BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Keberhasilan suatu rumah sakit dalam menjalankan fungsinya ditandai

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. secara langsung terhadap sistem pendidikan dan pelayanan kepada masyarakat

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. mengatasi stres kerja yang dihadapinya. Berdasarkan hasil penelitian yang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. faktor peningkatan permasalahan kesehatan fisik dan juga masalah kesehatan

BAB I PENDAHULUAN. siklus kehidupan dengan respon psikososial yang maladaptif yang disebabkan

BAB I PENDAHULUAN. menyesuaikan diri yang mengakibatkan orang menjadi tidak memiliki. suatu kesanggupan (Sunaryo, 2007).Menurut data Badan Kesehatan

BAB I PENDAHULUAN. Lebih dari 35 tahun yang lalu burnout menjadi isu yang. menarik ketika para peneliti Maslach dan Freudenberger mulai

BAB I PENDAHULUAN. serta ketidakpastian situasi sosial politik membuat gangguan jiwa menjadi

BAB 1 PENDAHULUAN. oleh banyak faktor, baik faktor dari petugas (perawat, dokter dan tenaga

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pembangunan kesehatan pada hakekatnya adalah upaya yang dilaksanakan

BAB I PENDAHULUAN. Rumah sakit merupakan salah satu bentuk sarana kesehatan, baik yang

BAB 1 PENDAHULUAN. memberikan pelayanan kesehatan yang bersifat dasar spesialistik dan

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pelayanan rawat inap merupakan kegiatan yang dilakukan di ruang rawat inap

BAB I PENDAHULUAN. mengadaptasikan keinginan-keinginan dengan kenyataan-kenyataan yang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pada era globalisasi ini teknologi berkembang semakin pesat, begitu

BAB I PENDAHULUAN. emosional dan fisik yang bersifat mengganggu, merugikan dan terjadi pada

BAB I PENDAHULUAN. Gangguan jiwa adalah salah satu masalah kesehatan yang masih. banyak ditemukan di setiap negara. Salah satunya adalah negara

BAB I PENDAHULUAN. melaksanakan fungsi yang luas sehingga harus memiliki sumberdaya, baik modal

BAB I PENDAHULUAN. sehat, maka mental (jiwa) dan sosial juga sehat, demikian pula sebaliknya,

BAB 1 PENDAHULUAN. klinis bermakna yang berhubungan dengan distres atau penderitaan dan

HUBUNGAN ANTARA TINGKAT DEPRESI DENGAN KEMANDIRIAN DALAM ACTIVITY of DAILY LIVING (ADL) PADA PASIEN DIABETES MELLITUS DI RSUD PANDAN ARANG BOYOLALI

BAB I PENDAHULUAN. merupakan suatu keadaan dimana seseorang yang terbebas dari gangguan

BAB 1 PENDAHULUAN. mempunyai kebutuhan yang spesifik (fisik, psikologis, sosial dan spiritual) yang

BAB I PENDAHULUAN. medis lainnya. Sedangkan menurut American Hospital Assosiation rumah sakit

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kesehatan jiwa bukan hanya sekedar terbebas dari gangguan jiwa,

BAB I PENDAHULUAN. dan gawat darurat (Undang - Undang No 44 tahun 2009). Rumah sakit didirikan

BAB I PENDAHULUAN. keadaan tanpa penyakit atau kelemahan (Riyadi & Purwanto, 2009). Hal ini

BAB 1 PENDAHULUAN. mandiri untuk menangani kegawatan yang mengancam jiwa, sebelum dokter

BAB 1 PENDAHULUAN. yang profit maupun yang non profit, mempunyai tujuan yang ingin dicapai melalui

BAB IV ANALISIS PROBLEM PSIKOLOGIS PASIEN PRA DAN PASCA MELAHIRKAN DAN PELAKSANAAN BIMBINGAN ROHANI ISLAM

BAB I PENDAHULUAN. merupakan penyebab kematian urutan ke-3 di negara-negara maju setelah

BAB I PENDAHULUAN. yang utuh untuk kualitas hidup setiap orang dengan menyimak dari segi

BAB I PENDAHULUAN. terakhir ini diketahui bahwa terdapatnya kecendrungan masyarakat Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. Sakit. Rumah Sakit adalah institusi pelayanan kesehatan yang. menyediakan pelayanan rawat inap, rawat jalan, dan gawat darurat.

