SALINAN PERATURAN BUPATI BANYUWANGI NOMOR 41 TAHUN 2012 TENTANG CUTI PEGAWAI NEGERI SIPIL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BANYUWANGI,

dokumen-dokumen yang mirip
Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 1976 tentang Cuti PNS.

BUPATI BANDUNG PERATURAN BUPATI BANDUNG NOMOR : 12 TAHUN 2009 TENTANG

INSTITUT PERTANIAN BOGOR DIREKTORAT SUMBERDAYA MANUSIA PROSEDUR OPERASIONAL BAKU CUTI PNS

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 24 TAHUN 1976 TENTANG CUTI PEGAWAI NEGERI SIPIL PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BERITA DAERAH KOTA BEKASI PERATURAN WALIKOTA BEKASI NOMOR 06 TAHUN 2014 TENTANG CUTI PEGAWAI NEGERI SIPIL DI LINGKUNGAN PEMERINTAH KOTA BEKASI

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA DAERAH KOTA BEKASI

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 24 TAHUN 1976 TENTANG CUTI PEGAWAI NEGERI SIPIL

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA DAERAH KABUPATEN GUNUNGKIDUL ( Berita Resmi Pemerintah Kabupaten Gunungkidul ) Nomor : 19 Tahun : 2014

: 1. Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2014 tentang Aparatur. batan. Menimbang : a Nomor 6, Tambahan Lembaran Negara Republik

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 24 TAHUN 1976 TENTANG CUTI PEGAWAI NEGERI SIPIL PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 24 TAHUN 1976 TENTANG CUTI PEGAWAI NEGERI SIPIL PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

BUPATI LUMAJANG PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN BUPATI LUMAJANG NOMOR 21 TAHUN 2018 TENTANG

CUTI PEGAWAI NEGERI SIPIL

BUPATI PURBALINGGA PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI PURBALINGGA NOMOR 44 TAHUN 2016 TENTANG

Cuti Tahunan. Cuti Sakit. Syarat-syarat Mengajukan Cuti Tahunan

MENTERI AGRARIA DAN TATA RUANG/ KEPALA BADAN PERTANAHAN NASIONAL

KEPUTUSAN KEPALA BAGIAN ORGANISASI SEKRETARIAT DAERAH KABUPATEN LAMONGAN NOMOR : 188 / 110 / / 2013

BUPATI BANYUWANGI PROVINSI JAWA TIMUR SALINAN

: BKPP.800/668ru1/2017. Tata Cara Permintaan dan Pemberian Cuti

SURAT EDARAN NOMOR : 850/576/ /2018 TENTANG TATA CARA PEMBERIAN CUTI PEGAWAI NEGERI SIPIL DI LINGKUNGAN PEMERINTAH KABUPATEN BANYUWANGI

2016, No Nomor 152, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5071); 2. Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2014 tentang Aparatur Sipil Negara

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 24 TAHUN 1976 TENTANG CUTI PEGAWAI NEGERI SIPIL PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN KEPALA BADAN METEOROLOGI, KLIMATOLOGI, DAN GEOFISIKA NOMOR: KEP. 08 TAHUN 2012

BERITA DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN 2002 NOMOR 43 SERI E

Walikota Tasikmalaya

PROSEDUR MUTU PERMINTAAN DAN PEMBERIAN CUTI

BUPATI BULUNGAN SALINAN

BERITA DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN 2012 NOMOR 47 SERI E

MANUAL PROSEDUR CUTI PEGAWAI NEGERI SIPIL

BUPATI POLEWALI MANDAR

SURAT KEPUTUSAN BADAN PELAKSANA HARIAN SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN'AISYIYAH YOGYAICARTA NOMOR

WALIKOTA SALATIGA PERATURAN WALIKOTA SALATIGA NOMOR 12 TAHUN 2013 TENTANG PENDELEGASIAN SEBAGIAN WEWENANG PEMBERIAN CUTI PEGAWAI NEGERI SIPIL

Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia 2013

PERATURAN MENTERI NEGARA PEMBERDAYAAN PEREMPUAN DAN PERLINDUNGAN ANAK REPUBLIK INDONESIA NOMOR 03 TAHUN 2013

NOMOR 4 TAHUN 2012 TENTANG PENYIDIK PEGAWAI NEGERI SIPIL DAERAH KABUPATEN BANYUWANGI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BANYUWANGI,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPALA ARSIP NASIONAL REPUBLIK INDONESIA,

Kepada : SURAT- EDARAN NOMOR: 01/SE/1977 TENTANG PERMINTAAN DAN PEMBERIAN CUTI PEGAWAI NEGERI SIPIL

WALIKOTA PROBOLINGGO

BERITA NEGARA. KEMENTERIAN PEMBERDAYAAN PEREMPUAN DAN PERLINDUNGAN ANAK. Tunjangan. Kinerja Pegawai.

2015, No Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2014 tentang Aparatur Sipil Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 6, Tambahan Le

ARSIP NASIONAL REPUBLIK INDONESIA

BUPATI BANYUWANGI PERATURAN BUPATI BANYUWANGI NOMOR 27 TAHUN 2012 TENTANG

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN DAERAH KOTA MALANG NOMOR 5 TAHUN 2009 TENTANG PENYIDIK PEGAWAI NEGERI SIPIL (PPNS) DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA MALANG,

BUPATI MADIUN PROVINSI JAWA TIMUR SALINAN PERATURAN BUPATI MADIUN NOMOR 20 B TAHUN 2016 TENTANG PEMBERIAN UANG LEMBUR TAHUN ANGGARAN 2017

BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN REPUBLIK INDONESIA

BUPATI BANYUWANGI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BANYUWANGI,

BUPATI BANYUWANGI SALINAN PERATURAN BUPATI BANYUWANGI NOMOR 17 TAHUN 2015 TENTANG PENGHASILAN KEPALA DESA DAN PERANGKAT DESA DI KABUPATEN BANYUWANGI

CUTI PNS BADAN KEPEGAWAIAN NEGARA. ( PP Nomor 24 Tahun 1976 ) Direktorat Peraturan Perundang-undangan

WALIKOTA SURABAYA, (PERWALI.HONORER.PERUBAHAN.2008.gafar)

PERATURAN MENTERI PERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR PM 90 TAHUN 2014 TENTANG HARI DAN JAM KERJA DI LINGKUNGAN KEMENTERIAN PERHUBUNGAN

BUPATI MOJOKERTO PERATURAN BUPATI MOJOKERTO NOMOR %3 TAHUN 2013 TENTANG

BERITA DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN 2015 NOMOR 19

BUPATI LUMAJANG PROVINSI JAWA TIMUR

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN REPUBLIK INDONESIA

BERITA DAERAH KOTA BEKASI NOMOR : SERI : E PERATURAN WALI KOTA BEKASI NOMOR 42 TAHUN 2017 TENTANG

KEPALA ARSIP NASIONAL REPUBLIK INDONESIA,

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BUPATI BANYUWANGI PERATURAN BUPATI BANYUWANGI NOMOR 12 TAHUN 2012 TENTANG

WALIKOTA YOGYAKARTA PERATURAN WALIKOTA YOGYAKARTA NOMOR 3 TAHUN 2013 TENTANG

BUPATI TANGERANG PROVINSI BANTEN PERATURAN BUPATI TANGERANG NOMOR 92 TAHUN 2015 TENTANG

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA MALANG,

BERITA DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN 2017 NOMOR 3

2 Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1974 tentang Pokok- Pokok Kepegawaian (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1974 Nomor 55, Tambahan L

MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 41 TAHUN 2015 TENTANG

2016, No Lingkungan Kementerian Lingkungan Hidup sudah tidak sesuai dengan perkembangan yang ada; d. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana

MEMUTUSKAN : Menetapkan : PERATURAN BUPATI TENTANG TATA CARA PENANGANAN PERMASALAHAN HUKUM DI LINGKUNGAN PEMERINTAH KABUPATEN BANYUWANGI.

