DAFTAR ISI. KATA PENGANTAR... i DAFTAR ISI... iii DAFTAR TABEL... vii DAFTAR GAMBAR... ix DAFTAR LAMPIRAN... x DAFTAR ISTILAH...

dokumen-dokumen yang mirip
DAFTAR ISI. PRAKATA... vi DAFTAR ISI... viii DAFTAR TABEL... x DAFTAR GAMBAR... xii

BAB 2 KETENTUAN UMUM

DAFTAR ISI... KATA PENGANTAR... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... DAFTAR PETA... DAFTAR LAMPIRAN...

PENATAAN WILAYAH PERTANIAN INDUSTRIAL Alih Fungsi Lahan. Julian Adam Ridjal PS Agribisnis Universitas Jember

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN

I. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pulau Jawa merupakan wilayah pusat pertumbuhan ekonomi dan industri.

II. TINJAUAN PUSTAKA

Kajian Alih Fungsi Lahan Pertanian terhadap Swasembada Beras di Kabupaten Bekasi

DAFTAR ISI. Abstrak... i Kata Pengantar... ii Daftar Isi... iv Daftar Tabel... viii Daftar Gambar... xii

PERATURAN BUPATI KARANGANYAR NOMOR 12 TAHUN 2012 TENTANG

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB I P E N D A H U L U A N Latar Belakang RTRW Kabupaten Serdang Bedagai

HALAMAN PENGESAHAN...

BAB I PENDAHULUAN. sampai pada kegiatan industri yang rumit sekalipun. Di bidang pertanian air atau yang

BAB I PENDAHULUAN. Lahan menjadi salah satu unsur utama dalam menunjang kehidupan. manusia. Fungsi lahan sebagai tempat manusia beraktivitas untuk

Sosialisasi Undang-Undang 41/2009 beserta Peraturan Perundangan Turunannya

TINJAUAN PUSTAKA. dan daerah, sarana penumbuhan rasa kebersamaan (gotong royong), sarana

DAFTAR ISI Halaman DAFTAR TABEL... xi DAFTAR LAMPIRAN... xiii. I. PENDAHULUAN Latar Belakang... 1 Rumusan Masalah... 5 Tujuan... 6 Manfaat...

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL HALAMAN PENGESAHAN HALAMAN PERNYATAAN INTISARI ABSTRACT KATA PENGANTAR DAFTAR GAMBAR DAFTAR TABEL DAFTAR LAMPIRAN

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN GARUT

KATA PENGANTAR. Atas dukungan dari semua pihak, khususnya Bappeda Kabupaten Serdang Bedagai kami sampaikan terima kasih. Sei Rampah, Desember 2006

Ketentuan Umum Istilah dan Definisi

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 24 TAHUN 1992 TENTANG PENATAAN RUANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA, PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN DAERAH KABUPATEN TANJUNG JABUNG BARAT NOMOR 52 TAHUN 2001 TENTANG RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN TANJUNG JABUNG BARAT

PENDAHULUAN. Latar Belakang

BUPATI TEMANGGUNG PERATURAN BUPATI TEMANGGUNG NOMOR 5 TAHUN 2012 TENTANG PENGENDALIAN ALIH FUNGSI LAHAN PERTANIAN KABUPATEN TEMANGGUNG

PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 69 TAHUN 1996 TENTANG PELAKSANAAN HAK DAN KEWAJIBAN, SERTA BENTUK DAN TATA CARA PERAN SERTA MASYARAKAT DALAM PENATAAN RUANG

BAB II KETENTUAN UMUM

Pangkalanbalai, Oktober 2011 Pemerintah Kabupaten Banyuasin Badan Perencanaan Pembangunan Daerah dan Penanaman Modal

PERATURAN DAERAH KABUPATEN JEPARA NOMOR 28 TAHUN 2010 TENTANG IRIGASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI JEPARA,

BAB V ANALISIS ASPEK PENGENDALIAN

BAB I PENDAHULUAN. sektor non pertanian merupakan suatu proses perubahan struktur ekonomi.

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 10 TAHUN 2000 TENTANG TINGKAT KETELITIAN PETA UNTUK PENATAAN RUANG WILAYAH PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 15 TAHUN 2010 TENTANG PENYELENGGARAAN PENATAAN RUANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. mempertahankan eksistensinya. Penggunaan lahan yang semakin meningkat

BAB I PENDAHULUAN. banyak, masih dianggap belum dapat menjadi primadona. Jika diperhatikan. dialihfungsikan menjadi lahan non-pertanian.