BAB 1 PENDAHULUAN. melukai atau mencelakakan individu lain yang tidak menginginkan datangnya

BAB I PENDAHULUAN. adanya kekacauan pikiran, persepsi dan tingkah laku dimana. individu tidak mampu mencapai tujuan, putus asa, gelisah,

BAB I PENDAHULUAN. pelayanan kesehatan yang setiap hariberhubungan dengan pasien. Rumah

BAB I PENDAHULUAN. Keberhasilan suatu rumah sakit dalam menjalankan fungsinya ditandai. sumber daya manusia.(depkes,2002).

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan jiwa di masyarakat yang sangat tinggi, yakni satu dari empat

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Keperawatan jiwa adalah proses interpesonal yang berupaya untuk

BAB I PENDAHULUAN. Psychiatric Association,1994). Gangguan jiwa menyebabkan penderitanya tidak

BAB I PENDAHULUAN. dihasilkan sangat berpengaruh pada minat konsumen untuk memilih dan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. jawab dalam memberikan pelayanan yang bermutu kepada masyarakat sesuai

BAB I PENDAHULUAN. yang memberikan jasa atau pelayanan di sektor kesehatan. merupakan sektor ekonomi terbesar dalam masyarakat maju (Heizer, 2011).

maupun sebagai masyarakat profesional (Nursalam, 2013).

BAB I PENDAHULUAN. Rumah sakit Ridogalih berdiri pada tahun 1934 yang memulai pelayanan

BAB I PENDAHULUAN. Proses menua adalah proses alami yang dialami oleh mahluk hidup. Pada lanjut usia

BAB I PENDAHULUAN. Rumah sakit merupakan salah satu bentuk sarana kesehatan, baik yang

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dewasa kini banyak pola hidup yang kurang sehat di masyarakat sehingga

BAB I PENDAHULUAN. dengan masa nifas (Sulistyawati, 2009). Periode masa nifas meliputi masa

BAB I PENDAHULUAN. kurang baik ataupun sakit. Kesehatan adalah kunci utama keadaan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Rumah sakit merupakan salah satu bentuk sarana kesehatan, yang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. Kanker merupakan penyakit yang tidak mengenal status sosial dan dapat

BAB 1 PENDAHULUAN. Keluarga merupakan orang terdekat dari seseorang yang mengalami

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. terhadap individu, keluarga dan masyarakat yang mempunyai masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. 1. Latar belakang. Penyakit tidak menular (PTM) seperti penyakit jantung, stroke, kanker,

BAB I PENDAHULUAN. kanker payudara terjadi karena perubahan sel-sel kelenjar dan saluran air susu

HUBUNGAN STRES KERJA DENGAN ADAPTASI PADA PERAWAT DI INSTALASI GAWAT DARURAT RSUD PANDAN ARANG BOYOLALI

BAB I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. menyerang perempuan. Di Indonesia, data Global Burden Of Center pada tahun

BAB I PENDAHULUAN. pelayanan kesehatan. Keperawatan merupakan salah satu profesi yang. memberikan pelayanan keperawatan dan menyelengarakan pelayanan

BAB I PENDAHULUAN. dengan pesat, terutama di kota-kota besar. Banyaknya jumlah rumah sakit tersebut

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. pekerja maupun pihak yang menyediakan pekerjaan. Hal ini sesuai dengan

BAB I PENDAHULUAN. merupakan penyebab kematian urutan ke-3 di negara-negara maju setelah

B A B 1 PENDAHULUAN. Gangguan jiwa merupakan suatu penyakit yang disebabkan karena adanya

BAB I PENDAHULUAN 1.1 JUDUL Rumah Sakit Jiwa Dengan Pendekatan Konsep Hijab di Karanganyar.

