BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan Kesehatan adalah bagian penting dari pembangunan nasional

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. hakikatnya adalah perubahan yang terus-menerus yang merupakan kemajuan dan

PERSEPSI JAJARAN PIMPINAN TENTANG KAWASAN TANPA ROKOK ( KTR ) DI DINAS KESEHATAN KABUPATEN LANGKAT TAHUN

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan dari setiap negara. Salah satu indikatornya adalah meningkatkan

BAB I PENDAHULUAN. salah satu negara konsumen tembakau terbesar di dunia.

BAB I PENDAHULUAN. sampai saat ini telah dikenal lebih dari 25 penyakit berbahaya disebabkan oleh rokok.

BAB 1 PENDAHULUAN. memungkinkan setiap orang hidup produktif secara sosial dan ekonomi (UU

BAB I PENDAHULUAN. Health Organization (WHO) pada tahun 2011 jumlah perokok laki-laki di

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG

BAB II PENGATURAN MENGENAI KAWASAN TANPA ROKOK

GUBERNUR BALI PERATURAN DAERAH PROVINSI BALI NOMOR 10 TAHUN 2011 TENTANG KAWASAN TANPA ROKOK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR BALI,

BAB I PENDAHULUAN. kecenderungan yang semakin meningkat dari waktu ke waktu (Kemenkes RI,

BAB I BAB 1 : PENDAHULUAN PENDAHULUAN. Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia tahun Oleh karena itu,

- 1 - WALIKOTA MADIUN PERATURAN DAERAH KOTA MADIUN NOMOR 21 TAHUN 2011 TENTANG KAWASAN TANPA ROKOK DAN KAWASAN TERBATAS MEROKOK

I. PENDAHULUAN. Rokok merupakan salah satu produk yang cukup unik (terutama cara

BUPATI PAKPAK BHARAT PROVINSI SUMATERA UTARA

BAB I PENDAHULUAN. degeneratif seperti kanker, memperlambat pertumbuhan anak, kanker rahim dan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Menurut WHO, jumlah perokok di dunia pada tahun 2009 mencapai 1,1

BAB I PENDAHULUAN. Merokok tidak hanya berdampak pada orang yang merokok (perokok aktif)

PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG PERATURAN DAERAH KABUPATEN BELITUNG TIMUR NOMOR 16 TAHUN 2016 TENTANG KAWASAN TANPA ROKOK

PERATURAN DAERAH PROVINSI SUMATERA BARAT NOMOR 8 TAHUN 2012 TENTANG KAWASAN TANPA ROKOK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR SUMATERA BARAT,

BUPATI TRENGGALEK PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH KABUPATEN TRENGGALEK NOMOR 7 TAHUN 2016 TENTANG KAWASAN TANPA ASAP ROKOK

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. dan politik (Depkes, 2006). Rokok merupakan salah satu zat adiktif yang bila

PERATURAN BUPATI BELITUNG TIMUR NOMOR 27 TAHUN 2013 TENTANG KAWASAN TANPA ROKOK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BELITUNG TIMUR,

PENGARUH PERSEPSI MAHASISWA TERHADAP KAWASAN TANPA ROKOK (KTR) DAN DUKUNGAN PENERAPANNYA DI UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

WALIKOTA BANDA ACEH PROVINSI ACEH QANUN KOTA BANDA ACEH NOMOR 5 TAHUN 2016 TENTANG KAWASAN TANPA ROKOK BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM

BAB I PENDAHULUAN. Rokok merupakan benda kecil yang paling banyak digemari dan tingkat

LEMBARAN DAERAH PROVINSI SUMATERA BARAT

BAB 1 PENDAHULUAN. Gambaran pengetahuan..., Rowella Octaviani, FKM UI, 2009

RANCANGAN PERATURAN DAERAH PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT NOMOR TAHUN TENTANG KAWASAN TANPA ROKOK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang

BUPATI TABANAN BUPATI TABANAN PROVINSI BALI PERATURAN DAERAH KABUPATEN TABANAN NOMOR 10 TAHUN 2014 TENTANG KAWASAN TANPA ROKOK

