BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Mutu Pendidikan merupakan salah satu kunci menuju kehidupan yang lebih maju. Sesuai dengan UU No. 20 th 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, menyatakan bahwa pendidikan di Indonesia adalah pendidikan yang bertujuan untuk mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab. Maka untuk mewujudkan tujuan pendidikan tersebut, harus dimulai dengan menciptakan sumber daya manusia yang bermutu dan berkualitas baik dalam pola pikir maupun dalam bertingkah laku dengan salah satu upaya yaitu meningkatkan mutu pendidikan di Indonesia. Manusia yang berkualitas dilihat tidak hanya dari pola pikir yang tinggi saja, tetapi dalam bertingkah laku yang baik sebagaimana mestinya. Manusia sebagai makhluk sosial tidak dapat hidup sendiri dalam arti membutuhkan orang lain (pihak lain). Untuk itu bekerja sama dengan orang lain merupakan keharusan bagi manusia dalam memenuhi kebutuhan hidupnya. Dengan kerja sama, manusia dapat saling melengkapi, sehingga diharapkan kesejahteraannya meningkat (Gunawan, Rudy 2011:16). IPS merupakan salah satu mata pelajaran yang tidak hanya mengedepankan Ilmu Pengetahuan saja, tetapi juga memadukan dengan kecakapan bertingkah laku dalam kehidupan sosial. Siswa dengan belajar IPS dapat dibekali kemampuan bagaimana tata cara bermasyarakat, membaur dengan lingkungan serta beradaptasi dengan arus globalisasi yang semakin berkembang. Jenjang pendidikan Sekolah Dasar merupakan awal yang tepat dalam pembentukan moral dengan menanamkan nilai-nilai sosial yang baik. Sumber daya manusia dapat dibentuk melalui meningkatkan mutu pendidikan, maka upaya yang dapat dilakukan adalah mengembangkan keterampilan dasar yang anak miliki dan dituangkan dalam kehidupan sehari-hari, salah satunya melalui pembelajaran IPS. 1
2 Fokus kajian utama pendidikan ilmu pengetahuan sosial adalah interaksi di dalam masyarakat. Hal ini sebagaimana dikemukakan oleh Wahab dalam (Gunawan, Rudy 2011:16), bahwa : Studi Sosial atau IPS adalah tentang manusia. Tidak ada bagian dari kurikulum yang amat memperhatikan masalah hubungan manusia selain studi sosial atau IPS, yang memang dirancang untuk membantu kita semua memahami baik diri kita sendiri maupu orang lain dimulai dari lingkungan keluarga, tetangga sampai pada mereka yang hidup nun jauh di sebagian dari lingkaran dunia. Ilmu Pengetahuan Sosial merupakan pengetahuan mengenai segala sesuatu yang berhubungan dengan masyarakat. Pelajaran IPS di Indonesia disesuaikan dengan berbagai prespektif sosial yang berkembang di masyarakat. Kajian tentang masyarakat dalam IPS dapat dilakukan dalam lingkungan yang terbatas, yaitu lingkungan sekitar sekolah, atau dalam lingkungan yang luas yaitu lingkungan negara lain, baik yang ada di masa sekarang maupun di masa lampau. Pembelajaran IPS ini dapat membekali pengetahuan tentang masa lampau supaya bisa menghayati masa depan. Dikarenakan pembelajaran IPS ini amat penting peranannya dalam menciptakan sumber daya manusia yang berkualitas, maka perlu diadakan strategi pengembangan pembelajaran yang tepat. Guru bisa dikatakan berhasil apabila tujuan pembelajaran sudah bisa tercapai dengan pelaksanaan pembelajaran yang optimal. Apabila hasil yang dicapai oleh guru tidak sesuai dengan target, pasti ada salah satu faktor yang mempengaruhinya. Adapun beberapa faktor yang mempengaruhi disebabkan penggunaan metode dan model pembelajaran yang monoton, sehingga siswa merasa bosan dalam mengikuti kegiatan pembelajaran. Kurang optimalnya pemanfaatan model pembelajaran sehingga kurang memotivasi siswa untuk semangat mengikuti kegiatan pembelajaran. Selama ini pembelajaran IPS mempunyai asumsi dari siswa sebagai mata pelajaran yang materinya sebagian besar hafalan. Sebagian besar siswa saat mendengar akan belajar IPS, mereka sudah hilang semangat terlebih dahulu. Hal ini merupakan PR untuk guru supaya bisa merubah asumsi siswa dari pembelajaran IPS yang monoton dan membosankan menjadi pembelajaran IPS yang menyenangkan dan memotivasi.
