecamatan Patuk, Kabupaten Gunungkidul. Berikut ini adalah pemaparan dari penelitian-penelitian tersebut. Penelitian mengenai Desa Wisata Bobung, Kabupaten Gunungkidul telah dipaparkan sebelumnya oleh Maryati (2005) dalam tesisnya. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui partisipasi masyarakat desa dalam mengembangkan Desa Wisata Bobung. Maryati melakukan studi lapangan untuk mendapatkan data primer melalui wawancara kepada pihak-pihak yang berperan dalam mengembangkan Desa Wisata Bobung. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa masyarakat desa belum berpartisipasi dalam pelaksanaan Rencana Pengembangan Desa Wisata namun, partisipasi masyarakat desa hanya sebatas pada pengusulan Rencana Pengembangan Desa Wisata. Hal tersebut disebabkan kurangnya kesadaran masyarakat desa untuk bersama-sama melaksanakan pengembangan Desa Wisata Bobung. Sangaji (2011) melakukan penelitian tentang transformasi sosial ekonomi masyarakat dengan lokasi penelitian di Desa Putat, Kecamatan Patuk, Kabupaten

6 Gunungkidul dalam skripsinya. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui sebabsebab yang mempengaruhi beralihnya profesi masyarakat Bobung yang awalnya menekuni bidang pertanian menjadi industri kerajinan topeng batik. Sangaji menguraikan kondisi Dusun Bobung dan Desa Putat pada saat belum berkembangnya kerajinan di wilayah tersebut. Selanjutnya, Sangaji menguraikan kemunculan dan perkembangan industri kerajinan kayu khususnya kerajinan topeng di Dusun Bobung serta menjelaskan akibat dan dampak dari perkembangan kerajinan topeng terhadap aspek sosial, ekonomi, serta budaya masyarakat setempat. Hasil penelitian menunjukkan bahwa beralihnya mata pencaharian masyarakat Bobung dari pertanian menuju industri kerajinan disebabkan karena masyarakat merasa tidak dapat memenuhi kebutuhan hidup jika hanya mengandalkan bidang pertanian. Atas dasar hal tersebut muncul sebuah gagasan untuk mengembangkan kerajinan topeng kayu yang berkembang dan menjadi mata pencaharian utama bagi masyarakat Bobung sampai saat ini. Penelitian selanjutnya dipaparkan oleh Mahartati (2003) mengenai arah perkembangan Desa Putat dalam tesisnya. Penelitian ini bertujuan untuk mengevaluasi arah perkembangan Desa Putat sebagai daerah yang berpotensi untuk tujuan wisata dengan melakukan kajian komparasi antara konsep normatif dan kondisi empirik. Hasil analisis menunjukkan keterkaitan antara konsep normatif (kondisi potensi desa sesuai dengan konsep pariwisata pedesaan yang meliputi komponen keaslian atraksi, pelibatan masyarakat, usaha pengembangan, aksesibilitas, dan amenitas) dengan kondisi empirik (kenyataan di lapangan) diketahui bahwa 1) belum terdapat fasilitas penginapan dan makan; 2) kurangnya