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG PENATAAN RUANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS PERTANIAN PADI DI KABUPATEN BANTUL, D.I. YOGYAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. perhatian yang khusus oleh pemerintah seperti halnya sektor industri dan jasa.

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 24 TAHUN 1992 TENTANG PENATAAN RUANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 15 TAHUN 2010 TENTANG PENYELENGGARAAN PENATAAN RUANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN MENTERI AGRARIA DAN TATA RUANG/ KEPALA BADAN PERTANAHAN NASIONAL

KATA PENGANTAR. RTRW Kabupaten Bondowoso

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 26 TAHUN 2007 TENTANG PENATAAN RUANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 26 TAHUN 2007 TENTANG PENATAAN RUANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 15 TAHUN 2010 TENTANG PENYELENGGARAAN PENATAAN RUANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

KABUPATEN CIANJUR PERATURAN BUPATI CIANJUR

Penataan Ruang. Kawasan Budidaya, Kawasan Lindung dan Kawasan Budidaya Pertanian

KATA PENGANTAR. Demikian Laporan Pendahuluan ini kami sampaikan, atas kerjasama semua pihak yang terkait kami ucapkan terima kasih.

Peraturan Pemerintah No. 69 Tahun 1996 Tentang : Pelaksanaan Hak Dan Kewajiban, Serta Bentuk Dan Tata Cara Peran Serta Masyarakat Dalam Penataan Ruang

I. PENDAHULUAN. Lahan merupakan salah satu faktor yang penting bagi kehidupan manusia. Lahan

Bab I Pendahuluan I.1 Latar Belakang

DAFTAR ISI. DAFTAR LAMPIRAN.. xviii

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 26 TAHUN 2007 TENTANG PENATAAN RUANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

III. METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

PEMERINTAH KABUPATEN SUMBAWA BARAT

II. TINJAUAN PUSTAKA. nafkah. Lahan merupakan sumberdaya alam strategis bagi pembangunan. Hampir

KATA PENGANTAR. Meureudu, 28 Mei 2013 Bupati Pidie Jaya AIYUB ABBAS

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

PENJELASAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN SIAK NOMOR 6 TAHUN 2002 TENTANG

BAB VI OPTIMALISASI PENGENDALIAN PENTAAN RUANG DALAM RANGKA PERUBAHAN FUNGSI LAHAN SAWAH IRIGASI TEKNIS DI KAWASAN PANTURA

DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL...

TPL 106 GEOLOGI PEMUKIMAN

BAB I PENDAHULUAN. akan mempengaruhi produksi pertanian (Direktorat Pengelolaan Air, 2010).

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. A. Keadaan Umum Kabupaten Lampung Selatan

BAB I PENDAHULUAN. karena didalamnya menyangkut kepentingan hajat hidup orang banyak. juga merupakan modal utama pembangunan karena semua kegiatan

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DAFTAR ISI. Halaman PRAKATA... v DAFTAR ISI... vii DAFTAR TABEL... x DAFTAR GAMBAR... xii DAFTAR LAMPIRAN... xiii

BAB III KEGIATAN KERJA PRAKTIK. a. Surat permohonan kerja praktik dari Fakultas Teknik Universitas. lampung kepada CV.

I. PENDAHULUAN. Latar Belakang

Kata Pengantar. Akhir kata kepada semua pihak yang telah turut membantu menyusun laporan interim ini disampaikan terima kasih.

MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA. PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR: 07/Permentan/OT.140/2/2012

BAB VI KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

BIMBINGAN TEKNIS PENGUMPULAN DATA NERACA LAHAN BERBASIS PETA CITRA

Dasar Legalitas : UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 26 TAHUN 2007 TENTANG PENATAAN RUANG

V. GAMBARAN UMUM 5.1. Wilayah dan Topografi 5.2. Jumlah Kepala Keluarga (KK) Tani dan Status Penguasaan Lahan di Kelurahan Situmekar

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Penggunaan lahan di Kabupaten Serang terbagi atas beberapa kawasan :

PROFIL SANITASI SAAT INI

IDENTIFIKASI KAWASAN RAWAN KONVERSI PADA LAHAN SAWAH DI KECAMATAN 2 X 11 ENAM LINGKUNG KABUPATEN PADANG PARIAMAN BERBASIS GIS

PENDAHULUAN. Lahan sudah menjadi salah satu unsur utama dalam menunjang. kelangsungan kehidupan sejak manusia pertama kali menempati bumi.

