BAB II KAJIAN PUSTAKA

dokumen-dokumen yang mirip
BAB II KAJIAN PUSTAKA. anak-anak telah semakin meningkat dan menjadi lebih tepat dan pada usia 5 tahun

BAB II KAJIAN PUSTAKA. A. Kemampuan Motorik Halus Anak Taman Kanak-kanak. pengorganisasian penggunaan sekelompok otot-otot kecil seperti jari-jemari

BAB II KAJIAN PUSTAKA. hanya melibatkan bagian-bagian tubuh tertentu saja dan dilakukan oleh otot-otot kecil

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. ditujukan untuk anak usia 0-6 tahun. Aspek yang dikembangkan dalam

BAB 1 PENDAHULUAN. perubahan perilaku dari tidak matang menjadi matang. Gerakan yang menggunakan yaitu otot-otot halus atau sebagian anggota

BAB II KAJIAN PUSTAKA. 1. Perkembangan Fisik Motorik Anak Usia Dini. kegiatan pusat syaraf, urat syaraf, dan otot yang terkoordinasi.

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Inggris adalah Classroom Action Research (CAR). Menurut Hopkins (dalam Wiriaatmadja,

BAB I PENDAHULUAN. sumber daya manusia tersebut adalah pendidikan. 31 ayat (1) menyebutkan bahwa Setiap warga Negara berhak mendapat

MENINGKATKAN KETERAMPILAN MOTORIK HALUS ANAK MELALUI KEGIATAN MELIPAT KERTAS

Tinjauan Mata Kuliah Masa TK : perkembangan fisik dan kemampuan anak berlangsung sangat cepat. Perkembangan Motorik Perkembangan motorik identik denga

BAB II KAJIAN PUSTAKA. 1. Pengertian Kemampuan Motorik Halus Anak Usia Dini

BAB I PENDAHULUAN. Ea Siti Julaeha, 2014 Meningkatkan keterampilan motorik halus dengan alat peraga edukatip (APE) berbasis bahan lingkungan sekitar

SKRIPSI Diajukan Untuk Sebagian Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan (S. Pd.) Pada Jurusan PG-PAUD OLEH :

BAB I PENDAHULUAN. Setiap manusia akan melalui tahap perkembangan dari masa bayi hingga

BAB II KAJIAN PUSTAKA. adalah aktivitas motorik yang melibatkan aktivitas otot-otot kecil yang

PENGARUH METODE PEMBERIAN TUGAS TERHADAP KEMAMPUAN MOTORIK HALUS ANAK KELOMPOK B2 DI TK SAMPOROA DHARMA WANITA PERSATUAN KOTA PALU. Ari Okta Pratiwi 1

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan anak adalah suatu proses perubahan perilaku yang belum matang menjadi

BAB II LANDASAN TEORI. manusia yaitu kebutuhan untuk berdiri sendiri (need for autonomy) dan. kebutuhan untuk bergantung (needs for deference).

MENINGKATKAN KEMAMPUAN MOTORIK HALUS ANAK MELALUI KEGIATAN MENGANYAM DI KELOMPOK B TK ABA II PANTOLOAN

BUKU PANDUAN BAGI GURU DALAM MENSTIMULASI PERKEMBANGAN MOTORIK HALUS ANAK USIA 3-4 TAHUN

PERANAN KEGIATAN MENGGAMBAR DALAM MENINGKATKAN MOTORIK HALUS PADA ANAK DI KELOMPOK B TK BUNGAMPUTI DWP UNTAD PALU

BAB I PENDAHULUAN. investasi yang sangat penting bagi sumber daya manusia yang berkualitas. kesiapan dalam memasuki pendidikan lebih lanjut.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. mudah bosan, sulit memecahkan suatu masalah dan mengikuti pelajaran

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Anak usia dini memiliki peran penting bagi perkembangan individu dan

BAB I1 LANDASAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN. pembinaan dan pengembangan potensi anak dari usia 0-6 tahun. Untuk itu

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG UPI Kampus Serang Nova Sri Wahyuni, 2016

BAB I PENDAHULUAN. lakukan sendiri dan bagaimana mereka dapat melakukannya. Perpindahan

I. PENDAHULUAN. dalam memasuki jenjang pendidikan selanjutnya. kepada anak sejak lahir sampai dengan usia enam tahun yang dilakukan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Neuneu Nur Alam, 2014

MENINGKATKAN KEMAMPUAN MOTORIK HALUS MELALUI KEGIATAN MELIPAT KERTAS DI KELOMPOK B TK DHARMAWANITA LABUAN PANIMBA

PENINGKATAN PERKEMBANGAN MOTORIK HALUS ANAK MELALUI KEGIATAN KOLASE DARI BAHAN BEKAS DI TAMAN KANAK-KANAK AISYIYAH SIMPANG IV AGAM.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tiarah, 2015 Meningkatkan keterampilan motorik halus anak aspek menulis melalui media lilin

BAB II KAJIAN PUSTAKA Pengertian Keterampilan Motorik Halus

BAB II KAJIAN PUSTAKA. 1. Pengertian Perkembangan Fisik Motorik Anak Usia Dini

BAB I PENDAHULUAN. dalam menghadapi persaingan global yang semakin ketat di zaman modren saat. Pendidikan Nasional Pasal 1 ayat 14 dinyatakan bahwa :

2014 MENINGKATKAN KEMAMPUAN MOTORIK HALUS ANAK USIA DINI MELALUI KEGIATAN MENGANYAM

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Setiap anak akan melewati tahap tumbuh kembang secara fleksibel dan

PENINGKATAN KEMAMPUAN MOTORIK HALUS ANAK MELALUI PERMAINAN BENTUK MENGGUNAKAN BUBUR KORAN BEKAS DI TAMAN KANAK-KANAK AL QUR AN AMAL SALEH PADANG

BAB I PENDAHULUAN. oleh pemerintah. Utamanya untuk Pendidikan anak Usia Dini. Menurut UU