- 1 - DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 32 TAHUN 1979 TENTANG PEMBERHENTIAN PEGAWAI NEGERI SIPIL PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

MODUL KEPEGAWAIAN. Jakarta, 18 Juli 2017

BUPATI TANGERANG PROVINSI BANTEN PERATURAN BUPATI TANGERANG NOMOR 74 TAHUN 2016

PERATURAN MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : P.5/Menhut-II/2013 TENTANG

BERITA DAERAH KOTA BEKASI

2014, No Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 1976 tentang Cuti Pegawai Negeri Sipil (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1976 Nomor 57,

BUPATI BANDUNG BARAT

SURAT EDARAN Nomor: SE 3559 /MK.1/2009

BUPATI BANYUWANGI PROVINSI JAWA TIMUR SALINAN PERATURAN BUPATI BANYUWANGI NOMOR 39 TAHUN 2016 TENTANG

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPALA BADAN KEPENDUDUKAN DAN KELUARGA BERENCANA NASIONAL,

BUPATI BANYUWANGI PROVINSI JAWA TIMUR SALINAN PERATURAN BUPATI BANYUWANGI NOMOR 15 TAHUN 2016 TENTANG PROGRAM PEMBENTUKAN PRODUK HUKUM DAERAH

MENTERI KOORDINATOR BIDANG PEREKONOMIAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN NOMOR 1 TAHUN 2015 TENTANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BERITA NEGARA. No.868, 2013 KEMENTERIAN HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA. Hukuman Disiplin. Penindakan Administratif. Pedoman. Pencabutan.

Nomor : 800 / 17 -Dukum/Bapegdikltda Banjarbaru, 9 Januari 2012

, No.1901 Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2003 No

MENTERI RISET, TEKNOLOGI, DAN PENDIDIKAN TINGGI REPUBLIK INDONESIA

BUPATI BANYUWANGI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BANYUWANGI

BUPATI BANYUWANGI PROVINSI JAWA TIMUR SALINAN

2 6. Peraturan Pemerintah Nomor 41 Tahun 2007 tentang Organisasi Perangkat Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 89, Tambahan Le

STANDAR PELAYANAN PADA JENIS PELAYANAN PEMBERIAN CUTI PNS DI KABUPATEN BLORA

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI TANGERANG,

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BNPB. Tunjangan Kinerja. Pemberian. Tata Cara.

- 1 - PERATURAN BUPATI BERAU NOMOR 1 TAHUN 2014 TENTANG

BUPATI GARUT PROVINSI JAWA BARAT

SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 41/PMK.01/2011 TENTANG

BUPATI TEMANGGUNG PERATURAN BUPATI TEMANGGUNG NOMOR 68 TAHUN 2009 TENTANG

BUPATI BANYUWANGI PROVINSI JAWA TIMUR SALINAN PERATURAN BUPATI BANYUWANGI NOMOR 10 TAHUN 2017 TENTANG

RANCANGAN PERATURAN MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR: 45/Permentan/OT.140/4/2014

Transkripsi:

1 BUPATI BANYUWANGI BUPATI BANYUWANGI SALINAN PERATURAN BUPATI BANYUWANGI NOMOR 41 TAHUN 2012 TENTANG CUTI PEGAWAI NEGERI SIPIL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BANYUWANGI, Menimbang : a. bahwa dalam rangka meningkatkan efektivitas dan kelancaran pelayanan administrasi kepegawaian terutama pemberian izin cuti bagi pegawai negeri sipil, perlu mengatur tata cara pemberian izin cuti, dan pendelegasian sebagian kewenangan Bupati dalam pemberian cuti bagi pegawai negeri sipil dimaksud; b. bahwa Keputusan Bupati Banyuwangi Nomor 89 tahun 2002 tentang Pengaturan dan Pendelegasian Wewenang Pemberian Cuti Pegawai Negeri Sipil di Lingkungan Pemerintah Kabupaten Banyuwangi, dipandang sudah tidak sesuai dengan kebutuhan dan perkembangan sehingga perlu ditinjau kembali; c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud pada huruf a dan huruf b, perlu menetapkan Peraturan Bupati tentang Cuti Pegawai Negeri Sipil. Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1974 tentang Pokok-Pokok Kepegawaian (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1974 Nomor 38, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3041) sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 43 Tahun 1999 (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 169, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3041); 2. Undang Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Tahun 2004 Nomor 125, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4437) sebagaimana telah diubah kedua kalinya dengan Undang-undang Nomor 12 Tahun 2008 (Lembaran Negara Tahun 2008 Nomor 59, Tambahan Lembaran Negara Nomor4844); 3. Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011 tentang Pembentukan Peraturan Perundang-Undangan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2011 Nomor 22, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5234);

