BAB I PENDAHULUAN. Daerah (SKPD) di lingkungan Pemerintah Daerah. Perubahan pendekatan

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan akuntansi sektor publik di Indonesia semakin pesat

BAB I PENDAHULUAN. reformasi dapat dinilai kurang pesat, pada saat itu yang lebih mendapat perhatian

BAB I PENDAHULUAN. Era reformasi dan pelaksanaan otonomi daerah yang lebih luas, mengakibatkan semakin kuatnya tuntutan masyarakat terhadap

BAB I PENDAHULUAN. pesat dengan adanya era reformasi dalam pelaksanaan kebijakan pemerintah

BAB I PENDAHULUAN. daerah dan penyelenggaraan operasional pemerintahan. Bentuk laporan

BAB I PENDAHULUAN. kinerjanya kepada publik. Pemerintah merupakan entitas publik yang harus

BAB I PENDAHULUAN. melalui Otonomi Daerah. Sejak diberlakukannya Undang-Undang No.22 tahun

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Seiring dengan berjalannya reformasi dibidang keuangan, maka perlu

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

1.1. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan akuntansi sektor publik di Indonesia semakin pesat

BAB 1 PENDAHULUAN. pemerintah pusat maupun pemerintah daerah. arah dan tujuan yang jelas. Hak dan wewenang yang diberikan kepada daerah,

BAB I PENDAHULUAN. pemerintahan yang baik (good government governance), telah mendorong

BAB I PENDAHULUAN. satunya perbaikan terhadap pengelolaan keuangan pada instansi-instansi pemerintah.

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Objek Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. Undang-Undang No. 17 Tahun 2003 pasal 32 ayat 1 dan 2 tentang keuangan

SKRIPSI ANALISA PENERAPAN SISTEM AKUNTANSI KEUANGAN DAERAH PADA BADAN KEPEGAWAIAN DAERAH KOTA PADANG WINDA PUSPITA SARI FAKULTAS EKONOMI

BAB I PENDAHULUAN. Seiring dengan perkembangan tuntutan masyarakat terhadap terselenggaranya

BAB I PENDAHULUAN. perubahan mendasar dengan diterapkan Undang-Undang Nomor 32 tahun 2004

BAB I PENDAHULUAN. pemerintah daerah merupakan suatu tuntutan yang perlu direspon oleh

BAB I PENDAHULUAN. Sejak diberlakukannya Otonomi Daerah di Indonesia, Pemerintah Daerah

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Pemerintah daerah diberi kewenangan untuk penyelenggaraan pengelolaan

BAB I PENDAHULUAN. pemerintahan yang baik (good governance government). Good governance. yang sejalan dengan prinsip demokrasi dan pasar yang efisien.

BAB I PENDAHULUAN. pemerintahan yang baik (good governance government), telah mendorong

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. Berlakunya Undang-Undang no 22 tahun 1999 dan Undang-Undang no 25

BAB I PENDAHULUAN. menjadi isu yang sangat penting di pemerintahan Indonesia. Salah satu kunci

BAB I PENDAHULUAN. sebagai dasar pengambilan keputusan. Oleh karena itu pemerintah diharuskan

BAB I PENDAHULUAN. Keinginan untuk mewujudkan good governance merupakan salah satu

BAB I PENDAHULUAN. pengelolaan keuangan Daerah yaitu dengan menyampaikan laporan

BAB I PENDAHULUAN. Seiring perkembangan Akuntansi Sektor Publik di Indonesia, maka wujud

BAB I PENDAHULUAN. atau memproduksi barang-barang publik. Organisasi sektor publik di Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. pemerintahan yang baik (good government governance), telah mendorong

BAB I PENDAHULUAN. Pelaporan keuangan sektor publik khususnya laporan keuangan. pemerintah adalah wujud dan realisasi pengaturan pengelolaan dan

BAB I PENDAHULUAN. dan fungsinya yang didasarkan pada perencanaan strategis yang telah ditetapkan.