BAB I PENDAHULUAN. berlangsung dengan sangat cepat, hal ini terlihat dari sikap anak yang terlihat jarang

HUBUNGAN KEGIATAN MONTASE DENGAN KEMAMPUAN MOTORIK HALUS ANAK DI KELOMPOK B1 TK ALKHAIRAAT TONDO PALU

II. KAJIAN PUSTAKA. dan perkembangan fisik (koordinasi motorik halus dan kasar), kecerdasan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Neneng Nurhayati, 2014

BAB 1 PENDAHULUAN. maupun anak anak. Sebagai contoh dalam memegang benda benda kecil

NAMA : ELNI NIM : :

SKRIPSI. DiajukanUntukMemenuhi Sebagian Syarat Guna MemperolehGelarSarjanaPendidikan (S.Pd) PadaProgram Studi PG-PAUD

BAB I PENDAHULUAN. Anak usia dini pada hakikatnya adalah anak yang berusia 0-6 tahun yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Usia dini (0 6 tahun) merupakan usia peka dimana pada usia ini anak memiliki

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Gambar 4.1 Perkembangan Fisik Manusia

PENGARUH ALAT PERMAINAN EDUKATIF TERHADAP PERKEMBANGAN MOTORIK HALUS ANAK DI KELOMPOK B3 TK AISYIYAH V PALU

PENINGKATAN KEMAMPUAN MOTORIK HALUS ANAK MELALUI PERMAINAN PAPAN PASAK KARET GELANG DI PAUD MAWADDAH KOTA PADANG PANJANG

PENGARUH PENGGUNAAN MEDIA PLAYDOUGH TERHADAP KEMAMPUAN MOTORIK HALUS PADA ANAK KELOMPOK A

Mahlan Asmar dan Aulia

PENINGKATAN PERKEMBANGAN MOTORIK HALUS ANAK MELALUI MENARIK GARIS DALAM POLA DI TAMAN KANAK-KANAK HARAPAN BUNDA

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

Pengembangan Keterampilan Motorik Halus melalui Menjahit Untuk Anak Usia Dini *

SKRIPSI. Oleh Fitria Indriyani NIM

PENINGKATAN KEMAMPUAN MOTORIK HALUS ANAK MELALUI PERMAINAN MELUKIS DENGAN KUAS TAMAN KANAK-KANAK PASAMAN BARAT

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

I. PENDAHULUAN. dan mengembangkan kemampuan anak, baik secara mental dan fisik. Para ahli

Pembelajaran Pendidikan Jasmani untuk Tingkat Raudhatul Athfal ( Khusus pengembangan motorik anak TK / RA )

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang 1.2 Rumusan masalah 1.3 Tujuan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

perkembangan anak. Sebagaimana yang tercantum dalam Undang-undang No. 20 Tahun 2003 tentang SISDIKNAS yang menyebutkan bahwa:

UPAYA MENINGKATKAN KEMAMPUAN MOTORIK HALUS MELALUI MEDIA BUBUR KERTAS PADA ANAK KELOMPOK B TK PERTIWI BEKU TAHUN AJARAN 2013/2014 NASKAH PUBLIKASI

II. KAJIAN PUSTAKA. 1. Pengertian Teori Belajar Behaviorisme. melalui proses stimulus dan respon yang bersifat mekanis.

BAB I PENDAHULUAN. kesiapan dalam memasuki pendidikan lebih lanjut.dalam standar

Hakikat Perkembangan Motorik Anak

ELMI SUSRIANTI NIM / 10127

Ati Kusumawati dan Sunaria Mahasiswa Program Doktoral Fakultas Psikologi Universitas Airlangga ABSTRAK

BAB III METODE PENELITIAN

II. KAJIAN PUSTAKA. kehidupan selanjutnya. Anak usia dini adalah sosok individu yang sedang

B. Komponen-Komponen Perencanaan Pembelajaran 1. Tujuan pembelajaran 2. Isi (materi pembelajaran) a. Pengertian Tema

IDENTIFIKASI PERKEMBANGAN MOTORIK HALUS ANAK TK KELOMPOK B KELURAHAN BALECATUR GAMPING SLEMAN YOGYAKARTA SKRIPSI

BAB I PENDAHULUAN. Kemampuan motorik halus adalah aktivitas motorik yang melibatkan

PENGEMBANGAN KEMAMPUAN MOTORIK HALUS MELALUI KEGIATAN MENIRU GARIS PADA ANAK KELAS A TK ABA MERBUNG KLATEN SELATAN TAHUN AJARAN 2013/2014

BAB I PENDAHULUAN. dalam memasuki pendidikan lebih lanjut. Pendidikan adalah usaha sadar dan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB II KAJIAN PUSTAKA. A. Kemampuan Motorik Halus Anak Usia Dini. 1. Pengertian Motorik Halus Anak Usia Dini

BAB I PENDAHULUAN. Masa perkembangan anak usia dini yaitu antara usia 4-6 tahun merupakan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB II KAJIAN TEORI. 1. Pengertian Kemampuan Berbahasa Anak Usia Dini

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Anak usia dini pada hakikatnya merupakan anak yang berusia 0-6 tahun

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pendidikan merupakan kegiatan universal dalam kegiatan manusia.

TINGKAT PENCAPAIAN PERKEMBANGAN MOTORIK HALUS ANAK TK ABA KELOMPOK B SE-KECAMATAN MINGGIR SLEMAN YOGYAKARTA SKRIPSI

PENGARUH KEGIATANMEWARNAI GAMBAR TERHADAP KEMAMPUAN MOTORIK HALUS ANAK DI KELOMPOK B2 TK BUSTANUL ATHFAL AISYIYAH III PALU

IDENTIFIKASI PERKEMBANGAN KETERAMPILAN MOTORIK HALUS ANAK DALAM BERBAGAI KEGIATAN MAIN DI KELOMPOK B TK SE-GUGUS PARKIT BANYUURIP PURWOREJO SKRIPSI

JURNAL. Oleh: MUIN DWI ASTUTI NPM P. Dibimbing oleh : 1. DEMA YULIANTO, M.Psi. 2. ANIK LESTARININGRUM, M.Pd.