BUPATI BELITUNG PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG PERATURAN DAERAH KABUPATEN BELITUNG NOMOR 8 TAHUN 2016 TENTANG KAWASAN TANPA ROKOK

BUPATI JEMBRANA PROVINSI BALI PERATURAN DAERAH KABUPATEN JEMBRANA NOMOR 4 TAHUN 2016 TENTANG KAWASAN TANPA ROKOK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. kesehatan. Kandungan rokok adalah zat-zat kimiawi beracun seperti mikrobiologikal

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KARANGASEM NOMOR 1 TAHUN 2013 TENTANG KAWASAN TANPA ROKOK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KARANGASEM,

BUPATI BADUNG PERATURAN DAERAH KABUPATEN BADUNG NOMOR 8 TAHUN 2013 TENTANG KAWASAN TANPA ROKOK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BADUNG,

PEMERINTAH KOTA PADANG PANJANG

BUPATI KLUNGKUNG PROVINSI BALI PERATURAN DAERAH KABUPATEN KLUNGKUNG NOMOR 1 TAHUN 2014 TENTANG KAWASAN TANPA ROKOK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. tanaman Nicotiana Tabacum, Nicotiana Rustica, dan spesies lainnya atau sintesis

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Rokok sudah menjadi suatu barang konsumsi yang sudah familiar kita

hari berdampak negatif bagi lingkungan adalah merokok (Palutturi, 2010).

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang. Rokok sudah dikenal manusia sejak tahun sebelum Masehi. Sejak

WALIKOTA YOGYAKARTA DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN WALIKOTA YOGYAKARTA NOMOR 12 TAHUN 2015 TENTANG KAWASAN TANPA ROKOK

LAMPIRAN PERATURAN MENTERI KESEHATAN NOMOR 40 TAHUN 2013 TENTANG PETA JALAN PENGENDALIAN DAMPAK KONSUMSI ROKOK BAGI KESEHATAN BAB I PENDAHULUAN

dalam terbitan Kementerian Kesehatan RI 2010).

BUPATI DHARMASRAYA PROVINSI SUMATERA BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN DHARMASRAYA NOMOR 6 TAHUN 2015 TENTANG KAWASAN TANPA ROKOK

BUPATI BARITO KUALA PROVINSI KALIMANTAN SELATAN

WALIKOTA YOGYAKARTA DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN DAERAH KOTA YOGYAKARTA NOMOR 2 TAHUN 2017 TENTANG KAWASAN TANPA ROKOK

I. PENDAHULUAN. adalah perokok pasif. Bila tidak ditindaklanjuti, angka mortalitas dan morbiditas

[PP NO.19/2003 (PENGAMANAN ROKOK BAGI KESEHATAN)] December 22, 2013

PRAKTIK CERDAS PEMANFAATAN PAJAK ROKOK DIPROVINSI KALIMANTAN SELATAN

BAB 1 : PENDAHULUAN. tidak menular salah satunya adalah kebiasaan mengkonsumsi tembakau yaitu. dan adanya kecenderungan meningkat penggunaanya.

BAB I PENDAHULUAN. dihirup asapnya yang dihasilkan dari tanaman Nicotiana tabacum, Nicotiana rustica

Dalam Peraturan Pemerintah ini diatur bahwa iklan rokok hanya dapat dilakukan dengan persyaratan tertentu yang ditetapkan.

