BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Keywords : Social support, Self adjustment, Boarding house, Teenager

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Berbicara tentang siswa sangat menarik karena siswa berada dalam kategori

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan masa yang penting dalam kehidupan seseorang,

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. maupun swasta namun, peningkatan jumlah perguruan tinggi tersebut tidak dibarengi

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja berhubungan dengan perubahan intelektual. Dimana cara

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Hubungan Antara Persepsi Terhadap Pola Kelekatan Orangtua Tunggal Dengan Konsep Diri Remaja Di Kota Bandung

BAB I PENDAHULUAN. orang lain dan membutuhkan orang lain dalam menjalani kehidupannya. Menurut

BAB I PENDAHULUAN. dengan harapan. Masalah tersebut dapat berupa hambatan dari luar individu maupun

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Mutia Ramadanti Nur,2013

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. keberadaan orang lain dalam hidupnya. Dorongan atau motif sosial pada manusia,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Remaja adalah suatu periode transisi dari fase anak hingga fase

BAB I PENDAHULUAN. dalam menunjukkan bahwa permasalahan prestasi tersebut disebabkan

BAB I PENDAHULUAN. berkesinambungan dalam kehidupan manusia. Perkembangan adalah perubahanperubahan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pentingnya perilaku asertif bagi setiap individu adalah untuk memenuhi

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. Manusia senantiasa membutuhkan kehadiran orang lain untuk berinteraksi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. kemudian dilanjutkan ke tahapan selanjutnya. Salah satu tahapan individu

BAB I PENDAHULUAN. Kasus perceraian di Indonesia saat ini bukanlah menjadi suatu hal yang asing

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Penyesuaian Sosial. Manusia adalah makhluk sosial.di dalam kehidupan sehari-hari manusia

BAB 1 PENGANTAR. A. Latar Belakang Masalah. Perjalanan hidup manusia mengalami beberapa tahap pertumbuhan.

BAB I PENDAHULUAN. untuk saling berinteraksi. Melalui interaksi ini manusia dapat memenuhi kebutuhan-kebutuhan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. terbatas pada siswa baru saja. Penyesuaian diri diperlukan remaja dalam menjalani

BAB I PENDAHULUAN. yang sehat, pintar, dan dapat berkembang seperti anak pada umumnya. Namun, tidak

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. yang muncul pada saat atau sekitar suatu periode tertentu dari kehidupan individu

BAB II LANDASAN TEORI. tersebut mempelajari keadaan sekelilingnya. Perubahan fisik, kognitif dan peranan

BAB I PENDAHULUAN. E. Latar Belakang Masalah. Remaja biasanya mengalami perubahan dan pertumbuhan yang pesat

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. memiliki arti tersendiri di dalam hidupnya dan tidak mengalami kesepian.

BAB I PENDAHULUAN. dan berfungsinya organ-organ tubuh sebagai bentuk penyesuaian diri terhadap

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. menentukan arah dan tujuan dalam sebuah kehidupan. Anthony (1992)

Anak adalah dambaan setiap pasangan, dimana setiap pasangan selalu. menginginkan anak mereka tumbuh dengan sehat dan normal baik secara fisik

BAB I PENDAHULUAN. artinya ia akan tergantung pada orang tua dan orang-orang yang berada di

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. dalam kehidupan remaja, karena remaja tidak lagi hanya berinteraksi dengan keluarga

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG MASALAH. Indonesia,1998), seringkali menjadi tema dari banyak artikel, seminar, dan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. afeksional pada seseorang yang ditujukan pada figur lekat dan ikatan ini

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Masa remaja adalah masa yang paling indah dalam kisah hidup seseorang. Semua orang

Dalam keluarga, semua orangtua berusaha untuk mendidik anak-anaknya. agar dapat menjadi individu yang baik, bertanggungjawab, dan dapat hidup secara

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kebutuhan mencari pasangan hidup untuk melanjutkan keturunan akan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. berbeda dengan keadaan yang nyaman dalam perut ibunya. Dalam kondisi ini,

PENYESUAIAN SOSIAL SISWA TUNARUNGU (Studi Kasus di SMK Negeri 30 Jakarta)

BAB I PENDAHULUAN. Manusia adalah individu yang selalu belajar. Individu belajar berjalan, berlari,