MENINGKATKAN KEMAMPUAN MOTORIK HALUS MELALUI KEGIATAN MEMBENTUK MENGGUNAKAN MEDIA TANAH LIAT DI KELOMPOK A TK GITA INSANI SLEMAN SKRIPSI

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan yang tepat bagi anak sejak masa usia dini. aspek perkembangan kecerdasan intelektual, emosional, dan spiritual mengalami

BAB I PENDAHULUAN. terhadap apa yang dilihat, didengar, dan dirasakan. Anak seolah-olah tidak

MENINGKATKAN KEMAMPUAN MOTORIK HALUS ANAK MELALUI METODE PEMBERIAN TUGAS DI KELOMPOK B TK AISYIYAH PARIGI

MENINGKATKAN KEMAMPUAN MOTORIK HALUS MELALUI KEGIATAN MELIPAT KERTAS DI KELOMPOK A TK HARAPAN BANGSA JONO OGE KECAMATAN SIGI BIROMARU

Transkripsi:

BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Kemampuan Motorik Halus Anak Usia Dini 1. Pengertian Motorik Halus Menurut Sujiono dkk (2009: 1.14) Motorik halus adalah gerakan yang hanya melibatkan bagian-bagian tubuh tertentu saja dan dilakukan oleh otot-otot kecil, seperti keterampilan mengunakan jari jemari tangan dan gerakan pergelangan tangan yang tepat. Oleh karena itu gerakan ini tidak terlalu membutuhkan tenaga, namun gerakan ini membutuhkan koordinasi mata dan tangan yang cermat. Semakin baiknya gerakan motorik halus anak membuat anak dapat berkreasi seperti: melipat kertas, menganyam kertas. Namun tidak semua anak memiliki kematangan untuk menguasai kemampuan ini. Dalam melakukan gerakan motorik halus anak juga memerlukan dukungan keterampilan fisik lain serta kematangan mental. Menurut Hildayani dkk (2008: 8.5) Perkembangan motorik halus yaitu gerakan terbatas dari bagian-bagian yang meliputi otot kecil, terutama gerakan di bagian jari-jari tangan. Contohnya menulis, menggambar, memegang sesuatu dengan ibu jari dan telunjuk. Menurut Sumantri (2005: 143) Keterampilan motorik halus adalah pengorganisasian penggunaan sekelompok otot-otot kecil seperti jari-jemari dan tangan yang sering membutuhkan kecermatan dan koordinasi mata dengan tangan, keterampilan yang mencakup pemanfaatan dengan alat-alat untuk bekerja dan objek yang kecil atau pengontrolan terhadap mesin misalnya mengetik, menjahit dan lain-lain. 7

Hal yang sama dikemukakan oleh Mahendra (dalam Sumantri 2005: 143) keterampilan motorik halus (fine motor skill) merupakan keterampilan-keterampilan yang memerlukan kemampuan untuk mengontrol otot-otot kecil/halus untuk mencapai pelaksanaan keterampilan yang berhasil. Menurut Mangli (dalam Sumantri 2005: 143), keterampilan ini melibatkan koordinasi neuromusculer (syaraf otot) yang memerlukan ketepatan derajat tinggi untuk berhasilnya keterampilan ini. Keterampilan jenis ini sering disebut sebagai keterampilan yang memerlukan koordinasi mata-tangan (hand-eye coordination). Menulis, menggambar, bermain piano adalah contoh-contoh keterampilan tersebut. Saputra dan Rudyanto (2005: 118) juga mengatakan bahwa motorik halus adalah kemampuan anak beraktivitas dengan menggunakan otot-otot halus (kecil) seperti menulis, meremas, menggenggam, menggambar, menyusun balok dan memasukkan kelereng. Gerakan motorik halus yang terlihat saat usia TK, antara lain adalah anak mulai dapat menyikat giginya, menyisir, membuka dan menutup resleting, memakai sepatu sendiri, mengancingkan pakaian, serta makan sendiri dengan menggunakan sendok dan garpu. Semakin baiknya gerakan motorik halus anak membuat anak dapat berkreasi, seperti menggunting kertas dengan hasil guntingan yang lurus danlain sebagainya. Selain gerakan motorik halus seperti: menyikat gigi, menyisir, membuka dan menutup resleting, memakai sepatu sendiri, mengancingkan pakaian, serta makan sendiri dengan menggunakan sendok dan garpu, ada aktivitas lainnya yang dapat membantu meningkatkan kemampuan motorik halus anak diantaranya adalah mencocok, menjepit, mengambil benda dengan capit, dan menjahit gambar.

Pada usia 3 (tiga) tahun gerakan motorik halus anak sudah mulai berkembang pesat. Di usia itu, anak dapat meniru cara ayahnya memegang pensil. Namun, posisi jarijarinya masih belum cukup jauh dari mata pensil. Namun, saat anak berusia 4 tahun, ia sudah dapat memegang pensil warna atau crayon untuk menggambar. Gerakan motorik halus, seperti menulis dan menggambar akan diperlukan saat ia bersekolah nanti. Kemampuan seorang anak untuk melakukan gerak motorik tertentu tak sama dengan anak lain walaupun usia mereka sama. Dari beberapa pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa pengertian motorik halus adalah kemampuan yang melibatkan bagian-bagian tubuh tertentu dan penggunaan sekelompok otot-otot kecil seperti menggunakan jari jemari tangan dan gerakan pergelangan tangan yang sering membutuhkan koordinasi mata dan tangan yang tepat seperti menulis, menggambar, memegang sesuatu dengan ibu jari dan telunjuk, dan lainlain. 2. Tahap-tahap Perkembangan Motorik Halus Menurut Fiits dan Postner (dalam Sumantri 2005: 101) proses perkembangan belajar motorik anak usia dini terjadi dalam 3 (tiga) tahap yaitu: 1. Tahap Verbal Kognitif Tahap ini merupakan tahap awal dalam belajar gerak, tahap ini disebut fase kognitif karena perkembangan yang menonjol terjadi pada diri anak adalah menjadi tahu tentang gerakan yang dipelajari. Sedangkan penguasaan geraknya sendiri masih