TENGGARA BARAT NOMOR 3 TAHUN 2014

BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang

BAB I PENDAHULUAN. Fawzani dan Triratnawati (2005), masalah rokok juga menjadi persoalan

PEMERINTAH PROVINSI/KABUPATEN/KOTA PERATURAN DAERAH PROVINSI/KABUPATEN/KOTA NOMOR : TAHUN... TENTANG KAWASAN TANPA ROKOK

BAB 1 PENDAHULUAN. sosial yang memungkinkan setiap orang untuk hidup produktif secara sosial dan

SALINAN BUPATI BULELENG PROVINSI BALI PERATURAN DAERAH KABUPATEN BULELENG NOMOR 2 TAHUN 2015 TENTANG KAWASAN TANPA ROKOK PEMERINTAH KABUPATEN BULELENG

BAB 1 : PENDAHULUAN. Penyakit Tidak Menular (PTM) merupakan silent disease yang menjadi

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

- 1 - BUPATI BERAU PROVINSI KALIMANTAN TIMUR PERATURAN DAERAH KABUPATEN BERAU NOMOR 6 TAHUN 2014 TENTANG KAWASAN TANPA ROKOK

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

PEMERINTAH KOTA PROBOLINGGO

BAB I PENDAHULUAN. dikonsumsi mulai dari usia remaja hingga orang tua baik laki-laki maupun

PERATURAN BERSAMA MENTERI KESEHATAN DAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR 188/MENKES/PB/I/2011 NOMOR 7 TAHUN 2011 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

Kuesioner Penelitian

WALIKOTA PARIAMAN PROVINSI SUMATERA BARAT PERATURAN WALIKOTA PARIAMAN NOMOR 34 TAHUN 2016 TENTANG KAWASAN TANPA ROKOK

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN SERANG

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Penggunaan tembakau bertanggungjawab terhadap sebagian besar kematian di seluruh dunia.

SEBAGAI UPAYA DENORMALISASI PRODUK TEMBAKAU. Made Kerta Duana (AKMI) BALI-BTC

BAB 1 PENDAHULUAN. memungkinkan setiap orang hidup produktif secara sosial maupun ekonomis. Oleh. menurunkan kualitas hidup manusia (Aditama,1997).

BAB I PENDAHULUAN. pengaruh yang sangat berarti terhadap kesehatan masyarakat. Menurut perkiraan

BAB I PENDAHULUAN. upaya meningkatkan kualitas sumber daya manusia. Pembangunan nasional

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Peningkatan jumlah perokok di negara berkembang termasuk Indonesia

GUBERNUR GORONTALO PERATURAN DAERAH PROVINSI GORONTALO NOMOR 10 TAHUN 2014 TENTANG KAWASAN TANPA ROKOK

BUPATI TANAH BUMBU PROVINSI KALIMANTAN SELATAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN TANAH BUMBU NOMOR 6 TAHUN 2017 TENTANG KAWASAN TANPA ROKOK

Identifikasi Masalah. Pembahasan

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN LOMBOK

PEMERINTAH KOTA SURABAYA

LEMBARAN DAERAH KOTA PADANG PANJANG Tahun

ROKOK : KEMUBAZIRAN DAN UPAYA PENGENDALIANNYA DI KALANGAN SANTRI. Salahuddin Wahid Pengasuh Pesantren Tebuireng

PEMERINTAH KOTA SURABAYA

BAB 1 PENDAHULUAN. merokok namun kurangnya kesadaran masyarakat untuk berhenti merokok masih

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Rista Mardian,2013

BAB 1 : PENDAHULUAN. kehidupan anak sekolah mulai dari SMA, SMP dan bahkan sebagian anak SD sudah

BUPATI LUMAJANG PROVINSI JAWA TIMUR

BAB I PENDAHULUAN. perokok mengalami peningkatan dari tahun ketahunnya (Sari, 2006).

Upaya Pengendalian Tembakau di Indonesia. Oleh Prof. Dr. Ali Ghufron Mukti, M.Sc, Ph.D Wakil Menteri Kesehatan Republik Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. Bahaya merokok terhadap remaja yang utama adalah terhadap fisiknya.

GUBERNUR KALIMANTAN TIMUR

INDIKATOR KESEHATAN SDGs DI INDONESIA Dra. Hj. Ermalena MHS Wakil Ketua Komisi IX DPR RI Disampaikan dalam Diskusi Panel Pengendalian Tembakau dan

tinggi tingkat kesehatan, maka kesegaran jasmani akan semakin baik pula. Berdasarkan Undang- Undang Kesehatan No 36 tahun 2009 yang memuat

BAB I PENDAHULUAN. Merokok merupakan sebuah kebiasaan yang dapat merugikan. kesehatan baik si perokok itu sendiri maupun orang lain di sekelilingnya.