Bab IV Analisis Hasil Penelitian. Tabel IV.1 Alih Fungsi Lahan Sawah di Wilayah Kajian Tahun

repository.unisba.ac.id BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

MENGAPA ASPEK RUANG PERLU DIPERHATIKAN DALAM PENGEMBANGAN EKOWISATA? 1. PERENCANAAN EKONOMI SERINGKALI BERSIFAT TAK TERBATAS 2. SETIAP AKTIVITAS SELAL

MENTERI AGRARIA DAN TATA RUANG/ KEPALA BADAN PERTANAHAN NASIONAL

BAB IV KONTEKS LOKASI PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. ditunjukkan oleh besarnya tingkat pemanfaatan lahan untuk kawasan permukiman,

MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 47 TAHUN 2012 TENTANG

DAFTAR ISI. Halaman DAFTAR TABEL... vi. DAFTAR GAMBAR... vii. DAFTAR LAMPIRAN... viii

2017, No Peraturan Pemerintah Nomor 15 Tahun 2010 tentang Penyelenggaraan Penataan Ruang (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2010 Nom

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 10 TAHUN 2000 TENTANG TINGKAT KETELITIAN PETA UNTUK PENATAAN RUANG WILAYAH PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DAFTAR ISI... HALAMAN SAMPUL... HALAMAN JUDUL... HALAMAN PENGESAHAN... ABSTRAK... ABSTRACT... RIWAYAT HIDUP... KATA PENGANTAR...

DAFTAR ISI.. DAFTAR GAMBAR.. DAFTAR LAMPIRAN.

BAB I PENDAHULUAN. Pelaksanaan studi ini dilatarbelakangi oleh terjadinya satu dilema yang

20. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 35 Tahun 1991 tentang Sungai (Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3445 Tahun 1991);

Transkripsi:

DAFTAR ISI KATA PENGANTAR... i DAFTAR ISI... iii DAFTAR TABEL... vii DAFTAR GAMBAR... ix DAFTAR LAMPIRAN... x DAFTAR ISTILAH... xi I. PENDAHULUAN... 1 1.1. Latar Belakang... 1 1.2. Rumusan Masalah... 7 1.3. Tujuan dan Manfaat... 8 1.3.1. Tujuan... 8 1.3.2. Manfaat... 8 1.4. Ruang Lingkup... 9 II. TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN... 11 2.1. Kerangka Teoritis... 11 2.1.1. Ketahanan Pangan... 11 2.1.1.1. Beras Sebagai Makanan Pokok... 11 2.1.1.2. Swasembada Beras... 12 2.1.1.3. Permasalahan Swasembada Pangan... 13 2.1.1.4. Upaya Pemerintah Mengatasi Permasalahan Swasembada Pangan... 17 2.1.2. Pengendalian Konversi Lahan Sawah... 19 2.1.3. Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW)... 24 2.1.3.1. Tata Ruang... 25 2.1.3.2. Penataan Ruang dalam Perspektif Pertanahan... 25 2.1.3.3. Penatagunaan Tanah Subsistem Penataan Ruang... 26 2.1.4. Implementasi Rencana Tata Ruang Wilayah... 27 2.1.5. Pelaksanaan Instrumen Tata Ruang di Kabupaten Bekasi... 28 2.1.5.1. Persepsi Masyarakat... 29 2.1.5.2. Efektivitas Tata Ruang... 30 2.2. Kajian Penelitian Terdahulu... 31 2.3. Kerangka Pemikiran Konseptual... 41 2.1.3. Hipotesis Sementara... 42 III. METODE PENELITIAN... 44 3.1. Waktu dan Tempat Penelitian... 44 3.2. Pendekatan Penelitian... 44 3.3. Jenis Data dan Sumber Data... 45 3.4. Teknik Pengumpulan Data dan Informasi... 46 3.4.1. Kuesioner dengan didukung Wawancara... 46 3.4.2. Studi Dokumen... 48 3.5. Cara Pengambilan Data... 48 3.5.1. Responden... 49 3.6. Teknik Pengambilan Contoh... 49 iii