belum baik karena masih dalam taraf mencoba-coba gerakan. Pada tahap kognitif, proses belajar gerak diawali dengan aktif berfikir tentang gerakan yang dipelajari. 2. Tahap Asosiatif Tahap ini disebut juga tahap menengah. Tahap ini ditandai dengan tingkat penguasaan gerakan di mana anak sudah mampu melakukan gerakan-gerakan dalam bentuk rangakaian yang tidak tersendat-sendat pelaksanaannya. Pada tahap ini anak usia dini sedang memasuki masa pemahaman dari gerakan-gerakan yang sedang dipelajari. 3. Tahap Otomatis Pada tahap ini dikatakan sebagai fase akhir dalam belajar gerak.tahap ini ditandai dengan tingkat penguasaan gerakan di mana anak mampu melakukan gerakan keterampilan secara otomatis. Tahap ini dikatakan sebagai tahap otonom karena anak mampu melakukan gerakan keterampilan tanpa terpengaruh walaupun pada saat melakukan gerakan itu anak harus memperhatikan hal-hal lain selain gerakan yang dilakukan. Pada tahap ini anak sudah dapat melakukan gerakan dengan benar dan baik. Menurut Sujiono (2009: 1.4) secara umum ada tiga tahap perkembangan keterampilan motorik pada anak usia dini, yaitu tahap kognitif, asosiatif, dan autonomous. Pada tahap kognitif anak berusaha memahami keterampilan motorik serta apa saja yang dibutuhkan untuk melakukan suatu gerakan tertentu. Tahap asosiatif anak banyak belajar dengan cara coba meralat olahan pada penampilan atau gerakan akan dikoreksi agar tidak melakukan kesalahan kembali. Tahap autonomous gerakan yang ditampilkan anak merupakan respon yang efisien dengan sedikit kesalahan dan anak sudah menampilkan gerakan secara otomatis.

Sedangkan menurut Gasell, Ames dan Illingsworth (dalam Suyanto 2005: 51) tahap perkembangan motorik anak mengikuti delapan pola umum yaitu: 1. Continuity (bersifat kontinyu) Dimulai dari yang sederhana ke yang lebih kompleks sejalan dengan bertambahnya usia anak. 2. Uniform Sequence (memiliki tahapan yang sama) Memiliki pola tahapan yang sama untuk semua anak, meskipun kecepatan tiap anak untuk mencapai tahapan tersebut berbeda. 3. Maturity (kematangan) Yaitu dipengaruhi oleh perkembangan sel syaraf yang telah terbentuk semua saat anak lahir. 4. Umum ke khusus Yaitu dimulai dari gerak yang bersifat umum ke gerak yang bersifat khusus. Gerakan secara menyeluruh dari badan terjadi lebih dahulu sebelum gerakan bagianbagiannya. Hal ini disebabkan karena otot besar berkembang terlebih dahulu dari pada otot-otot halus. 5. Dimulai dari gerak refleks bawaan kearah gerak yang terkoordinasi Anak lahir didunia telah memiliki gerak refleks seperti menangis dan lain-lain. Refleks tersebut akan berubah menjadi gerak yang terkoordinasi dan bertujuan. 6. Bersifat chepalo-caudal direction Artinya bagian yang mendekati kepala berkembang terlebih dahulu dari bagian yang mendekati ekor.

7. Bersifat proximo-distal Artinya bahwa bagian yang mendekati sumbu tubuh (tulang belakang) berkembang terlebih dulu dari yang lebih jauh. 8. Koordinasi bilateral menuju crosslateral Artinya bahwa koordinasi organ yang sama berkembang terlebih dulu sebelum bisa melakukan koordinasi organ bersilangan. 3. Prinsip-prinsip Perkembangan Motorik Halus Menurut Saputra dan Rudyanto (2005: 114) prinsip perkembangan motorik adalah adanya suatu perubahan baik fisik maupun psikis sesuai dengan masa pertumbuhannya. Perkembangan motorik sangat dipengaruhi oleh gizi, status kesehatan, dan perlakuan motorik yang sesuai dengan masa perkembangannya. Menurut B.E.F Mountolalu ada 5 (lima) prinsip utama perkembangan motorik yaitu: kematangan, urutan, motivasi, pengalaman dan praktek. 1. Kematangan Kemampuan anak melakukan gerakan motorik sangat ditentukan oleh kematangan syarat yang mengatur gerakan tersebut. 2. Urutan Pada anak usia 5 tahun anak lebih memiliki kemampuan motorik yang bersifat kompleks yaitu kemampuan yang berkoordinasikan gerakan motorik tangan seimbang. 3. Motivasi

Kematangan motorik memotivasi anak untuk melakukan aktifitas motorik dalam lingkungan yang luas, hal ini dapat dilihat berikut ini: Aktifitas fisik yang meningkat dengan tajam. Anak seakan tidak mau berhenti melakukan aktifitas fisik meggunakan otot kasar dan halus. 4. Pengalaman Perkembangan gerakan dasar bagi perkembangan berikutnya 5. Praktek Beberapa kebutuhan anak usia TK yang berkaitan dengan pengembangan motoriknya perlu dipraktekkan anak dengan bimbingan guru. Menurut Sumantri (2005: 48) salah satu prinsip perkembangan motorik anak usia dini yang normal adalah terjadinya suatu perubahan baik fisik maupun psikis sesuai dengan masa pertumbuhannya. Perkembangan motorik sangat dipengaruhi oleh gizi, status kesehatan, dan perlakuan stimulasi aktivitas gerak yang sesuai dengan masa perkembangannya. 4. Tujuan dan Fungsi Perkembangan Motorik Halus a. Tujuan Perkembangan Motorik Halus Menurut Sumantri (2005: 145) aktivitas pengembangan keterampilan motorik halus anak usia TK bertujuan untuk melatihkan kemampuan koordinasi motorik anak. Koordinasi antara tangan dan mata dapat dikembangkan melalui kegiatan permainan membentuk atau memanipulasi dari tanah liat/lilin/adonan, memalu, menggambar,