2 4. Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 1976 tentang Cuti Pegawai Negeri Sipil (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1976 Nomor 57, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3039); 5. Peraturan Pemerintah Nomor 79 Tahun 2005 tentang Pedoman Pembinaan dan Pengawasan Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2005 Nomor 165, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4593); 6. Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2007 tentang Pembagian Urusan Pemerintahan antara Pemerintah, Pemerintahan Daerah Provinsi, dan Pemerintahan Daerah Kabupaten/Kota (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 82, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 4737); 7. Peraturan Pemerintah Nomor 53 Tahun 2010 tentang Disiplin Pegawai Negeri Sipil (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2010 Nomor 74, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5135); 8. Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 1 Tahun 2007 tentang Pengesahan, Pengundangan dan Penyebarluasan Peraturan Perundang- Undangan; 9. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 53 Tahun 2011 tentang Pembentukan Produk Hukum Daerah; 10. Peraturan Daerah Kabupaten Banyuwangi Nomor 3 Tahun 2009 tentang Urusan Pemerintahan Yang Menjadi Kewenangan Pemerintah Kabupaten Banyuwangi (Lembaran Daerah Tahun 2010 Nomor 1/E); 11. Peraturan Daerah Kabupaten Banyuwangi Nomor 6 Tahun 2011 tentang Organisasi Perangkat Daerah Kabupaten Banyuwangi (Lembaran Daerah Tahun 2011 Nomor 1/D); 12. Peraturan Bupati Banyuwangi Nomor 58 Tahun 2011 tentang Rincian Tugas, Fungsi dan Tata Kerja Badan Kepegawaian dan Diklat Kabupaten Banyuwangi (Berita Daerah Kabupaten Banyuwangi Tahun 2011 Nomor 25/D). Memperhatikan : Surat Edaran Kepala Badan Administrasi Kepegawaian Negara Nomor 01/SE/1977 tanggal 25 Pebruari 1977 tentang Permintaan dan pemberian Cuti Pegawai Negeri Sipil. MEMUTUSKAN: Menetapkan : PERATURAN BUPATI TENTANG CUTI PEGAWAI NEGERI SIPIL.

3 BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 Dalam Peraturan Bupati ini yang dimaksud dengan: 1. Pemerintah Kabupaten adalah Pemerintah Kabupaten Banyuwangi; 2. Bupati adalah Bupati Banyuwangi. 3. Badan Kepegawaian dan Diklat adalah Badan Kepegawaian dan Diklat Kabupaten Banyuwangi. 4. Kewenangan adalah kekuasaan yang melekat pada suatu jabatan. 5. Pendelegasian adalah pelimpahan wewenang dan tanggung jawab dari pejabat ke pejabat lain atau pejabat dibawahnya. 6. Cuti adalah keadaan tidak masuk kerja yang diizinkan dalam jangka waktu tertentu. 7. Pegawai Negeri Sipil yang selanjutnya disingkat PNS adalah setiap warga negara Republik Indonesia yang telah memenuhi syarat yang telah ditentukan, diangkat oleh pejabat yang berwenang dan diserahi tugas dalam suatu jabatan negeri, atau diserahi tugas negara lainnya dan digaji berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku. BAB II MAKSUD DAN TUJUAN Pasal 2 (1) Peraturan Bupati ini disusun dengan maksud: a. meningkatkan efektivitas dan kelancaran dalam pelayanan administrasi kepegawaian terutama pemberian izin cuti bagi PNS; b. mendelegasikan sebagian tugas, wewenang dan tanggung jawab Bupati kepada pejabat yang ditunjuk. (2) Peraturan Bupati ini disusun dengan tujuan: a. menjamin kesehatan jasmani dan rokhani setiap PNS; b. memberikan pedoman dalam memberikan izin cuti bagi PNS; c. memberikan jaminan kepastian terhadap hak-hak kepegawaian PNS; d. mewujudkan tertib administrasi kepegawaian terutama dalam pemberian izin cuti PNS. BAB III RUANG LINGKUP Pasal 3 Ruang lingkup Peraturan Bupati ini mencakup pengaturan cuti PNS dan pendelegasian sebagian kewenangan Bupati dalam pemberian izin cuti bagi PNS.

