Kapal Karam Setelah beberapa hari lamanya baik matahari maupun bintang-bintang tidak kelihatan, dan angin badai yang dahsyat terus-menerus mengancam kami, akhirnya putuslah segala harapan kami untuk dapat menyelamatkan diri kami. (Kisah Para Rasul 27:20 TB) 1. Paulus adalah seorang pemimpin agama di Yerusalem yang tidak percaya bahwa Yeshua adalah Mesias. Dia melakukan apa saja untuk menganiaya pengikut Yeshua dan menjebloskan mereka ke dalam penjara. Tetapi hidup Paulus berubah total sejak dia bertemu dengan Tuhan dalam perjalanannya menuju Damaskus. Sejak saat itu, Paulus mulai mengajar Injil serta memberitakan Yeshua dari satu tempat ke tempat lain. Tetapi tidak seperti Paulus, para pemimpin agama di kota Yerusalem tidak percaya bahwa Yeshua adalah Mesias yang dijanjikan Tuhan sebelumnya. Tadinya Paulus adalah salah satu anggota kita, tetapi sekarang dia mengajarkan kebohongan, kata mereka satu dengan yang lain. Kita harus menghentikan dia! Paulus ditahan dan dimasukkan ke dalam penjara. Para pemimpin agama itu ingin agar Paulus diadili karena telah mengajarkan kebohongan, tetapi Paulus tahu kalau dia tidak melakukan kesalahan apa pun. Kaisarlah yang akan menentukan apakah aku akan diadili, bukan para pemimpin agama ini, kata Paulus kepada Festus, gubernur Yudea. (Tahukah kamu bahwa nama Yesus dalam Bahasa Ibrani adalah Yeshua? Nama lengkap Yesus adalah Yehoshua, yang berarti Tuhan adalah Keselamatanku.)!1
2. Oleh karena Paulus adalah warga negara Roma maka Festus setuju untuk mengirimnya ke Roma. Permintaanmu untuk naik banding kami penuhi. Kami akan mengirim engkau ke Kaisar." Festus menyerahkan Paulus dan beberapa tahanan lainnya kepada seorang perwira Romawi bernama Yulius. Yulius bertugas membawa para tahanan itu dengan kapal ke Roma. Sambil berdiri di atas geladak kapal, dia menghitung jumlah para tahanan. Satu, dua, tiga, empat Aku tidak mau kalian melompat dari kapal dan melarikan diri, katanya kepada para tahanan itu. Kapal itu meninggalkan Kaisarea dan berlayar menuju pelabuhan Mira. Ketika sedang berkumpul di bawah geladak kapal, para tahanan itu berbincang-bincang tentang Paulus. Aku dengar mereka mengirimkan ratusan prajurit untuk menangkapnya, kata seorang tahanan. Dia pasti biang onar. Untung saja, Paulus adalah seorang warga Roma, kata seorang tahanan lainnya. Kalau tidak, para pemuka agama itu pasti sudah memerintahkan dia untuk dihukum mati. Para tahanan itu menganggukkan kepala mereka. Semua orang di Yerusalem tahu bahwa para pemuka agama itu membenci Paulus karena dia mengajarkan bahwa Yeshua adalah Mesias. 3. Yulius berjalan mondar mandir di dermaga pelabuhan Mira sambil memeriksa kapalkapal yang ada di situ. Ketika itu musim dingin hampir tiba dan gelombang laut mulai mengganas. Yulius memandang awan-awan abu-abu kelam itu sambil mengerutkan keningnya. Aku harus mencari kapal yang lebih besar lagi, katanya. Kapal muatan gandum pasti akan jauh lebih aman dan cepat bila dibandingkan dengan kapal kecil yang membawa mereka dari Kaisarea. Aku membawa serombongan prajurit dan tahanan, teriak Yulius kepada para awak kapal itu. Apakah masih ada tempat lagi di kapal muatan ini? Kami punya tempat, kata sang kapten kapal. Dia bergegas menuruni tangga kapal untuk menemui Yulius. Yulius membeli tiket untuk perjalanan itu dan memerintahkan Paulus dan tahanan lain untuk masuk ke dalam kapal. Kapten kapal itu ingin cepat-cepat meninggalkan Mira. Saat itu Roma sedang mengalami kekurangan makanan, dan Kaisar telah menawarkan banyak uang untuk orang-orang yang mau mengantarkan gandum di sepanjang musim dingin yang berbahaya itu. Lepaskan talinya, perintah sang kapten. Kita akan berlayar ke Roma!!2
