2015 ANALISIS POTENSI KECERDASAN JAMAK SISWA SD DAN FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHINYA

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. Negara Republik Indonesia tahun 1945 yang berakar pada nilai-nilai agama,

Deteksi Dini Dan Stimulasi Kecerdasan Jamak Anak Usia Taman Kanak-Kanak. Mubiar Agustin

BAB I PENDAHULUAN. Anak usia dini merupakan periode awal yang paling mendasar dalam

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan usia dini (Early childhood education) adalah pendidikan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Astriana Rahma, 2014

DAFTAR PUSTAKA. Agustin, M. (2006). Profil kecerdasan jamak anak usia TK. Jurnal Pedagogia. 4(2).

BAB I PENDAHULUAN. tumbuh kembang anak pada usia dini akan berpengaruh secara nyata pada

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bellanita Maryadi, 2013

BAB I PENDAHULUAN. ditujukan bagi anak sejak lahir sampai dengan usia enam tahun yang

BAB I PENDAHULUAN. atau usia dini dimana pada masa ini adalah masa penentuan. karakter usia dini yang salah satunya adalah masa berkelompok anakanak

PEMBELAJARAN DI TK AL AZHAR SOLO BARU DITINJAU DARI SUDUT PANDANG MULTIPLE INTELLIGENCES SKRIPSI

PENDIDIKAN KECAKAPAN HIDUP (LIFE SKILL) UNTUK ANAK USIA DINI

BAB I PENDAHULUAN. buruknya masa depan bangsa. Jika sejak usia dini anak dibekali dengan

BAB I PENDAHULUAN. peranan penting pada masa ini. Hal ini disebabkan masa usia dini merupakan masa

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Masa awal kanak-kanak merupakan masa yang penting dalam kehidupan

BAB I PENDAHULUAN. Kualitas masa depan anak dapat dilihat dari perkembangan dan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

PERSEPSI IBU TENTANG MASA GOLDEN AGE DI RT 04 RW 08 KELURAHAN MRICAN MOJOROTO KOTA KEDIRI

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan bagi bangsa Indonesia merupakan kebutuhan mutlak yang harus

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkembangan dan perubahan yang terjadi dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara tidak

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana

BAB I PENDAHULUAN. (Abdulhak, 2007 : 52). Kualitas pendidikan anak usia dini inilah yang

PERBEDAAN KEMATANGAN SOSIAL ANAK DITINJAU DARI KEIKUTSERTAAN PENDIDIKAN PRASEKOLAH (PLAYGROUP)

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Anak adalah seorang laki-laki ataupun perempuan yang belum dewasa

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. persoalan baru untuk diselesaikan, kemampuan untuk menciptakan sesuatu

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. suasana belajar dan proses pembelajaran atau pelatihan agar peserta didik

KEMAMPUAN BACA-TULIS SEBAGAI SYARAT MASUK SD

BAB 1 PENDAHULUAN. dilakukan melalui pemberian rangsangan pendidikan untuk. pada jalur formal, nonformal, dan informal.

I. PENDAHULUAN. Usia dini merupakan masa keemasan (golden age), oleh karena itu. kemampuan kognitif, afektif, psikomotor, bahasa, sosial emosional dan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. kembang anak usia lahir hingga enam tahun secara menyeluruh. yang mencakup aspek fisik dan nonfisik dengan memberikan rangsangan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Anak adalah Tunas harapan bangsa. Mereka ibarat bunga yang tengah

BAB I PENDAHULUAN. karakter dan kepribadian anak. Berdasarkan Undang - undang Sistem. Pendidikan Nasional NO.20 Tahun 2003 BAB I ayat 14, menyatakan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pengembangan sumber daya manusia merupakan faktor kunci

BAB I PENDAHULUAN. hendaknya dibangun dengan empat pilar, yaitu learning to know, learning

BAB I PENDAHULUAN. pilar yaitu, learning to know, learning to do, learning to be, dan learning to live

BAB I PENDAHULUAN. 1.1.Latar Belakang. Pendidikan anak usia dini (PAUD) adalah jenjang pendidikan sebelum

BAB I PENDAHULUAN. manusia. Artinya, pendidikan diharapkan dapat membuat manusia menyadari

BAB. I PENDAHULUAN. Hilman Latief,2014 PENGARUH PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL TERHADAP HASIL BELAJAR Universitas Pendidikan Indonesia repository.upi.