7 pengetahuan dan kesadaran masyarakat mengenai pariwisata pedesaan dibuktikan dengan kurangnya keterlibatan masyarakat di dalam fungsi dan peranan Pokdarwis, masyarakat juga belum mengetahui bentuk pengembangan pariwisata yang sesuai bagi desa mereka; 3) keunikan produk kerajinan yang dikembangkan melalui kreativitas masyarakat; 4) aksesibilitas yang sudah cukup baik karena masyarakat melakukan perbaikan jalan serta membuat papan petunjuk arah maupun gapura untuk memudahkan wisatawan. Mahmud (2013) dalam skripsinya mengenai keterkaitan antara kerajinan seni topeng kayu Bobung dengan kehidupan masyarakat Bobung, khususnya dalam fungsi personal, fisik, dan sosial. Hasil penelitian menunjukkan bahwa dalam fungsi personal keterkaitan kesenian topeng kayu dengan kehidupan masyarakat terdapat pada saat pengrajin merasa puas dengan proses pembuatan topeng yang disesuaikan dengan karakter manusia di kehidupan nyata, fungsi sosial terletak pada fungsi topeng kayu sebagai mata pencaharian masyarakat Bobung, sedangkan fungsi fisik terdapat pada fungsi topeng sebagai media seni hiburan bagi masyarakat Bobung. 1.6 Landasan Teori Pariwisata adalah perpindahan yang dilakukan oleh seseorang atau sekelompok orang untuk mengunjungi tempat-tempat tertentu di luar tempat mereka biasanya hidup selama jangka waktu tertentu untuk tujuan berekreasi, bisnis, serta kegiatan-kegiatan khusus lainnya meliputi karya wisata, ziarah, dan MICE (Meeting, Incentive, Conference, Exhibition) (Burkart dan Medlik dalam

8 Soekadijo, 1996: 3; Sunaryo, 2013: 7). Salah satu kegiatan pariwisata yang banyak dikembangkan di Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) pada saat ini yaitu wisata pedesaan. Hal tersebut dikarenakan banyaknya desa-desa di DIY yang mengembangkan desa mereka menjadi desa wisata. Inskeep (1991: 166-167) mengelompokkan bentuk pariwisata berdasarkan pengembangannya menjadi beberapa kelompok salah satunya yaitu pariwisata alternatif (alternative tourism). Berdasarkan bentuk-bentuk pengembangan pariwisata, wisata pedesaan termasuk dalam bentuk pariwisata alternatif (alternative tourism) 5 (Inskeep, 1991: 166). Wisata Pedesaan merupakan suatu kesatuan antara atraksi, akomodasi, dan fasilitas pendukung yang disajikan dalam suatu struktur kehidupan masyarakat yang menyatu dengan tata cara dan tradisi yang berlaku, serta memungkinkan wisatawan untuk tinggal berdekatan dengan suasana tradisional, biasanya dilakukan di suatu desa terpencil dan belajar mengenai kehidupan desa serta lingkungan setempat (Nuryanti dalam Hadiwijoyo, 2012: 68; Inskeep, 1991:166). Wisata pedesaan pada umumnya diwujudkan dalam bentuk desa wisata. Desa wisata dalam lingkup wisata pedesaan merupakan aset kepariwisataan berbasis pada potensi pedesaan dengan segala keunikan dan daya tariknya, baik berupa suasana keaslian pedesaan secara sosial ekonomi, sosial budaya, adat istiadat, dan keseharian. Adanya arsitektur bangunan dan struktur tata ruang desa yang khas. Terdapatnya kegiatan perekonomian yang unik dan menarik, serta mempunyai potensi untuk dikembangkan sebagai daya tarik wisata (Kementerian 5 Pariwisata alternatif berkaitan dengan segala aktifitas dan kegiatan yang memungkinkan wisatawan untuk merasakan secara langsung budaya dan lingkungan suatu masyarakat dengan tetap menghargai masyarakat dan lingkungan sekitar