mewarnai, menempel dan menggunting, memotong merangkai benda dengan benda (meronce). Pengembangan keterampilan motorik halus akan berpengaruh terhadap kesiapan anak dalam menulis (pengembangan bahasa), kegiatan melatih koordinasi antara tangan dengan mata yang dianjurkan dalam jumlah waktu yang cukup meskipun penggunaan tanggan secara utuh belum mungkin tercapai. Kemampuan daya lihat juga merupakan kegiatan keterampilan motorik halus lainnya, melatihkan kemampuan anak melihat kiri dan kanan, atas bawah yang penting untuk persiapan membaca awal. Kemudian Saputra dan Rudyanto (2005: 115) menjelaskan tujuan dari pengembangan motorik halus yaitu mampu mengfungsikan otot-otot kecil seperti gerakan jari tangan, mampu mengkoordinasikan kecapatan mata dengan tangan, mampu mengendalikan emosi. Menurut Sumantri (2005: 146) tujuan pengembangan motorik halus di usia 4-6 tahun adalah anak mampu mengembangkan kemampuan motorik halus yang berhubungan dengan keterampilan gerak kedua tangan, mampu menggerakkan anggota tubuh yang berhubungan dengan gerak jari jemari seperti kesiapan menulis, menggambar dan memanipulasi benda-benda, mampu mengkoordinasikan indra mata dan aktivitas tangan serta mampu mengendalikan emosi dalam beraktivitas motorik halus. Menurut Depdiknas (dalam Sumantri 2005: 146) secara khusus tujuan pengembangan motorik halus untuk anak usia TK (4-6 tahun) adalah anak dapat menunjukkan kemampuan menggerakkan anggota tubuhnya dan terutama terjadinya koordinasi mata dan tangan sebagai persiapan untuk pengenalan menulis. b. Fungsi Perkembangan Motorik Halus

Sedangkan menurut Suyanto (2005: 51) motorik halus berfungsi untuk melakukan gerakan-gerakan bagian-bagian tubuh yang lebih spesifik, seperti menulis, melipat, merangkai, mengancing baju, menali sepatu, dan menggunting. Berbagai kegiatan pembelajaran seperti melipat, mengelem, menggunting kertas melatih motorik halus pada anak. Demikian pula menggambar bebas dengan kuas besar, kuas kecil, dan mewarnai mengembangkan otot-otot halus pada jari tangan. Hal itu akan sangat bermanfaat untuk melatih jari anak agar bisa memegang pensil dan belajar menulis kelak. Saputra dan Rudyanto (2005: 116) mengatakan fungsi pengembangan motorik halus adalah sebagai alat untuk mengembangkan koordinasi kecepatan tangan dengan gerakan mata, dan sebagai alat untuk melatih penguasaan emosi. Sumantri (2005: 146) juga menjelaskan bahwa fungsi pengembangan keterampilan motorik halus adalah mendukung aspek pengembangan aspek lainnya seperti kognitif dan bahasa serta sosial karena pada hakekatnya setiap pengembangan tidak dapat terpisahkan satu sama lain. B. Kegiatan Menjepit Sebagai Kegiatan Pembelajaran di Taman Kanak-kanak 1. Kegiatan Pembelajaran di Taman Kanak-kanak Menurut Semiawan (dalam Musfiroh 2005: 21) belajar merupakan perubahan perilaku, sifat, dan kemampuan yang relatif permanen, yang datang dari dalam dirinya. Belajar dapat ditinjau, terutama, dari pengaruh lingkungan atau dari faktor genetis yang berbeda satu dengan lainnya. Hal yang sama dikemukakan oleh Suyanto (2005: 81) belajar merupakan perubahan perilaku dari individu yang relatif permanen karena suatu pengalaman, bukan karena

kematangan biologis semata. Perubahan perilaku tersebut meliputi perubahan pengetahuan, cara berpikir, maupun berperilaku. Menurut Dewey (dalam Musfiroh 2005: 25) belajar adalah konsekuensi dari pengalaman. Belajar dengan pengalaman (experiental learning), adalah membuat hubungan ke depan dan ke belakang, yakni apa yang dilakukan dan yang telah diketahui, apa yang dicoba dengan apa yang sudah bisa, apa yang ingin diketahui dengan apa yang sudah diketahui. Kegiatan belajar di Taman Kanak-kanak dapat dilakukan dengan bermain. Melalui bermain anak terlibat langsung dalam suatu aktivitas yang menarik, memperoleh pengalaman serta menemukan berbagai masalah yang dapat menstimulasi anak untuk berpikir. Menurut Suyanto (2005: 133) pembelajaran anak usia dini menggunakan prinsip belajar, bermain, dan bernyanyi. Pembelajaran disusun sedemikian rupa sehingga menyenangkan, gembira, demokratis, bebas memilih dan merangsang sehingga menarik anak untuk terlibat dalam setiap kegiatan pembelajaran. Anak tidak duduk tenang mendengarkan ceramah gurunya, tetapi mereka aktif berinteraksi dengan berbagai benda dan orang di lingkungannya, baik secara fisik maupun mental. Semiawan (dalam Musfiroh 2005: 28) juga mengatakan bahwa pembelajaran untuk anak usia Taman Kanak-kanak atau masa praoperasional seyogyanya ditekankan pada: (1) perkembangan pengetahuan yang terkait dengan pengalaman dalam kehidupan keluarga dan gejala yang nyata tampak (observable phenomenon), yang bersifat holistik dan dapat dilakukan melalui permainan; (2) eksplorasi dan manipulasi objek konkret juga

