PENGARUH BROKEN HOME TERHADAP PERILAKU AGRESIF

dokumen-dokumen yang mirip
I. PENDAHULUAN. Keluarga adalah sekelompok individu yang terdiri dari ayah, ibu, dan anak

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan. Keluarga menjadi tempat pertama seseorang memulai

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Membolos merupakan salah satu perilaku siswa di sekolah yang dapat

BAB IV ANALISIS PERAN GURU BIMBINGAN DAN KONSELING DALAM PEMBINAAN KEDISIPLINAN SISWA DI SMP NEGERI 3 WARUNGASEM KABUPATEN BATANG

BAB I PENDAHULUAN. berperan bagi kehidupan seseorang dikarenakan intensitas dan frekuensinya yang

BAB I PENDAHULUAN. Berbicara tentang pendidikan, maka berbicara pula tentang perkembangan

Definisi keluarga broken home menurut Gerungan (2009:199) adalah:

SM, 2015 PROFIL PENERIMAAN DIRI PADA REMAJA YANG TINGGAL DENGAN ORANG TUA TUNGGAL BESERTA FAKTOR-FAKTOR YANG MEMENGARUHINYA

POLA ASUH KELUARGA BROKEN HOME DALAM PROSES PERKEMBANGAN ANAK DI DESA SUMBEREJO, KECAMATAN MADIUN, KABUPATEN MADIUN ABSTRAK

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. Dari hasil pembahasan pada bab IV, oleh peneliti rumuskan suatu. kesimpulan, kesimpulan umum dan kesimpulan khusus.

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

KONSEP DIRI SISWA YANG BERASAL DARI KELUARGA BROKEN HOME

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB I PENDAHULUAN. asing bisa masuk ke negara Indonesia dengan bebas dan menempati sector-sektor

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. Keluarga adalah satuan sosial yang paling mendasar, dan terkecil dalam

BAB II KAJIAN TEORITIS

BAB I PENDAHULUAN. siswa broken home yang ada di kelas VII SMP Al Khairiyah Surabaya.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

HUBUNGAN ANTARA KEHARMONISAN KELUARGA DENGAN PERILAKU AGRESIF PADA REMAJA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. terdiri dari ayah, ibu, dan anak. Keluarga merupakan sekumpulan orang yang

BAB I PENDAHULUAN. bernilai, penting, penerus bangsa. Pada kenyataannya, tatanan dunia dan perilaku

I. PENDAHULUAN. upaya untuk memberikan pengetahuan, wawasan, keterampilan dan keahlian

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. secara fisik maupun psikologis. Menurut BKKBN (2011 ), keluarga adalah unit

BAB III BEBERAPA UPAYA ORANG TUA DALAM MEMBINA EMOSI ANAK AKIBAT PERCERAIAN. A. Fenomena Perceraian di Kecamatan Bukit Batu

I. PENDAHULUAN. pendidikan formal dan pendidikan nonformal. Pendidikan formal

BAB I PENDAHULUAN. Masa dewasa awal, merupakan periode selanjutnya dari masa remaja. Sama

ITEM VALID (ANGKET KEHARMONISAN KELUARGA ISLAMI) Variabel Sub Variabel Indikator Item Valid Total (+) (-) keluarga

BAB I PENDAHULUAN. juga adalah apa yang dikerjakan oleh organisme tersebut, baik dapat diamati secara langsung

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. bagi setiap kalangan masyarakat di indonesia, tidak terkecuali remaja.

JURNAL HUBUNGAN ANTARA KEHARMONISAN KELUARGA DENGAN PERILAKU AGRESIF SISWA KELAS VII SMP PGRI 1 KEDIRI TAHUN PELAJARAN 2016/2017

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. adalah kekerasan yang terjadi pada anak. Menurut data yang di dapat dari

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. karena adanya hubungan darah, perkawinan atau adopsi dan saling berinteraksi satu sama

BAB I PENDAHULUAN. indah itu adalah masa remaja, karena pada saat remaja manusia banyak

BAB V PEMBAHASAN. mempraktekkannya dalam kehidupan sehari-hari, sehingga mereka dapat

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Keluarga merupakan lingkungan pertama dan terpenting bagi

BAB I PENDAHULUAN. pada siswanya. Kerapkali guru tidak menyadari bahwa jebakan rutinitas seperti duduk, diam,

BAB I PENDAHULUAN. kedudukan yang primer dan fundamental. Pengertian keluarga disini berarti nuclear family