9 Pariwisata dan Ekonomi Kreatif, 2013: 9; Pariwisata Inti Rakyat (PIR) dalam Hadiwijoyo, 2012: 68). Desa wisata dibagi menjadi 4 jenis berdasarkan daya tarik utamanya, yaitu desa wisata berbasis keunikan sumber daya alam, berbasis keunikan sumber daya budaya, berbasis keunikan aktifitas atau karya kreatif, serta berbasis kombinasi (keunikan sumber daya alam, budaya lokal, dan aktifitas atau karya kreatif) (Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif, 2013: 12-14). Berdasarkan pembagian tersebut Desa Wisata Bobung termasuk dalam jenis desa wisata berbasis keunikan aktifitas atau karya kreatif sebagai daya tarik wisata utamanya. Desa wisata berbasis keunikan aktifitas atau karya kreatif adalah: Wilayah pedesaan yang memiliki keunikan aktifitas atau karya kreatif sebagai daya tarik utama wisatawan berkunjung. Aktifitas tersebut tumbuh dan berkembang dari kegiatan industri rumah tangga masyarakat lokal, baik berupa membuat kerajinan maupun aktifitas kesenian khas desa tersebut (Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif, 2013: 13). Daya tarik utama tersebut berupa wisata kerajinan batik kayu yang timbul karena sebagian besar penduduk di Desa Wisata Bobung merupakan pengrajin kerajinan batik kayu. Desa Wisata Bobung sebagai destinasi pariwisata harus dapat menarik wisatawan untuk datang berkunjung, dan upaya yang dapat dilakukan untuk mencapai hal tersebut adalah melalui pemasaran pariwisata. Pemasaran pariwisata merupakan suatu konsep yang dilakukan oleh sebuah destinasi melalui kegiatan perencanaan, penelitian, pelaksanaan, kontrol, serta evaluasi untuk menanggapi

10 lingkungan persaingan dan memenuhi segala kebutuhan dan keinginan wisatawan (Morrison dalam Mill dan Morrison, 2009: 171; Sunaryo, 2013: 178). Mill dan Morrison (2009: 186) menjelaskan untuk mencapai tujuan pemasaran dibutuhkan strategi yang jelas mengenai segmen pasar pariwisata yang ditargetkan dalam tiga hingga lima tahun kedepan. Segmentasi pasar adalah tindakan mengidentifikasi dan mengelompokkan pembeli atau konsumen secara terpisah, pada setiap segmen konsumen ini memiliki karakteristik, kebutuhan produk, serta bauran pemasaran tersendiri (Rangkuti, 2006: 49). Kotler (1984: 215-223) membagi segmentasi menjadi 4 bagian, yaitu berdasarkan geografis, demografis, psikografis, dan perilaku. Segmentasi ini digunakan untuk mengetahui karakteristik pasar wisatawan secara spesifik. Pada tahap selanjutnya yang dilakukan setelah mengetahui karakteristik pasar wisatawan yaitu menentukan bauran pemasaran, Kotler, Bowen, dan Makens menyebutnya sebagai target marketing 6. Bauran pemasaran (marketing mix) adalah variabel-variabel yang dapat dikendalikan oleh suatu perusahaan untuk memuaskan kelompok sasaran yang telah ditentukan (McCarthy dan Perreault, 1987: 35). Kotler dan Armstrong (2014: 76) memaparkan bauran pemasaran terdiri dari 4 variabel yang disebut sebagai 4P, yaitu produk (product), harga (price), distribusi (place), dan promosi (promotion). Variabel-variabel ini 6 Target marketing adalah stategi pemasaran yang dilakukan melalui mengidentifikasi segmen pasar kemudian menentukan satu atau lebih segmen pasar, dan mengembangkan produk serta bauran pemasaran yang sesuai untuk setiap segmen pasar yang telah ditentukan (Kotler, Bowen, dan Makens, 1999: 240)

11 digunakan sebagai dasar dalam meganalisis dan menyusun rancangan kegiatan pemasaran yang sesuai bagi Desa Wisata Bobung. 1.7 Metode Penelitian Penelitian ini menggunakan metode deskriptif-kualitatif. Metode ini menyajikan hasil penelitian berupa data deskriptif dengan tujuan memberikan penjelasan mengenai keadaan dari masalah yang diteliti secara rinci, serta menemukan sebab atau jawaban dari masalah penelitian tersebut (Travers, 1978 dalam Sevilla dkk, 1993: 71). 1.7.1 Metode Pengumpulan Data Penelitian ini menggunakan sumber data primer dan data sekunder. Sumber data primer didapatkan melalui observasi, wawancara, dan kuesioner. Sumber data sekunder diperoleh melalui studi pustaka. Berikut ini merupakan beberapa teknik pengumpulan data yang dilakukan dalam skripsi ini: 1) Observasi Observasi dilakukan untuk mengetahui keadaan dari objek penelitian yaitu Desa Wisata Bobung. Observasi dilakukan dengan cara melakukan pengamatan secara langsung mengenai segala kondisi yang berkaitan dengan kegiatan pariwisata yang ada di Desa Wisata Bobung.