4 Cuti PNS terdiri dari: 1. Cuti Tahunan; 2. Cuti Besar; 3. Cuti sakit; 4. Cuti bersalin; 5. Cuti karena alasan penting; dan 6. Cuti di luar tanggungan Negara. BAB IV PENGATURAN CUTI Bagian Kesatu Jenis Cuti Pasal 4 Bagian Kedua Cuti Tahunan Pasal 5 (1) PNS yang telah bekerja sekurang-kurangnya 1 (satu) tahun secara terus menerus berhak atas cuti tahunan; (2) Lamanya cuti tahunan adalah 12 (dua belas) hari kerja; (3) Cuti tahunan tidak dapat dipecah-pecah hingga jangka waktu yang kurang dari 3 (tiga) hari kerja; (4) Untuk mendapatkan cuti tahunan PNS yang bersangkutan mengajukan permohonan secara tertulis kepada Bupati; (5) Cuti tahunan diberikan secara tertulis oleh Bupati. Pasal 6 Cuti tahunan yang akan dijalankan di tempat yang karena keadaan geografisnya sulit dijangkau, maka jangka waktu cuti tahunan tersebut dapat ditambah untuk paling lama 14 (empat belas) hari. Pasal 7 (1) Cuti tahunan yang tidak diambil dalam tahun yang bersangkutan, dapat diambil dalam tahun berikutnya untuk paling lama 18 (delapan belas) hari kerja termasuk cuti tahunan dalam tahun yang sedang berjalan; (2) Cuti tahunan yang tidak diambil lebih dari 2 (dua) tahun berturutturut, dapat diambil dalam tahun berikutnya untuk paling lama 24 (dua puluh empat) hari kerja termasuk cuti tahunan dalam tahun yang sedang berjalan.

5 Pasal 8 (1) Cuti tahunan dapat ditangguhkan pelaksanaannya oleh Bupati untuk paling lama 1 (satu) tahun, apabila kepentingan dinas mendesak; (2) Cuti tahunan yang ditangguhkan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat diambil dalam tahun berikutnya selama 24 (dua puluh empat) hari kerja termasuk cuti tahunan dalam tahun yang sedang berjalan. Pasal 9 PNS yang menjadi guru pada sekolah dan dosen pada perguruan tinggi yang mendapat liburan menurut peraturan perundang-undangan yang berlaku, tidak berhak atas cuti tahunan. Bagian Ketiga Cuti Besar Pasal 10 (1) PNS yang telah bekerja sekurang-kurangnya 6 (enam) tahun secara terus menerus berhak atas cuti besar yang lamanya 3 (tiga) bulan. (2) PNS yang menjalani cuti besar tidak berhak lagi atas cuti tahunannya dalam tahun yang bersangkutan. (3) Untuk mendapatkan cuti besar, PNS yang bersangkutan mengajukan permohonan secara tertulis kepada Bupati. (4) Cuti besar diberikan secara tertulis oleh Bupati. Pasal 11 Cuti besar dapat digunakan oleh PNS yang bersangkutan untuk memenuhi kewajiban agama. Pasal 12 Cuti besar dapat ditangguhkan pelaksanaannya oleh Bupati untuk paling lama 2 (dua) tahun, apabila kepentingan dinas mendesak. Pasal 13 Selama menjalankan cuti besar, PNS yang bersangkutan menerima penghasilan penuh. Bagian Keempat Cuti Sakit Pasal 14 Setiap PNS yang menderita sakit berhak atas cuti sakit.