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Berdasarkan hasil penelitian yang penulis laksanakan mengenai hubungan

BAB I PENDAHULUAN. Remaja mengalami peralihan dari masa anak-anak dan menuju masa dewasa. Dalam

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. menimbulkan konflik, frustasi dan tekanan-tekanan, sehingga kemungkinan besar

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat. Di era sekarang perceraian seolah-olah menjadi. langsung oleh Direktorat Jenderal Badan Peradilan Agama Mahkamah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

MENGENAL MODEL PENGASUHAN DAN PEMBINAAN ORANGTUA TERHADAP ANAK

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Manusia adalah makhluk sosial yang selalu membutuhkan orang lain dan

BAB I PENDAHULUAN. anugerah manusia sebagai mahluk sosial, baik secara internal ( sosial untuk

PENTINGNYA PERAN ORANGTUA DALAM UPAYA PENCEGAHAN PENYALAHGUNAAN NARKOBA

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan atau yayasan, orangtua, guru, dan juga siswa-siswi itu sendiri.

BAB IV ANALISIS PENYESUAIAN DIRI REMAJA DALAM ASUHAN IBU TIRI DI DESA KECEPAK BATANG. Diri Remaja dalam Asuhan Ibu Tiri di Desa Kecepak Batang.

BAB I PENDAHULUAN. Sejalan dengan kemajuan zaman banyak dampak yang dialami manusia

POLA ASUH ORANG TUA PADA REMAJA YANG MEMILIKI PERILAKU MEROKOK DI SMPN I MOJOANYAR JABON MOJOKERTO

2016 PROFIL KONSEP DIRI PESERTA DIDIK BROKEN HOME DAN IMPLIKASINYA BAGI LAYANAN RESPONSIF

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. tujuan yang ingin dicapai oleh anak dapat terwujud. Motivasi anak dalam meraih

HUBUNGAN ANTARA PERSEPSI TERHADAP PERCERAIAN ORANG TUA DENGAN OPTIMISME MASA DEPAN PADA REMAJA KORBAN PERCERAIAN. Skripsi

BAB I PENDAHULUAN. yang menjembatani masa kanak-kanak dengan masa dewasa. Pada usia ini individu

BAB I PENDAHULUAN. Proses timbulnya perilaku tersebut ialah ketika seseorang dalam suatu titik. perilaku yang dinamakan perilaku agresif.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. dewasa dikatakan waktu yang paling tepat untuk melangsungkan pernikahan. Hal

BAB III GAMBARAN SUBJEK DAN HASIL PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. keluarga itu adalah yang terdiri dari orang tua (suami-istri) dan anak. Hubungan

BAB I PENDAHULUAN. penuh kedamaian, kesejukan, dan ketenangan lahir batin dalam lingkungan

(Elisabeth Riahta Santhany) ( )

BAB I PENDAHULUAN. masa beralihnya pandangan egosentrisme menjadi sikap yang empati. Menurut Havighurst

STUDY PENANGANAN GURU BK TERHADAP PERILAKU MEMBOLOS SISWA DI SMP KECAMATAN WIYUNG DI KOTA SURABAYA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. dasar perilaku perkembangan sikap dan nilai kehidupan dari keluarga. Salah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. faktor yang secara sengaja atau tidak sengaja penghambat keharmonisan

BAB I PENDAHULUAN. proses pendidikan yang harus dilalui baik pendidikan keluarga maupun

LAYANAN KONSELING INDIVIDU DALAM MENGATASI EMOSI NEGATIF SISWA TUNANETRA DI MAN MAGUWOHARJO. Utik Mukaromah A Said Hasan Basri.

BAB 1 PENDAHULUAN. Remaja merupakan suatu periode yang disebut sebagai masa strum and drang,

BAB I PENDAHULUAN. manusia yang menjembatani masa kanak-kanak dengan masa dewasa

A. LATAR BELAKANG Perselingkuhan dalam rumah tangga adalah sesuatu yang sangat tabu dan menyakitkan sehingga wajib dihindari akan tetapi, anehnya hal

BAB I PENDAHULUAN. hendaknya memiliki kemampuan untuk memberi kesan yang baik tentang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Lingkungan belajar dalam keluarga adalah merupakan lingkungan belajar yang pertama bagi anak untuk mendapatkan

BAB 1 PENDAHULUAN. Masalah yang sering terjadi pada masa remaja yaitu kasus pengeroyokan