3.7. Definisi Operasional... 51 3.8. Metode Pengolahan Data... 54 3.8.1. Analisis Spasial... 54 3.8.2. Analisis Perubahan Penggunaan Lahan Sawah... 55 3.8.3. Analisis Faktor-faktor yang Mempengaruhi Perubahan Penggunaan Lahan Sawah Menjadi Non Sawah... 56 3.8.4. Analisis Deskriptif... 57 IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN... 60 4.1. Letak Geografis dan Wilayah Administrasi... 60 4.2. Demografi... 61 4.2.1. Kependudukan... 61 4.2.2. Ketenagakerjaan... 62 4.2.3. Pendidikan... 62 4.2.4. Kondisi Sosial Ekonomi... 63 4.3. Tata Guna Lahan... 65 4.3.1. Penggunaan Lahan Saat Ini... 65 4.3.2. Perubahan Penggunaan Lahan dan Faktor Penyebabnya... 65 4.4. Rencana Pembangunan Wilayah... 67 4.4.1. Rencana Tata Ruang Wilayah Propinsi Jawa Barat... 67 4.4.2. Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Bekasi... 70 4.4.3. Permasalahan Pembangunan Wilayah... 72 4.4.4. Keterkaitan RTRW Kabupaten Bekasi dengan Keberadaan Sawah... 73 V. HASIL DAN PEMBAHASAN... 75 5.1. Penggunaan Lahan... 75 5.1.1. Perubahan Penggunaan Lahan Kabupaten Bekasi (1988-2009)... 75 5.1.2. Faktor Pendorong Perubahan Penggunaan Lahan Sawah Menjadi Non Pertanian... 86 5.1.3. Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Bekasi... 90 5.2. Keberadaan Sawah Berdasarkan RTRW... 92 5.3. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Perubahan Penggunaan Lahan... 95 5.4. Efektifitas Implementasi Rencana Tata Ruang Wilayah (menurut responden ahli )... 98 5.5. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Persepsi Masyarakat terhadap Tata Ruang dan Alih Fungsi Lahan... 103 5.5.1. Faktor Demografi... 103 5.5.2. Pendidikan... 103 5.5.3. Pendapatan... 105 5.6. Persepsi Masyarakat tentang Tata Ruang dan Alih Fungsi Lahan Sawah... 108 5.6.1. Tata Ruang... 109 5.6.2. Alih Fungsi Lahan Sawah... 110 5.6.3. Hubungan antara Profil Demografi dengan Konversi Lahan... 114 5.6.3.1. Hubungan antara Profil Demografi terhadap Rencana Menjual Tanah... 115 iv

5.6.3.2. Hubungan antara Profil Demografi terhadap Alih Fungsi Lahan... 120 5.6.4. Hubungan antara Profil Demografi terhadap Pemahaman RTRW... 124 5.6.4.1. Hubungan antara Profil Demografi terhadap Manfaat RTRW... 125 5.6.4.2. Hubungan antara Profil Demografi terhadap adanya Peraturan Daerah tentang RTRW... 127 5.6.4.3. Hubungan antara Profil Demografi terhadap Keinginan akan Merujuk ke RTRW ketika akan Menggunakan Lahan... 130 5.6.5. Hubungan antara Konversi Lahan terhadap Alih Fungsi Lahan Sawah... 132 5.6.5.1. Hubungan antara Rencana Menjual Tanah terhadap Alih Fungsi Lahan Sawah... 132 5.6.5.2. Hubungan antara Perubahan Penggunaan Lahan terhadap Alih Fungsi Lahan Sawah... 139 5.7. Implikasi Manajerial... 144 VI. KESIMPULAN DAN SARAN 6.1. Kesimpulan... 146 6.2. Saran... 149 DAFTAR PUSTAKA... 151 LAMPIRAN... 156 v

