BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Di dalam dokumen Sistem Pendidikan Nasional (2003) disebutkan bahwa pendidikan adalah usaha sadar dan terencana, untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan akhlak mulia serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara. Akan tetapi, dalam mendidik dan mengasuh anak, orang tua bukan hanya perlu mampu mengkomunikasikan fakta, gagasan, dan pengetahuan saja, melainkan membantu menumbuhkembangkan kepribadian anak dengan memberikan bentuk pola asuh yang bersifat mendidik (Riyanto, 2002). Selanjutnya Hurlock (dalam Krisbiantara, 2005) menyatakan ada tiga pola asuh. Pertama pola asuh otoriter, yaitu pola asuh di mana anak harus mengikuti pendapat dan keinginan orang tua. Anak tidak diperkenankan mempunyai pendapat. Kedua, yaitu pola asuh permisif di mana anak diberi kekuasaan dan kebebasan sepenuhnya tanpa dituntut kewajiban tanggung jawab. Orang tua kurang kontrol terhadap perilaku anak dan hanya berperan memberi fasilitas serta kurang berkomunikasi dengan anak. Ketiga, yaitu pola asuh demokratis di mana anak diberikan kebebasan dan kesempatan luas dalam mendiskusikan segala permasalahannya dengan orang tua dan orang tua menganggapi pandangan serta menghargai pendapat anak, keputusan orang tua tetap dipertimbangkan dengan 1
2 anak. Metode-metode tersebut tidak dapat diterapkan salah satu saja, yang berlaku kecenderungan pola-pola asuh, yang berarti pola asuh tertentu yang lebih dominan diterapkan orang tua dalam hubungannya dengan anak. Tindakan orang tua secara langsung menjadi titik tolak teladan anak dengan cara merekam dan mempraktekkanya dalam keseharian, oleh karena itu orang tua dituntut mampu memberi contoh kepada anak sejak dini agar menjadi sebuah kebiasaan yang dapat ditiru dengan baik oleh anak melalui sikap, perbuatan, kepribadian, sopan santun dan kebiasaan yang benar. Di dalam keluarga, orang tua sebagai penanggung jawab keluarga bertugas membentuk sikap kepribadian dan perilaku yang baik, salah satunya melalui membentuk motivasi berprestasi anak agar dapat menjadi pribadi yang mampu berguna bagi sekitarnya. Perbedaan motivasi berprestasi pada setiap individu dipengaruhi oleh banyak faktor. McClelland (dalam Sopah, 1999) mengatakan bahwa pola asuh orang tua mempunyai hubungan dengan motivasi berprestasi. Pendapat yang sama dikemukakan oleh Estwood (dalam Siregar, 2006) yang mengatakan bahwa motivasi berprestasi berhubungan dengan lingkungan sekitarnya seperti orang tua, teman, dan sebagainya. Pengharapan semua orang tua sama bagi anaknya yaitu agar kelak dapat menjadi orang yang mempunyai daya guna bagi diri sendiri dan sekitarnya, terlebih bila anak dapat meraih prestasi tersendiri. Orang tua dalam membentuk motivasi dalam diri anak bukan hal yang mudah bagi orang tua karena motivasi internal anak berasal dari dalam diri anak sendiri. Motivasi merupakan daya
3 penggerak dalam diri seseorang untuk memperoleh keberhasilan dan melibatkan diri dalam berbagai kegiatan di mana keberhasilan terletak pada usaha pribadi dan kemampuan yang dimilikinya. Masing-masing individu memiliki motivasi yang berbeda-beda, ada yang mempunyai motivasi berprestasi tinggi sedangkan ada juga yang kurang memiliki motivasi berprestasi. Motivasi berprestasi adalah daya penggerak psikis di dalam diri yang dapat menimbulkan kegiatan berprestasi, menjamin kelangsungan dan memberikan arah pada kegiatan untuk berprestasi demi tercapainya tujuan, (Winkel dalam Yuli, 2008). Motivasi berprestasi merupakan faktor terpenting dalam dunia belajar karena dapat memberikan semangat terhadap siswa dalam mengikuti kegiatan belajar mengajar dan mampu memberikan petunjuk pada perilaku, serta motivasi berprestasi sangat penting dalam memberikan gairah kepada siswa untuk mencapai prestasi akademik di sekolahnya (Dayakisni, 1998). Lebih lanjut Hurlock (1999) mengungkapkan bahwa motivasi berprestasi dapat memberikan suatu kepuasan bagi siswa, itu merupakan suatu hal yang penting karena dapat memberikan kebanggaan. Pada tanggal 13 Januari 2012, penulis melakukan observasi dan wawancara dengan guru BK yang mengampu siswa kelas VIII di SMP Negeri 28 Semarang. Hasil yang diperoleh menunjukkan bahwa masih terdapat banyak siswa yang menunjukkan masih kurang motivasi berprestasinya dengan contoh apabila siswa diberi tugas dari guru yang sulit dengan tujuan agar siswa mau berusaha dan lebih dapat berkembang, kecenderungan dari siswa tidak mau