BAB I PENDAHULUAN. dapat mendorong dirinya untuk bersikap dan berperilaku baik terhadap

BAB I PENDAHULUAN. memandang remaja itu sebagai kanak-kanak, tapi tidak juga sebagai orang

TAHAP-TAHAP KEHIDUPAN / PERKEMBANGAN KELUARGA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. kemudian dilanjutkan ke tahapan selanjutnya. Salah satu tahapan individu

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Bagi sebagian besar orang, masa remaja adalah masa yang paling berkesan

BAB I PENDAHULUAN. lingkungan sekolah. Perkelahian tersebut sering kali menimbulkan

BAB I PENDAHULUAN. keluargalah semua aktifitas dimulai, keluarga merupakan suatu kesatuan social

LAMPIRAN I GUIDANCE INTERVIEW Pertanyaan-pertanyaan : I. Latar Belakang Subjek a. Latar Belakang Keluarga 1. Bagaimana anda menggambarkan sosok ayah

BAB I PENDAHULUAN. sampai pelanggaran status hingga tindak kriminal (Kartono, 2013:6).

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Hubungan antara Persepsi Anak Terhadap Perhatian Orang Tua dan Intensitas Komunikasi Interpersonal dengan Kepercayaan Diri pada Remaja Difabel

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Wangi Citrawargi, 2014

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan

BAB I PENDAHULUAN. memasuki masa dewasa (Rumini, 2000). Berdasarkan World Health. Organization (WHO) (2010), masa remaja berlangsung antara usia 10-20

BAB I PENDAHULUAN. individu menjadi lebih sehat dalam menjalani kehidupannya menuju proses

BAB I PENDAHULUAN. Mitra Pustaka, 2006), hlm 165. Rhineka Cipta,2008), hlm 5. 1 Imam Musbikiin, Mendidik Anak Kreatif ala Einstein, (Yogyakarta:

BAB I PENDAHULUAN. sumber daya alam. Dalam (Undang-Undang RI No. 20 Tahun 2003) Selain faktor yang berada dalam diri peserta didik, untuk dapat

BAB I PENDAHULUAN. dan seluruh keluarga. Karena tujuan perkawinan adalah untuk memenuhi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Sekolah merupakan salah satu tempat bertumbuh dan berkembangnya

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. bagi kehidupan manusia. Banyak orang mengeluhkan dirinya merasa tidak

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu komponen dalam sistem pendidikan adalah adanya siswa, siswa

Transkripsi:

Jurnal Penelitian Tindakan Bimbingan dan Konseling Vol. 2, No. 1, Januari 2016 ISSN 2442-9775 PENGARUH BROKEN HOME TERHADAP PERILAKU AGRESIF Sukoco KW, Dino Rozano, Tri Sebha Utami Prodi Bimbingan dan Konseling Universitas Pancasakti Tegal, Jawa Tengah Abstrak Tujuan penelitian ini yaitu untuk mengetahui pengaruh broken home pada terhadap perilaku agresif pada peserta didik. Subjek penelitian adalah peserta didik Kelas X IPS yang mempunyai perilaku agresif akibat keluarga broken home ada 3 siswa. Metode pengumpulan datanya menggunakan rekaman arsip, wawancara, dan observasi. Hasil penelitian yaitu terdapat pengaruh broken home terhadap perilaku agresif anak. 2016 Jurnal Penelitian Tindakan Bimbingan dan Konseling Kata Kunci: Broken Home; Perilaku Agresif; Kasus PENDAHULUAN Keluarga adalah tempat pertama dan utama bagi tumbuh kembangnya anak sejak lahir sampai dewasa, oleh karena itu fungsi keluarga menjadi sangat penting untuk diketahui setiap orangtua. Pembinaan kesejahteraan keluarga sangat erat kaitannya dengan pembinaan anak dalam keluarga, oleh karena yang mempunyai peran penentu dalam keluarga perlu diberikan bekal pengetahuan tentang pola asuh anak dalam keluarga. Soekanto (2009) menjelaskan dalam setiap masyarakat manusia, pasti akan dijumpai keluarga batih (nuclar family). Keluarga batih tersebut merupakan kelompok sosial kecil yang terdiri dari suami, istri beserta anak-anaknya yang belum menikah. Keluarga batih tersebut lazimnya juga disebut rumah tangga, yang merupakan unit terkecil dalam masyarakat sebagai wadah dan proses pergaulan hidup. Menurut Kartono (2013), keluarga merupakan unit sosial yang terkecil yang memberikan fondasi primer bagi perkembangan anak. Sedangkan menurut Bustaman keluarga adalah kelompokkelompok orang yang dipersatukan oleh ikatan-ikatan perkawinan darah atau adopsi yang membentuk satu sama lain dan berkaitan dengan melalui peran-peran tersendiri sebagai anggota keluarga dan pertahanan kebudayaan masyarakat yang berlaku dan menciptakan kebudayaan tersendiri. Keutuhan keluarga, di samping ditinjau dari adanya ayah, ibu dan anak, juga dapat dilihat dari sifat hubungan atau interaksi antara anggota keluarga satu sama lain. Ketidakhadiran antara ayah dan ibu di dalam suatu keluarga sangat berpengaruh pada diri anak. Ayah yang terpaksa sering meninggalkan rumah selama beberapa bulan karena suatu pekerjaan atau sebab-sebab lain, menyebabkan tidak adanya hubungan yang baik antara anak dan. Ayah, ibu, dan anak adalah keluarga inti yang merupakan organisasi terkecil dalam kehidupan bermasyarakat. Pada hakikatnya, keluarga merupakan wadah pertama dan utama yang 38