BAB I PENDAHULUAN. daerah merupakan tujuan penting dalam reformasi akuntansi dan administrasi


BAB I PENDAHULUAN. penerimaan dan pengeluaran yang terjadi dimasa lalu (Bastian, 2010). Pada

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Meningkatnya tuntutan masyarakat terhadap penyelenggaraan

BAB I PENDAHULUAN. Tuntutan reformasi di segala bidang yang didukung oleh sebagian

BAB II LANDASAN TEORI. Peraturan Pemerintah Nomor 71 tahun 2010 tentang. maka Peraturan Pemerintah Nomor 24 tahun 2005 tentang Standar Akuntansi

BAB I PENDAHULUAN. No. 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara, dan UU No. 15 Tahun 2004

BAB I PENDAHULUAN. Good governace merupakan function of governing, salah satunya

BAB 1 PENDAHULUAN. pemerintahan yang baik (good government governance), telah mendorong

BAB 1 PENDAHULUAN. yang dapat diraih melalui adanya otonomi daerah.indonesia memasuki era otonomi

BAB I PENDAHULUAN. Otonomi daerah yang sedang bergulir ini merupakan bagian dari adanya

BAB I PENDAHULUAN. Dalam rangka mewujudkan tata kelola yang baik (good governance),

BAB I PENDAHULUAN. Mardiasmo (2004) mengatakan, instansi pemerintah wajib melakukan

BAB I PENDAHULUAN. sebagai manajemen maupun alat informasi bagi publik. Informasi akuntansi

BAB I PENDAHULUAN. tata kelola yang baik diperlukan penguatan sistem dan kelembagaan dengan

BAB I PENDAHULUAN. penyelenggaran pemerintahan yang baik (good governance), salah. satunya termasuk negara Indonesia. Pemerintahan yang baik adalah

BAB I PENDAHULUAN. pencatatan single-entry. Sistem double-entry baru diterapkan pada 2005 seiring

AKUNTANSI, TRANSPARANSI DAN AKUNTABILITAS KEUANGAN PUBLIK (SEBUAH TANTANGAN) OLEH : ABDUL HAFIZ TANJUNG,

BAB I PENDAHULUAN. Good Government Governance merupakan function of governing. Salah

BAB I PENDAHULUAN. pemerintahan yang baik (good government governance), telah mendorong

BAB I PENDAHULUAN. pengelolaan keuangan yang diatur dalam Undang-Undang Nomor 23 Tahun. transparansi dan akuntabilitas pengelolaan keuangan negara.

BAB I PENDAHULUAN. berbagai hal, salah satunya pengelolaan keuangan daerah. Sesuai dengan Undang-

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah Penelitian. Selama ini pemerintahan di Indonesia menjadi pusat perhatian bagi

BAB I PENDAHULUAN. Keuangan Negara dan Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang

BAB I PENDAHULUAN. keuangan negara. Hal ini diindikasikan dengan telah diterbitkannya Undangundang

BAB I PENDAHULUAN. Organisasi sektor publik adalah organisasi yang bertujuan untuk

BAB I PENDAHULUAN. untuk mengatur dan mengurus sendiri urusan pemerintahan. Hal ini sesuai dengan Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang

BAB I PENDAHULUAN. untuk mensejahterakan masyarakat, tidak dipergunakan untuk kepentingan masingmasing

BAB I PENDAHULUAN. otonomi daerah yang merupakan hak, wewenang dan kewajiban daerah

BAB I PENDAHULUAN. otonomi daerah, pengelolaan keuangan sepenuhnya berada di tangan pemerintah

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Akuntabilitas merupakan salah satu unsur pokok perwujudan good governance yang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Reformasi di berbagai bidang yang sedang berlangsung di Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. pertanggungjawaban, serta pengawasan yang benar-benar dapat dilaporkan dan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. setempat sesuai dengan peraturan perundang-undangan yaitu Undang-Undang

BAB 1 PENDAHULUAN. dibangku perkuliahan. Magang termasuk salah satu persyaratan kuliah yang

BAB 1 PENDAHULUAN. disebut dengan Good Governance. Pemerintahan yang baik merupakan suatu

BAB 1 PENDAHULUAN. sektor publik diakhiri dengan proses pertanggungjawaban publik, proses inilah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Ghia Giovani, 2015