DAFTAR TABEL Nomor Halaman 1. Jenis, Sumber dan Kegunaan Data... 45 2. Pergeseran Penggunaan Lahan Kabupaten Bekasi... 66 3. Jenis Penggunaan Lahan Kabupaten Bekasi Tahun 1988-2009... 76 4. Perubahan Penggunaan Lahan (1988-2009)... 78 5. Perubahan Penggunaan Lahan Sawah Irigasi menjadi Penggunaan Lain... 82 6. Perubahan Penggunaan Lahan Sawah Tadah Hujan menjadi Penggunaan Lain... 84 7. Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Bekasi Tahun 1999 (Perda No. 2 Tahun 1999)... 91 8. Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Bekasi Tahun 2007 (Perda No. 4 Tahun 2007)... 92 9. Penggunaan Lahan Sawah pada RTRW Kabupaten Bekasi... 94 10. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Perubahan Penggunaan Lahan... 97 11 Pendapat Responden (n = 15)... 102 12. Usia Responden... 103 13. Pendidikan Responden... 104 14. Pendapatan Responden... 105 15. Luas Lahan yang Dikuasai Responden... 106 16. Status Penguasaan Lahan Responden... 106 17. Lama Penguasaan Lahan... 107 18. Rencana Menjual Lahan Pertanian... 108 19. Pengetahuan Masyarakat tentang RTRW... 109 20. Sumber Informasi tentang RTRW... 110 21. Manfaat RTRW menurut Responden... 110 22. Alasan Responden Mengkonversi Lahan Sawah... 111 23. Alasan Responden Menjual Lahan Sawah... 112 24. Bentuk Penggunaan Lahan Harapan Responden... 113 25. Alasan Responden Ingin Tetap Mempertahankan Lahan Sawahnya... 113 26. Harapan Responden bagi Pemerintah... 114 vi

27. Hasil Crosstab antara Tingkat Pendidikan Petani terhadap Rencana Menjual Tanah (Nilai Asymp. Sig 0.029)... 116 28. Hasil Crosstab antara Tingkat Pendidikan Keluarga Petani terhadap Rencana Menjual Tanah (Nilai Asymp. Sig 0.123)... 117 29. Hasil Crosstab antara Pekerjaan Sampingan Petani terhadap Rencana Menjual Tanah (Nilai Asymp. Sig 0.001)... 118 30. Hasil Crosstab antara Luas Lahan yang Dikuasai Petani terhadap Rencana Menjual Tanah (Nilai Asymp. Sig 0.101)... 119 31. Hasil Crosstab antara Lama Penguasaan Lahan terhadap Rencana Menjual Tanah (Nilai Asymp. Sig 0.000)... 120 32. Hasil Crosstab antara Tingkat Pendidikan Petani terhadap Alih Fungsi Penggunaan Lahan (Nilai Asymp. Sig 0.185)... 121 33. Hasil Crosstab antara Pendapatan Petani terhadap Alih Fungsi Penggunaan Lahan (Nilai Asymp. Sig 0.080)... 122 34. Hasil Crosstab antara Luas Bidang Lahan yang Dikuasai Petani terhadap Alih Fungsi Penggunaan Lahan (Nilai Asymp. Sig 0.149)... 123 35. Hasil Crosstab antara Lama Penguasaan Lahan Petani terhadap Alih Fungsi Penggunaan Lahan (Nilai Asymp. Sig 0.022)... 124 36. Hasil Crosstab antara Tingkat Pendidikan Petani terhadap Manfaat RTRW (Nilai Asymp. Sig 0.000)... 125 37. Hasil Crosstab antara Pekerjaan Sampingan Petani terhadap Manfaat RTRW (Nilai Asymp. Sig 0.164)... 126 38. Hasil Crosstab antara Status Sosial Petani terhadap Manfaat RTRW (Nilai Asymp. Sig 0.000)... 127 39. Hasil Crosstab antara Tingkat Pendidikan Petani terhadap adanya Peraturan Pemerintah atau Perda (Nilai Asymp. Sig 0.031)... 128 40. Hasil Crosstab antara Pekerjaan Sampingan Petani terhadap adanya Peraturan Pemerintah atau Perda RTRW (Nilai Asymp. Sig 0.025)... 129 41. Hasil Crosstab antara Status Sosial Petani terhadap adanya Peraturan Pemerintah atau Perda (Nilai Asymp. Sig 0.000)... 129 42. Hasil Crosstab antara Tingkat Pendidikan Petani terhadap Merujuk ke RTRW ketika akan Menggunakan Lahan (Nilai Asymp. Sig 0.031)... 131 43. Hasil Crosstab antara Status Sosial Petani terhadap Merujuk ke RTRW ketika akan Menggunakan Lahan (Nilai Asymp. Sig 0.002)... 132 44. Hasil Crosstab antara Rencana Menjual Tanah terhadap Mempunyai Keinginan untuk Mengkonversi Lahan Sawah (Nilai Asymp. Sig 0.031)... 133 45. Hasil Crosstab antara Rencana Menjual Tanah terhadap Alasan Mengkonversi Lahan Sawah (Nilai Asymp. Sig 0.004)... 134 vii