BAB I PENDAHULUAN. Penerapan Metode Pembiasaan Dalam Menumbuhkan Karakter Kemandirian Anak Usia Dini 5-6 Tahun Di Lingkugan Keluarga

BAB I PENDAHULUAN. dan berlangsung seumur hidup. Oleh karena itu, pendidikan. sistem yang terdiri dari komponen-komponen yang saling berhubungan dan

KONSEP DASAR PENDIDIKAN PAUD. Oleh: Fitta Ummaya Santi

BAB I PENDAHULUAN. mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual

BAB I PENDAHULUAN. Anak sebagai makhluk individu yang unik dan memiliki karakteristik yang

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN. Pembentukan kualitas SDM yang optimal, baik sehat secara fisik maupun

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

PENERAPAN KONSEP PEMBELAJARAN HOLISTIK DI SEKOLAH DASAR ISLAM RAUDLATUL JANNAH WARU SIDOARJO PADA MATERI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

BAB I PENDAHULUAN. melalui pendidikan sekolah. Pendidikan sekolah merupakan kewajiban bagi seluruh. pendidikan Nasional pasal 3 yang menyatakan bahwa:

BAB I PENDAHULUAN. investasi yang sangat penting bagi sumber daya manusia yang berkualitas. kesiapan dalam memasuki pendidikan lebih lanjut.

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Anak Usia Dini menurut NAEYC (National Association Educational

SURAKARTAA. SKRIPSI persyaratan. Sarjana S-1. Disusun Oleh : DWI A USIA DINI

UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN PROGRAM PENDIDIKAN GURU PENDIDIKAN ANAK USIA DINI

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. membantu mengembangkan seluruh potensi dan kemampuan fisik,

BAB I PENDAHULUAN. Zamrud Khatulistiwa ini merdeka. Selama itu pula ibu pertiwi ini mengisi kemerdekaannya

TUMBUH KEMBANG ANAK. Mei Vita Cahya Ningsih. Tumbuh (pertumbuhan) berkenaan dengan pertumbuhan ukuran organ tubuh

BAB I PENDAHULUAN. hal ini tercantum dalam pembukaan Undang-Undang dasar 1945 alinea ke empat

BAB I PENDAHULUAN. manusia yang mandiri. Begitu pentingnya pendidikan bagi diri sendiri, dan teknologi agar bangsa semakin maju dan berkembang.

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan anak usia dini merupakan masa yang sangat penting untuk

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Undang-undang No.20 Tahun 2003 tentang sistem Pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah Menurut Undang-Undang No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem. Pasal 1 angka 14 menyatakan bahwa :

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. salah satunya adalah Taman Kanak-Kanak (TK). Undang-undang tentang. sistem Pendidikan Nasional Pasal 28 Ayat (3) menyebutkan bahwa

BAB I PENDAHULUAN. kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang di perlukan

BAB I PENDAHULUAN. suasana belajar dan proses pembelajaran atau pelatihan agar peserta didik secara

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Masa usia dini merupakan periode emas (golden age) bagi perkembangan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. dengan adanya berbagai peraturan perundang-undangan yang disusun guna

BAB I PENDAHULUAN. Proses perkembangan terjadi sangat cepat pada masa anak-anak. Tiga

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Nida Rahmawati, 2013

I. PENDAHULUAN. Setiap anak diberikan berbagai bekal sejak lahir seperti berbagai aspek

BAB I PENDAHULUAN. tersebut sangat menentukan bagi anak untuk mengembangkan seluruh. potensinya. Berdasarkan kajian dalam Ernawulan Syaodih dan Mubiar

BAB I PENDAHULUAN. berbangsa dan bernegara. Hal ini terdapat dalam Undang-Undang Nomor 20

BAB I PENDAHULUAN. suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif

BAB I PENDAHULUAN. mempunyai kemampuan bersaing dengan orang lain dan bangsa lain. Dengan kita

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta

BAB I PENDAHULUAN. Kemampuan kognitif ini berisikan akal, pikiran, dan lain-lainnya seperti

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan modal dasar untuk menyiapkan insan yang

PENGELOLAAN PEMBELAJARAN TAMAN KANAK-KANAK BERDASARKAN MINAT ANAK (Studi Kasus di TK Negeri Pembina Surakarta) T E S I S.