4. Kapal muatan itu berlayar meninggalkan pelabuhan Mira melewati Laut Tengah menuju Roma. Tiba-tiba cuaca berubah dan angin bertiup semakin kencang. Paulus dan Yulius berdiri di atas geladak kapal sambil memandang langit. Aku tidak suka melihat awan-awan itu, kata Yulius. Kapal itu mengarungi lautan dengan sangat lambat. Angin ini terlalu kencang, teriak sang kapten kepada para awak kapal. Mari kita berlayar menuju Pantai Kreta untuk mencari tempat berlindung dari badai ini. Tampak awan gelap semakin banyak di langit serta angin mulai bertiup semakin kencang. Kapal itu tetap tidak bisa berlayar lebih cepat meskipun semua para awak kapal telah berupaya semaksimal mungkin. 5. Beberapa hari kemudian, kapal itu mulai memasuki Pelabuhan Indah di pulau Kreta. Paulus melipat kasur tidurnya dan berjalan menjumpai kapten kapal. Perayaan Hari Raya Pendamaian sudah lewat, kata Paulus memperingatkan. Kalau kita terus melanjutkan perjalanan ini, kita semua pasti akan ditimpa bencana. Tetapi sang kapten dan para awak kapal itu tidak mau mendengarkan peringatan Paulus. Tenang saja, membawa kapal ini urusan kami. Kami tahu apa yang kami lakukan. Kalau kita tinggal di pelabuhan ini, kita bisa menghindari badai musim dingin, bantah Paulus. Kenapa kita tidak pergi ke Roma setelah laut menjadi tenang? Tetapi keputusan sang kapten sudah bulat. Kita akan berlayar ke Feniks besok. Kita bisa tinggal di sana selama musim dingin kalau cuacanya buruk. Paulus menghela napas panjang dan menggeleng-gelengkan kepalanya. Dia takut kalau sang kapten telah membuat keputusan yang salah. 6. Dengan layar terdorong angin, kapal itu berlayar menuju Laut Tengah. Sang kapten berdiri di belakang kapal dengan tangan yang memegang dayung. Jangan khawatir, katanya kepada Paulus. Keputusan yang kubuat pasti benar. Kita akan sampai di Feniks besok pagi. Tetapi dalam perjalanan menuju Feniks, angin berubah menjadi badai yang sangat dahsyat. Paulus memegang pinggiran kapal sambil melihat gulungan awan hitam yang bergerak ke arah kapal. Kita akan menghadapi masalah, pikirnya.!3
Para awal kapal memandang awan hitam itu dengan penuh ketakutan. Mereka sudah pernah melihat cuaca seperti itu sebelumnya. Kapal itu sedang berlayar menuju badai yang mematikan! 7. Ombak raksasa mulai menghantam kapal. Cepat! Ambil sekoci penyelamat serta dayungnya, perintah kapten. Para pelaut itu menarik sekoci penyelamat ke atas geladak dan mengikat dayung di kedua sisinya. Kemudian mereka menurunkan layar utama dari tiang kapal dan membelitkan tali diseputar kapal agar kapal tersebut tidak terombang-ambing. Haluan kapal hancur diterpa angin dan ombak tidak henti-hentinya menghantam kapal. Kapal kita bisa tenggelam jika badai ini tidak berhenti, seru sang kapten. Jantung para awak kapal itu berdebar kencang karena ketakutan. Mereka tidak mau tenggelam di laut. Mereka mengikatkan diri mereka pada tiang kapal dan memegang tiang kapal itu erat-erat. 8. Keesokan harinya, sang kapten membuat keputusan. Kapal ini terlalu berat, teriaknya. Buang muatannya ke laut. Dengan cepat, Paulus dan para tahanan lainnya mengambil karung-karung jagung dan gandum yang berat serta melemparnya ke laut. Lemparkan tali-tali itu ke laut, teriak para awak kapal itu. Mereka membuang semua tali dan rantai ke laut. Bunyi guntur terdengar menggelegar di atas kepala mereka serta kilat terlihat sambar menyambar di langit. Keselamatan kapal itu sekarang bergantung pada kemurahan angin dan ombak. Celakalah kita semua! teriak para awak kapal itu. Mereka sudah tidak kuat lagi mengendalikan kapal. Kita pasti tidak akan sampai ke Roma dalam keadaan selamat!!4