4 mencoba dan berusaha, para siswa lebih mengandalkan menyontek hasil pekerjaan teman daripada mengerjakan sendiri, masih rendahnya kemauan siswa dalam mencoba hal yang baru, dan tidak mau mengungkapkan pendapatnya sendiri. Salah satu faktor yang kemungkinan menjadi penyebab ini adalah faktor orang tua dalam memberikan pola pengasuhan yang kurang sesuai bagi anaknya. Pada tanggal 14 Januari 2012, penulis melakukan wawancara dengan enam siswa kelas VIII di SMP Negeri 28 Semarang. Hasil wawancara dengan para siswa kelas VIII di SMP Negeri 28 Semarang diperoleh informasi bahwa cara orang tua mendidik anak berbeda antara satu dengan yang lain. Hal ini terlihat dari beberapa siswa ada yang orang tuanya selalu mengatur jadwal aktivitas sehari-hari yang dikerjakan anaknya, orang tua melakukan pengawasan ketat terhadap anaknya waktu bermain, belajar, dan kegiatan keseharian. Bila anak melanggar maka orang tua akan memarahinya. Namun ada juga orang tua kurang memberikan perhatian dan pengawasan terhadap anak karena orang tua terlalu sibuk dengan urusan pekerjaan dan kecenderungan anak berbuat sesuka hatinya sendiri. Selain itu ada orang tua yang bersikap terbuka pada anak, sering berkumpul bersama, mendampingi anak ketika di rumah, seperti saat belajar, mengerjakan PR dan lain-lain. Dengan pola asuh orang tua yang berbeda tersebut kemungkinan akan memberikan hasil yang berbeda pula pada pendidikan anak dan motivasi berprestasi pada diri anak. Hasil penelitian Aswar pada tahun 2003 yang berjudul Hubungan Pola Asuh Orang Tua dengan Motivasi Berprestasi (Studi Kasus Siswa Kelas 2 SMA Muhammadiyah Se-Kota Malang) menunjukkan bahwa jenis pola asuh orang tua
5 termasuk dalam kategori Authoritarian yaitu sebesar 68,32%, sedangkan tingkat motivasi berprestasi termasuk dalam kategori sedang yaitu sebesar 66,30%. Dari hasil analisis diperoleh Chi square hitung (105,811) > Chi square tabel (5,99) yang berarti semakin positif pola asuh orang tua maka semakin baik motivasi berprestasi pada bidang studi matematika. Dengan koefisien kontingensi C = 0.72 dan C maks. = 0.82 yang berarti derajat hubungan sangat besar. Adapun sumbangan efektif pola asuh orang tua terhadap motivasi berprestasi sebesar 66.34%, sehingga dapat dikatakan bahwa ada hubungan yang sangat signifikan antara pola asuh orang tua dan motivasi berprestasi pada bidang studi matematika. Motivasi berprestasi siswa erat kaitannya dengan motivasi belajar siswa saat di sekolah yang akan menghasilkan sebuah prestasi bagi siswa dan pola asuh orang tua sebagai hubungan dari motivasi belajar siswa maka penulis juga mencantumkan hasil penelitian dari Arif Isnani pada tahun 2010 sebagai hasil penelitian yang bertentangan dengan penelitian sebelumnya berjudul Hubungan antara Pola Asuh Orang Tua dan Motivasi Belajar Siswa dengan Prestasi Belajar Siswa Kelas V Semester I SD Negeri Gugus Kalimasada Kecamatan Kranggan, Kabupaten Temanggung 2010/2011, menyatakan bahwa tidak ada hubungan yang signifikan antara pola asuh orang tua dengan prestasi belajar sedangkan motivasi belajar ada hubungan yang signifikan dengan pretasi belajar siswa karena diperoleh C = 0,263 dengan sig 7,359 < 9,488. Sedangkan analisis korelasi Spearman rho menunjukkan ada hubungan signifikan antara motivasi belajar dengan prestasi belajar siswa karena diperoleh sig: 0,00.