BAB I PENDAHULUAN. sejajar atau menyeluruh agar dapat menghasilkan insan sumber daya manusia yang

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan yang sangat pesat. Hal ini terjadi adanya kemajuan dalam tehnologi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

2014 PEMBELAJARAN SENI TARI BERBASIS PENDEKATAN SCIENTIFIC UNTUK MENINGKATKAN KECERDASAN MATEMATIKA-LOGIS SISWA

BAB I PENDAHULUAN. Anak merupakan anugerah yang diberikan Tuhan pada setiap umat

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan yang tepat bagi anak sejak masa usia dini. aspek perkembangan kecerdasan intelektual, emosional, dan spiritual mengalami

BAB I PENDAHULUAN. Dennison (2002) mengatakan bahwa Brain Gym adalah serangkaian gerak

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan dasar, pendidikan menengah maupun pendidikan tinggi.

BAB I PENDAHULUAN. Undang-undang No. 20 tahun 2003 tentang SISDIKNAS pasal 1 ayat

BAB I PENDAHULUAN. merata material dan spiritual berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang

BAB I PENDAHULUAN. Untuk meningkatkan kualitas Sumber Daya Manusia dibutuhkan. pendidikan, karena pendidikan merupakan wahana untuk mengembangkan

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan pilar utama dalam upaya mengembangkan kualitas sumber daya manusia. Menurut Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional No 20 Tahun 2003, pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara. Adapun upaya pengembangan potensi dasar anak melalui pendidikan perlu dilakukan sejak usia dini. Masa usia dini merupakan masa keemasan (golden age), di mana proses tumbuh kembang dari segi fisik-motorik, sosial, emosional, dan kognitif berlangsung secara pesat dan saling berhubungan erat satu sama lain. Oleh karena itu, diperlukan berbagai bentuk stimulasi yang mampu mengembangkan potensi yang dimiliki anak. Terdapat beberapa alasan yang memperkuat pemikiran terkait dengan peluang pengembangan kemampuan anak tersebut. Pertama, hasil kajian neurologi menunjukkan bahwa pada saat lahir otak bayi membawa potensi sekitar 100 milyar yang pada proses berikutnya sel-sel dalam otak tersebut berkembang dengan begitu pesat menghasilkan bertriliyun-triliyun sambungan antar neuron (Jalal, 2002, hlm. 11). Supaya mencapai perkembangan optimal, sambungan ini harus diperkuat melalui berbagai rangsangan psikososial, karena sambungan yang tidak diperkuat akan mengalami atropi (penyusutan) dan musnah. Inilah yang pada akhirnya akan mempengaruhi kecerdasan anak. Hal tersebut senada dengan hasil penelitian di Baylor College of Medicine menyatakan bahwa lingkungan memberi peran yang sangat besar dalam pembentukan sikap, kepribadian, dan pengembangan kemampuan anak secara optimal. Anak yang tidak mendapatkan lingkungan baik untuk merangsang pertumbuhan otaknya, seperti jarang disentuh, jarang diajak bermain, atau jarang diajak berkomunikasi, maka perkembangan