6 Pasal 15 (1) PNS yang sakit selama 1 (satu) atau 2 (dua) hari berhak atas cuti sakit dengan ketentuan bahwa ia harus memberitahukan kepada atasannya. (2) PNS yang sakit lebih dari 2 (dua) hari sampai dengan 14 (empat belas) hari berhak atas cuti sakit dengan ketentuan harus mengajukan permohonan secara tertulis kepada Bupati dengan melampirkan surat keterangan dokter. (3) PNS yang menderita sakit lebih dari 14 (empat belas) hari berhak cuti sakit dengan ketentuan bahwa PNS yang bersangkutan harus mengajukan permohonan secara tertulis kepada Bupati dengan melampirkan surat keterangan dokter. (4) Surat Keterangan dokter sebagaimana dimaksud pada ayat (3) antara lain menyatakan tentang perlunya diberikan cuti, lamanya cuti dan keterangan lain yang dipandang perlu. (5) Cuti sakit sebagaimana dimaksud pada ayat (3) diberikan paling lama 1 (satu) tahun. (6) Jangka waktu cuti sakit sebagaimana pada ayat (5) dapat ditambah paling lama 6 (enam) bulan apabila dipandang perlu berdasarkan surat keterangan dokter. (7) PNS yang tidak sembuh dari penyakitnya dalam jangka waktu sebagaimana dimaksud pada ayat (5) dan/atau ayat (6), harus diuji kembali kesehatannya oleh dokter yang ditunjuk. (8) Apabila berdasarkan hasil pengujian kesehatan sebagaimana dimaksud pada ayat (7) PNS yang bersangkutan belum sembuh dari penyakitnya, maka diberhentikan dengan hormat dari jabatannya karena sakit dengan mendapat uang tunggu berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Pasal 16 (1) PNS wanita yang mengalami keguguran kandungan berhak atas cuti sakit paling lama satu setengah bulan. (2) Untuk mendapatkan cuti sakit sebagaimana dimaksud pada ayat (1), PNS wanita yang bersangkutan mengajukan permohonan secara tertulis kepada Bupati dengan melampirkan surat keterangan dokter atau bidan. Pasal 17 PNS yang mengalami kecelakaan dalam dan oleh karena menjalankan tugas kewajibannya, berhak atas cuti sakit sampai ia sembuh dari penyakitnya.

7 Pasal 18 Selama menjalankan cuti sakit sebagaimana dimaksud dalam pasal 15, pasal 16 dan pasal 17, PNS yang bersangkutan menerima penghasilan penuh. Pasal 19 (1) Cuti sakit sebagaimana dimaksud dalam pasal 15, pasal 16 dan pasal 17, kecuali yang dimaksud dalam pasal 15 ayat (1) diberikan secara tertulis oleh Bupati. (2) Cuti sakit sebagaimana dimaksud dalam Pasal 15 ayat (1) cukup dicatat oleh pejabat yang mengurus kepegawaian. Bagian Kelima Cuti Bersalin Pasal 20 (1) Untuk persalinan anaknya yang pertama, kedua dan ketiga, PNS wanita berhak atas cuti bersalin. (2) Untuk persalinan anaknya yang keempat dan seterusnya, kepada PNS wanita diberikan cuti diluar tanggungan negara. (3) Lamanya cuti bersalin sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2) adalah 1 (satu) bulan sebelum dan 2 (dua) bulan sesudah persalinan. Pasal 21 (1) Untuk mendapatkan cuti bersalin, PNS wanita yang bersangkutan mengajukan permohonan secara tertulis kepada Bupati. (2) Cuti bersalin diberikan secara tertulis oleh Bupati. Pasal 22 Selama menjalankan cuti bersalin PNS wanita yang bersangkutan menerima penghasilan penuh. Bagian Keenam Cuti Karena Alasan Penting Pasal 23 Yang dimaksud dengan cuti karena alasan penting adalah cuti karena: a. Ibu, bapak, isteri/suami, anak, adik, kakak, mertua, atau menantu sakit keras atau meninggal dunia; b. salah seorang anggota keluarga sebagaimana dimaksud pada huruf a meninggal dunia dan menurut ketentuan hukum yang berlaku PNS yang bersangkutan harus mengurus hak-hak dari anggota keluarganya yang meninggal dunia tersebut; c. melangsungkan perkawinan yang pertama; d. alasan penting lainnya yang ditetapkan kemudian oleh Bupati.