BAB I PENDAHULUAN. yang mengarah pada kestabilan emosional (Nasir dan Muhith, 2011). mencerminkan kedewasaan kepribadiannya.

BAB I PENDAHULUAN. hiperkolesterolemia, dan diabetes mellitus. angka kejadian depresi cukup tinggi sekitar 17-27%, sedangkan di dunia

BAB I PENDAHULUAN. Seseorang mulai memasuki tahap lanjut usia dimulai saat memasuki usia 60

BAB I PENDAHULUAN. diperlukan untuk menjaga homeostatis dan kehidupan itu sendiri. Kebutuhan

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Penyebab yang sering disampaikan adalah stres subjektif atau biopsikososial

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN. kematian nomor dua di dunia setelah penyakit jantung. Di tahun 2008, stroke dan

BAB 1 PENDAHULUAN. Kesehatan dan keselamatan kerja merupakan upaya yang harus. diselenggarakan disemua tempat kerja. Khususnya tempat kerja yang

Proses Adaptasi Psikologi Ibu Dalam Masa Nifas

BAB 1 PENDAHULUAN. Menurut Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), Kesehatan jiwa merupakan

BAB I PENDAHULUAN. Orang tua merupakan sosok yang paling terdekat dengan anak. Baik Ibu

BAB I PENDAHULUAN. merupakan faktor-faktor yang dapat menimbulkan gangguan kesehatan

BAB 1 : PENDAHULUAN. masyarakat yang setinggi-tingginya, sebagai investasi bagi pembangunan sumber

BAB I PENDAHULUAN. masalah penelitian, tujuan penelitian dan manfaat penelitian. Peneliti akan

BAB I PENDAHULUAN. menyebabkan penurunan semua fungsi kejiwaan terutama minat dan motivasi

BAB I PENDAHULUAN. dalam segi kehidupan manusia. Setiap perubahan situasi kehidupan individu

BAB 1 : PENDAHULUAN. juga untuk keluarga pasien dan masyarakat umum. (1) Era globalisasi yang menjadi

BAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan Surat Keputusan Menteri No HK.02.02/MENKES/390/2014

PERBEDAAN TINGKAT STRES KERJA ANTARA PERAWAT KRITIS DAN PERAWAT GAWAT DARURAT DI RSUD DR. MOEWARDI SURAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. mengalami gangguan fungsi mental berupa frustasi, defisit perawatan diri, menarik diri

RENCANA TESIS OLEH : NORMA RISNASARI

BAB I PENDAHULUAN. rumah sakit, rumah sakit adalah institusi pelayanan kesehatan yang

BAB I PENDAHULUAN. pelayanan kesehatan kepada masyarakat. keperawatan sebagai tuntunan utama. Peran perawat professional dalam

BAB I PENDAHULUAN. rumah sakit mampu melaksanakan fungsi yang profesional baik dibidang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Krisis multi dimensi yang melanda masyarakat saat. ini telah mengakibatkan tekanan yang berat pada sebagian

BAB I PENDAHULUAN. ringan dan gangguan jiwa berat. Salah satu gangguan jiwa berat yang banyak

BAB I PENDAHULUAN. riskan pada perkembangan kepribadian yang menyangkut moral,

PERBEDAAN TINGKAT DEPRESI PADA MURID YANG AKTIF DAN TIDAK AKTIF BEROLAHRAGA DI KELAS II SMA AL-ISLAM I SURAKARTA TAHUN SKRIPSI

BAB 1 PENDAHULUAN. Stres adalah realita kehidupan setiap hari yang tidak dapat dihindari. Stres

Transkripsi:

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Keberhasilan suatu rumah sakit dalam menjalankan fungsinya ditandai dengan adanya peningkatan mutu pelayan rumah sakit. Mutu rumah sakit sangat dipengaruhi beberapa faktor. Faktor yang paling dominan adalah sumber daya manusia yang salah satunya adalah perawat. Defenisi perawat berdasarkan keputusan menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 1239/MenKes/SK/ XI/2001 tentang registrasi dan praktik keperawatan adalah seseorang yang telah lulus pendidikan perawat baik dalam maupun luar negeri sesuai dengan ketentuan perundang-undangan yang berlaku (MenKes, 2010). Menurut WHO (2009), rumah sakit adalah bagian integral dari suatu organisasi sosial dan kesehatan dengan fungsi menyediakan pelayanan paripurna (komprehensif), penyembuhan penyakit (kuratif), dan pencegahan penyakit (preventif) kepada masyrakat. Berdasarkan Undang-Undang No.44 Tahun 2009 tentang rumah sakit,yang dimaksudkan dengan rumah sakit adalah institusi pelayanan yang menyelenggarakan pelayanan kesehatan perorangan secara paripurna yang menyediakan pelayanan rawat inap, rawat jalan, dan gawat darurat. Rumah sakit dalam memberikan pelayanan kepada masyarakat dibagi menjadi dua bagian rumah sakit, yaitu rumah sakit umum (tipe A, B, C dan D)

dan rumah sakit kusus (rumah sakit jiwa, rumah sakit kusta, rumah sakit ibu dan anak, rumah sakit bersalin dan lain-lainnya). Rumah sakit jiwa adalah rumah sakit yang mengkhususkan diri dalam perawatan gangguan mental yang serius.pelayanan kesehatan dirumah sakit jiwa dilakukan oleh perawat jiwa.perawat jiwa adalah bagian dari perawat umum, tetapi khusus menangani pasien gangguan jiwa dan umumnya bekerja dirumah sakit jiwa.ada perbedaan antara perawat umum dan perawat jiwa, perawat umum lebih menitikberatkan pada kebutuhan biologis pasien (seperti merawat luka) meskipun kebutuhan psikisnya tidak dilupakan, sedangkan perawat jiwa lebih menitikberatkan pada kebutuhan psikis pasien (seperti memberikan terapi dengan petunjuk dokter) tanpa mengesampingkan kebutuhan biologisnya.selain itu perawat kesehatan jiwa juga dituntut untuk lebih berhati-hati dan waspada dalam memberikan perawatan karena kondisi perawat jiwa yang labil dan sulit diperediksikan (Pangastiti, 2011). WHO (2008), mengatakan gangguan jiwa diseluruh dunia telah menjadi masalah serius. Peningkatan angka penderita gangguan terjadi di Indonesia dan dunia. Sedikitnya 20% penduduk desa di Indonesia saat ini menderita gangguan jiwa, dengan 4 jenis penyakit langsung yang ditimbulkan yaitu depresi, gangguan alkohol, gangguan bipolar, dan skizophrenia. Berdasarkan hasil riset Kesehatan Dasar Prevalensi gangguan jiwa berat (psikosis/skizofrenia) pada penduduk Indonesia 1,7 per mil. Proporsi rumah tangga yang memiliki anggota rumah tangga psikosis dan pernah melakukan pemasungan 14,3%. Prevalensi gangguan mental emosional pada penduduk umur 15 tahun sebesar 6,0% (95% CI 5,87;

6,08). Proporsi RT yang pernah membawa anggota rumah tangga psikosis mendapatkan pengobatan 61,8%. Proporsi anggota rumah tanggagangguan mental emosional pernah berobat 26,6% sedangkan berobat 2 minggu terakhir 11,9%. (RISKESDAS, 2013). Perawat sebagai salah satu pemberi pelayanan kesehatan yang paling sering berhadapan dengan pasien yang penyakitnya beragam juga harus menghadapai keluarga pasien. Situasi ini memungkinkan perawat untuk mengalami stres yang akan berdampak pada pelayanan yang akan diberikan dan juga akan mempengaruhi perilaku kerja mereka (Iswanto & Purwanti, 2008). Hal tersebut didukung oleh hasil wawancara non-formal yang dilakukan oleh peneliti pada 7 orang perawat di Rumah Sakit Jiwa, terkait stress yang terjadi di lingkungan kerja. Beberapa perawat mengeluh harus merawat banyak pasien karena jumlah perawat tidak sebanding dengan jumlah pasien. Selain itu mereka juga harus selalu memperhatikan berbagai kebutuhan pasien gangguan jiwa, seperti member makan dan memberi obat pasien, mengawasi pasien dan serta mandi juga merupakan tugas perawat jiwa. Sebagian juga mengeluh ada perasaan cemas ketika harus menghadapi pasien gangguan jiwa dengan tingkah laku yang tidak dapat diprediksikan. Stres kerja yang dihadapi perawat sangat mempengaruhi kualitas pelayanan keperawatan yang diberikan kepada pasien. Stres yang dialami oleh perawat nantinya bisa berdampak pada aspek fisiologis (berupa keluhan seperti sakit kepala, tekanan darah tinggi), psikologis (berupa keluhan seperti cemas, bosan, ketidakpuasan dalam kerja) dan perilaku (berupa tingkat absensi meningkat