terkait dengan berbagai permainan konkret; dan (3) belajar dan melatih membaca, menulis, berhitung serta keterampilan dasar lainnya, yang diperolehnya melalui bermain. Menurut Puskur Balitbang (dalam Musfiroh 2005: 35) bermain sambil belajar sangat sesuai dengan karakteristik kurikulum terutama untuk anak Taman Kanak-kanak. Bermain, disebutkan dalam kurikulum, merupakan pendekatan dalam melaksanakan kegiatan pembelajaran pada anak usia dini. Upaya-upaya pendidikan yang diberikan oleh pendidik hendaknya dilakukan dalam situasi yang menyenangkan, dan menggunakan strategi metode, materi/bahan, media yang menarik, serta mudah diikuti oleh anak. Melalui bermain anak diajak untuk bereksplorasi, menemukan, dan memanfaatkan objek-objek yang dekat dengannya, sehingga pembelajaran menjadi bermakna. Dalam melaksanakan kegiatan pembelajaran di TK ada beberapa prinsip-prinsip yang perlu diperhatikan, prinsi-prinsip tersebut adalah: Bermain sambil belajar dan belajar seraya bermain merupakan cara yang paling baik untuk mengembangkan kemampuan sesuai dengan kompetensi yang ditetapkan dalam kurikulum, pembelajaran berorientasi pada perkembangan anak karena setiap anak memiliki karakteristik perkembangan fisik dan psikologis yang khas maka guru harus mampu mengembangakan pembelajaran yang sesuai dengan karakteristik anak, pembelajaran berorientasi pada kebutuhan anak yang dibutuhkan untuk membantu dan menstimulasi pertumbuhan dan perkembangan psikis anak secara optimal, pembelajaran berpusat pada anak dimana anak sebagai subjek pendidikan dalam hal ini guru dapat memberikan kesempatan kepada anak untuk menentukan pilihan, mengemukakan pendapat, dan aktif melakukan atu mengalami sendiri, pembelajaran menggunakan pendekatan tematik sebagai sarana atau wadah untuk mengenalkan berbagai konsep pada anak yang menyatukan isi kurikulum dalam satu

keastuan yang utuh, memperkaya perbendaharaan kata anak dan menjadikan pembelajaran lebih bermakna, kegiatan pembelajaran yang PAKEM (Pembelajaran Aktif, Kreatif, Efektif dan Menyenangkan) sehingga membangkitkan rasa ingin tahu anak, motivasi anak untuk berpikir kritis, dan kreatif dalam suasana yang menyenangkan, pembelajaran mengembangkan kecakapan hidup yang dapat dilakukan secara terpadu, baik melalui pembiasaan maupun pengembangan kemampuan dasar, pembelajaran didukung oleh lingkungan yang kondusif agar menarik, menyenangkan serta memberikan rasa aman dan kenyamanan pada saat anak bermain, pembelajaran demokratis yang memungkinkan terjadinya interaksi yang optimal antara guru dengan anak didik dan antara anak dengan anak untuk mencapai tujuan pembelajaran, dan pembelajaran bermakna yang merupakan suatu proses pembelajaran yang efektif dan membawa pengaruh perubahan terhadap tingkah laku anak didik dalam mencapai kompetensi atau tujuan yang telah dirumuskan. Pada saat anak bermain ada banyak hal yang dapat diidentifikasi dan dipelajari oleh anak, hal-hal tersebut antara lain, sebagai berikut: melalui bermain anak belajar untuk menerima, mengekspresikan, menguasai perasaan mereka secara positif dan konstruktif, anak belajar tentang diri mereka sendiri, anak belajar tentang tingkah laku sosial, anak belajar untuk mengungkapkan ide dan perasaannya secara verbal (dengan media bahasa), anak belajar menjadi penengah, anak belajar menghargai dan mempedulikan orang lain, anak belajar mengembangkan keterampilan berbahasa serta mengembangkan kosakata, anak belajar tentang geometri, anak belajar menggunakan konsep matematika untuk memecahkan masalah, anak belajar berbagi keterampilan motorik halus, anak belajar tentang biji-bijian, sains, biologi, dan kimia.

2. Kegiatan Menjepit Biji Bijian di Taman Kanak-kanak Menurut Poerwadarminta (2007: 485) jepit, menjepit adalah menekankan (mengapit dsb) sesuatu di antara dua benda yang terkatup erat-erat. Hal yang sama dikemukakan oleh Depdikbud (1988: 359) jepit, menjepit adalah menekan (mengapit dsb) di antara dua benda yang terkatup atau terhimpit erat-erat. Menurut kamus besar bahasa Indonesia (2007: 470) Jepit Menjepit adalah menekan (mengapit dsb) di antara dua benda yang terkatup atau terhimpit erat-erat. Dari beberapa pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa pengertian menjepit adalah gerakan menekan (mengapit dsb) di antara dua benda yang terkatup atau terhimpit erat-erat dengan menggunakan alat seperti: pinset, jepit jemuran dan capit. 3. Langkah-langkah Menjepit Biji Bijian dengan Pinset Menurut Kathy dan Manureen Murphy (2006: 153) langkah-langkah menjepit adalah: Guru membuat pembatas pada meja di hadapan setiap kursi dengan menggunakan perekat atau selotip untuk menjaga benda-benda yang akan digunakan. Pembatas ini juga bisa menjadi petunjuk visual dan menjaga agar barang-barang tetap berada diatas meja, letakkan dua buah mangkuk atau piring berwarna dengan biji-bijian yang akan diangkat lalu isi salah satu mangkuk atau piring berwarna dengan biji bijian yang akan diangkat, letakkan capit atau pinset dengan ukuran yang sesuai atau di dekat biji bijian yang akan diangkat, kemudian guru mencontohkan kepada anak-anak cara mengangkat biji bijian dengan capit atau pinset, lalu memindahkannya ke mangkuk atau piring kosong. Menurut Kathy dan Manureen Murphy (2006: 153) kegiatan menjepit dapat divariasi oleh guru dengan menuliskan angka pada bagian tengah piring kertas (1, 2, 3, 4, 5