46. Hasil Crosstab antara Rencana Menjual Tanah terhadap Ingin Menjual Lahan Pertanian (Nilai Asymp. Sig 0.000)... 135 47. Hasil Crosstab antara Rencana Menjual Tanah terhadap Ingin Mempertahankan Lahan Pertanian (Nilai Asymp. Sig 0.000)... 136 48. Hasil Crosstab antara Rencana Menjual Tanah terhadap adanya yang Membantu Pekerjaan di Sawah (Nilai Asymp. Sig 0.004)... 137 49. Hasil Crosstab antara Rencana Menjual Tanah terhadap Alasan Mengkonversi Lahan Sawah (Nilai Asymp. Sig 0.004)... 137 50. Hasil Crosstab antara Rencana Menjual Tanah terhadap Adanya Larangan Mengkonversi Lahan Sawah (Nilai Asymp. Sig 0.003)... 138 51. Hasil Crosstab antara Rencana Menjual Tanah terhadap Kebijakan Pemerintah (Nilai Asymp. Sig 0.104)... 139 52. Hasil Crosstab antara Perubahan Penggunaan Lahan terhadap Alasan Mempunyai Keinginan untuk Mengkonversi Lahan Sawah (Nilai Asymp. Sig 0.000)... 140 53. Hasil Crosstab antara Perubahan Penggunaan Lahan terhadap Keinginan untuk Menjual Lahan Pertanian (Nilai Asymp. Sig 0.002)... 141 54. Hasil Crosstab antara Perubahan Penggunaan Lahan terhadap Keinginan untuk Mempertahankan Lahan Sawah (Nilai Asymp. Sig 0.000)... 141 55. Hasil Crosstab antara Perubahan Penggunaan Lahan terhadap Keinginan adanya Anak untuk Membantu Pekerjaan di Sawah (Nilai Asymp. Sig 0.099)... 142 56. Hasil Crosstab antara Perubahan Penggunaan Lahan terhadap Keinginan adanya Anak Berprofesi sebagai Petani (Nilai Asymp. Sig 0.043)... 143 57. Hasil Crosstab antara Perubahan Penggunaan Lahan terhadap Status Sosial Petani (Nilai Asymp. Sig 0.093)... 143 viii

DAFTAR GAMBAR Nomor Halaman 1. Kerangka Pemikiran Konseptual... 43 2. Diagram Alur Analisis Perubahan Penggunaan Lahan... 55 3. Tren Penggunaan Lahan (1988-2009)... 80 4. Perubahan Sawah Irigasi menjadi Penggunaan Lain... 83 5. Perubahan Sawah Tadah Hujan menjadi Penggunaan Lain... 85 ix

DAFTAR LAMPIRAN Nomor Halaman 1. Kuesioner Sebagai Pedoman Wawancara... 156 2. Kuesioner untuk Instansi... 160 3. Kuesioner Persepsi Masyarakat Petani... 165 4. Tabel Frekuensi Faktor-Faktor Perubahan Penggunaan Lahan... 172 5. Tabel Frekuensi Karakteristik Internal Responden dan Persepsi Masyarakat... 176 6. Hasil perhitungan Crosstab dan Chi-square test Persepsi Masyarakat... 187 7. Peta Administrasi Kabupaten Bekasi... 214 8. Peta Penggunaan Tanah Tahun 1988... 215 9. Peta Penggunaan Tanah Tahun 1994... 216 10. Peta Penggunaan Tanah Tahun 2004... 217 11. Peta Penggunaan Tanah Tahun 2009... 218 12. Peta Perubahan Penggunaan Tanah (1988-1994)... 219 13. Peta Perubahan Penggunaan Tanah (1994-2004)... 220 14. Peta Perubahan Penggunaan Tanah (2004-2009)... 221 15. Peta RTRW Kabupaten Bekasi Tahun 1999... 222 16. Peta RTRW Kabupaten Bekasi Tahun 2007... 223 17. Peta Penggunaan Tanah Perumahan dan Industri Pada Kawasan Pertanian Lahan Basah... 224 x