BAB I PENDAHULUAN. pengelolaan dan pertanggungjawaban, maka dalam era otonomi daerah sekarang ini

BAB I PENDAHULUAN. pun berlaku dengan keluarnya UU No. 25 tahun 1999 yang telah direvisi UU No. 33 Tahun

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Undang-undang (UU) No. 22 Tahun 1999 tentang Pemerintah Daerah

BAB I PENDAHULUAN. Akuntanbilitas publik merupakan kewajiban pihak pemegang amanah (agent) untuk

I. PENDAHULUAN. Penyelenggaraan pemerintahan sesuai Undang-Undang (UU) Nomor 32. berdasarkan asas otonomi dan tugas pembantuan.

BAB I PENDAHULUAN. berkualitas yang dihasilkan dari suatu sistem informasi. Informasi yang

BAB 1 PENDAHULUAN. Indonesia telah memasuki masa pemulihan akibat krisis ekonomi yang

BAB I PENDAHULUAN. yang mensyaratkan bentuk dan isi laporan pertanggungjawaban pelaksanaan

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia telah menyebar ke seluruh pelosok negeri dan telah merambah

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. memperhatikan asas keadilan, kepatutan dan manfaat untuk masyarakat

BAB I PENDAHULUAN. mencatat desentralisasi di Indonesia mengalami pasang naik dan surut seiring

BAB I PENDAHULUAN. dengan Good Government Governance (GGG). Mekanisme. penyelenggaraan pemerintah berasaskan otonomi daerah tertuang dalam

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan teknologi dan ekonomi, sudah pasti disemua negara di dunia

BAB I PENDAHULUAN. Penerapan teknologi informatika didalam penunjang kinerja Pemerintah

BAB I PENDAHULUAN. lemah dan pada akhirnya laporan keuangan yang dihasilkan juga kurang

BAB I PENDAHULUAN. Hakekat dari otonomi daerah adalah adanya kewenangan daerah yang lebih

BAB 1 PENDAHULUAN. Bab ini akan membahas mengenai latar belakang penelitian, rumusan

BAB I PENDAHULUAN. untuk menerapkan akuntabilitas publik. Akuntabilitas publik dapat diartikan sebagai bentuk

BAB I PENDAHULUAN. yang sering disebut good governance. Pemerintahan yang baik ini. merupakan suatu bentuk keberhasilan dalam menjalankan tugas untuk

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Salah satu upaya konkrit untuk mewujudkan transparansi dan akuntabilitas

BAB I PENDAHULUAN. telah mendorong pemerintah untuk menerapkan akuntabilitas publik.

BAB I PENDAHULUAN. Hal tersebut seiring dengan fenomena yang terjadi dalam perkembangan

BAB I PENDAHULUAN. menguatnya tuntutan akuntabilitas atas organisasi-organisasi publik tersebut,

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Upaya peningkatan dan perbaikan dibidang penyajian pelaporan keuangan daerah semakin hari semakin bertambah semangatnya. Upaya reformasi dibidang pemerintahan terus menggelora hingga saat ini. Upaya mewujudkan pemerintahan yang bersih dan berwibawa terus digaungkan. Tetapi hingga kini upaya reformasi penyajian pelaporan keuangan daerah nampaknya belum dapat dilaksanakan sepenuhnya oleh pemerintah daerah maupun di jajaran Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) di lingkungan Pemerintah Daerah. Perubahan pendekatan akuntansi pemerintah daerah dari single entry menuju double entry merupakan perubahan yang cukup revolusioner. Disisi lain, publikasi laporan keuangan oleh pemerintah daerah melalui surat kabar, internet, atau cara lain nampaknya belum menjadi hal yang umum bagi sebagian daerah. Dalam mengelola keuangan daerah, pemerintah daerah menggunakan Sistem Akuntansi Keuangan Daerah (SAKD) yang sesuai dengan Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 2005 Tentang Standar Akuntansi Keuangan dan Peraturan Pemerintah Nomor 58 Tahun 2005 Tentang Pengelolaan Keuangan yang bertujuan untuk memberikan informasi dalam pertanggungjawaban penggunaan dana. 1