BAB 1 PENDAHULUAN. dunia yang sebenarnya bisa dicegah. Sepanjang abad ke-20, telah terdapat 100

BAB I PENDAHULUAN. terjadi di negara-negara berkembang. Direktorat Pengawasan Narkotika,

BAB I PENDAHULUAN. penyakit tidak menular (PTM), yang merupakan penyakit akibat gaya hidup serta

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Pembangunan Kesehatan adalah bagian penting dari pembangunan nasional yang menyatukan segala bentuk upaya Bangsa Indonesia dalam satu gerakan guna menjamin tercapainya tujuan pembangunan kesehatan menuju masyarakat Indonesia yang adil dan makmur. Pada dasarnya kesehatan merupakan hak azasi manusia sekaligkhhus investasi untuk keberhasilan bangsa ( SKN, 2006 ). Tujuan pembangunan kesehatan adalah meningkatkan kesadaran, kemauan, dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar terwujud derajat kesehatan masyarakat yang optimal melalui terciptanya masyarakat, bangsa, dan Negara Indonesia yang ditandai oleh penduduknya hidup dalam lingkungan dengan perilaku hidup sehat (Depkes, 1999). Sumber daya manusia adalah modal utama pembangunan disegala sektor kehidupan. Generasi muda merupakan salah satu sumber daya yang menjadi kunci suksesnya pembangunan dan mereka berada pada posisi utama untuk mempersipkan masa depan bangsa dan negara. Remaja menjadi penting untuk mendapatkan perhatian yang besar meskipun dari sudut pola morbilitas, remaja sering dimasukkan pada kategori kelompok umur yang relatif bebas dari masalah kesehatan spesifik, dibandingkan dengan bayi dan balita.

Persepsi merupakan sebuah proses saat individu mengatur dan menginterpretasikan kesan-kesan sensoris mereka guna memberikan arti bagi lingkungan mereka. Perilaku individu seringkali didasarkan pada persepsi mereka tentang kenyataan, bukan pada kenyataan itu sendiri. Merokok merupakan masalah kesehatan masyarakat karena dapat menimbulkan berbagai penyakit dan kematian. Jumlah perokok di Indonesia, menurut data Survei Kesehatan Nasional 2001, terdiri dari 54,4% laki-laki dan 1,2% perempuan (BPOM, 2003). Pengendalian perilaku merokok salah satunya adalah penerapan kawasan tanpa rokok. Di seluruh dunia, tembakau merupakan salah satu penyebab yang paling penting untuk kecacatan, penderitaan, dan kematian prematur. Rokok sangat berbahaya bagi kesehatan tubuh karena menyebabkan timbulnya berbagai penyakit, sepertistroke, katarak, kanker mulut dan tenggorokan, infeksi paru, PPOM (Penyakit Paru Obstruktif Menahun), serangan jantung, kanker pankreas, aneurisma aorta (penggembungan pembuluh nadi utama), kanker ginjal, kanker leher rahim, serta penyakit pembuluh darah tepi (Crofton dan Simpson, 2002). Lebih dari 4.000 bahan kimia telah diidentifikasi dalam asap tembakau. Banyak diantaranya beracun, beberapa bersifat radioaktif. Lebih dari 40 diketahui menyebabkan kanker. Bahan-bahan kimia ini terutama terkonsentrasi di dalam tar, yaitu cairan cokelat lengket yang terkondensasi dari asap tembakau. Tembakau banyak menghasilkan bahan kimia yang tinggi suhunya