3 Minat merupakan sumber motivasi yang mendorong orang untuk melakukan apa yang mereka inginkan bila mereka bebas memilih. Sepanjang masa kanak-kanak, minat menjadi sumber motivasi yang kuat untuk belajar. Anak yang berminat terhadap sebuah kegiatan, baik permainan maupun pekerjaan, akan berusaha lebih keras untuk belajar dibandingkan dengan anak yang kurang berminat atau merasa bosan (Hurlock, Elizabeth 1978:114). Pencapaian hasil belajar sangat dipengaruhi oleh kemampuan guru dalam mengelola kegiatan belajar mengajar di kelas. Guru harus tepat dalam membaca situasi dan kondisi siswa supaya guru bisa mengembangkan strategi pembelajaran yang akan digunakan serta media apa yang harus dipakai dalam menunjang keberhasilan pembelajaran IPS untuk mencapai hasil yang optimal. Siswa Sekolah Dasar pada dasarnya bisa dikatakan anak-anak yang tidak bisa terlepas dari dunia bermain, sehingga masih kesulitan dalam memahami suatu persoalan yang abstrak, oleh karena itu guru harus mampu mengubah pembelajaran yang lebih kongkret agar lebih mudah dipahami siswa. Hal tersebut sejalan dengan pendapat Piaget dalam (Slavin, Robert E 1926:37) mengatakan bahwa pengetahuan tentang perangkat sosial-bahasa, nilai-nilai, peraturan, moralitas, dan sistem simbol (seperti membaca dan matematika) hanya dapat dipelajari dalam interaksi dengan orang lain. Proses berpikir manusia merupakan suatu perkembangan yang bertahap dari berpikir intelektual kongkret ke abstrak melalui urutan perkembangan, begitu pula anak SD yang merupakan urutan perkembangan operasi kongkret. Siswa dituntut untuk bertindak sendiri, tidak hanya menerima materi yang sifatnya hafalan semata. Berdasarkan hasil observasi yang dilakukan di SDN Sidorejo Lor 02 pada kelas V, pembelajaran yang dilakukan oleh guru umumnya masih belum optimal menggunakan model-model pembelajaran yang bervariasi, yaitu dalam rangka untuk mencapai tujuan pembelajaran dan kompetensi yang harus dikuasai siswa, guru lebih sering menyampaikan materi dengan ceramah. Sebenarnya tidak hanya ceramah, guru juga sudah mengembangkan kegiatan pembelajaran dengan cara yang lain misalnya dengan pemanfaatan media dan melakukan pembelajaran di luar kelas, akan tetapi penggunaan strategi pembelajaran yang bervariasi masih
4 kurang optimal. Dampak yang muncul akibat kurangnya pemanfaatan model pembelajaran yang bervariasi adalah hasil belajar IPS yang diperoleh siswa kurang maksimal. Salah satu sumbangan Ilmu Pengetahuan Sosial adalah mata pelajaran yang mengembangkan pemahaman siswa tentang bagaimana bekerjasama dan berinteraksi dengan lingkungan dan masyarakat. Namun yang terjadi di lapangan bahwa interaksi yang harus dipahami siswa disampaikan dalam bentuk teori, padahal seharusnya bisa praktik langsung dalam umpan balik, dimulai dari hal kecil yakni umpan balik yang bisa di rasakan dengan temannya. SDN Sidorejo Lor 02 menentukan KKM (Kriteria Ketuntasan Minimum) pada mata pelajaran IPS adalah 70. Sementara masih banyak siswa yang belum mampu mendapatkan nilai yang mencapai KKM. Salah satu contohnya pada hasil Ulangan Tengah Semester 1 kelas V SDN Sidorejo Lor 02 pada mata pelajaran IPS, dari 20 siswa yang sudah mencapai KKM sebanyak 11 siswa, sedangkan sisanya sebanyak 