2 Beberapa karakteristik akuntansi keuangan daerah yang harus dipertimbangkan dalam pengembangan sistem akuntansi keuangan daerah adalah : a. Kebijakan akuntansi yang akan diterapkan (berhubungan dengan asset/kekayaan, kewajiban, modal, pelaporan dll), b. Perlakuan akuntansi untuk berbagai hal (pendapatan, belanja/ pengadaan, pembentukkan dana cadangan, penerimaan dan pengeluaran pembiayaan), c. Kode rekening yang berlaku standar, d. AKIP e. Perlu diciptakan formulir-formulir standar. Pada dasarnya Pemerintah Daerah telah berupaya untuk menyusun laporan keuangan dengan menggunakan sistem akuntansi keuangan daerah yang diharapkan mampu mewujudkan tercapainya transparansi dan akuntabilitas.pengembangan sebuah sistem yang tepat untuk dapat di implementasikan di daerah menghasilkan suatu sistem akuntansi keuangan daerah yang diharapkan dapat mengganti sistem akuntansi.dengan Sistem Akuntansi Keuangan Daerah (SAKD) diharapkan transparansi dan akuntabilitas yang diharapkan dalam pengelolaan keuangan daerah dapat tercapai (Halim, 2010). Adapun manfaat penerapan sistem akuntansi keuangan daerah berdasarkan Standar Akuntansi Pemerintahan (2005 : 11) adalah bertujuan untuk meningkatkan akuntabilitas dan keandalan pengelolaan keuangan pemerintah melalui penyusunan dan pengembangan standar akuntansi pemerintahan. Berdasarkan hasil survey, diketahui bahwa Pemerintah Kota Medan adalah Pemerintah Kota di Sumatera Utara yang berhasil menetapkan APBD 2013 tepat

3 waktu.pemerintah Kota Medan adalah salah satu pemerintah daerah di Sumatera Utara yang menerapkan SIMDA melalui kerjasama dengan BPKP Perwakilan Sumatera Utara.Kerjasama asistensi penyusunan Sistem Akuntansi Keuangan Daerah (SAKD) antara BPKP Perwakilan Sumatera Utara dengan Pemko Medan dalam menerapkan aplikasi SIMDA keuangan secara penuh dimulai sejak tahun anggaran 2009.Pada tahun 2007 SIMDA belum dapat diterapkan karena praktek penganggaran dan penatausahaan keuangan di Pemko Medan belum sesuai dengan Permendagri 13/2006 dan Permendagri 59/2007.Tahun 2008, SIMDA diterapkan dalam taraf merekam/menginput kembali atas transaksi manual yang telah dilakukan melalui penganggaran, penatausahaan dan pelaporan. Dalam rangka implementasi Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2006, yang selanjutnya disebut dengan Permendagri 21 Tahun 2011, tentang pedoman pengelolaan keuangan daerah, maka setiap pemerintah daerah harus dapat mempersiapkan diri untuk melakukan pengelolaan keuangan daerah sesuai dengan peraturan yang telah ditetapkan. Untuk keberhasilan pelaksanaan Permendagri 21 tersebut, maka setiap pemerintah daerah diharuskan untuk melakukan pembenahan diri baik dalam sumber daya manusia (SDM) maupun dalam hal lainnya yang berkaitan dengan pelaksanaan tersebut. Dari aktivitas penginputan kembali transaksi manual ke dalam SIMDA, diketahui banyak hal yang perlu diperbaiki oleh Pemko Medan agar praktik pengelolaan keuangan daerah sesuai dengan aturan yang ada.tahun 2009 SIMDA mulai secara utuh diterapkan dalam pengelolaan keuangan daerah dan berlanjut ke Tahun Anggaran 2013 dan 2014.

