BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Demam Berdarah Dengue (DBD) atau Dengue Hemorrhagic Fever (DHF) ialah suatu penyakit yang ditularkan melalui gigitan nyamuk Aedes yang telah terinfeksi virus dengue khususnya Aedes aegypti. Terdapat empat jenis serotype virus yang menyebabkan DBD yaitu DEN-1, DEN-2, DEN-3, dan DEN-4. Nyamuk jenis ini umumnya ditemukan di negara dengan iklim tropis dan sub tropis, namun penyebaran mencapai ke seluruh dunia (WHO, 2009). World Health Organization memperkirakan tiga milyar penduduk dunia berisiko terinfeksi dengue dan terjadi sekitar 50-100 juta kasus dengue di dunia tiap tahunnya (WHO, 2014). World Health Organization mencatat Indonesia sebagai negara dengan kasus DBD tertinggi di Asia Tenggara. Pada tahun 2014, Balitbangkes Kemenkes RI melaporkan sampai dengan pertengahan bulan Desember penderita DBD di 34 provinsi di Indonesia sebanyak 71.668 orang, dan 641 diantaranya meninggal dunia. Angka tersebut lebih rendah dibandingkan tahun 2013 dengan jumlah penderita sebanyak 112.511 orang dan jumlah kasus meninggal sebanyak 871 penderita (Depkes RI, 2015). Dinas Kesehatan Provinsi Bali mencatatat pada bulan Januari sampai Maret 2015 di sembilan kabupaten/kota di Bali terdapat 3.778 kasus dan lima orang meninggal akibat DBD dengan kasus terbanyak terjadi di Kabupaten Gianyar. Sedangkan pada tahun 2014 di bulan yang sama tercatat 2.905 kasus DBD dan lima orang meninggal (Wijaya, 2015). 1
Sampai saat ini belum ada obat spesifik untuk membunuh virus dengue serta, belum tersedianya vaksin untuk skala masyarakat membuat insiden DBD terus meningkat. Satu-satu cara yang dapat dilakukan untuk mengurangi insiden ialah pencegahan dengan cara melakukan pemberantasan terhadap vektor nyamuk dewasa ataupun jentiknya (Aulung dkk., 2014). Pencegahan yang biasanya dilakukan dengan 3M Plus, yaitu menguras bak mandi sesering mungkin, mengubur sampah, dan menutup tempat penyimpanan air bersih serta melakukan berbagai macam pencegahan mulai dari menanam tanaman pengusir nyamuk, menaburkan abate (temephos) pada tempat penampungan air, menggunakan obat anti nyamuk, melakukan pengasapan (fogging) di sekitar pemukiman warga, memelihara ikan pemangsa jentik nyamuk, menghindari kebiasaan menggantung pakaian di dalam rumah dan sebagainya (Depkes RI, 2015). Beberapa pencegahan yang dilakukan dirasa kurang efektif, misalnya saja melakukan pengasapan (fogging) yang dapat mengakibatkan keracunan akut, gangguan pada ginjal, dan kelainan janin sebagai akibat dari kandungan obat fogging (Susanto, 2015). Penggunaan obat nyamuk semprot atau lotion yang biasa digunakan pun menimbulkan efek samping polusi udara, iritasi kulit, menimbulkan bau yang menyengat, dan bisa menimbulkan sesak nafas sehingga akan berpengaruh terhadap kesehatan. Selain itu penggunaan abate (temephos) yang sudah digunakan sejak lebih dari 30 tahun dilaporkan sudah mengalami reristensi di beberapa negara seperti Brazil, Bolia, Argentina, Kuba, Karibia, dan Thailand serta di beberapa tempat di Indonesia khususnya di Surabaya (Dwi nugruho, 2011). 2
Sehubungan dengan kejadian tersebut perlu dilakukan suatu usaha untuk membunuh vektor DBD, namun agar tidak menimbulkan efek samping dan resistensi. Salah satu cara yang dapat dilakukan adalah menggunakan larvasida alami. Larvasida alami ialah pestisida yang terbuat dari bahan tumbuhan. Penggunaan larvasida alami memiliki beberapa manfaat yaitu degradasi atau penguraiannya cepat oleh udara atau matahari, mengurangi resiko pencemaran terhadap udara dan air, tidak berbahaya pada manusia serta tidak menimbulkan resistensi terhadap vektor DBD (Dwi nugruho, 2011). Salah satu tanaman yang berkhasiat sebagai larvasida alami adalah serai wangi (Cymbopogon nardus L). Serai wangi sendiri banyak digunakan dalam menambah nafsu makan, menghangatkan badan, menyegarkan napas serta dalam bidang industri dimanfaatkan sebagai parfum, obat, dan desinfektan (Aulung dkk, 2014). Kandungan kimia serai wangi (Cymbopogon nardus L) lebih banyak terdapat pada bagian batang dan daunnya, kandungan dari serai wangi ialah minyak atsiri (esteris) yang terdiri atas senyawa sitral, citronella, geraniol, mirsena, nerol, farnesol methil heptenol dan dipentena. Kandungan citronella dalam serai wangi bersifat racun dehidrasi yang dapat mengakibatkan kematian karena kehilangan cairan terus-menerus (Aulung dkk, 2014). Kandungan yang paling besar yaitu citronella sebesar 35% dan geraniol sebesar 35-40% yang berfungsi sebagai pengusir nyamuk (Dwi nugruho, 2011). Penelitian yang dilakukan oleh Aulung dkk (2014) mengenai Pengaruh Ekstrak Serai Wangi (Cymbopogon nardus L) terhadap Kematian Larva Aedes Aegypti dengan menggunakan konsentrasi 0,2%, 0,4%, 0,6%, 0,8%, dan 1% dan dilakukan pengamatan pada jam ke-2, ke-4 dan ke-24 diperoleh hasil LC 50 pada 3