dan seterusnya sebanyak mungkin sesuai dengan kemampuan berhitung anak). Anak diminta meletakkan benda-benda yang bisa diangkat dengan capit atau pinset pada piring sebanyak angka yang tertulis pada piring. Selain menggunakan biji bijian guru dapat menggunakan kancing baju yang berwarna-warni (merah, kuning, biru) anak diminta meletakkan kancing baju yang diangkat dengan capit atau pinset pada piring sesuai dengan warna kancing baju. 4. Tujuan Menjepit Biji Bijian dengan Pinset Menurut Kathy Chaner dan Manureen Murphy (2006: 152) tujuan kegiatan menjepit biji bijian dengan pinset adalah untuk meningkatkan kekuatan otot kecil di jarijari tangan, pergelangan tangan, kontrol motorik halus, dan menyiapkan ketiga jari tangan untuk menulis. C. Kriteria Keberhasilan 1. Pedoman Penilaian Menurut Samsudin (2008: 65) Penilaian adalah suatu usaha mengumpulkan dan menafsirkan berbagai informasi secara sistematis, berkelanjutan, menyeluruh tentang proses dan hasil dari pertumbuhan serta perkembangan yang telah dicapai oleh anak didik melalui kegiatan pembelajaran. Sujiono (2009: 12.26) juga mengatakan bahwa penilaian adalah suatu usaha untuk mendapatkan informasi secara berkala, berkesinambungan dan menyeluruh tentang proses, dan hasil dari pertumbuhan dan perkembangan yang telah dicapai anak didik melalui program kegiatan belajar. Penilaian mencakup proses dan hasil kegiatan anak didik yang

berkaitan dengan pengetahuan, sikap, dan perilaku serta keterampilan yang telah direncanakan dalam program kegiatan belajar. Menurut Depdiknas (2004: 6-7) cara pencatatan hasil penilaian harian sebagai berikut: a. Catatlah hasil penilaian perkembangan anak pada kolom penilaian di Satuan Kegiatan Harian (SKH) b. Anak yang kemampuannya belum sesuai dengan apa yang diharapkan dan belum dapat memenuhi kemampuan (indikator) seperti yang diharapkan dalam SKH, maka pada kolom tersebut dituliskan nama anak dan tanda lingkaran kosong (O) dapat digunakan juga untuk menunjukkan bahwa anak melakukan/atau menyelesaikan tugas selalu di bantu guru. c. Jika anak menunjukkan kemampuan sesuai dengan indikator yang tertuang dalam SKH atau dalam melaksanakan tugas sedikit dibantu oleh guru maka pada kolom penilaian di tulis dengan tanda cek ( ) artinya kemampuan anak cukup. d. Anak yang kemampuannya melebihi apa yang diharapkan dan dapat menunjukkan kemampuan melebihi kemampuan (indikator) yang tertuang dalam SKH, maka pada kolom tersebut dituliskan nama anak dan tanda lingkaran berisi penuh ( ). Tanda lingkaran penuh ( ) dapat digunakan juga untuk menunjukkan bahwa anak mampu melakukan/menyelesaikan tugas tanpa bantuan guru. e. Hasil catatan penilaian yang ada dalam Satuan Kegiatan Harian (SKH) dirangkumkan dan dipindahkan ke dalam format rangkuman penilaian perkembangan anak didik Taman Kanak-kanak (TK).

Sedangkan menurut Departemen Agama RI (2004: 50) cara pencatatan hasil penilaian harian dilaksanakan sebagai berikut: O: Untuk anak yang perilakunya belum sesuai dengan apa yang diharapkan. : Untuk anak yang berada pada tahap proses menuju apa yang diharapkan. : Anak yang perilakunya melebihi dengan yang diharapkan dan sudah dapat menyelesaikan tugas melebihi yang direncanakan guru. Lebih lanjut menurut Kemendiknas Dirjen Mandas dan Menengah Direktorat Pembinaan TK SD (2010: 11) hasil penilaian harian perkembangan anak dicantumkan pada kolom penilaian. : Anak yang belum berkembang (BB) sesuai dengan indikator : Anak yang sudah mulai berkembang (MB) sesuai dengan indikator : Anak yang sudah berkembang sesuai harapan (BSH) pada indikator : Anak yang berkembang sangat baik (BSB) melebihi indikator Dalam penelitian ini peneliti menggunakan pedoman penilaian dari Kemendiknas Dirjen Mandas dan Menengah Direktorat Pembinaan TK SD dengan ketentuan sebagai berikut: : Anak yang belum berkembang (BB) sesuai dengan indikator : Anak yang sudah mulai berkembang (MB) sesuai dengan indikator

: Anak yang sudah berkembang sesuai harapan (BSH) pada indikator : Anak yang berkembang sangat baik (BSB) melebihi indikator 2. Indikator Keberhasilan Menurut Kurikulum 2004 (dalam Sujiono 2009: 12.8) yang termasuk bidang pengembangan motorik halus bagi Taman Kanak-kanak antara lain: Tabel 2.1 Perkembangan Motorik Halus untuk Kelompok A menurut kurikulim 2004 dalam Sujiono 2009: 12.8 Hasil Belajar Dapat menggerakkan jari tangan untuk kelenturan dan koordinasi Indikator a. Mengurus dirinya sendiri dengan sedikit bantuan: makan, mandi, menyisir rambut, mencuci dan mengelap tangan, mengikat tali sepatu dll b. Membuat berbagai bentuk dengan menggunakan plastisin, play dough, tanah liat. c. Menjiplak dan meniru membuat garis tegak, datar, miring, lengkung dan lingkaran. d. Meniru lipatan kertas sederhana. e. Menjahit jelujur 10 lubang dengan tali sepatu. f. Menggunting bebas. g. Merobek bebas. h. Menyusun menara dari kubus minimal 8 kubus. i. Membuat lingkaran dan segi empat. j. Memegang pensil (belum sempurna). Hal yang sama diungkapkan dalam Kurikulum 2004 standar kompetensi (Depdiknas 2003: 22) untuk pendidikan usia dini (TK dan RA) khususnya bidang pengembangan fisik dan motorik, disebutkan bahwa kompetensi dasar, hasil belajar dan indikator yang diharapkan dapat dicapai adalah sebagai berikut :