4 Dewasa ini, akuntabilitas publik juga menjadi kajian dan fokus bahasan yang marak.tuntutan akuntabilitas telah menjadi tema sentral yang disuarakan masyarakat konsumen, lembaga-lembaga non-pemerintah, mahasiswa, maupun masyarakat awam di Indonesia kepada pemerintah, wakil-wakil rakyat di DPR/DPRD, perusahaan-perusahaan negara maupun swasta, serta berbagai institusi negara. Menurut Kluvers (2010), seseorang itu bertanggung jawab (accountable) jika ia berkewajiban menjawab pertanyaan atas kebijakan serta tindakan-tindakan yang bersumber dari otoritas untuk melakukan sesuatu perbuatan atas nama individu, kelompok orang atau institusi tertentu (sebagai agen pemberi otoritas atau principal). Berawal dari konsep akuntabilitas seperti itulah, maka penyediaan informasi yang relevan menggambarkan kinerja (performance) sektor publik yang esensial bagi sektor publik dalam memberikan pertanggungjawaban akan segala aktivitasnya kepada semua pihak yang berkepentingan. Fenomena yang terjadi dalam pengembangan sektor publik di Indonesia dewasa ini adalah menguatnya tuntutan akuntabilitas atas lembaga-lembaga publik, baik di pusat maupun daerah.akuntabilitas dapat diartikan sebagai bentuk kewajiban mempertanggungjawabkan keberhasilan atau kegagalan pelaksanaan misi organisasi dalam mencapai tujuan dan sasaran yang telah ditetapkan sebelumnya, melalui suatu media pertanggungjawaban secara periodik. Dimensi akuntabilitas publik meliputi akuntabilitas hukum dan kejujuran, akuntabilitas manajerial, akuntabilitas program, akuntabilitas kebijakan, dan akuntabilitas finansial. Terkait akuntabilitas, kita dapat menemukan adanya aturan

5 mengenai Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (LAKIP) sebagaimana diatur dalam Instruksi Presiden (Inpres) No. 7/1999 serta Keputusan Lembaga Administrasi Negara (LAN) No. 598/IX/6/Y/99 juncto Keputusan Kepala LAN No. 239/IX/6/8/2003. Namun demikian, mekanisme akuntabilitas sebagaimana diatur oleh sejumlah peraturan tersebut belum memenuhi kriteria akuntabilitas publik. Mekanisme akuntabilitas yang diatur dalam LAKIP hanya ditujukan secara internal kepada atasan saja serta hanya mengukur sejauhmana target yang sudah ditetapkan telah tercapai dalam rangka pelaksanaan misi organisasi. Pada pelaksanaan penggunaan APBD terdapat beberapa permasalahan yang terjadi dilapangan meliputi : 1. Adanya ketidakpatuhan terhadap ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku dan Kepatuhan terhadap Perundang-undangan. 2. Laporan Keuangan Pemerintah Daerah yang disampaikan untuk diperiksa melalui Sekretaris Daerah Langkat belum menyajikan laporan keuangan secara lengkap yang terdiri dari Neraca Daerah, Laporan Realisasi Anggaran, Laporan Arus Kas, dan Catatan atas Laporan Keuangan. 3. Proses penyusunan laporan keuangan masih dilakukan secara terpusat oleh Bagian Keuangan Sekretariat Daerah Pemerintah Daerah. Untuk itu setiap SKPD harus menyusun dan melakukan konsolidasi pada Sekretariat Daerah Pemerintah Daerah. 4. Pembukuan dan penyusunan Laporan Keuangan Pemerintah Pemerintah Daerah masih menggunakan sistem pembukuan tunggal (single entry) dengan

6 dasar kas (cash basis), yang belum sepenuhnya mengacu kepada Peraturan Pemerintah Nomor 58 Tahun 2005 tentang Pengelolaan dan Pertanggungjawaban Keuangan Daerah dan Permendagri Nomor 59 Tahun 2007 tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah yaitu menganut pembukuan ganda (double entry book keeping) dan akrual basis yang dimodifikasi (acrual basis modified). Akuntabilitas publik yang seharusnya dibangun dalam pandangan para pakar sebagaimana dikutip oleh Callahan (2007) adalah akuntabilitas publik yang tidak hanya ditujukan secara internal (pemerintah atasan saja) tetapi juga ditujukan kepada para pemangku kepentingan lainnya seperti masyarakat.selain itu, mekanisme akuntabilitas publik juga tidak hanya ditujukan untuk mengukur kinerja, tetapi juga dapat memantau perilaku dari pejabat publik agar sesuai dengan etika dan aturan hukum yang berlaku. Salah satu masalah yang sangat kritis diperhatikan oleh sebagian besar masyarakat adalah akuntabilitas keuangan.akuntabilitas keuangan bagi pemerintah (khususnya pemerintah daerah) memberikan arti bahwa aparatur pemerintah wajib mempertanggungjawabkan setiap rupiah uang rakyat yang ada dalam anggaran belanjanya yang bersumber dari penerimaan pajak dan retribusi. Format baru yang perlu dikembangkan dan diterapkan oleh pemerintah daerah agar terciptanya pemerintah yang bersih dan good governance adalah dengan cara adanya akuntabilitas dari penyelenggaraan pemerintahan. Salah satu bagian dari akuntabilitas yang dapat diciptakan oleh aparatur pemerintah daerah adalah dengan adanya akuntabilitas keuangan daerah. Akuntabilitas keuangan daerah

