BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Nyamuk Aedes aegypti Nyamuk Aedes aegypti dapat menularkan penyakit demam berdarah dengue (DBD) melalui tusukannya (Suroso Thomas, 1998). Nyamuk ini berwarna gelap yang dapat diketahui dari adanya garis putih keperakan dengan bentuk lyre pada toraknya dan mempunyai gelang putih pada bagian pangkal kaki, probosis bersisisk hitam. 1. Klasifikasi Phylum Sub phylum Class Ordo Famili Sub famili Genus Spesies : Arthropoda : Aceloterata : Insekta : Diptera : Culicidae : Culicinae : Aedes : Aedes aegypti 2. Perkembangan Nyamuk Aedes aegypti a. Telur Tempat air yang tertutup longgar lebih disukai oleh nyamuk betina sebagai tempat bertelur dibandingkan dengan tempat air yang terbuka karena tutupnya yang jarang dipasang dengan baik dan sering dibuka mengakibatkan ruang di dalamnya relatif lebih gelap 3
dibandingkan dengan tempat air yang terbuka. Telur Aedes aegypti berwarna hitam seperti sarang tawon, diletakkan satu demi satu di permukaan atau sedikit di bawah permukaan air dalam jarak ± 2 ½ cm dari dinding tempat perindukan. Telur dapat bertahan sampai berbulanbulan pada suhu -2 C sampai 42 C. Namum bila kelembaban terlampau rendah, maka telur akan menetas dalam waktu 4 hari. (Sunayo Sumarmo, 1983). b. Larva Larva Aedes aegypti umumnya ditemukan di drum, tempayan, gentong atau bak mandi yang kurang diperhatikan kebersihannya. Larva Aedes aegypti mempunyai bentuk siphon yang tidak langsing. Mempunyai pelana yang terbuka, bulu siphon satu pasang dan gigi sisir yang lateral. Di tempat perkembangbiakannya larva Aedes aegypti bergerak aktif dengan memperlihatkan gerakan-gerakan ke atas dan ke bawah permukaan air dan menurun ke dasar wadah secara berulangulang. Larva mengambil oksigen di udara melalui tabung sifon dengan cara menggantungkan diri pada permukaan air. Stadium larva/jentik memerlukan waktu kira-kira 1 minggu. Pertumbuhan dan perkembangan larva dipengaruhi oleh beberapa faktor, diantaranya temperatur, cukup tidaknya nutrisi, ada tidaknya binatang air lainnya yang merupakan predator. 4
c. Pupa Stadium pupa tidak memerlukan bahan makanan dan pupa merupakan stadium yang inaktif. Pada stadium ini terjadi pembentukan sayap, sehingga setelah cukup waktunya, nyamuk yang keluar dari pupa dapat terbang. pupa memerlukan O 2. Zat asam masuk ke tubuh pupa melalui corong nafas. Stadium pupa memerlukan waktu kira-kira 1-2 hari. d. Nyamuk Dewasa Dari pupa akan keluar nyamuk dewasa. Aedes aegypti dewasa berukuran kecil dengan warna dasar hitam. Probosis bersisik hitam, palpi pendek dengan ujung hitam dengan sisik putih perak. Oksiput bersisik lebar berwarna putih terletak memanjang. Femur bersisik putih pada permukaan posterior den setengah basal, anterior dan tengah bersisik putih memanjang. Tibia semuanya hitam. Tarsi belakang berlingkaran putih pada segmen basal kesatu sampai empat dan segmen kelima berwarna putih. Nyamuk Aedes aegypti bersifat antropofilik dan hanya nyamuk betina yang menusuk isap. Nyamuk betina biasanya menusuk isap di dalam rumah, kadang-kadang di luar rumah, di tempat yang agak gelap. Pada malam hari nyamuk beristirahat dalam rumah pada bendabenda yang digantung, seperti pakaian, kelambu, pada dinding dan di bawah rumah dekat tempat berbiaknya, biasanya di tempat yang lebih gelap. Nyamuk ini mempunyai kebiasaan menusuk isap berulang kali 5
(multiplebiters), yaitu menggigit beberapa orang secara bergantian dalam waktu singkat. Hal ini disebabkan karena nyamuk Aedes aegypti sangat sensitif dan mudah terganggu. Keadaan ini sangat membantu Aedes aegypti dalam memindahkan virus dengue ke beberapa orang sekaligus sehingga dilaporkan adanya beberapa penderita DBD di satu rumah. Nyamuk jantan tertarik juga pada manusia bila melakukan perkawinan, tetapi tidak menggigit (Sunaryo Sumarmo, 1983). 3. Tempat Perkembangbiakan Tempat perkembangbiakan utama adalah tempat-tempat penampungan air di dalam atau disekitar rumah atau tempat-tempat umum, biasanya tidak melebihi jarak 500 m dari rumah. Tempat perkembangbiakan nyamuk ini berupa genangan air yang tertampung disuatu tempat atau bejana. Nyamuk ini tidak dapat berkembangbiak di genangan air yang langsung berhubungan dengan tanah. (Depkes RI Dirjen PPM dan PLP, th.1992). B. Pemberantasan vektor a. Cara kimiawi Cara kimiawi dengan insektisida (bahan-bahan kimia yang digunakan untuk memberantas serangga). Berdasar atas stadium serangga yang dibunuhnya, maka insektisida dibagi menjadi Imagosida yang ditujukan kepada serangga dewasa. Larvasida yang ditujukan kepada larva serangga dan ovisida yang ditujukan kepada telurnya. (Soedarto, 1990). 6
b. Cara mekanik Pemberantasan cara mekanik dilakukan dengan jalam memusnahkan tempat perindukan serangga, misalnya dengan cara mengeringkan genangan air, membakar sampah kaleng, bisa juga dengan mencegah kontak dengan manusia misalnya dengan memasang kawat kasa ataua kawat nyamuk (insect-screen) di jalan angin, pintu atau jendela rumah. c. Cara biologik Pengendalian larva secara biologik bisa dilakukan dengan cara memelihara ikan untuk memberantas larva nyamuk, contohnya adalah ikan Gambusia dan ikan mujahir. C. Abate Abate merupakan senyawa kimiawi yang dewasa ini paling efektif untuk membunuh larva Aedes aegypti. Terhadap manusia abate mempunyai toksis yang sangat rendah. Untuk tempat-tempat air yang tidak mungkin atau sulit dikuras, taburkan bubuk Abate ke dalam genangan air tersebut untuk membunuh jentik-jentik nyamuk. Takaran penggunaan bubuk Abate adalah 1 gram bubuk Abate untuk 10 liter air. Bila memerlukan Abate kurang dari 10 gram maka dapat dilakukan dengan mengambil satu sendok makan peres Abate dan tuangkan pada selembar kertas lalu bagilah Abate menjadi 2,3,4 bagian sesuai takaran yang dibutuhkan. Setelah dibubuhkan Abate maka selama 3 bulan bubuk Abate dalam air tersebut mampu membunuh jentik Aedes aegypti. 7
Selama 3 bulan bila tempat penampungan air tersebut akan dibersihkan/diganti airnya, hendaknya jangan menyikat bagian dalam dinding tempat penampungan air tersebut. Air yang telah dibubuhi Abate dengan takaran yang benar tidak membahayakan dan tetap aman bila diminum (www.dinkesdki.go.id/db.htm). 8