jam ke-2 dan jam ke-4 adalah 1,09% dan 0,65% sedangkan untuk LC 90 pada jam ke-2 dan jam ke-4 adalah 4,4% dan 2,67%. Menurut penelitian oleh Manurung dkk (2013) mengenai Pengaruh Daya Tolak Perasan Serai Wangi (Cymbopogon nardus) terhadap Gigitan Nyamuk Aedes aegypti dengan menggunakan konsentrasi 1%, 2%, 3%, dan 4% waktu pengamatan lima menit dengan melakukan penyemprotan air perasan serai wangi (Cymbopogon nardus) terhadap kelinci didapatkan hasil pada konsentrasi 1% dan 2% ada sedikit nyamuk Ae.aegypti yang menggigit dengan daya proteksi 78%- 88%, sedangkan pada konsentrasi 3%-4% tidak ada satupun nyamuk Ae. aegypti yang menggigit dengan daya proteksi 100%. Melihat uraian diatas, tingginya insiden DBD di Indonesia serta pencegahan yang dilakukan belum efektif dan timbulnya efek samping yang menggangu, maka diperlukan suatu pencegahan berbasis larvasida alami. Salah satu tanaman yang dapat digunakan adalah serai wangi (Cymbopogon nardus L) karena kandungan nya berupa citronella dan geraniol yang berfungsi sebagai pengusir nyamuk. Oleh karena itu, peneliti ingin mengetahui efektifitas ekstrak etanol serai wangi (Cymbopogon nardus L) sebagai larvasida Ae. aegypti. Untuk menentukan konsentrasi yang efektif, sebelumnya dilakukan uji pendahuluan dengan variasi konsentrasi 0,025%, 0,05%, 0,1%, 0,2%, 0,5% dan 1% yang didapatkan hasil dengan konsentrasi 1% dapat membunuh 76% larva. Berdasarkan hasil tersebut, maka variasi konsentrasi yang digunakan ialah 0,05%, 0,1%, 0,2%, 0,5%, 1% dan 2%. 4
1.2 Rumusan Masalah Berdasarkan uraian latar belakang diatas maka permasalahan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut : 1. Apakah ekstrak etanol serai wangi (Cymbopogon nardus L) dengan konsentrasi 0,05% efektif sebagai larvasida Ae. aegypti? 2. Apakah ekstrak etanol serai wangi (Cymbopogon nardus L) dengan konsentrasi 0,1% efektif sebagai larvasida Ae. aegypti? 3. Apakah ekstrak etanol serai wangi (Cymbopogon nardus L) dengan konsentrasi 0,2% efektif sebagai larvasida Ae. aegypti? 4. Apakah ekstrak etanol serai wangi (Cymbopogon nardus L) dengan konsentrasi 0,5% efektif sebagai larvasida Ae. aegypti? 5. Apakah ekstrak etanol serai wangi (Cymbopogon nardus L) dengan konsentrasi 1% efektif sebagai larvasida Ae. aegypti? 6. Apakah ekstrak etanol serai wangi (Cymbopogon nardus L) dengan konsentrasi 2% efektif sebagai larvasida Ae. aegypti? 1.3 Tujuan Penelitian Adapun tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut: 1.3.1 Tujuan umum Untuk mengetahui efektifitas ekstrak etanol serai wangi (Cymbopogon nardus L) sebagai larvasida Ae. aegypti. 1.3.2 Tujuan khusus 1. Untuk mengetahui apakah ekstrak etanol serai wangi (Cymbopogon nardus L) dengan konsentrasi 0,05% efektif sebagai larvasida Ae. aegypti. 5
2. Untuk mengetahui apakah ekstrak etanol serai wangi (Cymbopogon nardus L) dengan konsentrasi 0,1% efektif sebagai larvasida Ae. aegypti. 3. Untuk mengetahui apakah ekstrak etanol serai wangi (Cymbopogon nardus L) dengan konsentrasi 0,2% efektif sebagai larvasida Ae. aegypti. 4. Untuk mengetahui apakah ekstrak etanol serai wangi (Cymbopogon nardus L) dengan konsentrasi 0,5% efektif sebagai larvasida Ae. aegypti. 5. Untuk mengetahui apakah ekstrak etanol serai wangi (Cymbopogon nardus L) dengan konsentrasi 1% efektif sebagai larvasida Ae. aegypti. 6. Untuk mengetahui apakah ekstrak etanol serai wangi (Cymbopogon nardus L) dengan konsentrasi 2% efektif sebagai larvasida Ae. aegypti. 1.4 Manfaat Penelitian Manfaat yang dapat diperoleh melalui penelitian ini adalah : 1. Memberikan informasi kepada masyarakat mengenai pengendalian vektor DBD dengan menggunakan ekstrak etanol serai wangi (Cymbopogon nardus L). 2. Menambah wawasan dalam bidang medis dan tambahan literatur bagi peneliti. 6