7 akan tercapai adalah dengan dilaksanakannya sistem akuntansi keuangan daerah yang baru yang sesuai dengan paradigma good governance, dimana akuntabilitas merupakan kunci dalam mewujudkan good governance. Beberapa kali terjadi pernyataan ketidakpuasan atas kepemimpinan kepala daerah dalam melakukan manajemen pelayanan publik maupun penggunaan anggaran daerah.melihat pengalaman di negara-negara maju, ternyata dalam pelaksanaannya, keingintahuan masyarakat tentang akuntabilitas pemerintahan tidak dapat dipenuhi hanya oleh informasi keuangan saja.masyarakat ingin tahu lebih jauh apakah pemerintah yang dipilihnya telah beroperasi dengan ekonomis, efisien dan efektif. Menurut Gade (2002) salah satu fungsi akuntansi pemerintah adalah akuntabilitas, yaitu mempertanggungjawabkan pengurusan keuangan Negara, Seiring dengan pemberlakuan Peraturan Pemerintah Nomor 58 Tahun 2005 Tentang pengelolaan keuangan daerah maka tuntutan akuntabilitas sektor publik lebih tertuju kepada pemerintahan daerah. Disamping itu dalam Peraturan Pemerintah Nomor 7 Tahun 2008 Tentang Dekonsentrasi dan Tugas Pembantuan pasal 30 bahwa aspek akuntabilitas terdiri dari laporan realisasi anggaran, neraca, catatan atas laporan keuangan, dan laporan barang. Dimana laporan realisasi anggaran, neraca dan catatan atas laporan keuangan tersebut dihasilkan oleh sistem akuntansi keuangan daerah. Agar akuntabilitas sektor publik terjamin, diperlukan sistem akuntansi, karena sistem akuntansi merupakan pendukung terciptanya pengelolaan keuangan daerah yang transparan, adil, efektif dan efisien.dengan diterapkannya Sistem

8 Akuntansi Keuangan Daerah (SAKD) diharapkan akuntabilitas dalam pengelolaan keuangan dapat tercapai khususnya akuntabilitas pada SKPD, dimana laporan keuangan SKPD merupakan dasar laporan keuangan pemerintah daerah. Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh Renovator (2004) tentang peran sistem akuntansi keuangan daerah dalam mewujudkan akuntabilitas keuangan pemerintah daerah Jawa Barat, menunjukkan bahwa dengan adanya penerapan sistem akuntansi keuangan daerah, maka akan tercipta akuntabilitas laporan keuangan Pemerintah Daerah. Akan tetapi, hasil penelitian menunjukkan bahwa Provinsi Jawa Barat belum sepenuhnya melakukan penyusunan laporan keuangan daerah dengan mengikuti Standar Akuntansi Pemerintah, penyampaian laporan pertanggungjawaban keuangan pemerintah yang memenuhi prinsipprinsip tepat waktu. Dalam hal ini, Pemerintah Kota Medan sedang melakukan pendekatan akuntabilitas publik terhadap masyarakat Pemerintah Kota Medan.Dalam pendekatan akuntabilitas publik, kebebasan informasi merupakan kewajiban lembaga atau badan publik untuk menyebarluaskan produk kebijakan, aturan, rencana, dan hasil itu sebagai pengetahuan untuk mengikuti penyelenggaraan negara yang transparan dan berpola umpan balik. Pada Pemerintah Kota Medan, hal tersebut dapat dilihat berdasarkan UU No.14/2008, tentang Keterbukaan Informasi Publik, dimana UU tersebut memudahkan masyarakat untuk dapat mengakses segala informasi publik. Dokumen-dokumen seperti rincian APBD, Laporan Keterangan Pertanggungjawaban (LKPJ) Wali Kota, serta BUMD kini dapat diakses oleh masyarakat luas. Disamping itu, pada tahun 2012 dan 2013,