9. Paulus berusaha keras untuk bangkit dan berdiri di depan para awak kapal yang sedang gemetaran itu. Kalau saja kalian mendengar aku dan tetap tinggal di pelabuhan di Kreta, pasti kita tidak akan mengalami masalah ini. Para pelaut itu tergeletak di geladak kapal sambil memegang perut mereka. Mereka tidak bisa makan atau berbicara karena terlalu sakit. Tetapi, jangan khawatir, kata Paulus sambil berbalik menghadap sang kapten. Seorang malaikat Tuhan telah berkata bahwa aku akan menghadap Kaisar Romawi. Kapal ini akan terdampar di suatu pulau, tetapi Tuhan akan menyelamatkan kita. Kapten kapal menganggukkan kepalanya sambil berpegang erat pada tiang kapal yang sedang terombang-ambing itu. Aku harap apa yang dikatakan Paulus benar, katanya bergumam. Itu jauh lebih baik daripada berlayar di tengah-tengah badai yang mengerikan ini. Dia perlu matahari dan bintang-bintang untuk dapat mengemudikan kapal dengan baik tetapi saat itu langit sedang tertutup oleh awan gelap yang tebal. Para awak kapal mulai kehilangan harapan untuk dapat selamat. 10. Pada malam keempat belas, satu hari sebelum hari raya Pondok Daun, para awak kapal mendengar suatu suara yang aneh. Apakah itu suara ombak yang menghantam batu karang? Mereka melompat berdiri dan melihat ke arah kegelapan. Salah seorang awak kapal melemparkan tali ke laut untuk mengukur dalamnya laut. Kedalaman di sini hampir empat puluh meter! katanya berteriak. Tidak jauh dari situ, dia kembali menurunkan tali. Di sini dalamnya hampir tiga puluh meter! Para awak kapal bersorak gembira. Mereka sudah dekat dengan daratan. Ada kemungkinan mereka tidak jadi tenggelam. Khawatir kapal itu akan menghantam batu karang, sang kapten berteriak, Turunkan jangkarnya. Kita akan berhenti di sini sampai subuh. Para awak kapal melempar ke empat jangkar kapal ke laut dan kapal pun berhenti. Sang kapten menghela napas lega. Fiuh! Kapalnya selamat! 11.!5
Namun ada beberapa awak kapal yang merasa sudah tidak sanggup lagi menghadapi keadaan tersebut dan berharap ingin segera pulang. Mereka membuat satu rencana yang bagus. Mari kita ambil sebuah sekoci dan pergi dari sini, kata mereka saling berbisik. Kemudian dengan pelan-pelan, mereka pun menurunkan sekoci penyelamat itu ke laut. Paulus melihat apa yang dilakukan oleh para awak kapal itu dan segera memberitahu Yulius Kalau sampai para awak kapal itu melarikan diri maka kalian tidak akan selamat, kata Paulus. Perintahkan pada prajuritmu untuk menghentikan mereka. Para prajurit Roma itu segera mengambil pedang mereka dan memotong tali sekoci penyelamat itu. Sekarang bagaimana caranya kita bisa sampai ke pantai? keluh salah seorang awak kapal itu. Mereka duduk di sekoci penyelamat itu sambil memandang para prajurit itu dengan marah. 12. Menjelang fajar, Paulus mengumpulkan semua orang. Makanlah sesuatu supaya kalian kuat, katanya pada mereka. Ingatlah Tuhan sudah berjanji untuk menyelamatkan kalian. Tidak seorang pun yang akan mati. Perut para awak kapal itu berbunyi dengan keras. Sudah berhari-hari mereka tidak makan dan mereka sangat lapar! Paulus mengambil beberapa potong roti, mengucap syukur kepada Tuhan, lalu mulai makan. Akhirnya mereka melihat daratan ketika fajar telah tiba. Mereka memandang pantai berpasir di seberang teluk tanpa berbicara. Lihatlah pasir di pantai itu, kata sang kapten kepada para awak kapal sambil mengarahkan telunjuknya ke pantai. Kemudikan kapal ini ke pantai itu. 13.!6