8 Pasal 24 (1) PNS berhak atas cuti karena alasan penting. (2) Lamanya cuti karena alasan penting ditentukan paling lama 2 (dua) bulan. Pasal 25 (1) Untuk mendapatkan cuti karena alasan penting, PNS yang bersangkutan mengajukan permohonan secara tertulis kepada Bupati dengan menyebutkan alasan-alasannya. (2) Cuti karena alasan penting diberikan secara tertulis oleh Bupati. (3) Dalam hal yang mendesak, sehingga PNS yang bersangkutan tidak dapat menunggu keputusan dari Bupati, maka pejabat yang tertinggi di tempat PNS yang bersangkutan bekerja dapat memberikan izin sementara untuk menjalankan cuti karena alasan penting. (4) Pemberian izin sementara sebagaimana dimaksud pada ayat (3) harus segera diberitahukan kepada Bupati oleh pejabat yang memberikan izin sementara. (5) Bupati setelah menerima pemberitahuan sebagaimana dimaksud pada ayat (4) memberikan cuti karena alasan penting kepada PNS yang bersangkutan. Pasal 26 Selama menjalankan cuti karena alasan penting, PNS yang bersangkutan menerima penghasilan penuh. Bagian Ketujuh Cuti Di Luar Tanggungan Negara Pasal 27 (1) Kepada PNS yang telah bekerja sekurang-kurangnya 5 (lima) tahun secara terus-menerus, karena alasan-alasan pribadi yang penting dan mendesak dapat diberikan cuti di luar tanggungan Negara. (2) Cuti di luar tanggungan Negara dapat diberikan paling lama 3 (tiga) tahun. (3) Jangka waktu cuti di luar tanggungan Negara sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dapat diperpanjang paling lama 1 (satu) tahun apabila ada alasan-alasan yang penting. Pasal 28 (1) Cuti di luar tanggungan Negara mengakibatkan PNS yang bersangkutan dibebaskan dari jabatannya, kecuali cuti di luar tanggungan Negara sebagaimana dimaksud dalam Pasal 20 ayat (2). (2) Jabatan yang menjadi lowong karena pemberian cuti di luar tanggungan Negara dengan segera dapat diisi.

9 Pasal 29 (1) Untuk mendapatkan cuti di luar tanggungan Negara, PNS yang bersangkutan mengajukan permohonan secara tertulis kepada Bupati disertai dengan alasan-alasannya. (2) Cuti di luar tanggungan Negara diberikan dengan menerbitkan surat keputusan Bupati. Pasal 30 (1) Selama menjalankan cuti di luar tanggungan Negara, PNS yang bersangkutan tidak berhak menerima penghasilan dari Negara. (2) Selama menjalankan cuti di luar tanggungan Negara, tidak diperhitungkan sebagai masa kerja PNS. Pasal 31 PNS yang tidak melaporkan diri kembali kepada instansi induknya setelah habis masa menjalankan cuti di luar tanggungan Negara diberhentikan dengan hormat sebagai PNS. Pasal 32 PNS yang melaporkan diri kepada instansi induknya setelah habis masa menjalankan cuti di luar tanggungan Negara, maka: a. apabila ada lowongan ditempatkan kembali; b. apabila tidak ada lowongan, maka pimpinan instansi yang bersangkutan melaporkannya kepada Bupati untuk kemungkinan ditempatkan pada instansi lain; c. apabila penempatan sebagaimana dimaksud pada huruf b tidak memungkinkan, maka PNS yang bersangkutan diberhentikan dari jabatannya dengan mendapat hak-hak kepegawaian menurut peraturan perundang-undangan yang berlaku. Bagian Kedelapan Lain-lain Pasal 33 (1) PNS yang sedang menjalankan cuti tahunan, cuti besar, dan cuti karena alasan penting, dapat dipanggil kembali bekerja apabila kepentingan dinas mendesak. (2) Dalam hal terjadi sebagaimana dimaksud pada ayat (1), maka jangka waktu cuti yang belum dijalankan tetap menjadi hak PNS yang bersangkutan. Pasal 34 Dalam hal Bupati menganggap perlu, segala macam cuti PNS dapat ditangguhkan.