2 otaknya akan lebih kecil 20-30% dari ukuran normal anak seusianya (Jalal, 2002, hlm. 14). Kedua, dalam kajian lain diungkapkan bahwa sekitar 50% kapabilitas kecerdasan manusia terjadi ketika anak berumur 4 tahun, 80% telah terjadi ketika berumur 8 tahun, dan mencapai titik kulminasi ketika anak berumur sekitar 18 tahun (Gutama, 2002, hlm. 13). Hal tersebut mengindikasikan bahwa perkembangan pada usia SD (8 tahun), berdasarkan persentasenya cukup mendominasi dan menentukan perkembangan otak. Selanjutnya, setelah melewati umur 18 tahun, perkembangan otak akan mengalami stagnasi. Itulah sebabnya periode ini dinamakan usia emas (golden age) dan setelah perkembangan ini lewat, maka berapapun kapabilitas kecerdasan yang dicapai individu, cenderung tidak akan mengalami peningkatan lagi atau dengan kata lain tidak memiliki kebermaknaan. Ketiga, menurut Nurihsan (2003, hlm. 13) masa usia anak SD juga merupakan salah satu masa yang paling penting dalam perkembangan individu. Anak perlu dibekali berbagai kemampuan dan distimulasi seluruh potensinya sebagai bekal di masa depan. Masalah yang akan dihadapi anak di kemudian hari bukanlah merupakan masalah-masalah ringan, tetapi membutuhkan berbagai kecakapan hidup (life skill). Ketidakmampuan anak menyelesaikan berbagai masalah dalam kehidupannya di kemudian hari akan menjadikan anak mengalami kesulitan dalam menjalani kehidupannya. Oleh karena itu, diperlukan sebuah upaya yang berorientasi pada pengembangan seluruh potensi yang dimiliki anak, yang pada akhirnya output yang dihasilkan adalah anak yang memiliki kualifikasi kecerdasan dasar secara umum yang optimal. Nurihsan (2003, hlm. 10) menandaskan bahwa pengembangan kecerdasan anak harus mencakup seluruh kapasitas yang mungkin berkembang pada diri anak. Pengembangan potensi anak tidak terlepas dari adanya lembaga pendidikan, baik pendidikan formal, informal, maupun non formal. Salah satu lembaga pendidikan awal bagi anak untuk mengembangkan seluruh potensi anak termasuk di dalamnya kecerdasan jamak (multiple intelligences) adalah pendidikan Sekolah Dasar (SD). Prinsip pembelajaran di SD sejatinya bersifat kolaboratif yang tidak

3 hanya menitikberatkan pengembangan pada satu aspek, akan tetapi berorientasi pada pengembangan seluruh aspek perkembangan anak (holistic) (Nurihsan, 2003, hlm. 18). Implikasinya dalam proses pembelajaran, guru seyogianya memberikan kebebasan kepada anak dalam melakukan aktivitas belajar dan menstimulasi anak untuk mengembangkan salah satu atau beberapa kecerdasan jamak supaya lebih cakap dan terampil. Kecerdasan jamak menurut Gardner (Surya, 2004; Kartadinata, 2008; dan Megawangi, 2004) adalah kemampuan untuk memecahkan masalah atau kemampuan berkarya menghasilkan sesuatu yang berharga untuk lingkungan sosial, budaya, atau lingkungannya. Anggapan tersebut memberi penekanan bahwa kecerdasan diperoleh tidak hanya dari aspek kognitif saja melainkan juga bisa diperoleh dari aspek afektif dan psikomotor. Selain itu, kemampuan tersebut dapat menciptakan sesuatu atau menawarkan suatu pelayanan yang berharga dalam suatu kebudayaan masyarakat sejalan dengan perkembangan zaman. Menurut Campbell dkk. (2002, hlm. 229), salahsatu penelitian mengenai kecerdasan jamak (multiple intelligences) anak yang dilakukan oleh Howard Gardner, telah menguak tentang kecerdasan manusia yang lebih luas dari pada kepercayaan manusia sebelumnya yang memfokuskan pendidikan hanya pada kecerdasan linguistik dan matematis dalam jumlah yang lebih besar, serta menghasilkan definisi tentang kecerdasan yang pragmatis dan tidak hanya sekedar skor tes standar saja. Seperti Thomas Edison yang dikeluarkan oleh gurunya karena dianggap terlalu bodoh untuk mempelajari apapun dan Albert Einstein yang baru bisa membaca saat umur tujuh tahun, lalu dikelompokkan dengan anak berprestasi rendah. Akan tetapi, kemudian Edison dan Einstein mampu memberikan kontribusi yang amat penting bagi dunia ilmu pengetahuan, walaupun prestasi mereka buruk di kelas. Salah satu penelitian mengenai multiple intelligences dilakukan oleh Campbell sekitar tahun 1984, pada siswa tingkat III-V dan kelas berbagai usia selama enam tahun. Hasilnya yaitu para siswa Campbell tidak hanya mampu menghasilkan skor yang tinggi, tetapi juga peningkatan area yang lain di dalam kehidupan anak-anak. Di Indonesia, multiple intelligences belum berkembang bila dibandingkan dengan