BAB I PENGANTAR. A. Latar Belakang Masalah. Menurut Hurlock (1980) bahwa salah satu tugas perkembangan masa

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. ditandai dengan adanya perkembangan yang pesat pada individu dari segi fisik, psikis

BAB II KAJIAN TEORI. dibaca dalam media massa. Menurut Walgito, (2000) perkawinan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. luas. Fenomena ini sudah ada sejak dulu hingga sekarang. Faktor yang mendorong

BAB 1 PENDAHULUAN. dan sosial-emosional. Masa remaja dimulai kira-kira usia 10 sampai 13 tahun

Gambaran konsep pacaran, Nindyastuti Erika Pratiwi, FPsi UI, Pendahuluan

BAB II LANDASAN TEORI

BAB I. Kekerasan Dalam Rumah Tangga atau KDRT diartikan setiap perbuatan. terhadap seseorang terutama perempuan yang berakibat timbulnya kesengsaraan

BAB I PENDAHULUAN. manusia pun yang dapat hidup sendiri tanpa membutuhkan kehadiran manusia lain

BAB II LANDASAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. baik dari faktor luar dan dalam diri setiap individu. Bentuk-bentuk dari emosi yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. merasa senang, lebih bebas, lebih terbuka dalam menanyakan sesuatu jika berkomunikasi

B A B I PENDAHULUAN. di sepanjang rentang hidup. Salah satu tahap perkembangan manusia

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. terutama karena berada dibawah tekanan sosial dan menghadapi kondisi baru.

BAB I PENDAHULUAN. penyesuaian diri di lingkungan sosialnya. Seorang individu akan selalu berusaha

tersisih ", mengandung pengertian bahwa kaum gay pada akhirnya tetap

BAB 1 PENDAHULUAN. (Santrock,2003). Hall menyebut masa ini sebagai periode Storm and Stress atau

PROFIL PENYESUAIAN DIRI REMAJA YANG PUTUS SEKOLAH DENGAN TEMAN SEBAYA DI KAMPUNG KAYU GADANG KECAMATAN SUTERA KABUPATEN PESISIR SELATAN JURNAL

BAB I PENDAHULUAN. tentang orang lain. Begitu pula dalam membagikan masalah yang terdapat pada

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah 2014

BAB 1 PENDAHULUAN. Kota Padang, terdapat 24 panti asuhan yang berdiri di Kota Padang.

BAB I PENDAHULUAN. Keluarga yang bahagia dan harmonis merupakan dambaan dari setiap

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. diri dan lingkungan sekitarnya. Cara pandang individu dalam memandang dirinya

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. makhluk sosial, individu di dalam menjalin hubungan dengan individu lain perlu

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. dari tahapan demi tahapan perkembangan yang harus dilalui. Perkembangan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. menempuh berbagai tahapan, antara lain pendekatan dengan seseorang atau

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pernikahan merupakan salah satu tahapan dalam kehidupan manusia. Hal ini

BAB I PENGANTAR 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Di dalam kehidupannya, individu sebagai makhluk sosial selalu

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. memiliki keinginan untuk mencintai dan dicintai oleh lawan jenis. menurut

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Mega Sri Purwanida, 2014

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan saat yang penting dalam mempersiapkan

BAB I PENDAHULUAN. 2001), hlm Mustaqim, Psikologi Penddikan, (Yogyakarta: Pustaka Belajar,

B A B PENDAHULUAN. Setiap manusia yang lahir ke dunia menginginkan sebuah kehidupan yang

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan masa transisi dari masa kanak-kanak menuju masa

BAB I PENDAHULUAN. yang ditandai dengan adanya perubahan-perubahan fisik, kognitif, dan psikososial

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia memiliki banyak suku, etnis dan budaya. Salah satunya adalah suku

BAB I PENDAHULUAN. Pada saat ini, di Indonesia pilihan jalur untuk menempuh pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kebanyakan informasi yang disuguhkan kepada masyarakat diterima begitu saja

BAB I PENDAHULUAN. Dengan adanya perkembangan dunia yang semakin maju dan persaingan

BAB I PENDAHULUAN. akan tergantung pada orangtua dan orang-orang yang berada di lingkungannya