10 Pasal 35 Untuk menjamin kelancaran pelaksanaan tugas kedinasan, maka pemberian cuti bagi PNS dalam waktu bersamaan hanya dapat diberikan sebanyak-banyaknya 1/3 (satu per tiga) dari jumlah kekuatan pegawai yang ada di lingkungan kerjanya. BAB V PENDELEGASIAN KEWENANGAN Pasal 36 Bupati dalam menerbitkan dan menandatangani surat izin cuti bagi PNS, dapat mendelegasikan sebagian kewenangannya kepada pejabat yang ditunjuk. Pasal 37 (1) Sebagian kewenangan Bupati dalam menerbitkan dan menandatangani surat izin cuti bagi PNS didelegasikan kepada Sekretaris Daerah, bagi: a. PNS yang mengajukan cuti besar dan cuti karena alasan penting; b. Kepala Satuan Kerja Perangkat Daerah. (2) Penerbitan dan penandatangan surat izin cuti sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan setelah mendapatkan persetujuan Bupati. (3) Sebagian kewenangan Bupati dalam menerbitkan dan menandatangani surat izin cuti bagi PNS selain sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a, didelegasikan kepada Kepala Satuan Kerja Perangkat Daerah bagi pejabat atau staf di lingkungan kerjanya. Pasal 38 Tembusan permohonan dan surat izin cuti dikirim ke Badan Kepegawaian dan Diklat Kabupaten Banyuwangi. Pasal 39 Kewenangan untuk menerbitkan dan menandatangani surat izin cuti di luar tanggungan negara tidak di delegasikan. BAB VI LAPORAN PERTANGGUNGJAWABAN Pasal 40 (1) Pejabat yang ditunjuk sebagaimana dimaksud dalam pasal 37 melaporkan dan mempertanggungjawabkan pelaksanaan pendelegasian kewenangan kepada Bupati secara berkala atau sewaktu-waktu dibutuhkan; (2) Pelaporan dan pertanggungjawaban secara berkala sebagaimana dimaksud pada ayat (1) disampaikan kepada Bupati setiap 6 (enam) bulan sekali.

11 BAB VII PENUTUP Pasal 41 Pada saat Peraturan Bupati ini mulai berlaku, Keputusan Bupati Banyuwangi Nomor 89 Tahun 2002 tentang Pengaturan dan Pendelegasian Wewenang Pemberian Cuti Pegawai Negeri Sipil di Lingkungan Pemerintah Kabupaten Banyuwangi, dicabut dan dinyatakan tidak berlaku. Pasal 42 Peraturan Bupati ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan. Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan pengundangan Peraturan Bupati ini dengan penempatannya dalam Berita Daerah Kabupaten Bayuwangi. Ditetapkan di Banyuwangi Pada tanggal 4 Oktober 2012 BUPATI BANYUWANGI Diundangkan di Banyuwangi Pada tanggal 4 Oktober 2012 SEKRETARIS DAERAH KABUPATEN BANYUWANGI Ttd. H. ABDULLAH AZWAR ANAS Ttd. Drs. H. SLAMET KARIYONO, M.Si. Pembina Utama Muda NIP 19561008 198409 1 001 BERITA DAERAH KABUPATEN BANYUWANGI TAHUN 2012 NOMOR 30/E.