DAFTAR ISTILAH 1. Ruang adalah wadah yang meliputi ruang darat, ruang laut, dan ruang udara, termasuk ruang di dalam bumi sebagai satu kesatuan wilayah tempat manusia dan makhluk lain hidup, melakukan kegiatan dan memelihara kelangsungan hidupnya. 2. Rencana tata ruang adalah hasil perencanaan tata ruang. 3. Wilayah adalah ruang yang merupakan kesatuan geografis beserta segenap unsur terkait padanya yang batas dan sistemnya ditentukan berdasarkan aspek administratif dan atau aspek fungsional 4. Kawasan adalah wilayah dengan fungsi utama lindung atau budidaya 5. Struktur ruang adalah susunan pusat-pusat permukiman dan sistem jaringan prasarana dan sarana yang berfungsi sebagai pendukung kegiatan sosial ekonomi masyarakat yang secara hierarkis memiliki hubungan fungsional. 6. Pola ruang adalah distribusi peruntukan ruang dalam suatu wilayah yang meliputi peruntukan ruang untuk fungsi lindung dan peruntukan ruang untuk fungsi budi daya. 7. Penataan ruang adalah suatu sistem proses perencanaan tata ruang, pemanfaatan ruang, dan pengendalian pemanfaatan ruang. 8. Peran masyarakat adalah berbagai kegiatan masyarakat yang timbul atas kehendak dan keinginan sendiri di tengah masyarakat, untuk berminat dan bergerak dalam menyelenggarakan penataan ruang. 9. Kawasan pertanian lahan basah adalah kawasan budi daya pertanian yang memiliki sistem pengairan tetap yang memberikan air secara terus-menerus sepanjang tahun, musiman, atau bergilir dengan tanaman utama padi. 10. Sawah adalah lahan usahatani yang secara fisik permukaan tanahnya rata, dibatasi oleh pematang, dapat ditanami padi dan palawija / tanaman pangan lainnya. 11. Sawah irigasi adalah sawah yang sumber air utamanya berasal dari air irigasi. 12. Sawah irigasi teknis adalah sawah yang memperoleh pengairan dimana saluran pemberi terpisah dari saluran pembuang agar penyediaan dan pembagian irigasi dapat sepenuhnya diatur dan diukur dengan mudah. Jaringan seperti ini biasanya terdiri dari saluran induk, sekunder dan tersier. Saluran induk, sekunder serta bangunannya dibangun, dikuasai dan dipelihara oleh Pemerintah. 13. Sawah tadah hujan adalah sawah yang sumber air utamanya berasal dari curah hujan. 14. Hinterland adalah daerah pendukung atau daerah belakang yang mempunyai sifat-sifat tertentu dan mempunyai hubungan fungsional dengan pusat simpul (pusat-pusat pelayanan dan atau pemukiman). xi

15. Land rent (sewa tanah) adalah surplus ekonomi suatu tanah yang dibedakan atas surplus tetap dan surplus sebagai hasil dari investasi. Surplus ekonomi, yaitu pendapatan bersih atau benefit yang diterima suatu bidang lahan tiap meter persegi, tiap tahun akibat dilakukannya suatu kegiatan pada bidang lahan tersebut. 16. Aglomerasi adalah pengelompokkan beberapa kegiatan atau perusahaan di suatu tempat dalam suatu daerah atau wilayah sehingga membentuk daerah khusus industri. 17. Peta adalah penggambaran dua dimensi pada bidang datar keseluruhan atau sebagian dari permukaan bumi yang diproyeksikan dengan perbandingan atau skala tertentu. 18. Overlay adalah menumpang tindihkan dua peta atau lebih untuk kepentingan analisa data. 19. Data spasial yaitu sebuah data yang berorientasi geografis, memiliki sistem koordinat tertentu sebagai dasar referensinya dan mempunyai dua bagian penting yang membuatnya berbeda dari data lain, yaitu informasi lokasi (spasial) dan informasi deskriptif (attribute). 20. Editing adalah penyesuaian pada peta untuk tujuan analisa data spasial. 21. Standarisasi klasifikasi data adalah mengurutkan data dalam kelas-kelas tertentu 22. Plotting adalah penetapan suatu daerah atau kawasan tertentu untuk suatu kegiatan. xii