Para awak kapal segera melakukan perintah sang kapten. Mereka memotong tali jangkar serta membuka ikatan dayung, dan kapal pun mulai melaju menghantam ombak. Tiba-tiba, krak! Seperti yang ditakutkan sang kapten, kapal itu menabrak batu karang dan hancur berkeping-keping. Mari kita keluar dari sini! teriak para awak kapal itu. Mereka lalu berenang secepat mungkin menuju pantai. Para prajurit Romawi berkata kepada Yulius, "Kami akan bunuh para tahanan itu supaya mereka tidak bisa melarikan diri! Tetapi, Yulius menggelengkan kepalanya. Tidak, aku harus menyelamatkan nyawa Paulus. Dia harus menghadap Kaisar di Roma. Satu demi satu, Paulus dan para tahanan itu melompat ke laut dan berenang menyeberangi teluk menuju pantai. Mereka sudah capek dengan petualangan laut ini dan tidak sabar untuk segera sampai ke darat! 14. Seperti yang telah dijanjikan Tuhan, Paulus dan penumpang kapal lainnya sampai di darat dengan selamat. Pulau tempat dimana mereka mendarat bernama Malta. Orang-orang pulau tersebut menyambut mereka dengan baik. Mereka mengumpulkan ranting-ranting kayu dan membuat api unggun untuk memberikan kehangantan bagi mereka semua. Semua orang berkumpul mengelilingi api, sambil tertawa gembira dan menghentak-hentakkan kaki mereka. Mereka senang karena tubuh mereka sekarang sudah hangat dan kering lagi. Paulus senang bisa berada di daratan untuk merayakan Hari Raya Pondok Daun. Diam-diam dia mengucapkan syukur kepada Tuhan karena telah menyelamatkan nyawa seluruh penumpang kapal. Ketika Paulus sedang menghangatkan dirinya di dekat api, seekor ular berbisa merayap mendekatinya dan mematuk tangannya. Orang itu pastilah seorang pembunuh! teriak penduduk setempat. Dia mungkin bisa selamat dari kapal yang karam, tetapi dia pasti tidak mungkin selamat dari gigitan ular berbisa." Semua orang memperhatikan Paulus untuk melihat apa yang kira-kira akan terjadi selanjutnya. Tetapi, Paulus melemparkan ular itu ke api tanpa mengalami luka sedikitpun. Semua orang menggeleng-gelengkan kepala karena heran. Orang ini pastiah seorang dewa! kata mereka. Kalau tidak, bagaimana mungkin dia masih tetap hidup? 15.!7
Publius, gubernur pulau Malta itu, memberikan mereka tempat untuk tinggal. Ketika Paulus tahu bahwa ayah Publius sakit, Paulus kemudian berdoa meminta Tuhan untuk menyembuhkannya. Setelah itu, banyak orang datang kepada Paulus minta untuk disembuhkan. Semua orang memperlakukannya dengan hormat dan memberinya banyak hadiah. Setelah tinggal di sana selama tiga bulan, sang kapten kemudian bersiap-siap untuk pergi. Dia menemukan kapal lain, kemudian mengumpulkan semua awak kapalnya. Kita akan pergi ke Roma. Sang kapten tidak lupa pada Paulus dan semua tahanan yang lain. Perintahkan semua prajuritmu untuk bersiap, katanya memberitahu Yulius. Paulus segera bergegas menuju ke dermaga bersama para tahanan yang lain dan naik ke atas kapal. Dia senang bisa membantu penduduk pulau Malta, tetapi Tuhan berkehendak agar Paulus pergi ke Roma. Sudah tiba saatnya bagi Paulus untuk menghadap Kaisar Roma yang berkuasa! TAMAT!8