BAB 1 PENDAHULUAN. Remaja adalah individu yang unik. Remaja bukan lagi anak-anak, namun

BAB I PENDAHULUAN. Dasar (SD), Sekolah Menengah Pertama (SMP), dan Sekolah Menengah Atas

BAB I PENDAHULUAN. Pengasuhan anak, dilakukan orang tua dengan menggunakan pola asuh

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Individu pada hakikatnya selalu mengalami proses pertumbuhan dan

HUBUNGAN ANTARA POLA ASUH ORANG TUA DENGAN KECEMASAN KOMUNIKASI PADA REMAJA DI JAKARTA BAB 1 PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Remaja merupakan generasi muda yang berperan sebagai penerus cita-cita

BAB I PENDAHULUAN. Departemen Kesehatan RI pada tahun 2010 jumlah anak usia dini (0-4 tahun) di

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH

BAB I PENDAHULUAN. mengenal awal kehidupannya. Tidak hanya diawal saja atau sejak lahir, tetapi keluarga

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dalam kehidupan sehari hari, tanpa disadari individu sering kali bertemu

BAB I PENDAHULUAN. Manusia adalah individu yang unik dan terus mengalami perkembangan di

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

Transkripsi:

Keywords : Social support, Self adjustment, Boarding house, Teenager BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masa remaja adalah masa peralihan, dimana individu menjadi lebih dewasa (Hurlock, 1999: 206). Menurut Piaget, remaja merupakan usia dimana individu berintegrasi dengan masyarakat dewasa, usia dimana anak tidak lagi merasa di bawah tingkat orang-orang yang lebih tua, melainkan berada dalam tingkatan yang sama, sekurang-kurangnya dalam masalah hak, (dalam Hurlock 1999: 206). Sedangkan Papalia, Olds, dan Feldman, (2009: 8) juga mengatakan bahwa masa remaja merupakan peralihan masa perkembangan yang melibatkan perubahan dalam aspek fisik, psikososial, dan kognitif, juga ditandai dengan munculnya pubertas. Keniston (dalam Steinberg, 1999: 5) juga mengatakan bahwa usia 15-18 merupakan usia remaja madya yang dapat dikatakan masih dalam masa pubertas. Masa ini merupakan masa-masa dimana mereka masih membutuhkan bimbingan dari lingkungan terdekatnya. 22

Tugas perkembangan remaja menurut Gunarsa & Gunarsa, (2008: 207) yaitu menerima keadaan fisiknya, memperoleh kebebasan emosional, mampu bergaul, menemukan model untuk identifikasi, mengetahui, dan menerima kemampuan diri sendiri, memperkuat penguasaan diri atas dasar skala nilai, dan norma, meninggalkan reaksi, dan cara penyesuaian kekanakkanakan. Berbeda kenyataannya dengan mereka yang tinggal di kost. Mereka yang tinggal di kost kurang dari satu tahun barulah belajar akan tugas-tugas perkembangan yang ada, namun berkurangnya intensitas bertemu dengan orangtua merupakan masalah tersendiri bagi mereka, terutama ketika mereka sedang menghadapi kesulitan. Bagi mereka yang tinggal di kost, waktu bertemu dengan teman lebih banyak dibandingkan dengan orangtua, namun mereka tetap menjalin komunikasi dengan orangtua. Remaja dapat berbagi cerita kesehariannya, ataupun meminta saran dan nasihat namun intensitas bertemu dengan orangtua menjadi sangat berkurang. Tentunya menyebabkan remaja yang tinggal di kost memiliki kesulitan tersendiri, yaitu mereka harus beradaptasi dengan lingkungan yang baru yaitu lingkungan kost dan lingkungan di sekolahnya. Terdapat perbedaan sikap diri antara remaja putri dan remaja putra terkait dengan penyesuaian diri. Saat remaja laki-laki tinggal jauh dari orangtua, mereka cenderung lebih dekat pada teman-temannya atau komunitasnya. Remaja laki-laki memiliki kemungkinan besar untuk bersama ayahnya, namun lebih jarang berkomunikasi, dan kurang memiliki kedekatan, dibandingkan dengan remaja putri (Schelegel & Barry, dalam Santrock 2008: 134). Lain halnya dengan remaja putri yang lebih memiliki kedekatan dengan orangtua sejak dini, baik dalam hal membantu ibu menyiapkan makanan, memasak, menjahit, dan berbagai aktivitas lainnya, sehingga ia cenderung lebih mendapatkan dukungan emosional dari 23