6 Dengan adanya masalah di atas penulis sangat tertarik untuk mengadakan penelitian lebih lanjut mengenai Hubungan Antara Pola Asuh Orang Tua dan Motivasi Berprestasi Siswa Kelas VIII SMP Negeri 28 Semarang Tahun Pelajaran 2011/2012. 1.2. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan, maka perumusan masalah dikemukakan sebagai berikut: Adakah hubungan yang positif signifikan antara Pola Asuh Orang Tua dengan Motivasi Berprestasi Siswa Kelas VIII SMP Negeri 28 Semarang Tahun Pelajaran 2011/2012? 1.3. Tujuan Penelitian Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui signifikansi hubungan antara pola asuh orang tua dan motivasi berprestasi siswa kelas VIII SMP Negeri 28 Semarang tahun pelajaran 2011/2012. 1.4. Manfaat Penelitian 1.4.1. Manfaat Teoritis Bila penelitian ini signifikan maka akan mendukung penelitian yang dilakukan oleh Aswar (2003) yang mengatakan bahwa ada hubungan yang signifikan antara pola asuh orang tua dengan motivasi berprestasi. Dan bila penelitian ini tidak signifikan maka akan mendukung penelitian yang dilakukan oleh Arif Isnani (2010) yang mengatakan bahwa tidak ada hubungan yang
7 signifikan antara pola asuh orang tua dengan prestasi belajar sedangkan prestasi belajar ada hubungan yang signifikan dengan motivasi belajar. 1.4.2. Manfaat Praktis 1) Bagi Siswa Untuk siswa dapat termotivasi dan lebih bersemangat dalam meraih sebuah keberhasilan, tidak mudah merasa puas bila meraih kesuksesan dan tidak mudah putus asa bila sedang mengalami kegagalan. 2) Bagi Sekolah Dapat memberikan informasi bagi para guru mengenai pola asuh, dan motivasi berprestasi siswa sehingga dapat memberikan bimbingan kepada siswa untuk membantu siswa berkembang. 3) Bagi Penulis Hasil penelitian ini diharapkan bagi pihak orang tua dapat memberikan informasi tentang pembentukan motivasi berprestasi pada anak, sehingga orang tua dapat bersikap tepat dalam menerapkan pola asuh terhadap anak agar anak dapat berkembang secara optimal. 1.5. Sistematika Penulisan Adapun sistematika penulisan skripsi sebagai berikut: Bab I. Pendahuluan meliputi Latar Belakang, Rumusan Masalah, Tujuan Penelitian, Manfaat Penelitian, Sistematika Penulisan. Bab II. Landasan Teori meliputi Motivasi Berprestasi, dan Pola Asuh Orang Tua, Hasil-hasil Penelitian yang Berhubungan tentang Pola Asuh Orang Tua dan Motivasi Berprestasi,
8 Hipotesis. Bab III. Metodologi Penelitian meliputi Jenis Penelitian, Subjek Penelitian, Variabel Penelitian, Instrumen Penelitian, Kisi-Kisi Instrumen, Skoring, Teknik Analisis Data, Uji Coba Instrumen. Bab IV. Hasil Penelitian meliputi Pelaksanaan Penelitian, Gambaran Variabel Penelitian, Analisis Dan Hasil Penelitian. Bab V. Penutup meliputi Kesimpulan dan Saran.