fundamental bagi perkembangan dan pertumbuhan anak. Di dalam keluarga, anak akan mendapatkan pendidikan pertama mengenai berbagai tatanan kehidupan yang ada di masyarakat. Keluargalah yang mengenalkan anak akan aturan agama, etika sopan santun, aturan bermasyarakat, dan aturan-aturan tidak tertulis lainnya yang diharapkan dapat menjadi landasan kepribadian anak dalam menghadapi lingkungan. Keluarga juga yang akan menjadi motivator terbesar yang tiada henti saat anak membutuhkan dukungan dalam menjalani kehidupan. Namun, melihat kondisi masyarakat saat ini, fungsi keluarga sudah mulai tergeser keberadaannya. Semua anggota keluarga khususnya menjadi sibuk dengan aktivitas pekerjaannya dengan alasan untuk menafkahi keluarga. Peran ayah sebagai kepala keluarga menjadi tidak jelas keberadaannya, karena seringkali ayah zaman sekarang bekerja di luar kota dan hanya pulang satu minggu sekali ataupun pergi pagi dan pulang larut malam. Ibulah yang menggantikan peran ayah di rumah dalam mendidik serta mengatur seluruh kepentingan anggota keluarganya. Dalam keluarga yang tidak harmonis sering ditemukan seorang anak yang kehilangan ketauladanan. Orang tua yang diharapkan oleh anaknya sebagai teladan, ternyata belum mampu memperlihatkan sikap dan perilaku yang baik. Akhirnya anak kecewa terhadap nya. Anak merasa gelisah. Mereka tidak betah tinggal di rumah. Keteduhan dan ketenangan merupakan hal yang langka baginya. Maka secara garis besar yang dimaksud broken home ialah keadaan di dalam keluarga dimana tidak terdapat keharmonisan sehingga timbul situasi yang tidak kondusif dan tidak terdapat rasa nyaman dalam sebuah keluarga. Broken Home merupakan kurangnya perhatian dari keluarga atau kurangnya kasih sayang dari sehingga membuat mental seorang anak menjadi frustasi, brutal dan susah diatur dan tidak mempunyai minat untuk berprestasi. Peserta didik yang broken home cenderung berakibat pada rendahnya minat belajar dan berprestasi. Di samping itu broken home juga dapat mempengaruhi jiwa peserta didik, seperti kecenderungan bersikap tidak disiplin, dan melanggar peraturan sekolah. Hal ini dilakukan peserta didik dikarenakan ingin mencari simpati dari teman-teman serta para guru atau lingkungannya. Dari hasil pengamatan dan wawancara dengan guru BK penyebab utama keluarga broken home adalah karena perceraian akibat ketidak dewasaan atau kematian salah satu nya, masalah ekonomi dan yang bekerja di luar kota. Menurut Krahe (2005), bahwa perilaku agresif adalah keinginan menyakiti orang lain untuk mengekspresikan perasaan-perasaan negatif, seperti pada agresi permusuhan, atau keinginan mencapai tujuan yang diinginkan melalui tindakan agresif, seperti dalam agresi instrumental. Pada saat remaja, perilaku agresif yang belum dapat diatasi. Akan semakin lebih berbahaya, karena dapat melanggar hukum dan menjurus perkelahian dan tindakan kekerasan. Lebih khusus lagi pada saat remaja awal, dimana terjadi konflik otoritas dan hubungan dengan teman sebaya yang menguat, maka bentuk-bentuk perilaku agresif seseorang lebih nyata. Untuk itu usaha untuk menciptakan anak usia sekolah dan remaja awal yang dapat mengendalikan diri sangat penting dilakukan. Untuk menyikapi hal semacam ini sekolah perlu memberikan perhatian yang lebih agar peserta didik sadar dan mau berprestasi. Pada umumnya penyebab utama keluarga broken home adalah karena perceraian, kematian dan jarang adanya komunikasi antar anggota keluarga karena kesibukan dalam bekerja di luar daerah maupun di luar negeri sehingga pada saat peserta didik pulang sekolah ternyata di rumah tidak ada yang bisa diajak berbagi dan berdiskusi. Dengan demikian perlu adanya upaya dari pihak sekolah melalui layanan konseling dapat mencegah atau mengurangi perilaku agresif pada peserta didik akibat masalah broken home. Rumusan masalah dalam penelitian ini yaitu bagaimana pengaruh broken home pada orang tua terhadap perilaku agresif pada peserta didik? sedangkan tujuan penelitian ini yaitu untuk mengetahui pengaruh broken home pada terhadap perilaku agresif pada peserta didik. 39