Tabel 2.2 Kurikulum 2004 Standar Kompetensi untuk TK dan RA Kelompok A Departemen Pendidikan Nasional 2003 Kompetensi Dasar Hasil Belajar Indikator Anak mampu Dapat menggerakkan a. Mengurus melakukan aktivitas jari tangan untuk dirinya sendiri fisik secara kelenturan otot dan dengan sedikit terkoordinasi dalam koordinasi bantuan: makan, rangka kelenturan, mandi, menyisir keseimbangan, dan rambut, mencuci kelincahan. dan mengelap tangan, mengikat tali sepatu dll b. Membuat berbagai bentuk dengan menggunakan plastisin, play dough, tanah liat. c. Menjiplak dan meniru membuat garis tegak, datar, miring, lengkung dan lingkaran. d. Meniru lipatan kertas sederhana. e. Menjahit jelujur 10 lubang dengan tali sepatu. f. Menggunting bebas. g. Merobek bebas. h. Menyusun menara dari kubus minimal 8 kubus. i. Membuat lingkaran dan segi empat. j. Memegang

pensil (belum sempurna). Indikator kemampuan yang penulis ambil adalah memegang pensil (belum sempurna) konsep yang dikembangkan yaitu kegiatan menjepit biji bijian dengan pinset. Dari berbagai pengertian di atas, peneliti menyusun indikator kemampuan motorik halus dalam kegiatan menjepit untuk memindahkan benda sebagai berikut: Tabel 2.3 Indikator Keberhasilan Kemampuan Motorik Halus No Indikator Keberhasilan Kemampuan Motorik Halus 1. Cara memegang pinset dengan benar (antara ibu jari dan dua jari) 2. Kekuatan tangan saat mengambil biji bijian dengan pinset 3. Keluwesan jari tangan saat menjepit dengan pinset 4. Koordinasi mata dengan tangan pada saat memindahkan biji bijian sesuai bentuk, jenis, atau warnanya. D. Kerangka Berpikir Menurut kamus besar Bahasa Indonesia (2007: 470) jepit, menjepit adalah menekan (mengapit dsb) di antara dua benda yang terkatup atau terhimpit erat-erat. Hal yang sama dikemukakan oleh Poerwadarminta (2007: 485) jepit, menjepit adalah menekankan (mengapit dsb) sesuatu di antara dua benda yang terkatup erat-erat. Menurut kamus besar bahasa Indonesia (1988: 359) Jepit, menjepit adalah menekan (mengapit dsb) di antara dua benda yang terkatup atau terhimpit erat-erat. Dari beberapa pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa pengertian menjepit adalah gerakan menekan (mengapit dsb) di antara dua benda yang terkatup atau terhimpit erat-erat dengan menggunakan alat seperti: pinset, jepit jemuran dan capit. Kegiatan menjepit dengan pinset rupanya dapat mengembangkan kemampuan motorik halus anak terutama kekuatan dan keluwesan jari tangan pada saat memegang pensil untuk

menulis. Menjepit biji bijian atau kancing baju yang berwarna-warni dengan pinset sangat menarik bagi anak untuk melatih kesabaran, koordinasi tangan dan mata, memegang sesuatu dengan ibu jari dan telunjuk yaitu memegang pinset untuk memindahkan biji bijian ke dalam mangkuk. Berdasarkan hasil identifikasi dan diskusi yang dilakukan penelitian menunjukan bahwa masalah rendahnya motorik halus siswa dalam kegiatan menjepit biji bijian dengan pinset disebabkan guru kurang mengembangan model pembelajaran secara variatif. Oleh karena itu, peneliti memberikan alternative pemecahan masalah dengan meningkatkan kemampuan motorik halus anak melalui kegiatan menjepit biji bijian dengan pinset. Untuk memudahkan pelaksanaan tindakan kelas maka perlu disusun bagan kerangka berfikir yang merupakan landasan penelitian tindakan kelas. Kondisi Awal - Kemampuan motorik halus anak masih rendah. - Pembelajaran monoton. Dilakukan upaya perbaikan dengan PTK Kondisi sudah meningkat, ada perbaikan, tetapi belum maksimal Kemampuan motorik halus sedikit meningkat tapi belum maksimal. Pembelajaran tidak monoton. Siklus I Tindakan kegiatan menjepit biji bijian dengan pinset 3 x pertemuan Siklus II Tindakan kegiatan menjepit biji bijian dengan pinset 3 x pertemuan - Kemampuan motorik halus meningkat maksimal. - Pembelajaran tidak monoton. Terjadi perbaikan yang optimal dalam kemampuan motorik halus anak dan penelitian berhasil

Gambar 2.1 Kerangka Berpikir Peningkatan Kemampuan Motorik Halus Melalui Kegiatan Menjepit Biji Bijian dengan Pinset Berdasarkan bagan kerangka berpikir diatas dalam penelitian tindakan kelas ini peneliti berasumsi bahwa kegiatan menjepit biji bijian dengan pinset dapat meningkatkan kemampuan motorik halus pada anak kelompok A TK Aisyiyah Karanglewas Kidul Kecamatan Karanglewas Kabupaten Banyumas Semester Gasal Tahun Ajaran 2011-2012. E. Hipotesis Tindakan Hipotesis dalam penelitian ini adalah kegiatan menjepit biji bijian dengan pinset dapat meningkatkan kemampuan motorik halus anak kelompok A di TK Aisyiyah Karanglewas Kidul Kecamatan Karanglewas Kabupaten Banyumas Semester Gasal Tahun Ajaran 2011/2012.