orangtua dibandingkan dengan remaja laki-laki (Schelegel & Barry, dalam Santrock 2008: 134). Oleh karena itu, penelitian ini ingin melihat bagaimana penyesuaian diri di kost pada remaja putri. Bagi remaja putri yang tinggal dengan orangtua, adanya masalah dan pengambilan keputusan bukan merupakan hal yang berat karena orangtua masih bisa menyelesaikan permasalahan yang dialami oleh remaja. Namun, yang terjadi pada remaja putri yang tinggal di kost sungguh berbeda. Mereka harus mulai belajar mengambil keputusan bagi dirinya sendiri, juga menyelesaikan masalah yang mereka hadapi. Hal ini dikarenakan mereka tinggal pada tempat yang berbeda bahkan jarak yang jauh dari orangtua. Sedangkan kehadiran sosok orangtua dibutuhkan oleh remaja, didukung dari penelitian (Esther M. W. Geurts, Family-centred residential care: the new reality?, para 37) yang mengatakan bahwa kehadiran orangtua baik secara fisik maupun nonfisik memiliki pengaruh bagi remaja. Dengan kehadiran orangtua, maka akan dapat membantu remaja untuk menyesuaikan diri. Schneiders (dalam Gunarsa & Gunarsa, 2008 : 93) mengatakan bahwa penyesuaian diri adalah suatu proses mental dan tingkah laku pada seseorang untuk menyesuaikan diri sesuai dengan keinginan dalam diri agar dapat diterima oleh lingkungannya. Penyesuaian diri pada remaja putri yang tinggal di kost merupakan hal yang harus mereka pelajari, karena mereka berada pada lingkungan baru dan berbeda dengan sebelumnya, dimana mereka tinggal dengan orangtua. Menurut Semiun (2006: 37), penyesuaian diri adalah cara individual dalam bereaksi terhadap tuntutan atau situasi dari luar. Ia ingin mengatakan bahwa, penyesuaian diri merupakan hal yang individual, yaitu cara-cara yang ditunjukkan tiap remaja untuk menyesuaikan diri itu berbeda-beda. Selain itu, Semiun (2006: 34) juga mengatakan bahwa penyesuaian diri adalah proses individu untuk mematuhi tuntutan dari lingkungan. Remaja 24

putri yang tinggal di kost dituntut untuk dapat menyelesaikan masalah dan mengambil keputusan bagi dirinya sendiri. Hurlock (dalam Gunarsa & Gunarsa, 2008: 94) mengatakan bahwa penyesuaian diri adalah keadaan dimana seseorang dapat menyesuaikan diri terhadap komunitasnya, dan ia menunjukkan perilaku yang menyenangkan, berarti ia diterima oleh lingkungannya. Jika remaja putri ingin diterima oleh lingkungan sekitar atau komunitasnya, mereka harus melakukan penyesuaian diri sesuai dengan cara mereka dan keadaan lingkungan yang ada. Termasuk juga, remaja putri harus menunjukkan perilaku yang baik dan menyenangkan agar mereka dapat diterima oleh lingkungan, dan penyesuaian dirinya berhasil. Seorang remaja dikatakan memiliki penyesuaian diri yang baik apabila ia memiliki respon-respon yang matang, efisien, memuaskan, dan sehat (Wibowo, dalam Gunarsa & Gunarsa, 2008: 93). Mereka yang dapat menyesuaikan diri dengan baik sesuai tahap perkembangannya kelak akan cenderung menjadi individu yang mudah berteman, hangat, terbuka menghadapi orang lain, dan lebih mudah menerima kelemahan-kelemahan orang lain. Sedangkan remaja yang kurang mampu menyesuaikan diri, pada umumnya, mereka cenderung lebih tertutup, memiliki emosi yang labil, dan akan mengalami kesukaran dalam berhubungan dengan orang lain (Wibowo, dalam Gunarsa & Gunarsa, 2008: 93). Kegagalan dalam menyesuaikan diri seringkali dikarenakan oleh minimnya kapasitas individu dalam menyesuaikan diri terhadap tuntutan-tuntutan yang diberikan padanya (Semiun, 2006: 36). Adapun aspek-aspek yang mendasari penyesuaian diri menurut Supratiknya (1995: 10-11) adalah sikap terhadap diri sendiri, persepsi terhadap realitas, integrasi, kompetensi, otonomi, pertumbuhan aktualisasi diri. Berdasarkan hasil wawancara dan observasi tampak bahwa pada aspek 25