4 di luar negeri, khususnya Amerika. Menurut Hurlock (2012, hlm. 114), perkembangan multiple intelligences biasanya dikembangkan pada periode masa anak-anak, karena pada masa ini dianggap sebagai saat belajar untuk mencapai berbagai keterampilan. Pada masa ini anak senang mengulang hal yang penting untuk belajar keterampilan, berani dan senang mencoba hal-hal baru. Kemampuan yang biasanya dikuasai oleh anak-anak pada masa ini seperti kemampuan untuk membaca, menghitung, mengerti sesuatu, dan lain-lain. Selama periode tersebut anak mengalami perubahan-perubahan baik secara fisik maupun psikologis. Gardner (Armstrong, 2013d, hlm. 23) memaparkan bahwa setiap anak memiliki kedelapan jenis kecerdasan dan dapat mengembangkan semuanya ke tingkat kompetensi yang wajar dan seiring dengan perjalanan menapaki jenjang sekolah, kemungkinan besar anak mulai menetapkan cara belajar yang mengarah pada beberapa kecerdasan saja. Dengan kata lain, anak sudah mulai menunjukkan kecenderungan terhadap kecerdasan-kecerdasan tertentu. Armstrong (2004b, hlm. 17) dalam berbagai penelitiannya menunjukkan bahwa perkembangan dimensi kecerdasan jamak dapat dipacu melalui berbagai stimulasi dari lingkungannya. Senada dengan yang dikemukakan oleh Santrock (2012, hlm. 340) bahwa sebagian besar peneliti menyepakati bahwa genetik dan lingkungan berinteraksi mempengaruhi intelegensi. Hal ini mengindikasikan bahwa tidak hanya sumbangan genetik yang mempengaruhi intelegensi seseorang, pengaruh lingkungan dan stimulasi yang diberikan juga menentukan. Penelitian relevan lainnya yaitu oleh Al Ghraibeh (2012) dengan judul Brain Based Learning and Its Relation with Multiple Intelligences. Hasil penelitiannya menunjukkan bahwa terdapat korelasi yang kuat antara pembelajaran berbasis kemampuan otak dengan kecerdasan jamak terkait dengan pengoptimalan fungsi otak, baik otak kiri maupun otak kanan. Penelitian oleh Bowles (2008) dengan judul Self-rated Estimates of Multiple Intelligences Based on Approaches to Learning. Penelitian ini memberikan hasil bahwa kecerdasan jamak dapat diamati capaiannya melalui berbagai pendekatan pembelajaran. Penelitian Arnold, J. & Carmen (2009) dengan judul Multiple Intelligence Theory and Foreign Language Learning: A Brain-based Perspective, hasil penelitian tersebut

5 menunjukkan bahwa dalam mengaplikasikan teori kecerdasan jamak khususnya untuk menstimulasi kecerdasan verbal-linguistik (pembelajaran bahasa asing) dapat dilakukan dengan berbagai metode / cara. Selanjutnya, penelitian oleh Gardner (1989) yang berjudul Multiple Intelligences Go to School: Educational Implications of the Theory of Multiple, menunjukkan bahwa setiap individu memiliki potensi semua kecerdasan jamak, akan tetapi perkembangannya berbeda-beda. Penelitian yang dilakukan oleh Celik (2012) yang berjudul The Influence of Multiple Intelligences on Teaching Reading in Foreign Language memberikan hasil bahwa pembelajaran dengan menggunakan teori kecerdasan jamak dalam hal membaca dan mempelajari bahasa asing, berpengaruh signifikan dalam pencapaian hasil belajarnya. Penelitian lain berjudul Profil Kecerdasan Jamak Anak Usia TK oleh Agustin (2006), penelitian oleh Rahman (2013) yang berjudul Implementasi Pendekatan BCCT dalam Mengembangkan Kecerdasan Jamak Anak Usia Dini, penelitian yang berjudul Pengembangan Kecerdasan Jamak (Multiple Intelligences) Anak Taman Kanak-Kanak melalui Aktivitas Bermain oleh Purnamasari (2009), dan penelitian yang dilakukan oleh Kuswaya (2010) dengan judul Program Pendidikan untuk Mengembangkan Kecerdasan Jamak Anak di Taman Kanak-Kanak Ananda. Semua penelitian tersebut menunjukkan hasil bahwa kecerdasan anak berbeda-beda dan dapat dikembangkan melalui peroses belajar serta stimulasi yang tepat dari lingkungan. Selanjutnya, penelitian yang berjudul Peranan Orang tua dalam Mengembangkan Multiple Intelligences Anak oleh Setiawati (2010), memberikan hasil bahwa pola asuh orang tua berperan penting dalam mengembangkan kecerdasan jamak anak. Berdasarkan uraian tersebut, maka dilakukan penelitian dengan judul Analisis Potensi Kecerdasan Jamak Siswa SD dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhinya. B. Identifikasi dan Perumusan Masalah Berdasarkan uraian latar belakang masalah, maka dapat dipahami betapa pentingnya penyelenggaraan pendidikan yang bermutu bagi anak usia SD untuk menstimulasi dan mengembangkan berbagai potensi kecerdasan jamak dengan identifikasi permasalahan sebagai berikut:

6 1. Pendidikan anak usia SD selayaknya mendapat perhatian yang serius, karena merupakan fondasi / dasar bagi pengembangan dan terbentuknya sumber daya manusia yang berkualitas. 2. Masa usia anak SD merupakan masa keemasan, di mana potensi kecerdasan jamak dan berbagai aspek perkembangan akan berkembang dengan pesat. Jika pada masa ini anak kurang mendapatkan rangsangan / stimulasi yang positif dan bersifat menyeluruh (holistic) maka perkembangan anak tidak berlangsung optimal. Oleh karena itu, stimulasi awal di masa anak-anak sangat besar manfaatnya terhadap kehidupan anak selanjutnya. Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah bagaimana potensi kecerdasan jamak siswa SD dan faktor-faktor yang mempengaruhinya? Rumusan masalah tersebut dijabarkan ke dalam beberapa pertanyaan penelitian sebagai berikut: 1. Bagaimana profil potensi kecerdasan jamak siswa SD? 2. Apa saja faktor-faktor yang mempengaruhi kemunculan potensi kecerdasan jamak siswa SD? C. Tujuan Penelitian 1. Untuk mengetahui dan menganalisis profil potensi kecerdasan jamak siswa SD 2. Untuk mengetahui dan menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi kemunculan potensi kecerdasan jamak siswa SD D. Manfaat penelitian Penelitian ini diharapkan bermanfaat bagi pihak-pihak terkait baik secara teoritis maupun secara praktis. 1. Manfaat Teoritis a. Hasil penelitian ini dapat memberikan gambaran tentang kecerdasan jamak siswa SD b. Hasil penelitian ini dapat memperkaya sumber informasi yang terkait dengan pengembangan kecerdasan jamak siswa SD 2. Manfaat Praktis a. Hasil penelitian ini dapat dipergunakan oleh guru SD sebagai rujukan dalam membantu mengembangkan potensi kecerdasan jamak siswa SD.

7 b. Hasil penelitian ini dapat dipergunakan oleh peneliti lain sebagai rujukan untuk mengembangkan kecerdasan jamak anak dengan menentukan fokus kajian pada beberapa jenis kecerdasan saja atau mempertimbangkan variabel lainnya untuk mengembangkan kecerdasan jamak anak. E. Struktur Organisasi Guna mengarahkan penelitian Analisis Potensi Kecerdasan Jamak Siswa SD dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhinya menjadi rangkaian tulisan yang berurutan / sistematis, maka penelitian ini direncanakan menjadi lima bab. Setiap bab menjabarkan penjelasan yang mendalam. Bagian dari bab tersebut antara lain. Bab pertama, merupakan pendahuluan yang memaparkan mengenai: latar belakang masalah, identifikasi dan perumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, dan struktur organisasi. Bab kedua, memaparkan tentang kajian pustaka yang menjelaskan beberapa hal seperti: pengertian kecerdasan, teori kecerdasan, pengertian kecerdasan jamak, dimensi kecerdasan jamak, dan faktorfaktor yang mempengaruhi kecerdasan. Bab ketiga, memaparkan tentang metode penelitian. Adapun komponennya antara lain: desain penelitian, teknik pengumpulan data, subyek penelitian, prosedur penelitian, teknik analisis data, dan triangulasi. Bab keempat, memaparkan temuan penelitian dan pembahasan yang mencakup profil kecerdasan jamak siswa SD dan faktor-faktor yang mempengaruhinya. Bab kelima, merupakan rangkaian akhir dalam pembahasan penelitian ini yang berisikan simpulan, implikasi dan rekomendasi.