METODE PENELITIAN Dalam penelitian ini pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini kualitatif dengan strategi penelitian studi kasus. Sumber data utama dalam penelitian kualitatif ialah kata-kata, dan tindakan, selebihnya adalah data tambahan seperti dokumen dan lain-lain. Menurut Moleong (2010) sumber dan jenis data dibagi dalam kata-kata dan tindakan, sumber data tertulis, dan statistik. Subjek penelitian adalah peserta didik Kelas X IPS SMA Negeri 4 Kota Tegal Tahun Pelajaran 2014/2015 yang mempunyai perilaku agresif akibat keluarga broken home ada 3 siswa. Metode pengumpulan datanya menggunakan rekaman arsip, wawancara, dan observasi. Dalam menganalisis kasus broken home terhadap perilaku agresif pada peserta didik, peneliti menggunakan dua instrument, yakni observasi dan wawancara langsung. Dalam mengobservasi konseli, peneliti menggunakan pedoman observasi kegiatan belajar dalam kelas. Observasi yang peneliti lakukan adalah observasi tidak langsung, yakni dengan mengamanahkan kepada salah seorang teman kelas konseli (wakil ketua kelas) untuk mengamati konseli di dalam kelas. Sedangkan wawancara dilakukan kepada beberapa informan untuk mendapatkan informasi terkait dengan masalah konseli. HASIL DAN PEMBAHASAN Dari studi awal yang dilakukan diperoleh penjelasan dari guru BK bahwa dari data peserta didik yang bermasalah ditemukan 3 peserta didik yang mempunyai perilaku agresif yang diakibatkan karena keluarganya broken home, yaitu: EM kelas (X is 1), EY (X is 2), VB kelas (X is 4). Tabel 1. Hasil Temuan Penelitian Nama (Inisial) Nama Orang Tua dan Pekerjaan EM Ayah: Sarto Sujotjo Pekerjaan: Wirausaha Ibu: Alm. Kwielien Penyebab Keluarga Broken home -Sibuk Bekerja Kematian Perilaku Agresif Peserta Didik -Mudah Tersinggung -Kurang Motivasi Belajar Penanganan Kasus -Layanan penanganan kasus EY Ayah:Utomo Pekerjaan: Karyawan Ibu:Leny Susanti Pekerjaan: Ibu RT Curiga/ Cemburu -Ibunya Sering marah-marah -Mudah Emosi -Sering Menyendiri -Layanan penanganan kasus VB Ayah:Antonius Sutanto Pekerjaan: Guru Ibu: Veronica Sih sularmi Pekerjaan: Guru -Kesibukan Kedua Orang Tua -Kurang Perhatian - Tidak bisa menahan emosi Layanan penanganan kasus Dari hasil wawancara yang dilakukan peneliti dari beberapa sumber maka dapat peneliti simpulkan bahwa keluarga broken home yang dialami peserta didik yaitu rumah tangga tersebut tidak ada lagi keselarasan arah dan tujuan oleh masing-masing anggota keluarga terutama kedua orang 40