12 2) Wawancara Wawancara dilakukan untuk memperoleh data primer melalui narasumber yang dibutuhkan terkait dengan objek penelitian. Wawancara dilakukan kepada pengelola dari Desa Wisata Bobung untuk mendapatkan informasi mengenai halhal terkait dengan pemasaran yang diterapkan oleh Desa Wisata Bobung. 3) Kuesioner Kuesioner dilakukan untuk mengetahui karakteristik wisatawan di Desa Wisata Bobung kemudian, hasil kuesioner akan dideskripsikan untuk mendapatkan gambaran dari karakteristik pengunjung secara jelas. Selain itu, kuesioner ini juga bertujuan untuk mengetahui keberhasilan upaya pemasaran yang telah dilakukan oleh pengelola Desa Wisata Bobung berdasarkan persepsi wisatawan. Pada penelitian ini pengambilan sampel menggunakan teknik purposive sampling, yaitu pengambilan sampel didasarkan atas pertimbangan atau tujuan tertentu (Arikunto, 1996: 127). Kriteria sampel yang menjadi pertimbangan dalam penelitian ini adalah masyarakat umum yang berkunjung di Desa Wisata Bobung dengan tujuan melakukan wisata kerajinan. Jumlah responden ditentukan berdasarkan formula yang dikembangkan oleh Slovin (Sarjono dan Julianita, 2014: 30) sebagai berikut: Keterangan: : Jumlah sampel

13 : Jumlah Populasi : batas ketelitian yang diinginkan (1%, 5%, atau 10%) Pada penelitian ini jumlah populasi ditentukan berdasarkan data jumlah kunjungan di Desa Wisata Bobung pada tahun 2014, yaitu sebanyak 10.032 orang 7. Tingkat kesalahan yang digunakan dalam penelitian ini sebesar 10% yang berarti 90% data yang didapatkan benar dan hanya 10% dari data tersebut meleset sehingga, didapatkan jumlah responden dengan perhitungan sebagai berikut: Jadi, jumlah responden yang digunakan dalam kuesioner ini yaitu sebanyak 100 responden. Pada penelitian ini menggunakan skala likert untuk mengukur sikap responden. Skala likert digunakan karena lebih menarik dan mudah diisi oleh responden (Sugiyono, 2009: 96). Skala likert merupakan skala yang digunakan untuk mengukur sikap, pendapat, persepsi seseorang atau kelompok mengenai dirinya, kelompok atau suatu fenomena (Silalahi, 2009: 229). Skala likert yang 7 Data jumlah kunjungan diperoleh melalui ketua pengelola Desa Wisata Bobung