dan performansi kerja menurun, gelisah dan mengalami gangguan tidur), (Robin, 2008). Berdasarkan wawancara pada 7 orang perawat yang berada dirumah sakit Jiwa Prof. Dr. Muhammad ildrem Provinsi Sumatera Utara mengatakan bahwa mereka merasa pusing dan sakit kepala jika harus melayani banyak pasien setiap hari. Perawat yang memiliki kecerdasan emosi yang tinggi senantiasa mampu mengendalikan emosinya dan cenderung akan lebih mudah bergaul dengan orangorang baru, sehingga akan dapat mudah menurunkan stres kerja yang tinggi. Mengendalikan emosi berarti mampu mengetahui kapan saatnya ia harus mengambil tindakan yang tepat dalam situasi tertentu (Bahaudin, 2003). Sedangkan perawat yang tidak mampu menguasai emosinya kemungkinan besar akan berdampak pada pelayanan atau asuhan keperawatan yang diberikan kepada pasien. Adanya kecerdasan emosi membuat seseorang dapat menghindari kelelahan emosi seperti mudah marah, mudah tersinggung sampai tindakan agresif maupun verbal. Kecerdasan emosi membantu manusia untuk menentukan kapan dan dimana ia bisa mengungkapkan perasaan dan emosinya. Kecerdasan emosi juga membantu manusia mengarahkan dan mengendalikan emosinya (Mubayidh, 2006). Kecerdasan emosi yang tinggi mempunyai kemampuan untuk menerima kelebihan dan kekurangan diri, mampu mengekpresikan perasaan dengan tepat, mampu memahami diri sendiri dan orang lain, mampu mengelola emosi dalam

menghadapi peristiwa sehari-hari dan mempunyai hubungan sosial yang baik dengan orang lain, hal ini akan menyebabkan rendahnya stres kerja. Namun pada orang yang memiliki kecerdasan emosi yang rendah akan menyebabkan tingginya stres kerja perawat. Berdasarkan uraian-uraian di atas maka peneliti tertarik untuk mengetahui lebih lanjut dengan mengadakan penelitian yang berjudul Hubungan Antara Kecerdasan Emosi dengan Stres Kerja pada Perawat di Rumah Sakit Jiwa Prof. Dr. Muhammad Ildrem Provinsi Sumatera Utara tahun 2015. 1.2 Perumusan Masalah Perawat yang memiliki kecerdasan emosi yang tinggi senantiasa mampu mengendalikan emosinya dan cenderung akan lebih mudah bergaul dengan orangorang baru, sehingga akan mudah menurunkan stres kerja yang tinggi. Data yang didapat oleh peneliti dari Rumah Sakit Jiwa Prof. Dr. Muhammad Ildrem Provinsi Sumatera Utara yaitu berjumlah 126 perawat yang bekerja di ruang rawat inap, sedangkan jumlah pasien yang dirawat di pada tahun 2014 sebanyak 2.070 pasien. Berdasarkan dari data diatas rasio perawat terhadap pasien yang ideal untuk rumah sakit tipe A adalah 1:3 (Kepmenkes RI/Menkes/7/1979 tentang jumlah perawat berdasarkan perbandingan tempat tidur rumah sakit. Namun hal ini belum dapat dilakukan oleh Rumah Sakit Jiwa Prof. Dr. Muhammad Ildrem Provinsi Sumatera Utara. Berdasarkan wawancara pada 7 orang perawat yang berada di Rumah Sakit Jiwa Prof. Dr. Muhammad Ildrem Provinsi Sumatera Utara mengatakan bahwa mereka merasa pusing dan sakit kepala jika harus