9 dalam pemeriksaan laporan keuangan, pelaporan keuangan daerah Pemerintah Kota Medan memperoleh opini Wajar Tanpa Pengecualian dari BPK RI Perwakilan Provinsi Sumatera Utara. Penelitian ini meneliti pengaruh Penerapan Sistem Akuntansi Keuangan Daerah (SAKD) terhadap Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Daerah (AKIP) dengan Aktivitas Pengendalian sebagai Variabel Moderating (Studi Kasus Pemerintah Kota Medan). Penelitian ini berbeda dengan penelitian sebelumnya yaitu Soleha (2011) dengan judul Pengaruh Penerapan Sistem Akuntansi Keuangan Daerah dan Aktivitas Pengendalian terhadap Akuntabilitas Keuangan SKPD di Pemerintahan Provinsi Banten. Perbedaan utama dan mendasar yaitu: 1. Independen variabel penelitian ini adalah Penerapan Sistem Akuntansi Keuangan Daerah (SAKD). 2. Penelitian ini menggunakan variabel moderating yaitu Aktivitas pengendalian sedangkan pada penelitian sebelumnya variabel tersebut sebagai variabel independen. 3. Penelitian ini dilakukan pada SKPD dilingkungan Pemerintah Kota Medan sedangkan pada penelitian sebelumnya dilakukan di Pemprov Banten. Berdasarkan dari uraian tersebut di atas, penulis tertarik untuk mengetahui bagaimana pengaruh penerapan sistem akuntansi keuangan daerah terhadap akuntabilitas publik, maka peneliti melakukan analisis dan penelitian untuk dengan judul Pengaruh Penerapan Sistem Akuntansi Keuangan Daerah (SAKD) terhadap Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Daerah (AKIP)

10 dengan Aktivitas Pengendalian sebagai Variabel Moderating (Studi Kasus Pemerintah Kota Medan). 1.2.Rumusan Masalah Apakah Penerapan Sistem Akuntansi Keuangan Daerah (SAKD) berpengaruh terhadap Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Daerah (AKIP) dengan Aktivitas Pengendalian sebagai Variabel Moderating (Studi Kasus Pemerintah Kota Medan). 1.3.Tujuan Penelitian Adapun tujuan penelitian adalah untuk mengetahui apakah pengaruh penerapan Sistem Akuntansi Keuangan Daerah (SAKD) terhadap Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Daerah (AKIP) dengan Aktivitas Pengendalian sebagai Variabel Moderating (Studi Kasus Pemerintah Kota Medan). 1.4.Manfaat Penelitian Urgensi penelitian ini, yaitu: 1. Mengetahui pengaruh penerapan Sistem Akuntansi Keuangan Daerah (SAKD) terhadap Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Daerah (AKIP) dengan Aktivitas Pengendalian sebagai Variabel Moderating (Studi Kasus Pemerintah Kota Medan). 2. Bagi Pemerintah agar dapat melakukan perbaikan dan pembenahan dalam sistem penatausahaan dan pertanggungjawaban pada masing-masing SKPD. 3. Bagi akademisi, hasil penelitian ini bisa dijadikan referensi dan bahan kajian lebih lanjut dalam pengembangan ilmu Akuntansi Sektor Publik.

11 4. Bagi penelitian selanjutnya, hasil penelitian ini bisa digunakan sebagai bahan pijakan selanjutnya untuk meneliti tingkat efektivitas sistem penatausahaan dan pertanggungjawaban SKPD. Selain itu juga bisa digunakan untuk mengetahui pelaksanaan operasional dan kinerja satuan kerja perangkat daerah di Indonesia.