14 digunakan dalam penelitian ini terdiri dari 4 tingkatan, yaitu sangat setuju, setuju, tidak setuju, dan sangat tidak setuju (Sarjono dan Julianita, 2013: 6) 8. 4) Studi Pustaka Pengumpulan data dilakukan dengan cara mengumpulkan data-data sekunder yang berasal dari buku, penelitian-penelitian sebelumnya, laporan, karya ilmiah, peraturan maupun data dari internet terkait dengan Desa Wisata Bobung yang dapat digunakan sebagai acuan dalam penelitian 1.7.2 Metode Analisis Data Data yang didapat akan dianalisis secara bertahap, pada tahap pertama untuk mengetahui upaya pemasaran yang telah dilakukan oleh pengelola Desa Wisata Bobung dilakukan analisis menggunakan teori bauran pemasaran (marketing mix) 4P yang dipaparkan oleh Kotler dan Armstrong (2014: 76) yang meliputi 1) produk (product) yaitu terdiri dari komponen destinasi Desa Wisata Bobung yang meliputi atraksi (attraction), amenitas (amenity), akses (acces), dan kelembagaan (ancilary services) (Cooper, dkk., 1998: 103); 2) harga (price) yaitu mengetahui strategi penetapan harga produk yang ditetapkan oleh pengelola Desa Wisata Bobung; 3) distribusi (place) yaitu mengetahui upaya yang dilakukan oleh pihak pengelola Desa Wisata Bobung dalam mendistribusikan produknya; 4) promosi (promotion) yaitu mengetahui upaya kegiatan promosi yang dilakukan oleh pihak pengelola Desa Wisata meliputi iklan (advertising), promosi penjualan 8 Penelitian ini menggunakan skala likert yang terdiri dari 4 tingkatan untuk menghilangkan sifat netral responden dalam memberikan tanggapan mengenai segala sesuatu yang berhubungan dengan Desa Wisata Bobung

15 (sales promotion), penjualan personal (personal selling), hubungan masyarakat (public relation) (Kotler dan Armstrong, 2014: 77). Pada tahap kedua menganalisis keberhasilan upaya pemasaran yang dilakukan oleh pengelola Desa Wisata Bobung berdasarkan persepsi wisatawan terhadap bauran pemasaran 4P Desa Wisata Bobung. Bagian ini juga menganalisis mengenai karakteristik wisatawan Desa Wisata Bobung menggunakan teori segmentasi berdasarkan geografis (asal daerah), demografis (umur, jenis kelamin, tingkat pendidikan, pekerjaan, dan pendapatan), dan perilaku (rata-rata berkunjung, tujuan atau manfaat berkunjung, frekuensi berkunjung, sikap wisatawan dalam mendapatkan informasi, sikap wisatawan dalam membeli produk, sikap wisatawan dalam mengunjungi Desa Wisata Bobung berdasarkan transportasi yang digunakan). Melalui tahap ini dapat diketahui karakteristik wisatawan Desa Wisata Bobung sehingga, dapat disusun upaya pemasaran yang sesuai bagi Desa Wisata Bobung karena karakteristik wisatawan dan bauran pemasaran saling berhubungan dalam upaya mencapai tujuan pemasaran. Pada tahap terakhir yang dilakukan adalah menyusun rekomendasi pemasaran yang sesuai bagi Desa Wisata Bobung berdasarkan hasil penelitian pada tahap sebelumnya. 1.8 Sistematika Penulisan Penelitian ini dibagi menjadi empat bab dengan fokus pembahasan yang berbeda pada setiap bab dan diharapkan menjadi satu kesatuan yang dapat menjelaskan keseluruhan dari penelitian yang dilakukan.

16 Bab I : Pendahuluan Menjelaskan mengenai alasan dalam pengambilan tema dan lokus penelitian yang terdiri dari latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, tinjauan pustaka, landasan teori, metode penelitian, dan sistematikan penulisan. Bab II : Gambaran Umum Bagian ini menjelaskan mengenai gambaran umum dari Desa Wisata Bobung dan upaya pemasaran yang telah dilakukan oleh pengelola Desa Wisata Bobung. Bab III : Pembahasan Bagian ini dibagi menjadi dua bagian, yaitu bagian pertama merupakan analisis mengenai karakteristik wisatawan di Desa Wisata Bobung. Bagian kedua merupakan analisis mengenai keberhasilan upaya pemasaran Desa Wisata Bobung berdasarkan persepsi wisatawan. Bab IV : Penutup Bagian ini berisi simpulan dan saran atau rekomendasi dari hasil penelitian yang dilakukan sebagai bahan pertimbangan terkait dengan pemasaran desa wisata khususnya di Desa Wisata Bobung.