9 siswa belum mencapai KKM. Dengan nilai tertinggi 91 dan nilai terendah 42. Salah satu alternatif model pembelajaran yang dapat digunakan untuk membantu mengatasi permasalahan tersebut adalah melalui penerapan model pembelajaran make a match dan teams games tournaments. Model pembelajaran make a match dan teams games tournaments termasuk metode dalam pembelajaran kooperatif. Model pembelajaran make a match adalah pembelajaran yang lebih menekankan pada aktifitas dan interaksi diantara siswa untuk saling memotivasi dan saling membantu dalam memecahkan sebuah masalah yang diperoleh melalui kartu-kartu yang dipegang. Siswa diminta mencari pasangan kartu yang merupakan jawaban atau pertanyaan materi tertentu dalam pembelajaran (Shoimin, Aris 2014:98). Sedangkan model pembelajaran teams games tournaments siswa dibentuk dalam kelompok-kelompok kecil yang terdiri tiga sampai lima siswa yang heterogen, baik dalam prestasi akademik, jenis kelamin, ras, maupun etnis (Shoimin, Aris 2014:203). Maka dengan begitu semangat siswa menjadi lebih meningkat dalam mengikuti setiap pembelajaran, sehingga diharapkan hasil belajar siswa lebih meningkat dari hasil belajar sebelumnya.
5 Berdasarkan latar belakang tersebut, peneliti tertarik untuk memberikan sumbangan dalam pemecahan masalah dengan melakukan penelitian yang berjudul Efektifitas Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Make A Match dan Teams Games Tournaments dalam Meningkatkan Minat dan Hasil Belajar IPS Kelas V SDN Sidorejo Lor 02 Salatiga Semester II Tahun Pelajaran 2015/2016. 1.2 Rumusan Masalah Berdasarkan uraian dalam latar belakang maka peneliti merumuskan masalah sebagai berikut : 1. Apakah ada perbedaan yang signifikan penerapan model pembelajaran kooperatif tipe make a match dan teams games tournaments terhadap minat 2. Apakah ada perbedaan yang signifikan penerapan model pembelajaran kooperatif tipe make a match dan teams games tournaments terhadap hasil 1.3 Tujuan Penelitian Tujuan penelitian dalam penulisan ini adalah untuk: 1. Mengetahui perbedaan yang signifikan dalam penerapan model pembelajaran kooperatif tipe make a match dan teams games tournaments terhadap minat 2. Mengetahui perbedaan yang signifikan dalam penerapan model pembelajaran kooperatif tipe make a match dan teams games tournaments terhadap hasil
6 1.4 Manfaat Penelitian 1.4.1 Manfaat teoritis Manfaat teoritis penelitian ini adalah sebagai bahan untuk mengembangkan model pembelajaran kooperatif tipe make a match dan teams games tournaments untuk meningkatkan pencapaian minat dan hasil belajar siswa. 1.4.2 Manfaat praktis 1. Bagi Siswa Diharapkan dapat meningkatkan minat dan hasil belajar IPS serta dapat meningkatkan motivasi siswa untuk mengikuti kegiatan pembelajaran melalui penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe make a match dan teams games tournaments. 2. Bagi Guru Guru diharapkan dapat menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe make a match dan teams games tournaments sehingga dapat meningkatkan minat dan hasil belajar siswa. 3. Bagi sekolah Sekolah diharapkan dapat meningkatkan kualitas proses pembelajaran serta dapat dijadikan sebagai acuan untuk melakukan inovasi khususnya dalam pembelajaran IPS.
7