sikap terhadap diri sendiri menunjukkan bahwa seseorang memiliki jati diri yang positif. Berdasarkan observasi tampak bahwa salah satu subjek yang tinggal di kost beberapa bulan tidak masuk sekolah. Guru dan beberapa temannya datang ke kost, namun ia memandang negatif bentuk keperdulian dari teman-temannya, ia menganggap bahwa mereka hanya ingin tahu saja. Pada aspek ke dua yaitu persepsi terhadap realitas, tampak bahwa seorang subjek menyatakan merasa minder karena ada perbedaan dengan temanteman kost yang lain. Hal ini menyebabkan ia merasa susah untuk cocok dan menolak untuk berkumpul dengan teman-teman kost yang lain. Pada aspek ke tiga yaitu integrasi dalam penyesuaian diri, artinya apakah ia dapat menanggapi bahwa stres sebagai hal yang membuatnya bertumbuh. Dari wawancara dengan salah satu subjek, ia tidak memiliki toleransi akan masalah yang dihadapi, oleh karena itu ia tidak masuk sekolah. Sedangkan pada aspek ke empat yaitu kompetensi, apakah seseorang memiliki kemampuan untuk menghadapi masalah terlihat dari adanya masalah dengan teman di sekolah menyebabkan ia tidak mau masuk sekolah untuk beberapa waktu. Menurutnya, saat tinggal dengan orangtua tidak ada masalah jika ia tidak memiliki teman, namun saat tinggal di kost itu menjadi suatu masalah. Pada aspek ke lima yaitu otonomi, merupakan tanggung jawab yang juga memiliki kemampuan untuk lepas dari pengaruh lingkungan, yaitu untuk urusan makan, subjek menunggu untuk ditanya oleh pembantu kost, barulah ia mau makan, jika tidak ditanya ia akan menahan laparnya hingga sakit. Menurut wawancara yang dilakukan pada 4 remaja yang tinggal bersama orangtua, dukungan sosial orangtua tidak begitu berpengaruh karena setiap hari berkumpul dan dekat dengan orangtua, sehingga mereka menganggap hal itu sudah biasa. Selain itu, berdasarkan angket awal yang dibagikan, terlihat bahwa mereka masih belum bisa beradaptasi dengan 26

lingkungan barunya yaitu kost. Hal ini terlihat dengan jelas bahwa mereka masih sering menghubungi orangtuanya untuk meminta memecahkan masalah terkait dengan permasalahan sehari-hari di kost, dan mengambil keputusan. Perbedaan kondisi antara remaja putri yang tinggal bersama orangtua dengan remaja putri yang tinggal di kost cukup signifikan, sehingga kondisi tersebut dapat membentuk remaja putri dengan penyesuaian diri yang berbeda. Tinggal di kost bagi remaja putri akan perlahan-lahan membentuk dirinya lewat hal-hal kesehariannya, misalnya dalam hal mengambil keputusan dalam kehidupan sehari-hari. Dalam proses melakukan penyesuaian diri tersebut, mereka masih membutuhkan dukungan-dukungan dari orang-orang terdekat, terutama orangtuanya. Dukungan yang diberikan oleh orangtua terhadap remaja putri dapat mempengaruhi perkembangannya. Adanya pengalaman-pengalaman yang buruk menimpa seorang anak, pada masa remajanya akan memudahkannya untuk mengalami gangguan dalam penyesuaian diri (Gunarsa & Gunarsa, 2008: 6). Oleh karena itu, dukungan dari orangtua akan membantu anak melalui pengalaman-pengalaman buruk yang dilalui oleh remaja. Selain itu, Schneiders berpendapat bahwa jika seseorang dapat menerima keadaan dirinya sendiri, maka ia juga dapat menerima keadaan orang lain, baik kekurangan atau hal-hal positif (Gunarsa & Gunarsa, 2008: 98). Ini merupakan tugas dari orangtua karena orangtua adalah pihak yang terdekat dengan remaja itu sendiri. Apabila sejak kecil anak terbiasa menjalin interaksi yang baik dan dekat dengan orangtua, maka orangtua pun akan memantau dan mendukung dalam berbagai hal. Hal itu akan membentuk pribadi remaja putri yang mudah untuk menyesuaikan diri dengan lingkungan barunya. Penelitian ini penting dilakukan karena walaupun 27