(sampai 9000 C) yang ditimbulkan diujung rokok yang menyala ketika dihisap oleh perokok (Crofton dan Simpson, 2002). Menurut WHO (2008) lebih dari satu miliar perokok yang hidup saat ini, 500 juta akan terbunuh oleh tembakau dengan kecenderungan antara 2005 dan 2030, 175 orang akan terbunuh. Berbagai hasil penelitian baik dalam maupun luar negeri menunjukkan bahwa perilaku merokok terbukti dapat berdampak buruk terhadap kesehatan dan ekonomi keluarga. Badan kesehatan dunia (WHO) memperkirakan jumlah kematian di dunia akibat konsumsi rokok pada tahun 2030 akan mencapai 10 juta orang setiap tahunnya dan sekitar 70% diantaranya terjadi di negara berkembang termasuk Indonesia (Bambang Setiaji, 2008). Menurut WHO (2008) yang dikutip oleh Prabandari dkk, dalam lima tahun terakhir posisi Indonesia diantara negara-negara dengan jumlah perokok terbanyak di dunia telah bergeser dari negara ke-5 menjadi negara ke-3 terbanyak di dunia dengan jumlah perokok 65 juta orang atau 28% per penduduk, diperkirakan 225 miliar batang rokok yang dihisap per tahun. Kawasan tanpa rokok adalah ruangan atau area yang dinyatakan dilarang untuk kegiatan produksi, penjualan, iklan, promosi dan penggunaan rokok yaitu sarana kesehatan, tempat proses belajar mengajar, arena bermain anak, tempat ibadah dan angkutan umum.tujuan dari kawasan tanpa rokok adalah melindungi masyarakat dengan memastikan bahwa tempat-tempat umum bebas asap rokok. Kawasan tanpa rokok harus menjadi norma, terdapat empat alasan kuat untuk

mengembangkan kawasan tanpa rokok, yaitu untuk melindungi anak-anak dan bukan perokok dari risiko terhadap kesehatan, mencegah rasa tidak nyaman, bau dan kotoran dari ruang rokok, untuk mengembangkan opini bahwa tidak merokok adalah perilaku yang lebih normal, dan kawasan tanpa rokok mengurangi secara bermakna konsumsi rokok dengan menciptakan lingkungan yang mendorong perokok untuk berhenti atau yang terus merokok untuk mengurangi konsumsi rokoknya (Crofton dan Simpson, 2002). Dasar hukum kawasan tanpa rokok di Indonesia cukup banyak yaitu Undang- Undang (UU) No. 36 tahun 2009 tentang kesehatan, UU No. 23/1997 tentang pengelolaan lingkungan hidup, UU No.8/1999 tentang perlindungan konsumen, UU No. 23/2002 tentang perlindungan anak, UU No. 32/2002 tentang penyiaran, Peraturan Pemerintah (PP) RI No. 41/1999 tentang pengendalian pencemaran udara, PP RI No. 19/2003 tentang pengamanan rokok bagi kesehatan, Instruksi Menteri Kesehatan RI No. 459/MENKES/INS/VI/1999 tentang kawasan bebas rokok pada sarana kesehatan. dan Instruksi Menteri Pendidikan dan Kebudayaan RI No. 4/U/1997 tentang lingkungan sekolah bebas rokok, dankeputusan Bersama Menteri Kesehatan dan Menteri Dalam Negeri RINo. 188/MENKES/PB/I/2011 tentang pedoman pelaksanaan kawasan tanpa rokok. Kawasan tanpa rokok mencakup semua fasilitas pelayanan kesehatan, sekolah dan universitas, transportasi, tempat hiburan, restoran, bar, dan hotel. Kampanye kawasan tanpa rokok harus menjadi bagian penting dari kampanye anti-