tuanya. Kondisi keluarga yang diwarnai kesibukan dalam keluarga broken home sudah tidak ada kepercayaan satu sama lain anggota keluarga juga jarang berkomunikasi. Peserta didik terdapat beberapa yang memiliki perilaku agresif. Hal ini sesuai dengan penjelasan Bapak Ahmad Albar, S.Pd, selaku guru BK yang mengatakan bahwa dari beberapa peserta didik yang bermasalah di sekolah terdapat 3 peserta didik yang berperilaku agresif, mereka dalam berperilaku selalu tidak peduli dengan lingkungan sekitar, peserta didik yang mengalami perilaku agresif tidak mempunyai motivasi belajar. Berdasarkan hasil data rekaman arsip, hasil wawancara dan hasil observasi menunjukkan pengaruh broken home terhadap perilaku agresif pada peserta didik kelas X IPS secara umum disebabkan karena kesibukan kondisi tersebut sering memicu ketidakpercayaan di dalam anggota keluarga peserta didik dan jarang adanya komunikasi antar anggota keluarga. Sedangkan penyebab lain dari pengaruh broken home pada keluarga peserta didik yaitu karena kecurigaan istri kepada suami karena bekerja di luar kota dan jarang pulang, jarang berkomunikasi. Sedangkan perilaku agresif yang penulis temui pada peserta didik kelas X IPS secara umum mempunyai perilaku yang tidak peduli dengan lingkungan sekitar sehingga peserta didik menjauh dari pergaulan di sekolah dan tidak memiliki motivasi belajar. Adapun tingkat perilaku agresif dari 3 peserta didik yang memiliki perilaku agresif sebagai berikut: 1) EM, mempunyai perilaku agresif antara lain: mudah tersinggung, dan kurang dewasa; 2) EY, mempunyai perilaku sering emosi, tidak peduli dengan lingkungan sekitar dan sering menyendiri ; 3) VB, mempunyai perilaku sering kesal, dan tidak mempunyai motivasi belajar Dalam menangani peserta didik yang berperilaku agresif akibat dari pengaruh broken home yaitu dengan memberikan layanan individu, memanggil atau wali peserta didik, dan bila perlu guru pembimbing melakukan home visit (kunjungan rumah). Hasil setelah dilakukan layanan individu peserta didik dapat menyadari bahwa perilaku agresif yang dilakukan peserta didik tidak bermanfaat tetapi bahkan dapat menjerumuskan peserta didik ke dalam tindakan-tindakan negatif. Selain itu koordinasi dan komunikasi dengan juga dapat memperbaiki hubungan dalam keluarga, peserta didik merasa malu dipanggil ke sekolah sehingga secara tidak langsung saling berkomunikasi satu sama lain agar tidak dipanggil kembali ke sekolah sehingga secara tidak langsung keharmonisan keluarga peserta didik secara perlahan-lahan dapat diperbaiki. Dalam menangani kasus tersebut guru pembimbing belum sampai ke tingkat home visit karena peserta didik sudah mau datang memenuhi panggilan guru BK. SIMPULAN Terdapat pengaruh broken home terhadap perilaku agresif anak, bentuk perilaku agresif dari pengaruh keluarga broken home yaitu tidak peduli pada lingkungan sekitar, peserta didik yang berperilaku agresif tidak memiliki motivasi belajar, tidak saling bertegur sapa dengan teman maupun guru. UCAPAN TERIMAKASIH Terimakasih kepada Dosen Pembimbing I Bapak Drs. Sukoco KW,M.Pd. dan Pembimbing II Bapak Dr. Dino Rozano, M.Pd. serta Kepala Sekolah, Guru BK, Siswa Kelas X IPS SMA Negeri 4 Kota Tegal Tahun Pelajaran 2014/2015. 41

DAFTAR PUSTAKA Jurnal Penelitian Tindakan Bimbingan dan Konseling. Vol. 2, No. 1, Januari 2016 Kartono, Kartini.2013. Patologi Sosial 2 Kenakalan Remaja. Depok : PT. Raja Grafinda Persada. Krahe, Barbara. 2005. Perilaku Agresif. Yogyakarta : PT. Pustaka Belajar Moleong, 2010. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung : PT Remaja Rosdakarya. Soekanto, Soerjono. 2009. Sosiologi Keluarga. Jakarta : PT. Rineka Cipta. 42