remaja tinggal jauh dari orangtua, ia masih tetap membutuhkan pendampingan dari orangtuanya berupa saran dan nasihat. Memang remaja sudah mulai menjajaki kehidupan yang terlepas dari orangtua dan bisa menyesuaikan diri dengan lingkungannya, namun bukan berarti sama sekali tidak memerlukan dukungan dari orangtuanya. Bagi mereka yang baru saja tinggal di kost saat usia remaja madya, ini merupakan hal yang tidak mudah. Saat mereka dihadapkan pada sebuah masalah atau situasi, dimana mereka terbiasa dengan orangtua yang menyelesaikan masalahnya. Mereka menjadi kurang nyaman dengan keadaan lingkungan barunya, karena sudah tidak ada lagi orangtua yang menyelesaikan masalahnya. Dari situ, mereka belajar untuk menyesuaikan diri dengan lingkungan, dimana remaja harus menyelesaikan masalahnya sendiri, dengan adanya dukungan dari orangtua. Semasa hidupnya, remaja dekat pada orang-orang yang memberikan dukungan sosial bagi dirinya (Antonucci, Akiyama, & Sherman, dalam Santrock, 2009: 603). Remaja yang tinggal di kost dekat dengan orangtua karena ia baru saja terpisah dari orangtua, sehingga dukungan dari orangtua pun sangat dibutuhkan. Dukungan sosial menurut Santrock (2009: 603) adalah sesuatu yang berhubungan dengan kesehatan fisik dan mental. Minimnya dukungan sosial dari orangtua akan mempengaruhi kondisi kesehatan fisik dan mental remaja. Malecki & Demaray (dalam Hidayati, 2011. Dukungan Sosial bagi Keluarga Anak Berkebutuhan Khusus,vol 13: 17). Siegel mengatakan bahwa dukungan sosial adalah informasi dari orang lain terhadap seseorang yang dikasihi dan berharga, termasuk dari teman, keluarga, bahkan hewan peliharaan (dalam Taylor, 1999: 222). Remaja yang mendapat dukungan sosial akan merasa bahwa ia diperhatikan dan dicintai. Individu dengan dukungan sosial yang tinggi akan jauh dari 28

stres dan dapat mengatasi masalah dengan lebih mudah (Taylor, 2009: 187). Hal tersebut terjadi karena mereka mendapatkan support atau adanya tempat berbagi saat ia mengalami masalah. Bagi remaja putri yang meninggalkan rumah, dukungan sosial orangtua sangat dibutuhkan karena dapat mengurangi kecemasan saat mereka berada di dalam tekanan atau masalah (Taylor, 2009: 188). Hal ini terlihat pada hasil data awal yang peneliti lakukan, 9 dari 10 remaja putri mengatakan bahwa orangtua sangat memiliki peran dalam dirinya, terutama dalam hal membantu menyelesaikan masalah, dan mengambil keputusan. Dukungan sosial didefinisikan sebagai informasi dari satu orang ke orang lain yang dicintai, dan informasi ini dapat diberikan oleh orangtua, teman, dan komunitas sosial lainnya (Rietschlin, dalam Taylor, 2009: 187). Informasi yang dimaksud, lebih pada nasihat, dan saran bagaimana seorang remaja putri seharusnya dalam menghadapi masalah atau situasi yang ia hadapi. Aspek-aspek dari dukungan sosial ini adalah dukungan bantuan nyata, dukungan informasi, dan dukungan emosional (Taylor, dalam Santrock, 2005: 625). Dukungan bantuan nyata ini lebih kepada bantuan keuangan atau barang-barang yang dibutuhkan remaja putri. Sedangkan dukungan informasi, cenderung pada hal-hal yang remaja masih belum ketahui tentang bagaimana kondisi kost dan lingkungan sekitarnya, sehingga ia mendapatkan informasi dari kakak-kakak yang sudah tinggal disana sebelumnya. Dukungan emosional dapat menenangkan seseorang saat ia dalam masalah, seperti mendapat kata-kata yang menyemangatinya, saran-saran dan nasihat. Berdasarkan uraian fenomena di atas, peneliti melihat adanya hubungan antara penyesuaian diri dengan dukungan sosial orangtua. Dukungan sosial yang diberikan oleh orangtua sangat perlu dan dibutuhkan bagi remaja putri yang tinggal di kost. Dukungan sosial dari orangtua justru 29