melayani banyak pasien setiap hari. Dengan demikian kondisi tersebut akan mempengaruhi kecedasan emosi dengan tingkat stres kerja dalam memberikan pelayanan kepada pasien dengan tidak idealnya antara rasio perawat-pasien. 1.3 Pertanyaan Penelitian Berdasarkan paparan dan latar belakang diatas, maka yang menjadi pertanyaan penelitian dalam pembuatan proposal ini adalah: 1.3.1 Bagaimana kecerdasan emosi pada perawat di Rumah Sakit Jiwa Prof. Dr. Muhammad Ildrem Provinsi Sumatera Utara? 1.3.2 Bagaimana tingkat stres kerja pada perawat di Rumah Sakit Jiwa Prof. Dr. Muhammad Ildrem Provinsi Sumatera Utara? 1.3.3 Apakah ada hubungan kecerdasan emosi dengan stres kerja perawat di Rumah Sakit Jiwa Prof. Dr. Muhammad Ildrem Provinsi Sumatera Utara? 1.3.4 Aspek kecerdasan emosi manakah yang memberikan kontribusi terbesar terhadap rendahnya perilaku stres kerja pada perawat di Rumah Sakit Jiwa Prof. Dr. Muhammad Ildrem Provinsi Sumatera Utara? 1.4 Hipotesis Penelitian Adapun hipotesis penelitian yang diharapkan pada penelitian ini adalah ada hubungan kecerdasan emosi dengan stres kerja perawat di Rumah Sakit Jiwa Prof. Dr. Muhammad Ildrem Provinsi Sumatera Utara? ]

1.5 Tujuan Penelitian 1.5.1 Tujuan Umum Untuk mengetahui hubungan kecerdasan emosi dengan stres kerja perawat di Rumah Sakit Jiwa Prof. Dr. Muhammad Ildrem Provinsi Sumatera Utara. 1.5.2 Tujuan Khusus 1. Untuk mengetahui tingkat kecerdasan emosi pada perawat di Rumah Sakit Jiwa Prof. Dr. Muhammad Ildrem Provinsi Sumatera. 2. Untuk mengetahui tingkat stres kerja pada perawat di Rumah Sakit Jiwa Prof. Dr. Muhammad Ildrem Provinsi Sumatera Uatara. 3. Untuk mengetahui aspek kecerdasan emosi manakah yang memberikan kontribusi terbesar terhadap rendahnya perilaku stres kerja pada perawat di Rumah Sakit Jiwa Prof. Dr. Muhammad Ildrem Provinsi Sumatera Utara. 1.6 Manfaat Penelitian 1.6.1 Bagi Pendidikan Keperawatan Penelitian ini diharapkan dapat menjadi salah satu program matakuliah tambahan agar dapat digunakan sebagai tambahan dan referensi untuk mata kuliah keperawatan jiwa tentang hubungan kecerdasan emosi dengan stres kerja perawat. 1.6.2 Bagi Pelayanan Kesehatan Agar dapat memberikan pelayanan kesehatan jiwa sesuai dengan peran perawat dalam memberikan asuhan keperawatan dan mampu menghadapi stres sehingga meningkatnya mutu pelayanan serta sebagai informasi tambahan bagi perawat untuk meningkatkan pelayanan kesehatan jiwa.

1.6.3 Bagi Penelitian Keperawatan Agar hasil penelitian dapat digunakan sebagai tambahan referensi bagi mahasiswa yang ingin meneliti terkait dengan hubungan kecerdasan emosi dengan stres kerja perawat.