tembakau (Crofton dan Simpson, 2002). Dalam Keputusan Bersama Menteri Kesehatan dan Menteri Dalam Negeri RI No. 188/MENKES/PB/I/2011 tentang pedoman pelaksanaan kawasan tanpa rokok pada pasal 4 dinyatakan bahwa fasilitas pelayanan kesehatan, tempat proses belajar mengajar, tempat anak bermain, tempat ibadah dan angkutan umum dilarang menyediakan tempat khusus merokok dan merupakan Kawasan Tanpa Rokok (KTR) yang bebas dari asap rokok hingga batas terluar. Sedangkan pasal 5 menyatakan bahwa tempat kerja dan tempat umum dapat menyediakan tempat khusus merokok dengan syarat merupakan ruang terbuka dan berhubungan langsung dengan udara luar, terpisah dari gedung/tempat/ruang utama dan ruang lain yang digunakan untuk beraktivitas, jauh dari pintu masuk dan keluar, serta jauh dari tempat orang berlalu-lalang. Sampai saat ini ada 58 kabupaten / kota dari 34 provinsi di Indonesia yang sudah memiliki kebijakan KTR ( Kawasan tanpa Rokok ), salah satunya adalah Kota Semarang. Dinas Kesehatan kota Semarang berkerja sama dengan Komunitas Peduli Kawasan Tanpa Rokok. Perda tentang KTR ( Kawasan Tanpa Rokok ) Kota Semarang disahkan pada Mei 2013. Pada saat ini pemerintah Kota Semarang lagi genjar mensosialisasikan tentang KTR ( Kawasan tanpa Rokok ). Namun pada saat ini pemerintah Kota Semarang belum menggunakan pendekatan sanksi atau penindakan. Setelah satu tahun kebijakan tentang KTR berjalan pemerintah Kota Semarang akan melakukan evaluasi.

Dinas Kesehatan Kabupaten Langkat merupakan unsur pelaksanaan otonomi daerah dalam bidang kesehatan dan dipimpin langsung oleh kepala dinas. Dinas Kesehatan Kabupaten Langkat menaungi 30 Puskesmas, 164 Puskesmas Pembantu, 102 Polindes, dan 1296 Posyandu. Dinas Kesehatan Kabupaten Langkat belum memiliki kebijakan mengenai Kawasan Tanpa Rokok ( KTR ). Seharusnya Dinas Kesehatan Kabupaten Langkat menjadi contoh salah satu Dinas yang memiliki kebijakan tentang Kawasan tanpa Rokok ( KTR ) dan juga menjadi panutan untuk Puskesmas yang berada di Kabupaten Langkat. Di Dinas Kesehatan Kabupaten Langkat memiliki beberapa bidang yaitu bidang pelayanan kesehatan, bidang pencegahan dan pengobatan penyakit, bidang kesehatan keluarga, dan bidang pembinaan kesehatan lingkungan masyarakat. 1.2.Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang di atas, dapat dirumuskan masalah penelitian sebagai berikut: bagaimana persepsi jajaran pimpinan tentang kawasan tanpa rokok di Dinas Kesehatan Kabupaten Langkat tahun 2014? 1.3. Tujuan Penelitian 1.3.1. Tujuan Umum Untuk mengetahui dan memahami bagaimana persepsi jajaran pimpinan tentang kawasan tanpa rokok di Dinas Kesehatan Kabupaten Langkat.

1.3.2. Tujuan Khusus 1. Untuk mengetahui persepsi jajaran pimpinan tentang kawasan tanpa rokok di Dinas Kesehatan Kabupaten Langkat. 2. Untuk mengetahui komitmen jajaran pimpinan tentang kawasan tanpa rokok di Dinas Kesehatan Kabupaten Langkat. 3. Untuk mengetahui rancangan kebijakan jajaran pimpinan tentang kawasan tanpa rokok di Dinas Kesehatan Kabupaten Langkat. 1.3.3. Manfaat Penelitian 1. Bagi Mahasiswa dapat digunakan sebagai bahan referensi dan bahan bacaan untuk menambah pengetahuan tentang kawasan tanpa rokok. 2. Dapat sebagai masukan dan informasi bagi Dinas Kesehatan Kabupaten Langkat untuk menanggulangi masalah rokok. 3. Bagi Dinas Kesehatan Kabupaten Langkat dapat sebagai rancangan strategi menciptakan kawasan tanpa rokok.