membawa pengaruh yang baik bagi penyesuaian diri remaja putri, walaupun remaja putri tidak tinggal bersama orangtua, ia tetap perlu diberi dukungan. Jadi, dengan tingginya dukungan sosial orangtua, akan menyebabkan penyesuaian diri yang tinggi pula. 1.2 Batasan Masalah Agar masalah yang diteliti tidak menjadi luas, maka perlu dilakukan pembatasan-pembatasan sebagai berikut : a. Variabel tergantung dalam penelitian ini adalah penyesuaian diri remaja. Aspek-aspek yang mendukung menurut Supratiknya (1995: 10-11) adalah sikap terhadap diri sendiri, persepsi terhadap realitas, integrasi, kompetensi, otonomi, dan pertumbuhan aktualisasi diri. b. Variabel bebas dalam penelitian ini adalah dukungan sosial orangtua. Aspek-aspek yang mendukung, menurut Bolger & Amarel (dalam Taylor, 2009: 187-188) adalah dukungan bantuan nyata, dukungan informasi, dukungan emosional. c. Subjek yang digunakan dalam penelitian ini adalah remaja madya putri yang baru pertama kali kost, dan tinggal di kost kurang dari 1 tahun, usia 15-18 tahun (Keniston, dalam Steinberg, 1999: 5). Pada usia tersebut, remaja baru mulai belajar untuk menyesuaikan diri dengan lingkungan barunya. d. Jenis penelitian ini menggunakan studi korelasi, untuk melihat apakah ada hubungan antara dukungan sosial orangtua terhadap penyesuaian diri remaja putri yang tinggal di kost. 30

1.3 Rumusan Masalah Berdasarkan uraian dari latar belakang di atas, peneliti merumuskan rumusan masalah yaitu : Apakah ada hubungan antara dukungan sosial orangtua terhadap penyesuaian diri remaja putri yang tinggal di kost? 1.4 Tujuan Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah ada hubungan antara dukungan sosial orangtua terhadap penyesuaian diri remaja putri yang tinggal di kost. 1.5 Manfaat Penelitian Hasil dari penelitian ini, diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai berikut : a. Manfaat Teoritis Penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan informasi bagi psikologi perkembangan dan dapat memberikan gambaran mengenai hubungan antara dukungan sosial yang diberikan oleh orangtua terhadap penyesuaian diri remaja putri yang tinggal di kost, dan dapat menjadi referensi bagi penelitian sejenisnya. b. Manfaat Praktis a. Subjek Penelitian 31

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan pengertian bagi subjek akan pentingnya penyesuaian diri, juga diharapkan dapat memberikan gambaran bagi subjek mengenai penyesuaian diri remaja. b. Orangtua yang memiliki anak berusia remaja Penelitian ini diharapkan dapat memberikan pemahaman bagi orangtua tentang dukungan sosial orangtua bagi remaja putri yang tinggal di kost. Juga dapat memberikan informasi khususnya kepada para orang tua agar memberikan dan mengembangkan dukungan sosial pada remaja putri yang tinggal di kost. c. Masyarakat Agar dapat mengerti dan memahami betapa pentingnya dukungan sosial bagi remaja yang baru mulai menyesuaikan diri dengan lingkungan kost. d. Para praktisi Agar melihat fakta yang ada bahwa adanya dukungan sosial orangtua memiliki pengaruh bagi penyesuaian diri, juga untuk membantu orangtua bagaimana cara untuk memberi dukungan sosial bagi remaja putri yang tinggal di kost. 32